DI KEPULAUAN INDONESIA
B. Corak Kehidupan dan Hasil-hasil Budaya Manusia pada Masa Pra aksara
Fosil Meganthropus pertama kali ditemukan oleh von Koenigswald pada 1941 di
Desa Sangiran sekitar lembah Sungai Bengawan Solo. Meganthropus merupakan
jenis manusia purba paling tua.
Fosil yang ditemukan berupa fragmen rahang bawah sebelah kanan, rahang
atas sebelah kiri, dan gigi lepas.
Dari hasil penemuan fosil tersebut, diperkirakan bahwa manusia jenis ini
memiliki ukuran sangat besar atau raksasa. Oleh karena itu, fosil ini
dinamakan Meganthropus palaeojavanicus.
Meganthropus palaeojavanicus diperkirakan hidup pada 1–2 juta tahun lalu.
Fragmen fosil Meganthropus yang ditemukan masih sangat sedikit.
2. Pithecanthropus
3. Pithecanthropus mojokertensis
5. Homo sapiens
6. Homo wajakensis
7. Homo soloensis
Fosil Homo soloensis pertama kali ditemukan oleh von Koenigswald pada
1931–1934 di daerah Ngandong, di tepi Sungai Bengawan Solo. Selain itu,
fosil Homo soloensis ditemukan di Sambungmacan dan Ngawi.
Manusia purba Homo soloensis diperkirakan hidup pada 900–200 ribu tahun
lalu.
8. Homo floresiensis
Homo floresiensis ditemukan oleh para ilmuwan dari Australia pada 2003
dalam ekskavasi di gua Liang Bua, Flores. Manusia purba ini hidup di
Kepulauan Flores sekira 18.000 tahun lalu.
Menurut tim ilmuwan yang menemukan fosil tersebut, Homo floresiensis
merupakan keturunan spesies Homo erectus yang hidup di Asia Tenggara
sekira 1 juta tahun lalu. Akibat proses seleksi alam, tubuh mereka berevolusi
menjadi bentuk lebih kecil.
Dalam jurnal ilmiah Nature, para ilmuwan menjelaskan Homo floresiensis
sebagai spesies baru manusia. Sementara itu, menurut Teuku Jacob, Homo
floresiensis bukan merupakan spesies baru, melainkan nenek moyang dari
orang-orang Katai di Flores yang menderita penyakit microcephalia, yaitu
bertengkorak kecil dan berotak kecil.
C. Corak Kehidupan dan Hasil-hasil Budaya Manusia Pra aksara
1. Masa berburu dan Mengumpulkan Makanan tingkat sederhana ( Budaya
Paleolitikum)
Makan manusia purba pd masa ini masih tergantung pada alam (Food Gethering)
Bersifat Nomaden atau berpindah-pindah
Hidup dalam kelompok-kelompok kecil
Komunikasi masih menggunakan bahasa isyarat
Hasil-hasil Budaya :
Kapak perimabas
Alat serpih ( di desa Ngebung Sragen Jawa Tengh)
Alat tulang ( diNgandong)
2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat lanjut ( Budaya
Mesolitikum)
Masih tergantung pada alam (Food Gethering)
Mengenal pembagian kerja
Mengenal kebiasaan bertempat tinggal secara tidak tetap (semi sedenter),
terutama di gua-gua.
Tumbuh budaya Kjokkenmoddinger (sampah dapur berupa kulit kerang)
Mengenal tradisi melukis di dinding gua atau dinding kerang.
Pertama mngenal api.
Hasil – hasil budaya :
Serpih bilah (flakes) di Sulawesi Selatan
Alat tulang (peble) di Jawa Timur di gua lawa
Kapak genggam Sumatera (di Sumatera utara)
Abris sous roche
Kjokkenmoddinger
Seni Lukis