PENDAHULUAN
A. latar Belakang
Masa pra-aksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Maka masa
pra-aksara sering dikaitkan sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada masa pra-
aksara disebut sebagai kehidupa manusia purba. Manusia muncul dipermukaan bumi kira-
kira 3 juta tahun yang lalu bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi
dalam zaman yang disebut kala plestosen.
Manusia pra aksara adalah manusia yang hidup sebelum tulisan dikenal. Karena
belum ditemukan peninggalan tertulis, maka gambaran mengenai kehidupan manusia purba
dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan berupa fosil, artefak, abris saus roche,
Kejokken Moddinger dan lainnya.
Kehidupan awal masyarakat pra aksara Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan geografis wilayah Indonesia. Sebelum zaman es atau glasial, wilayah
Indonesia bagian barat menjadi satu dengan daratan Asia dan wilayah Indonesia bagian timur
menjadi satu dengan daratan Australia. Pendapat ini didasarkan pada persamaan kehidupan
flora dan fauna di Asia dan Australia dengan wilayah Indonesia. Binatang yang hidup di
wilayah Indonesia bagian barat memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan
Asia. Misalnya, gajah, harimau, banteng, burung, dan sebagainya. Sedangkan binatang yang
hidup di wilayah bagian timur memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan
Australia, seperti burung Cendrawasih.
Mencairnya es di kutub utara menyebabkan air laut mengalami kenaikan. Peristiwa ini
mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi terpisah dengan daratan Asia maupun Australia.
Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan Asia disebut Paparan
Sunda. Sedangkan bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian timur dengan
Australia disebut Paparan Sahul. Ternyata, perubahan-perubahan itu sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang diatas , saya akan merumuskan masalah berikut.
Apa itu zaman pra-aksara ?
Apakah manusia purba memiliki jenis ?
Apakah manusia purba memiliki kebudayaan dan peralatan untuk digunakan ?
Bagaimana sistem kepercayaan manusia purba ?
C. Tujuan
Sejalan dengan perumusan diatas , makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui:
Definisi zaman pra-aksara
Ciri – ciri manusia purba
Kebudayaan manusia purba
Sistem kepercayaan manusia purba
Persebaran yang terjadi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pitecanthropus Erectus
Manusia purba ini hidup di wilayah Indonesia pada 1-2 juta tahun yang
lalu. Wilayah Indonesia yang menurut sejarah arkeologi, pernah
beberapa kali mengalami bencana alam Indonesia. Dari mulai hal yang
bersifat mengikat hingga membuat wilayah indonesia terdiri dari
bermacam macam pulau. Doktor dari Belanda bernama Eungene
Dubois adalah penemu pertama manusia disini. Ciri khas dari
Pitecanthropus adalah:
Berjalan tegak, tetapi dalam struktur tengkoraknya mirip dengan struktur kera. Maka dikenal
juga dengan manusia kera berjalan tegak.
Dengan struktur tengkorak mirip kera, maka dimungkinkan ukuran otaknya kecil.
Menyebabkan tingkat kecerdasan jenis manusia purba ini hampir sama namun diatas dengan
insting hewan.
Pitecanthropus merupakan bangsa atau kaum pengumpul makanan (Food Gathering).
3. Pitecanthropus Soloensis
Merupakan jenis-jenis manusia purba yang berasal dari
solo tepatnya area ngandong. Selain dari aspek daratan,
terdapat batas wilayah laut di Indonesia yang bagi negara kita
sangat penting. Hal ini dikemukakan dalam batas laut Indonesia
yang sudah menjadi ketetapan di kalangan internasional.
Adapun ciri dari Pitecanthropus Erectus adalah :
Pada tengkorak, tonjolan keningnya tebal.
Hidungnya lebar, dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol.
Tinggi sekitar 165–180 cm.
Pemakan tumbuhan dan daging (pemakan segalanya).
Memiliki rahang bawah yang kuat.
Memiliki tulang pipi yang tebal.
Tulang belakang menonjol dan tajam.
Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
4. Pitecanthropus Mojokertensis
Dalam hal yang dilakukan tanpa perlu mendalami jenis jenis
manusia purba dan gambarnya, kita bisa tahu bahwa Eungene
Dubois berhasil menjadi penemu fosil jenis ini di wilayah
Mojokerto, sehingga beliau menamai fosil penemuannya menjadi
sebuah temuan besar abad ini. Penggalian yang dilakukan di
Mojokerto ini mau tidak mau merusak tulang tulang nya.
Beberapa bagian nya menjadi hancur sehingga beberapa detil
tidak terselamatkan sempurna. 10 Jenis Jenis Manusia Purba Di
Indonesia ini bisa menjadi bahan wawasan buat pribadi maupun siswa ajar.
5. Homo Floresiensis
Dari awal kita sudah meminjam berbagai tautan kata dari sumber. Untuk jenis homo
ini memiliki kebiasaan dan gaya hidup yang kurang lebih sama dengan manusia sekarang.
Bahkan pada masa itu jenis homo memiliki kesatuan dalam hal
bertindak secara ciri-ciri manusia sebagai makhluk ekonomi.
Pada masa tersebut tidak menggunakan alat-alat canggih, tetapi
menggunakan batu sederhana yang kemudian di hampelas .
Kedua, manusia jenis Homo ini sudah sadar akan keberadaan
kita, atau manusia di sekitarnya. Sehingga akan timbul
kesamaan ras.
Secara nama mungkin kita sedikit terkecoh, karena peneliti Belanda tersebut tidak
menamakan fosil penemuannya dengan namanya, tetapi menggunakan nama tempat pada
waktu penggalian arkeologisnya. Nama lain dari Homo mungkin bisa diartikan sebagai suatu
kecenderungan seksual antara sesama laki-laki/ secara umum manusia jenis homo ini
memiliki ciri khas :
Muka lebar dengan hidung yang lebar;
Mulutnya menonjol;
Dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus;
Bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang
6. Homo Wajakensis
Homo Wajakensis berarti homo yang berasal dari Wajak. Perselisihan antar
kelompok masih menjadi masalah pada masa purba menjadikan tiap daerah memiliki bentuk
fosil yang berbeda-beda pula. Kita hanya bisa memperkirakan seperti apa kehidupan
sosialnya. Namun para ahli telah meneliti pengaruh letak geografis Indonesia terhadap
keadaan alam dan iklim. Dengan begitu sejauh yang kita perkirakan, kehidupan sosial
manusia purba bisa jadi tidak berbeda dengan keadaan sekarang kecuali dalam hal
berkomunikasi.
7. Homo Soloensis
Merupakan jenis manusia purba Homo yang ditemukan fosilnya di
wilayah Solo pulau Jawa. Siapa saja yang meneliti manusia purba di
indonesia? Yang paling terkenal tentunya Eungene Dubois, kemudian
Van Koenigswald, kemudian ada Weidenreich. Berikut keterangan
penelitian tentang manusia purba soloensis:
Dan peneliti
diatas.
8. Pitecanthropus Robustus
Adalah jenis Pitecanthropus yang memiliki rahang besar. Dengan
adanya rahang besar tersebut, menurut peneliti jenis manusia purba ini
memiliki kegemaran memakan tumbuhan. Kegunaan rahang yang besar
adalah agar dalam mengunyah tumbuhan menjadi lebih mudah dan
lebih cepat, sehingga bangsa ini lebih senang bila hidup sendiri. Berikut
bentuk rupa dari manusia purba pitechanthropus robustus:
Bentuk rahang yang besar itu pula menunjukkan bahwa cakupan
dari kapasitas mulut Pitecanthropus Erectus lebih besar dari
manusia masa sekarang.
Kapasitas mulut tersebut memungkinkan manusia jenis ini memberikan jati dirinya.
Diketahui bahwa manusia purba pada zaman itu
9. Pitecanthropus Dubuis
Bila diartikan, jenis manusia kera berjalan tegak ini adalah jenis
yang meragukan. Fosilnya ditemukan di Sangiran namun secara
struktur tulang dan tengkoraknya tidak mutlak masuk dalam ciri
meganthropus maupun pitecanthropus. Sumbangsih peneliti dari
Belanda ini merupakan penemuan penting. Meskipun bagi rakyat
Indonesia ekspedisi dan penggalian arkeologis tak ubahnya dengan
pemaksaan dan penjajahan hak.
Dikarenakan banyak sekali temuan di daerah sungai Bengawan Solo, peneliti membagi
lapisan tanah di daerah itu menjadi 3 lapisan yaitu :
Lapisan Jetis, dimana Pitecanthropus Robustus ditemukan atau kita kenal juga dengan nama
lapisan pleistosen bawah
Lapisan Trinil, dimana ditemukan Pitecanthropus Erectus. Lapisan ini kita kenal juga dengan
nama lapisan pleistosen tengah.
Lapisan Ngandong, dimana Pitecanthropus Soloensis ditemukan. Dikenal juga dengan nama
lapisan pleistosen atas.
b. Alat Serpih
Alat ini digunakan oleh manusia purba untuk menusuk, memotong dan melubangi kulit
binatang. Alat ini terbuat dari batu. Diperkirakan, alat ini merupakan serpihanserpihan dari
batu yang dibuat sebagai kapak genggam. Alat ini pernah ditemukan di Sangiran dan
Gombong (Jawa Tengah), serta Cabbenge (Flores).
c. Kapak Persegi
Kapak persegi merupakan alat yang terbuat dari batu dan digunakan oleh manusia untuk
mencangkul, memahat, dan berburu. Alat ini terbuat dari batu berbentuk segi empat yang
kedua sisinya diasah halus. Pada salah satu sisi pangkal, ada bagian berlubang untuk tangkai.
Sementara pangkal lainnya adalah bagian yang tajam. Alat ini banyak ditemukan di berbagai
tempat di Indonesia, mulai dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.
d. Kapak Lonjong
Kapak lonjong merupakan kapak yang bentuknya lonjong. Pangkal kapak tersebut lebar
dan tajam, sedang ujungnya runcing dan diikatkan pada gagang. Alat ini terbuat dari batu
yang telah diasah hingga halus. Kapak lonjong pernah ditemukan di Nusa Tenggara, Maluku,
dan Papua.
e. Menhir
Menhir merupakan tugu batu yang tinggi. Diperkirakan menhir digunakan sebagai tempat
pemujaan oleh manusia prasejarah.
f. Dolmen
Dolmen adalah meja yang terbuat dari batu, diperkirakan digunakan sebagai tempat
menyimpan sesaji untuk sesembahan manusia prasejarah.
g. Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti mati yang terbuat dari batu.
h. Arca
Arca adalah batu yang dibentuk hingga menyerupai makhluk hidup tertentu.
i. Bejana Perunggu
Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari perunggu. Bentuknya mirip dengan gitar
spanyol tanpa gagang. Alat ini hanya ditemukan di dua tempat yaitu di Madura dan Sumatra.
j. Kapak Corong
Kapak corong adalah kapak yang terbuat dari perunggu dan bentuk bagian atas mirip
dengan corong. Alat ini pernah ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Papua.
2) Dinamisme
Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari animisme. Roh atau makhluk halus
yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang meninggal, kemudian mendiami berbagai
tempat, misalnya hutan belantara, lautan luas, gua-gua, sumur dalam, sumber mata air,
persimpangan jalan, pohon besar, batu-batu besar, dan lain-lain. Timbullah kepercayaan
terhadap adanya kekuatan gaib yang dapat menambah kekuatan seseorang yang masih hidup.
Kekuatan yang timbul dari alam semesta inilah yang menimbulkan kepercayaan dinamisme
(dinamis berarti bergerak). Manusia purba percaya bahwa, misalnya, pada batu akik, tombak,
keris, belati, anak panah, bersemayam kekuatan halus, sehingga alat-alat tersebut harus
dirawat, diberi sesajen, dimandikan dengan air kembang.
Benda-benda peninggalan zaman perundagian.
1). Bahan Perunggu
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin
Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan
timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :
a. Nekara
Nekara adalah gendering perunggu dengan membran satu. Berdasarkan hiasan yang
terdapat dalam beberapa nekara, benda ini diduga digunakan untuk memanggil roh para
leluhur untuk turun ke dunia dan member berkah dan memanggil hujan. Nekara ini
ditemukan di Pejeng dan Bebrita (Bali), Sumatera, NTT, Weleri, (Jawa Tengah), serta
Banten.
b. Kapak Corong
Disebut kapak corong karena kapak dari perunggu ini bentuknya seperti corong. Kapak
ini disebut juga kapak sepatu (karena berbentuk seperti sepatu). Fungsinya sama seperti
kapak sebelumnya . kapak ini ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, Bali, Dan Papua.
c. Arca Perunggu
Arca-arca berupa manusia dan binatang salah satunya ditemukan di Bangkinang (Riau).
d. Bejana Perunggu
Bejana Perunggu Berbentuk kepis (wadah ikan pada pemancing). Barang ini telah
ditemukan salah satunya di Kerinci (Jambi).
e. Perhiasan
Manusia pada perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup terhadap seni. Hal ini
dibuktikan ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan yang ditemukan berupa gelang tangan,
gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul kalung. Bendabenda tersebut ada yang diberi pola
hias dan ada yang tidak. Benda yang diberi pola hias seperti cincin atau gelang yang diberi
pola hias geometrik.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
B.saran
Setelah mempelajari kehidupan manusia praaksara dan setelah Saya menyusun
makalah ini Saya memberi saran :
1. Kita haru bersyukur karena kita tidak perlu bersusah susah keras lagi untuk mencari
makanan kini kita tinggal membeli apa yang kita inginkan
2. \Kita mempunyai rumah jika ingin tinggal
3. masa kita sekarang adalah masa yang modren tentunya perlu disyukuri dan dinikmati
sesuai kebutuhan
4. Jangan lupa bersyukur selalu kepada tuhan yang menciptakan langit dan bumi
DAFTAR PUSTAKA
http://herydotus.wordpress.com/2011/12/26/perkembangan-rekaman-tertulis/
http://muchlis-7a.blogspot.com/2012/01/manusia-pra-aksara.html
http://www.crayonpedia.org/mw/
Bab_2._Kehidupan_Pada_Masa_Pra_Aksara_di_Indonesia_-_I_Wayan_Legawa_7.1
http://pelajargenerasiindonesiaku.blogspot.co.id/2015/06/makalah-perkembangan-teknologi-
pada.html
http://temukan-jawaban.blogspot.co.id/2016/05/peralatan-manusia-purba-zaman-
praaksara.html
Soekmono.R.1981.Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I.Yogjakarta:
Kanisius(anggota IKAPI)
Djoened, Marwati Poesponegoro, Nugroho Notosusanto.1993.Sejarah Nasional Indonesia I.
Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http://haristepanus.files.wordpress.com/2010/08/hasil-kebudayaan-masa-praaksara.pdf
Supriatna, Ratna, Sejarah kelas X Sekolah Menengah Atas, jilid II oleh Grafindo Media
Pratama. Jakarta
Drs.Prawoto,M.Pd, seri IPS Sejarah; 2007, oleh Yudhistira, Jakarta.