Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KLIPING IPS

KEHIDUPAN MANUSIA PURBA YANG


HIDUP PADA MASA PRA-AKSARA

DIBUAT OLEH :

NAMA : M. DZAKI RAHMAN


KELAS : 7-5
NO. ABSEN : 19

SMP NEGERI 194 JAKARTA


Jl. Pendidikan Raya IX Kompleks IKIP Duren Sawit
Jakarta Timur
KEHIDUPAN MANUSIA PURBA YANG HIDUP
PADA MASA PRA-AKSARA

- Pengetian Pra –aksara


Masa pra aksara atau biasa disebut masa prasejarah adalah masa kehidupan manusia
sebelum mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa pra aksara
adalah manusia purba. Pada masa ini, kita tidak dapat mengetahui sejarah serta
kebudayaan manusia melalui tulisan. Satu-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan
manusia purba hanya melalui peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-
alat kehidupan, dan fosil tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang
pada masa itu.

- Jenis-jenis manusia purba di


1. PITECHANTROPUS (PITHECANTROPUS ERECTUS)

Fosil Pithecanthropus adalah fosil manusia yang


paling banyak ditemukan di Indonesia, yaitu di
Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran,
Sambungmacan, dan Ngandong. Bentuk tubuh
Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus.
Tingginya kira-kira 165-180 cm. Fosil
Pithecanthropus Erectus saat saling dihubungkan
membentuk sebuah kerangka yang mirip kera.
Maka Pithecan thropus Erectus berarti manusia
kera yang berjalan tegak.

2. PITHECANTROPUS MOJOKERTENSIS

Fosil Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan oleh


Von Koenigswald di desa Perning, Lembah Bengawan
Solo Mojokerto, Jawa Timur pada lapisan Pleistosen
Bawah. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak
berusia sekitar 5 tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup
sekitar 2,5 sampai 2,25 juta tahun yang lalu.
Pithecanthropus Mojokertensis berbadan tegap,
mukanya menonjol ke depan dengan kening yang tebal
dan tulang pipi yang kuat.
3. PITHECANTROPUS SOLOENSIS

Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong,


Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen,
oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald
pada tahun 1931—1933 dari lapisan Pleistosen
Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar
900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu. Volume
otaknya mencapai 1300 cc. Menurut Von
Koenigswald makhluk ini lebih tinggi
tingkatannya dibandingkan dengan
Pithecanthropus Erectus. Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan
Pithecanthropus Mojokertensis. Oleh sebagian ahli, Homo Soloensis digolongkan
dengan Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens
dari Asia, Eropa, dan Afrika berasal dari lapisan Pleistosen Atas.

4. MEGANTROPUS DAN HOMO


1. Meganthropus Paleojavanicus
Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh
Von Koenigswald di Sangiran, lembah Bengawan
Solo pada tahun 1936-941. Fosil ini berasal dari
lapisan Pleistosen Bawah. Meganthropus memiliki
badan yang tegap dan rahang yang besar dan kuat.
Mereka hidup dengan cara mengumpulkan
makanan (food gathering) makanan mereka
utamanya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-
buahan. Sebagian ahli menganggap bahwa
Meganthropus sebenarnya merupakan
Pithecanthropus dengan badan yang besar.

1. Homo Mojokertensis

Kaum Homo Mojokertensis (manusia kera dari Mojokerto)


Fosilnya ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun
1936 - 1941.Fosil kaum homo yang ini ditemukan Von
Koenigswald..
2. Homo Robustus

arti dari Robustus itu sendiri adalah manusia kera yang


besar dan kuat tubuhnya ditemukan tahun 1936 di
Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo.Fosil kaum
homo yang ini ditemukan Von Koenigswald..

3. Homo Sapiens
jenis aum homo yang ini telah memiliki
bentuk tubuh yang sama dengan manusia
sekarang dan juga memiliki sifat seperti
manusia sekarang tetapi masih memiliki
Kehidupan yang sangat sederhana, dan
tentunya hidup mengembara(nomaden)

- JENIS-JENIS MANUSIA PURBA DILUAR INDONESIA

Ardipithecus

ras manusia yang hidup enam juta tahun lalu di


kawasan Afar, Ethiopia. 'Ardi', demikian nama yang
diberikan oleh para peneliti, dikumpulkan dari
berbagai tulang manusia yang ditemukan di wilayah
itu selama lima belas tahun terakhir. Manusia ini
tingginya 1, 20 meter dan beratnya 50 kilogram.
Bentuk tangan, kaki, dan badan menunjukkan bahwa
ia merangkak dan memanjat pohon, tapi juga
terkadang berjalan di atas kedua kaki. Dari bentuk
rahang, para ilmuwan menyimpulkan cara hidup Ardi tidaklah agresif. Menurut
ilmuwan, penemuan ini mengubah teori yang berlaku selama ini mengenai asal usul
manusia.
Homo antecessor

hidup sebelum manusia Neanderthals dan Homo


Sapiens, diduga datang ke gua-gua Atapurca
setelah mengalami migrasi dari Afrika dan
melewati Timur Tengah, Italia utara dan
kemudian Prancis.

A. Zaman Batu
1. Zaman Paleotikum (zaman batu tua)
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat
dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu
makanan tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus
yang terdiri.

2. Zaman Mesolitikum (Zaman batu modya)


Pada Zaman batu tengah (mesolitikum), alat-alat batu zaman ini sebagian sudah
dihaluskan terutama bagian yang dipergunakan. Tembikar juga sudah dikenal.
Periode ini juga disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut.
Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens (manusia sekarang), yaitu ras
Austromelanosoide (mayoritas) dan Mongoloide (minoritas).

3. Zaman Neolitikum (Zaman batu muda)


Alat-alat batu buatan manusia Zaman batu baru (Neolithicum) sudah diasah
atau dipolis sehingga halus dan indah. Di samping tembikar tenun dan batik juga
sudah dikenal. Periode ini disebut masa bercocok tanam. Pendukung kebudayaan
ini adalah homo sapiens dengan ras Mongoloide (mayoritas) dan ras
Austromelanosoide (minoritas).

4. Zaman Megalitikum (Zaman batu besar)

Megalit adalah batu besar yang digunakan untuk membangun struktur atau
monumen. Megalitik adalah struktur yang dibuat oleh batu besar. Megalit berasal
dari kata dalam bahasa Yunani μέγας megas berarti besar, dan λίθος lithos
berarti batu. Kebudayaan Megalitikum bukanlah suatu zaman yang berkembang
tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolitikum dan
berkembang pesat pada zaman logam. Setiap bangunan yang diciptakan oleh
masyarakat tentu memiliki fungsi.
Contohnya hasil kebudayaan zaman megalitikum: kapak persegi, kapak lonjong,
Menhir , Dolmen, Kubur batu, Waruga, Sarkofagus, Punden Berundak
B. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping
alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya
menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam,
yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan
lilin yang disebut acire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena
dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan
tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
1. Zaman Tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini
hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk
Indonesia) tidak dikenal istilah zaman tembaga.

2. Zaman Perunggu
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan
perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.

3. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang
menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik
peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas
yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga
zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada
zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab
kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Antara zaman neolithicum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan
megalithicum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar
sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalithicum justru pada zaman
logam.

- Alat Peninggalan Budaya pada masa Megalitikum


1. Menhir
Menhir adalah batu tunggal (monolith) yang berasal dari periode Neolitikum
(6000/4000 SM-2000 SM) yang berdiri tegak di atas tanah.
Istilah menhir diambil dari bahasa Keltik dari kata men
(batu) dan hir (panjang). Menhir biasanya didirikan secara
tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah. Diperkirakan
benda prasejarah ini didirikan oleh manusia prasejarah
untuk melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan
untuk bumi.
Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen dan
cromlech, merupakan batuan dari periode Neolitikum yang
umum ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan
Italia. Batu-batu ini dinamakan juga megalith (batu besar)
dikarenakan ukurannya. Mega dalam bahasa Yunani artinya besar dan lith berarti
batu. Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini digunakan untuk tujuan religius dan
memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang.
2. Dolmen

Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji


yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Di
bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur
batu. Dolmen yang merupakan tempat pemujaan
misalnya ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya,
Lampung Barat. Dolmen yang mempunyai panjang
325 cm, lebar 145 cm, tinggi 115 cm ini disangga
oleh beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian
tidak menunjukkan adanya sisa-sisa penguburan.
Benda-benda yang ditemukan di antaranya adalah manik-manik dan gerabah. pada
umumnya dolmen banyak ditemukan di Jawa Timur dan Sumatera Selatan

3. Sarkofagus
Sarkofagus adalah suatu tempat untuk
menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya
dibuat dari batu. Kata "sarkofaus" berasal
dari bahasa Yunani σάρξ (sarx, "daging")
dan φαγεῖνειν (phagein,"memakan"), dengan
demikian sarkofagus bermakna "memakan
daging".
Sarkofagus sering disimpan di atas tanah
oleh karena itu sarkofagus seringkali diukir,
dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa
dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai
bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa yang lain
dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di Mesir kuno, sarkofagus
merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan kadang-kadang
dipahat dengan alabaster
Sarkofagus - kadang-kadang dari logam atau batu kapur – juga digunakan oleh orang
Romawi kuno sampai datangnya agama Kristen yang mengharuskan mayat untuk
dikubur di dalam tanah

4. Kubur batu
Berupa peti-peti kubur yang terbuat dari batu dan tidak ditanam
dalam tanah, tapi diletakkan di atas tanah lapang. Bentuknya
bisa persegi panjang atau kubus, dengan ketinggian berkisar
150 cm di atas tanah. Pada bagian atapnya dipahat aneka ragam
hias yang menggambarkan wajah pria, dewa-dewa maupun
atap rumah.
Menurut kepercayaan setempat di masa itu, orang wafat harus
‘dipulangkan' ke alam baka sebagaimana posisinya dalam
rahim. Hingga mereka tidak berbaring telentang, tapi dibuat
dalam kondisi seperti janin, yaitu meringkuk atau disebut foetal
position.
5. Waruga
Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang
Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari
dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga
seperti bubungan rumah dan bagian bawah
berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada
ruang.

6. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah beberapa balok
batu yang disusun secara berundak-undak. Satu
buah balok batu berukuran 40 x 40 cm.
Panjangnya sekitara enam meter. Pada lapisan
bawah disusunlah balok sebanyak delapan buah.
Pada lapisan kedua disusun pula balok batu
sebanyak tujuh buah, pada lapisan ketiga disusun
enam buah, pada lapisan ke empat disusun
sebanyak lima buah dan seterusnya. Hingga pada
puncaknya diletakkan sebuah balok.
Punden berundak-undak berfungsi sebagai tempat mengadakan saji-sajian bagi
masyarakat purba yang masih beragama animisme dan dinamisme. Dengan tujuan
untuk menolak bahaya atau semacam bencana seperti gempa bumi, angin rebut,
penyakit menular dan sebagainya. Dan juga bisa sebagai meminta rahmat dari sang
ESA. Seperti minta hujan, minta kesuburan tanah dan sebagainya

7. Arca
Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama
sebagai media keagamaan dalam memuja tuhan atau dewa-
dewinya. Arca berbeda dengan patung pada umumnya,
yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai
sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca
tidaklah sesederhana membuat sebuah patung.Dalam
agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti
(Dewanagari):, atau murthi, yang merujuk kepada citra
yang menggambarkan Roh atau Jiwa Ketuhanan (murta).
Berarti "penubuhan", murti adalah perwujudan aspek
ketuhanan (dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu,
atau logam, yang berfungsi sebagai sarana dan sasaran
konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan. Menurut
kepercayaan Hindu, murti pantas dipuja sebagai fokus pemujaan kepada Tuhan
setelah roh suci dipanggil dan bersemayam didalamnya dengan tujuan memberikan
persembahan atau sesaji. Perwujudan dewa atau dewi, baik sikap tubuh, atribut, atau
proporsinya harus mengacu kepada tradisi keagamaan yang bersangkutan
- Corak Kehidupan pada Masa Pra-aksara
a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan
(Food Gathering)
Masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering and hunting period)
adalah masa dimana cara manusia purba mengumpulkan makanan-makanan yang
dibutuhkan mereka untuk bertahan hidup adalah dengan berburu dan mengumpulkan
makanan yang tersedia dari alam (sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di
sekitar tempat bermukim mereka pada saat itu). Masa Berburu dan Mengumpulkan
makanan terjadi pada masa Paleolithikum (zaman batu tua), yang berbarengan
dengan kala Pleistosen yang terjadi sejak 2 juta tahun yang lalu. Masa berburu dan
mengumpulkan makanan berlangsung selama 600.000 tahun.

b. Masa bercocok tanam dan Bertenak


(food Producing)
Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik
bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah
tanah tidak subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih
subur dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan
secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai menetapkan kehidupan
bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan.
☼ Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma
tersebut, dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis
tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini
juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.
☼ Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan
manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran
manusia mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup
yang terjadi.
☼ Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-
kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah
tempat tinggal.
☼ Populasi penduduk meningkat. Usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.
☼ Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan,
untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.
☼ Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk
mengatur para anggotanya.
☼ Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling
membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya.
c. Masa Perundagian (Masa Kemahiran teknik)

Kehidupan Sosial
o Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian
dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan
berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana.
o Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai
dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan
musim panen.
o Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin
diketatkan.
o Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang
terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak,
maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat.
o Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya :
ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-
masing individu.
o Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di
rumah tetapi juga berdagang di pasar.

Anda mungkin juga menyukai