Anda di halaman 1dari 3

Kehidupan Manusia Masa Perundagian

Oleh : Tedi Mulyadi

Kehidupan Manusia Masa Perundagian Dalam masa bercocok tanam


manusia bertempat tinggal tetap di desa-desa serta mengatur
kehidupannya menurut kebutuhan bersama yang dipusatkan kepada
penghasilan makanan dari hasil pertanian dan peternakan.

Dalam masa bertempat tinggal tetap, manusia berdaya upaya


meningkatkan kegiatan guna mencapai hasil yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kegiatannya makin beraneka ragam. Ada yang
mengerjakan pertanian, peternakan, membuat keranjang, membuat
gerabah, barang-barang dari batu atau perunggu, dan ada pula yang
bepergian ke tempat-tempat lain untuk menukar barang-barang
bawaannya dengan barang-barang yang tidak dihasilkan di desa tempat
tinggalnya. Kegiatan mereka merupakan permulaan dari kegiatan
perdagangan.

Masa
perundagian

Beraneka ragamnya macam pekerjaan memerlukan adanya pembagian


kerja dalam masyarakat. Maka timbullah golongan yang terampil dalam
melakukan suatu jenis pekerjaan. Mereka itu disebut
golongan undagi (teknologi). Zaman kehidupan masyarakat prasejarah
dengan berkembangnya kegiatan golongan undagi disebutzaman
perundagian.
Pada masa perundagian, manusia telah dapat membuat alat-alat dari
perunggu dan besi. Pembuatan barang-barang perunggu maupun besi
memerlukan keahlian. Oleh karena itu pada masa perundagian terdapat
kelompok yang mempunyai keahlian khusus untuk membuat barang-
barang dari logam. Bahan-bahan untuk pembuatan barang-barang dari
perunggu maupun besi tidak terdapat di setiap daerah. Karena itu terpaksa
didatangkan dari daerah lain. Untuk keperluan itu, terjadilah perdagangan,
yang kadang-kadang berlangsung meliputi berbagai daerah atau pulau-
pulau. Pada masa perundagian hubungan antar daerah di indonesia makin
meningkat.

Kemajuan dalam membuat alat-alat logam, terutama alat-alat pertanian


seperti pisau dan bajak, berpengaruh pada cara bercocok tanam. Sistem
berladang banyak berganti dengan sistem bersawah. Cara bersawah
memungkinkan hasil yang lebih banyak, sehingga melebihi yang
diperlukan. Kelebihan itu dapat diperdagangkan, sehingga lebih
meningkatkan kemakmuran masyarakat.

Kehidupan perdagangan semakin maju. Disamping pembuatan barang-


barang dari perunggu, pembuatan gerabah mengalami kemajuan pesat,
terutama pada teknik pembuatannya.

Kepercayaan Manusia Masa Perundagian


Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh
berbeda dengan masa sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka
lakukan masih berupa pemujaan terhadap leluhur. Hal yang
membedakannya adalah alat yang digunakan untuk praktek kepercayaan.
Pada masa perundagian, benda-benda yang digunakan untuk praktek
kepercayaan biasanya terbuat dari bahan perunggu.

Sistem kepercayaan yang dilakukan oleh manusia pada zaman


perundagian masih memelihara hubungan dengan orang yang meninggal.
Pada masa ini, praktek penguburan menunjukkan stratifikasi sosial antara
orang yang terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang-orang
terpandang selalu dibekali dengan barang-barang yang mewah dan
upacara yang dilakukan dengan cara diarak oleh orang banyak.
Sebaliknya, apabila yang meninggal orang biasa, upacaranya sederhana
dan kuburan mereka tanpa dibekali dengan barang-barang mewah.

Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami perkembangan.


Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan
tetapi berkaitan dengan mata pencaharian hidup yang mereka lakukan.
Misalnya ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai
khususnya para nelayan.
Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai ini, yaitu penyembahan
kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa inilah yang
mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang di
daerah pedalaman atau pertanian ada upacara persembahan kepada
kekuatan yang dianggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.

Hasil Kebudayaan Masa Perundagian


Nekara perunggu
Nekara perunggu berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk memohon
turun hujan dan sebagai genderang perang; memiliki pola hias yang
beragam, dari pola binatang, geometris, dan tumbuh-tumbuhan, ada pula
yang tak bermotif; banyak ditemukan di Bali, Nusa Tenggara, Maluku,
Selayar, Papua.

Kapak perunggu
Kapak perunggu Bentuknya beraneka ragam. Ada yang berbentuk pahat,
jantung, atau tembilang; motifnya berpola topang mata atau geometris.

Bejana perunggu
Bejana perunggu Bentuknya mirip gitar Spanyol tanpa tangkai; di temukan
di Madura dan Sulawesi.

Arca perunggu

Arca perunggu Berbentuk orang sedang menari, menaiki kuda, atau


memegang busur panah; ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang,
Bogor, Palembang.

Perhiasan dan manik-manik


Perhiasan dan manik-manik Ada yang terbuat dari perunggu, emas, dan
besi; berbentuk gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul; banyak
ditemukan di Bogor, Bali, dan Malang; sedangkan manik-manik banyak
ditemukan di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, Bone;
berfungsi sebagai bekal kubur; bentuknya ada yang silinder, bulat, segi
enam, atau oval.

Anda mungkin juga menyukai