sejarah wajib
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………... 2
BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………. 10
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….. 10
3.2 Saran………………………………………………………………….... 10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 11
BAB I
PENDAHULUAN
M
1.1 Latar Belakang
anusia yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah
menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam
perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Penemuan-penemuan
fosil ini banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan
Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang
cocok dihuni manusia kala itu. Penemuan-penemuan fosil sangat berguna bagi perkembangan
ilmu sejarah sekarang ini. Baik dalam hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu. Hewan yang
pernah hidup dan bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak
menyumbang fosil manusia-manusia purba. Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat
dipastikan Indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup.
Dengan begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang ditemukan.
Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, dimana mereka tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Itu sebabnya makalah ini
dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai pengertian manusia purba yang
ditemukan di Indonesia dan homo sapiens serta kehidupannya pada masa itu.
a. Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata; Megan artinya besar, Anthropus artinya
manusia, Paleo berarti tua, Javanicus yang artinya dari Jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa
Meganthropus Paleojavanicus adalah manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa. Fosil
manusia purba ini ditemukan di daerah Sangiran, Jawa Tengah antara tahun 1936-1941
oleh seorang peneliti Belanda bernama Von Koeningswald. Hasil temuan tersebut berupa
rahang bawah dan atas. Pada tahun 1952, Marks juga menemukan fosil rahang bawah
manusia Meganthropus yang lain pada lapisan Kabuh (Pleistosen tengah) di Sangiran. Fosil
yang ditemukan di Sangiran ini diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun. Ciri-cirinya
sebagai berikut:
1) Memiliki tulang pipi yang tebal.
2) Memiliki otot kunyah yang kuat.
3) Memiliki perawakan yang tegap.
4) Memiliki tonjolan kening yang menyolok.
5) Memiliki tonjolan belakang yang tajam.
6) Tidak memiliki dagu.
7) Memakan jenis tumbuh-tumbuhan.
8) Mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
b. Pithecanthropus Mojokertensis / Pithecanthropus
Robustus
Pithecanthropus Mojokertensis berarti manusia kera dari Mojokerto. Fosil manusia purba
ini ditemukan dan diteliti oleh Tjokrohandoyo yang bekerja di bawah pimpinan ahli
purbakala Duifjes pada tahun 1936 di daerah Kepuhlagen sebelah utara Perning,
Mojokerto. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5 tahun.
Pithecanthropus Mojokertensis diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta tahun yang
lalu. Jenis Phitecanthropus mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
1) Badan tegap, tetapi tidak seperti Meganthropus.
2) Tinggi badannya 165-180 cm.
3) Tidak mepunyai dagu.
4) Tulang tahang dan geraham kuat serta bagian kening menonjol.
5) Volume otak belum sempurna seperti jenis Homo, yaitu hanya berkisar 750 - 1.300 cc.
6) Tulang atap tengkorak tebal dan berbentuk lonjong.
7) Alat pengunyah dan otot tengkuk sudah mengecil.
c. Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus erectus ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di sekitar lembah
sungai Bengawan Solo, Desa Trinil (Ngawi), Jawa Timur. Hasil temuan fosil tersebut setelah
diteliti dan direkonstruksi ternyata menunjukkan bentuk kerangka manusia yang
menyerupai kera, sehingga dinamakan Pithecanthropus Erectus yang berarti manusia kera
yang berjalan tegak. Mereka hidup sekitar satu juta sampai satu setengah juta tahun yang
lalu. Berdasarkan penelitian pada temuan fosil yang ada, dapat disimpulkan bahwa
Pithecanthropus Erectus mempunyai ciri-ciri antara lain:
1) Berjalan tegak.
2) Berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat.
3) Tinggi badan sekitar 165-170 cm dengan berat badan ± 100 kg.
4) Makanannya masih kasar dengan sedikit pengolahan.
5) Volume otaknya berada di antara kera dan manusia.
d. Homo Wajakensis
Fosil manusia purba jenis Homo adalah jenis manusia purba yang mendekati ciriciri manusia
modern. Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Dobois di desa Wajak (Tulung
Agung) Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa tulang tengkorak, rahang bawah, dan
beberapa ruas tulang leher. Hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu. Adapun jenis
Homo Wajakensis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Berbadan tegap.
2) Volume otak lebih besar daripada Pithecanthropus, yaitu berkisar 1.000-2.000 cc dengan
rata-rata 1.350-1.450 cc.
3) Alat pengunyah, rahang, gigi dan otot tengkuk sudah mengecil.
4) Otak besar dan kecil sudah berkembang terutama kulit dan otaknya.
5) Berjalan lebih tegak.
6) Tinggi badan 130-210 cm dengan berat badan 30-150 kg.
7) Muka tidak terlalu menonjol ke depan.
8) Tulang tengkorak mulai membulat.
9) Berkemampuan membuat alat-alat dari batu dan tulang meskipun masih sangat
sederhana.
e. Homo Soloensis
Homo Soloensis merupakan jenis fosil manusia praaksara yang ditemukan di lembah sungai
Bengawan Solo, oleh Ter Haar dan Ir. Oppenoorth pada tahun 1931–1934 di Desa
Ngandong kabupaten Blora. Setelah diteliti oleh Von Koenigswald, fosil tersebut diketahui
bahwa ternyata manusia purba jenis Homo Soloensis lebih tinggi tingkatannya daripada
Pithecanthropus Erectus. Jenis manusia purba tersebut dinamakan Homo Soloensis atau
manusia purba dari Solo. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak dan juga tulang kering.
Homo Soloensis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Otak kecilnya lebih kecil dari otak kecil Pithecanthropus Erectus.
2) Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus.
3) Volume otaknya berkisar 1.000-1.300 cc.
4) Tonjolan kening agak terputus di tengah.
5) Berbadan tegap dan tingginya sekitar 180 cm.
f. Homo Sapiens
Homo sapiens artinya manusia cerdik berasal dari zaman Holosen (±40.000 tahun yang
lalu), telah mengalami pengecilan pada bagian kepala dan tubuh yang lain, sehingga fisiknya
sudah hampir sama dengan manusia zaman sekarang. Jenis Homo Sapiens yang sampai
sekarang masih ada adalah ras Mongoloid, ras Kaukasoid, dan ras Negroid. Ras Mongoloid
memiliki ciri berkulit kuning dan menyebar di Asia Tenggara. Ras Kaukasoid berkulit putih
berhidung mancung dan tubuhnya jangkung, hidupnya menyebar di Eropa dan Asia kecil
(Timur Tengah). Ras Negroid berkulit hitam, bibir tebal, berambut keriting, hidup menyebar
di Papua, Australia dan Afrika. Selain ketiga ras tersebut, terdapat dua ras yang
penyebarannya terbatas yaitu ras Austromelanesoid dan ras Kaukasoid. Ras
Austromelanesoid terdapat di Kepulauan Pasifik dan pulau-pulau di antara Asia dan
Australia, sedangkan ras Kaukasoid atau mungkin yang dimaksud adalah ras Indian yang
terdapat di Benua Amerika dan sekarang terdesak oleh orang kulit putih. Pada zaman
Mesolitikum (zaman Batu Madya atau zaman mengumpulkan makanan), Homo Sapiens di
Indonesia sudah mengenal tempat tinggal yang tetap dan bercocok tanam secara
sederhana. Mereka yang tinggal di tepi pantai membangun rumah-rumah panggung,
sementara yang di pedalaman tinggal di gua-gua.