Untuk SMK/MAK
Kelas X Semester 1
Muatan Nasional
A. Manusia
B. Hasil Budaya
Purba di
Masa Praaksara
Indonesia
Daftar Isi
A. Manusia Purba di Indonesia
Manusia purba di
Indonesia
Fosil yang ditemukan berupa fragmen rahang bawah sebelah kanan, rahang atas sebelah
kiri, dan gigi lepas.
Dari hasil penemuan fosil tersebut, diperkirakan bahwa manusia jenis ini memiliki
ukuran sangat besar atau raksasa. Oleh karena itu, fosil ini dinamakan Meganthropus
palaeojavanicus.
Meganthropus palaeojavanicus diperkirakan hidup pada 1–2 juta tahun lalu. Fragmen
fosil Meganthropus yang ditemukan masih sangat sedikit.
PITHECANTHROPUS
• Pithecanthropus merupakan
jenis manusia purba yang
paling banyak ditemukan di
Indonesia.
• Sisa-sisa kehidupan
Pithecanthropus dapat
ditemukan di Mojokerto,
Kedungbrubus, Trinil,
Sangiran, Sambungmacan,
dan Ngandong.
Jenis Pithecanthropus
Pithecanthropus mojokertensis
yang ditemukan
di Indonesia
Pithecanthropus erectus
Pithecanthropus mojokertensis
Pada saat ini nama ilmiah Pithecanthropus erectus adalah Homo erectus. Para ahli
paleoantropologi memperkirakan Homo erectus berasal dari Afrika. Homo erectus
bermigrasi selama masa pleistosen sekira 2 juta tahun lalu.
Ciri fisik Pithecanthropus erectus atau Homo erectus yaitu badan tegap, hidung
lebar, dagu tidak ada, alat pengunyah kuat, berat badan 80–100 kg, tinggi badan
160–180 cm, terdapat tonjolan kening pada dahi, tulang tengkorak berbentuk
lonjong, volume otak 750–1.000 cc, dan muka didominasi oleh bagian rahang yang
menonjol.
HOMO SAPIENS
Homo wajakensis
Jenis Homo
sapiens
yang ditemukan Homo soloensis
di Indonesia
Homo floresiensis
• Homo sapiens artinya manusia cerdas. Tingkat kecerdasan Homo sapiens salah satunya
disebabkan volume otaknya yang jauh lebih besar daripada jenis manusia purba
sebelumnya.
• Homo sapiens diperkirakan memiliki ciri-ciri fisik antara lain tengkorak besar, volume
otak diperkirakan 1.650 cc, muka datar dan lebar, akar hidung lebar, bagian mulut
menonjol sedikit, dahi agak miring, di atas rongga mata ada busur kening yang nyata,
langit-langit mulut besar dan dalam, rahang bawah masif, gigi besar-besar, serta tinggi
badan sekira 173 cm.
Homo wajakensis
Homo wajakensis (manusia dari
Wajak) ditemukan di lembah Sungai
Brantas, Wajak, Tulungagung, Jawa
Timur. Fosil Homo wajakensis
ditemukan pada lapisan pleistosen atas
oleh Eugene Dubois pada 1889.
Manusia purba ini diperkirakan hidup
pada 40–25 ribu tahun lalu.
Von Koenigswald mengategorikan
Homo wajakensis dalam jenis Homo
sapiens (manusia cerdas) karena sudah
mengenal upacara penguburan.
Homo soloensis
Fosil Homo soloensis
pertama kali ditemukan
oleh von Koenigswald pada
1931–1934 di daerah
Ngandong, di tepi Sungai
Bengawan Solo. Selain itu,
fosil Homo soloensis
ditemukan di
Sambungmacan dan Ngawi.
Manusia purba Homo
soloensis diperkirakan
hidup pada 900–200 ribu
tahun lalu.
Homo floresiensis
Homo floresiensis ditemukan oleh para ilmuwan dari
Australia pada 2003 dalam ekskavasi di gua Liang Bua,
Flores. Manusia purba ini hidup di Kepulauan Flores
sekira 18.000 tahun lalu.
Menurut tim ilmuwan yang menemukan fosil tersebut,
Homo floresiensis merupakan keturunan spesies Homo
erectus yang hidup di Asia Tenggara sekira 1 juta tahun
lalu. Akibat proses seleksi alam, tubuh mereka
berevolusi menjadi bentuk lebih kecil.
Dalam jurnal ilmiah Nature, para ilmuwan menjelaskan
Homo floresiensis sebagai spesies baru manusia.
Sementara itu, menurut Teuku Jacob, Homo floresiensis
bukan merupakan spesies baru, melainkan nenek
moyang dari orang-orang Katai di Flores yang
menderita penyakit microcephalia, yaitu bertengkorak
kecil dan berotak kecil.
B. Hasil Budaya Masa Praaksara
Pada masa praaksara manusia belum mengenal tulisan. Meskipun demikian, manusia
telah mengembangkan kehidupan secara sederhana. Pada masa ini manusia masih
menggantungkan kehidupan pada alam sekitar. Dalam perkembangannya, kehidupan
manusia pada masa praaksara mengalami peningkatan.
Dibagi menjadi