Anda di halaman 1dari 14

Disusun untuk memenuhi tugas

mata pelajaran Sejarah Indonesia

Kelas X AKUNTANSI 1

Oleh:

Ketua : Irma Triyani Yahya


Anggota : Risda Wulandari Putri
: A. Adnan Adhyaksa
: Siti Nur Firda Sari
: Devi Elvira Amir
: Lina Andriani
: Sri Rahayu

SMK NEGERI 1 BULUKUMBA


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya lah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Sejarah
Indonesia di tahun ajaran 2014, dengan judul “ MANUSIA PURBA DI INDONESIA ”.
Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang Manusia
Purba di Indonesia.

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah
yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi manfaat tersendiri
bagi teman-teman sekalian.

Bulukumba, 16 Oktober 2014

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………... i

Daftar Isi…………………………………………………………………………… ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………… 1
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………….. 1

BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………... 2

2.1 Pengertian Manusia Purba……………………………………………... 2


2.2 Para Peneliti Manusia Purba di Indonesia……………………………... 2
2.3 Kondisi Alam dan Jenis Manusia Purba di Indonesia…………………. 4
2.4 Peta Temuan Manusia Purba…………………………………………... 8

BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………. 10

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….. 10
3.2 Saran………………………………………………………………….... 10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah menjadi fosil.
Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dar i beberapa
jenis. Penemuan-penemuan fosil ini banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini
dikarenakan Indonesia merupakan wilayah tropis da n mempunyai iklim yang cocok
dihuni manusia kala itu. Penemuan-penemuan fosil sangat berguna bagi perkembangan
ilmu sejarah sekarang ini. Baik dalam hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu.
Hewan yang pernah hidup dan bagaimana evolusi manusia hingga me njadi sekarang ini.
Indonesia banyak menyumbang fosil manusia- manusia purba. Dilihat dari hasil penemuan
di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan
manusia mulai saat manusia hidup. Dengan begitu ilmu sejarah akan terus berkembang
sejalan dengan fosil- fosil yang ditemukan. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari
Eropa pada abad ke-19, dimana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
fosil manusia di Indonesia. Itu sebabnya makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas
dan terperinci mengenai pengertian manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan
homo sapiens serta kehidupannya pada masa itu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan manusia purba?
1.2.2 Siapa sajakah para ahli yang meneliti keberadaan manusia purba di Indonesia?
1.2.3 Bagaimana kondisi alam dan jenis manusia purba di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian manusia purba.
1.3.2 Untuk mengetahui para ahli yang meneliti keberadaan manusia purba di Indonesia.
1.3.3 Untuk mengetahui kondisi alam dan jenis-jenis manusia purba di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia Purba


Manusia purba diyakini sudah tinggal di bumi ini sekitar 4 juta tahun yang lalu.
Tetapi para ahli meyakini bahwa manusia ini sudah ada di bumi sejak 2 juta tahun yang
lalu. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman praaksara atau prasejarah
yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Secara fisik, cirri-ciri manusia purba
mempunyai kemiripan dengan manusia modern sekarang (homo sapiens) namun hal
kecerdasannya masih rendah (volume otak < 1200 cc) dibandingkan manusia modern.
Mereka biasanya hidup secara berkelompok dan mengandalkan bahan makanan dari alam
sekitar, baik beerupa tumubuh-tumbuhan maupun binatang, karena belum mengenal cara
bercocok tanam. Kehidupannyapun mereka menggunakan a lat-alat yang masih sangat
sederhana pula. Alat-alat yang mereka gunakan biasanya dari tulang-tulang binatang dan
batu.
Para ahli dapat mendeskripsikan kehidupan manusia purba setelah menemukan fosil
atau artefak peninggalan manusia purba. Fosil adalah tulang-belulang manusia maupun
hewan dan tumbuhan yang telah membatu dalam waktu yang sangat lama. Sedang
Artefak adalah peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia untuk membantu
memenuhi kehidupannya yang terbuat dari batu, tulang, kayu, dan logam. Dengan
ditemukannya fosil dan artefak tersebut dapat disusun dan dirangkai perkiraan kehidupan
manusia pada zaman lampau. Fosil- fosil manusia hampir ditemukan di seluruh
permukaan bumi. Melalui fosil dan artefak itu para ahli dapat meneliti manusia purba
untuk mengetahui dan menentukan usia dan keberadaannya.

2.2 Para Peneliti Manusia Purba di Indonesia


Fosil- fosil manusia purba banyak ditemukan di bumi Indonesia. Namun penemuan itu
belum dapat memastikan secara keseluruhan kehidupan dan keberadaan manusia purba
di wilayah Indonesia. Para ahli hanya dapat membuat berbagai macam perkiraan atau
penafsiran sebagian kecil kehidupan manusia purba. Berikut ini yang pernah meneliti
keberadaan manusia purba di Indonesia.
a. Eugene Dubois dan BD. Van Reitschotten
Ia mempunyai nama lengkap Marie Francois
Thomas Dubois, lahir pada 28 Januari 1858. Eugene
Dubois adalah seorang dokter yang berkebangsaan
Belanda yang pertama kali datang ke Indonesia.
Kedatangannya ke Indonesia bertujuan untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang manusia
purba di indonesia setelah mendapat kiriman sebuah
tengkorak manusia dari salah seorang teman yang
bernama BD. Van Reitchotten pada tahun 1889. BD.
Van Reitchotten menemukan tengkorak di daerah
Wajak, pada saat ia melakukan penggalian marmer. Eugene Dubois berhasil
menemukan fosil tengkorak pada tahun 1890 di dekat Desa Trinil, Jawa Timur. Fosil
itu diberi nama Pithecanthropus Erectus (manusia kera yang berjalan tegak). Fosil
tersebut diduga berusia kurang lebih satu juta tahun. Pe nemuan ini ternyata telah
menggemparkan dunia ilmu pengetahuan di bidang paleontologi dan biologi.
b. Ter Haar, Oppenoorth, dan GRH. Von Koenigswald
Ketiga peneliti mengadakan penelitian di daerah
Ngandong (Kabupaten Blora). Mereka berhasil
menemukan empat belas fosil manusia purba. Fosil-
fosil tersebut lebih dikenal dengan Homo Soloensis,
karena ditemukan di sepanjang aliran sungai
Bengawan Solo. Sekitar tahun 1936-1941, Von
Koenigswald menemukan fosil rahang bawah yang
berukuran sangat besar, sehingga para ahli member
nama Meganthropus Paleojavanicus (artinya manusia
besar yang berasal dari pulau Jawa) yang diduga sama dengan Homo Mojokertensis.
c. Tjokrohandoyo dan Duifjes
Kedua tokoh ini berhasil menemukan dua fosil di Desa Perning dekat Mojokerto
dan Desa Sangiran di daerah Sragen-Surakarta. Penemuan itu menjadi sangat penting
karena diperkirakan berasal dari lapisan tanah yang sangat tua (lebih kurang
diperkirakan dua juta tahun yang lalu). Fosil yang ditemukan tersebut diberi nama
Homo Mojokertensis.
d. Prof. Dr. Teuku Jacob
Ia lahir di Peurlak, Aceh Timur pada 6 Desember
1929. Setelah Indonesia merdeka, penelitian itu
dilakukan oleh Prof. Dr. Teuku Jacob, ia adalah ilmuwan
yang terus memperjuangkan penemuannya bahwa fosil
di Flores bukan spesies baru, tetapi bagian dari salah
satu subspecies Homo Sapiens dengan ras
Austromelanesid. Ia menolak anggapan para ahli Barat
bahwa manusia purba di kawasan Sangiran, Solo
bertradisi mengayau (memenggal kepala lalu memakan
otak sesamanya). Prof. Dr. Teuku Jacob melakukan penelitian di Desa Sangiran dan
meluas sampai di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Penelitian ini berhasil
menemukan 13 fosil, dan fosil terakhir ditemukan pada tahun 1973 di Desa Sambung
Macan dan Sragen.

2.3 Kondisi Alam dan Jenis Manusia Purba di Indonesia


Konon pada zaman es, wilayah kita terbagi menjadi dua bagian. Wilayah barat yang
disebut Paparan Sunda menjadi satu dengan Asia Tenggara kontinental. Paparan ini
meliputi Jawa, Kalimantan, serta Sumatra dan menjadi satu dengan daratan Asia
Tenggara, sehingga merupakan wilayah yang luas. Wilayah timur yang disebut Paparan
Sahul menjadi satu dengan Benua Australia. Wilayah yang terletak di antara Paparan
Sunda dan Sahul itu meliputi Kepulauan Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Kawasan
ini kelak, oleh Wallacea disebut penyaring bagi fauna (bahkan manusia) di kedua daratan.
Karenanya, tipe fauna di kedua daratan cenderung berbeda satu dengan yang lainnya.
Dengan dukungan iklim serta suhu yang baik, evolusi tumbuhan dan hewan (termasuk
Primates) bisa berlangsung.
Pada masa itu, manusia hidup dalam kelompok-kelompok kecil di berbagai daerah
dengan mobilitas yang cukup tinggi. Jalur Indonesia-kontinen Asia bisa mereka tempuh
melalui rute darat, begitu pula dengan Indonesia-Australia. Peralatan batu yang
ditemukan di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara serta di Filipina, mungkin bisa
digunakan untuk merunut kehidupan Pithecanthropus yang tinggal di kawasan ini.
Kemudahan komunikasi itu memungkinkan mereka untuk mengadakan migrasi ke dalam
dua arah yang berlawanan.
Perubahan mulai terjadi pada daratan dan kehidupan manusia, saat es mulai mencair.
Karena air laut menjadi lebih tinggi dan menutupi bagian-bagian rendah dari kedua
paparan, maka membentuk pulau-pulau baru yang saling terpisah. Dampaknya adalah
kelompok-kelompok manusia itu menjadi tercerai-berai dan hidup di dalam pulau-pulau
yang saling berlainan.
Fenomena alam itu tidak hanya sekali terjadi, sehingga memungkinkan faktor-faktor
evolusi seperti seleksi alam, arus gen, dan efek perintis untuk bekerja. Hasilnya adalah
populasi baru yang mungkin sekali berbeda dengan induknya. Mungkin karena faktor
hibridisasi yaitu pembauran gen atau perjodohan antara dua golongan makhluk hidup.
Mungkin pula karena pigminasi yaitu proses pengerdilan individu sebagai akibat adanya
seleksi alam dan terbatasnya bahan makanan untuk populasi yang semakin bertambah.
Proses inilah yang antara lain mengakibatkan mengapa manusia purba yang ditmukan di
kawasan Sangiran berbeda dengan yang ditemukan di Flores pada tahun 2004.
Latar belakang sejarah di atas memunculkan kehidupan manusia di bumi Indonesia.
Berdasarkan penemuan para ahli dapat diketahui adanya beberapa jenis manusia purba
yang berhasil ditemukan di Indonesia, diantaranya:
a. Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata; Megan artinya besar, Anthropus
artinya manusia, Paleo berarti tua, Javanicus yang artinya dari Jawa. Jadi bisa
disimpulkan bahwa Meganthropus Paleojavanicus adalah manusia purba bertubuh
besar tertua di Jawa. Fosil manusia purba ini dite mukan di daerah Sangiran, Jawa
Tengah antara tahun 1936-1941 oleh seorang peneliti Belanda bernama Von
Koeningswald. Hasil temuan tersebut berupa rahang bawah dan atas. Pada tahun
1952, Marks juga menemukan fosil rahang bawah manusia Meganthropus yang lain
pada lapisan Kabuh (Pleistosen tengah) di Sangiran. Fosil yang ditemukan di Sangiran
ini diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun. Ciri-cirinya sebagai berikut:
1) Memiliki tulang pipi yang tebal.
2) Memiliki otot kunyah yang kuat.
3) Memiliki perawakan yang tegap.
4) Memiliki tonjolan kening yang menyolok.
5) Memiliki tonjolan belakang yang tajam.
6) Tidak memiliki dagu.
7) Memakan jenis tumbuh-tumbuhan.
8) Mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
b. Pithecanthropus Mojokertensis / Pithecanthropus Robustus
Pithecanthropus Mojokertensis berarti manusia
kera dari Mojokerto. Fosil manusia purba ini
ditemukan dan diteliti oleh Tjokrohandoyo yang
bekerja di bawah pimpinan ahli purbakala Duifjes
pada tahun 1936 di daerah Kepuhlagen sebelah utara
Perning, Mojokerto. Temuan tersebut berupa fosil
anak-anak berusia sekitar 5 tahun. Pithecanthropus
Mojokertensis diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai
2,25 juta tahun yang lalu.
Jenis Phitecanthropus mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
1) Badan tegap, tetapi tidak seperti Meganthropus.
2) Tinggi badannya 165-180 cm.
3) Tidak mepunyai dagu.
4) Tulang tahang dan geraham kuat serta bagian kening menonjol.
5) Volume otak belum sempurna seperti jenis Homo, yaitu hanya berkisar 750 -
1.300 cc.
6) Tulang atap tengkorak tebal dan berbentuk lonjong.
7) Alat pengunyah dan otot tengkuk sudah mengecil.
c. Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus erectus ditemukan oleh Eugene
Dubois pada tahun 1890 di sekitar lembah sungai
Bengawan Solo, Desa Trinil (Ngawi), Jawa Timur.
Hasil temuan fosil tersebut setelah diteliti dan
direkonstruksi ternyata menunjukkan bentuk
kerangka manusia yang menyerupai kera, sehingga
dinamakan Pithecanthropus Erectus yang berarti
manusia kera yang berjalan tegak. Mereka hidup
sekitar satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu.
Berdasarkan penelitian pada temuan fosil yang ada, dapat disimpulkan bahwa
Pithecanthropus Erectus mempunyai ciri-ciri antara lain:
1) Berjalan tegak.
2) Berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat.
3) Tinggi badan sekitar 165-170 cm dengan berat badan ± 100 kg.
4) Makanannya masih kasar dengan sedikit pengolahan.
5) Volume otaknya berada di antara kera dan manusia.
d. Homo Wajakensis
Fosil manusia purba jenis Homo adalah jenis manusia purba yang mendekati ciri-
ciri manusia modern. Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Dobois di
desa Wajak (Tulung Agung) Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa tulang
tengkorak, rahang bawah, dan beberapa ruas tulang leher. Hidup antara 25.000-40.000
tahun yang lalu. Adapun jenis Homo Wajakensis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Berbadan tegap.
2) Volume otak lebih besar daripada Pithecanthropus, yaitu berkisar 1.000-2.000 cc
dengan rata-rata 1.350-1.450 cc.
3) Alat pengunyah, rahang, gigi dan otot tengkuk sudah mengecil.
4) Otak besar dan kecil sudah berkembang terutama kulit dan otaknya.
5) Berjalan lebih tegak.
6) Tinggi badan 130-210 cm dengan berat badan 30-150 kg.
7) Muka tidak terlalu menonjol ke depan.
8) Tulang tengkorak mulai membulat.
9) Berkemampuan membuat alat-alat dari batu dan tulang meskipun masih sangat
sederhana.
e. Homo Soloensis
Homo Soloensis merupakan jenis fosil manusia
praaksara yang ditemukan di lembah sungai
Bengawan Solo, oleh Ter Haar dan Ir. Oppenoorth
pada tahun 1931–1934 di Desa Ngandong kabupaten
Blora. Setelah diteliti oleh Von Koenigswald, fosil
tersebut diketahui bahwa ternyata manusia purba
jenis Homo Soloensis lebih tinggi tingkatannya
daripada Pithecanthropus Erectus. Jenis manusia
purba tersebut dinamakan Homo Soloensis atau manusia purba dari Solo. Fosil yang
ditemukan berupa tengkorak dan juga tulang kering.
Homo Soloensis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Otak kecilnya lebih kecil dari otak kecil Pithecanthropus Erectus.
2) Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus.
3) Volume otaknya berkisar 1.000-1.300 cc.
4) Tonjolan kening agak terputus di tengah.
5) Berbadan tegap dan tingginya sekitar 180 cm.
f. Homo Sapiens
Homo sapiens artinya manusia cerdik berasal dari zaman Holosen (±40.000 tahun
yang lalu), telah mengalami pengecilan pada bagian kepala dan tubuh yang lain,
sehingga fisiknya sudah hampir sama dengan manusia zaman sekarang. Jenis Homo
Sapiens yang sampai sekarang masih ada adalah ras Mongoloid, ras Kaukasoid, dan
ras Negroid. Ras Mongoloid memiliki ciri berkulit kuning dan menyebar di Asia
Tenggara. Ras Kaukasoid berkulit putih berhidung mancung dan tubuhnya jangkung,
hidupnya menyebar di Eropa dan Asia kecil (Timur Tengah). Ras Negroid berkulit
hitam, bibir tebal, berambut keriting, hidup menyebar di Papua, Australia dan Afrika.
Selain ketiga ras tersebut, terdapat dua ras yang penyebarannya terbatas yaitu ras
Austromelanesoid dan ras Kaukasoid. Ras Austromelanesoid terdapat di Kepulauan
Pasifik dan pulau-pulau di antara Asia dan Australia, sedangkan ras Kaukasoid atau
mungkin yang dimaksud adalah ras Indian yang terdapat di Benua Amerika dan
sekarang terdesak oleh orang kulit putih.
Pada zaman Mesolitikum (zaman Batu Madya atau zaman mengumpulkan
makanan), Homo Sapiens di Indonesia sudah mengenal tempat tinggal yang tetap dan
bercocok tanam secara sederhana. Mereka yang tinggal di tepi pantai membangun
rumah-rumah panggung, sementara yang di pedalaman tinggal di gua-gua.

2.4 Peta Temuan Manusia Purba

Wilayah Indonesia, terutama di


daerah lembah sungai Bengawan
Solo dan sungai Brantas,
merupakan daerah temuan fosil
manusia purba yang pernah hidup di
Indonesia. Setelah ditemukannya
fosil Pithecantropus Erectus
tersebut orang mulai mengadakan
penyelidikan di sekitar Trinil. Pada
tahun 1931 dan 1934 Dr. G.H.R.
Von Koenigswald di daerah
Ngandong, masih di wilayah lembah Bengawan Solo menemukan dua tulang paha dan
sebelas tengkorak. Sebagian dari tengkorak itu sudah rusak, tetapi ada beberapa yang masih
baik dan bisa digunakan untuk penelitian yang saksama. Penyelidikan yang dilakukan Dr.
G.H.R. Von Koenigswald dan Weidenriech menunjukkan bahwa mahluk ini tingkatannya
lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus, bahkan mungkin dapat digolongkan kepada
manusia (homo sapiens).
Pada tahun 1936 Dr. G.H.R. Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba
ketika mengadakan penelitian di lembah sungai Solo di dekat Mojokerto. Ia menemukan
kerangka manusia yang diperkirakan lebih tua daripada sisasisa yang ditemukan oleh Dr.
Eugene Dubois. Fosil manusia purba jenis tersebut ditemukan di daerah Wajak, dekat Tulung
Agung, Jawa Timur. Makhluk tersebut di sebut Homo Mojokertensis. Para ahli menyebutnya
Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Fosil manusia purba dari Mojokerto itu
merupakan fosil anak-anak. Menurut ahli purbakala Tn. Van der Hoop, Homo Mojokertensis
hidup kira-kira 600.000 tahun yang lalu, sedangkan mahluk Pithecantropus Erectus 300.000
tahun yang lalu.
Pada tahun 1939, Von Koenigswald menemukan fosil manusia purba di lembah
Bengawan Solo, desa Perning di dekat kota Mojokerto, Jawa Timur. Fosil ini berupa
tengkorak kanak-kanak yang tampak pada giginya yang diperkirakan berusia 5 tahun. Jenis
manusia purba ini disebut Pithecantropus Mojokertensis, artinya manusia kera dari
Mojokerto. Pada tahun yang sama Von Koenigswald menemukan lagi fosil manusia purba di
lembah sungai Bengawan Solo. Jenis manusia purbanya disebut Pithecantropus Robusta,
artinya manusia kera yang kuat tubuhnya. Disebut demikian karena bentuk tubuhnya lebih
besar dan kuat daripada Pithecantropus Erectus.
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia
purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu
zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena
adanya fosil dan artefak. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah
Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di
Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak.
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama
dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang.
Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo
Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2, yaitu Homo Soloensis yang berarti manusia
purba dari Solo dan Homo Wajakensis yang berarti manusia purba dari Wajak.

2.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun dengan baik. Semoga dapat bermanfaat bagi
teman-teman. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka kami
mengharapkan saran dan kritik yang senantiasa bersifat membangun demi
menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.plengdut.com/2013/03/Manusia-Purba-Indonesia-yang-Hidup-pada-Masa-
Praaksara.html
http://indonesiaindonesia.com/f/89905-manusia-purba-indonesia/
http://www.info-asik.com/2012/10/sejarah-manusia-purba.html
http://marhadinata.blogspot.com/2013/01/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://smpn1sdk91bubun2013.blogspot.com/2013/03/sejarah-manusia-purba.html
http://yessicahistory.blogspot.com/2013/04/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://zulfahmigo.blogspot.com/2013/01/manusia-purba-pithecanthropus-erectus.html
http://jagoips.wordpress.com/2012/12/28/kehidupan-manusia-pra-aksara/

Anda mungkin juga menyukai