DIBUAT OLEH :
2. PITHECANTROPUS MOJOKERTENSIS
1. Homo Mojokertensis
3. Homo Sapiens
jenis aum homo yang ini telah memiliki
bentuk tubuh yang sama dengan manusia
sekarang dan juga memiliki sifat seperti
manusia sekarang tetapi masih memiliki
Kehidupan yang sangat sederhana, dan
tentunya hidup mengembara(nomaden)
Ardipithecus
A. Zaman Batu
1. Zaman Paleotikum (zaman batu tua)
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat
dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu
makanan tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus
yang terdiri.
Megalit adalah batu besar yang digunakan untuk membangun struktur atau
monumen. Megalitik adalah struktur yang dibuat oleh batu besar. Megalit berasal
dari kata dalam bahasa Yunani μέγας megas berarti besar, dan λίθος lithos
berarti batu. Kebudayaan Megalitikum bukanlah suatu zaman yang berkembang
tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolitikum dan
berkembang pesat pada zaman logam. Setiap bangunan yang diciptakan oleh
masyarakat tentu memiliki fungsi.
Contohnya hasil kebudayaan zaman megalitikum: kapak persegi, kapak lonjong,
Menhir , Dolmen, Kubur batu, Waruga, Sarkofagus, Punden Berundak
B. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping
alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya
menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam,
yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan
lilin yang disebut acire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena
dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan
tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
1. Zaman Tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini
hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk
Indonesia) tidak dikenal istilah zaman tembaga.
2. Zaman Perunggu
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan
perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
3. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang
menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik
peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas
yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga
zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada
zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab
kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Antara zaman neolithicum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan
megalithicum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar
sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalithicum justru pada zaman
logam.
3. Sarkofagus
Sarkofagus adalah suatu tempat untuk
menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya
dibuat dari batu. Kata "sarkofaus" berasal
dari bahasa Yunani σάρξ (sarx, "daging")
dan φαγεῖνειν (phagein,"memakan"), dengan
demikian sarkofagus bermakna "memakan
daging".
Sarkofagus sering disimpan di atas tanah
oleh karena itu sarkofagus seringkali diukir,
dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa
dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai
bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa yang lain
dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di Mesir kuno, sarkofagus
merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan kadang-kadang
dipahat dengan alabaster
Sarkofagus - kadang-kadang dari logam atau batu kapur – juga digunakan oleh orang
Romawi kuno sampai datangnya agama Kristen yang mengharuskan mayat untuk
dikubur di dalam tanah
4. Kubur batu
Berupa peti-peti kubur yang terbuat dari batu dan tidak ditanam
dalam tanah, tapi diletakkan di atas tanah lapang. Bentuknya
bisa persegi panjang atau kubus, dengan ketinggian berkisar
150 cm di atas tanah. Pada bagian atapnya dipahat aneka ragam
hias yang menggambarkan wajah pria, dewa-dewa maupun
atap rumah.
Menurut kepercayaan setempat di masa itu, orang wafat harus
‘dipulangkan' ke alam baka sebagaimana posisinya dalam
rahim. Hingga mereka tidak berbaring telentang, tapi dibuat
dalam kondisi seperti janin, yaitu meringkuk atau disebut foetal
position.
5. Waruga
Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang
Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari
dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga
seperti bubungan rumah dan bagian bawah
berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada
ruang.
6. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah beberapa balok
batu yang disusun secara berundak-undak. Satu
buah balok batu berukuran 40 x 40 cm.
Panjangnya sekitara enam meter. Pada lapisan
bawah disusunlah balok sebanyak delapan buah.
Pada lapisan kedua disusun pula balok batu
sebanyak tujuh buah, pada lapisan ketiga disusun
enam buah, pada lapisan ke empat disusun
sebanyak lima buah dan seterusnya. Hingga pada
puncaknya diletakkan sebuah balok.
Punden berundak-undak berfungsi sebagai tempat mengadakan saji-sajian bagi
masyarakat purba yang masih beragama animisme dan dinamisme. Dengan tujuan
untuk menolak bahaya atau semacam bencana seperti gempa bumi, angin rebut,
penyakit menular dan sebagainya. Dan juga bisa sebagai meminta rahmat dari sang
ESA. Seperti minta hujan, minta kesuburan tanah dan sebagainya
7. Arca
Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama
sebagai media keagamaan dalam memuja tuhan atau dewa-
dewinya. Arca berbeda dengan patung pada umumnya,
yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai
sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca
tidaklah sesederhana membuat sebuah patung.Dalam
agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti
(Dewanagari):, atau murthi, yang merujuk kepada citra
yang menggambarkan Roh atau Jiwa Ketuhanan (murta).
Berarti "penubuhan", murti adalah perwujudan aspek
ketuhanan (dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu,
atau logam, yang berfungsi sebagai sarana dan sasaran
konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan. Menurut
kepercayaan Hindu, murti pantas dipuja sebagai fokus pemujaan kepada Tuhan
setelah roh suci dipanggil dan bersemayam didalamnya dengan tujuan memberikan
persembahan atau sesaji. Perwujudan dewa atau dewi, baik sikap tubuh, atribut, atau
proporsinya harus mengacu kepada tradisi keagamaan yang bersangkutan
- Corak Kehidupan pada Masa Pra-aksara
a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan
(Food Gathering)
Masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering and hunting period)
adalah masa dimana cara manusia purba mengumpulkan makanan-makanan yang
dibutuhkan mereka untuk bertahan hidup adalah dengan berburu dan mengumpulkan
makanan yang tersedia dari alam (sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di
sekitar tempat bermukim mereka pada saat itu). Masa Berburu dan Mengumpulkan
makanan terjadi pada masa Paleolithikum (zaman batu tua), yang berbarengan
dengan kala Pleistosen yang terjadi sejak 2 juta tahun yang lalu. Masa berburu dan
mengumpulkan makanan berlangsung selama 600.000 tahun.
Kehidupan Sosial
o Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian
dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan
berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana.
o Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai
dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan
musim panen.
o Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin
diketatkan.
o Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang
terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak,
maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat.
o Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya :
ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-
masing individu.
o Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di
rumah tetapi juga berdagang di pasar.