Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SEJARAH

tentang

KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA

Disusun oleh:
Nama: Rahma Putri Wahyuni

Kelas: X IPS

MADRASAH ALIYAH SWASTA SALIMPAUNG


TAHUN PELALJARAN 2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Sejarah dengan judul “Kehidupan Awal Masyarakat
Indonesia” ini tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita yakni,Nabi
Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari kehidupan yang tidak berilmu pengetahuan,
kepada zaman yang serba canggih dan dengan mudah kita memperoleh ilmu pengetahuan dari
manapun.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna.Oleh karena itu,
saya menerima berbagai kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk perbaikan dimasa
yang akan datang. Semoga makalah ini bisa sangat sesuai dengan penilaian yang bapak
harapkan dan bermanfaat bagi yang membacanya, mendapatkan Ridha dari Allah SWT Aamin.

Salimpaung, 17 November 2023

Penulis

PEMBAHASAN
A. Corak Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia
Kehidupan awal Masyarakat Indonesia disebut sebagai masa Pra-Aksara. Pada awalnya
corak hidup manusia zaman praaksara dengan cara nomaden (berpindah-pindah). Kemudian mereka
mengalami perubahan dari nomaden ke semi nomaden. Akhirnya mereka hidup secara menetap di
suatu tempat dengan tempat tinggal yang pasti. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat
praaksara menggunakan beberapa jenis peralatan mulai dari yang terbuat dari batu hingga logam.
Oleh karena itu, kehidupan masyarakat praaksara telah menghasilkan alat untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Berdasarkan perkembangan kehidupannya atau corak hidupnya,
masyarakat praaksara terbagi menjadi tiga masa yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan,
masa bercocok tanam, dan masa perundagian.

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan


Masa berburu dan mengumpulkan makanan bergantung pada alam sekitar. Wilayah-
wilayah yang ditempati manusia praaksara adalah wilayah yang banyak menyediakan bahan
makanan dalam jumlah yang cukup dan mudah memperolehnya. Wilayah tersebut juga memiliki
banyak hewan sehingga manusia praaksara mudah untuk berburu hewan. Manusia yang hidup pada
zaman berburu dan mengumpulkan makanan ini diperkirakan satu masa dengan zaman
paleolitikum.
a. Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah
bergantung pada alam. Mereka akan tetap tinggal di wilayah tersebut selama persediaan
bahan makanan masih cukup. Ketika merreka telah kehabisan sumber makanan maka
mereka akan berpindah dan mencari tempat lain yang kaya akan makanan. Kehidupan
yang selalu berpindah-pindah inilah ciri-ciri manusia praaksara. Hasil perburuan mereka
kumpulkan untuk keperluan perpindahan ke tempat lain sebagai cadangan sebelum
mereka mendapatkan tempat baru.
b. Kehidupan sosial
Mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam keluarga-keluarga kecil, dalam
satu kelompok ada seorang pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok inilah yang
dalam perkembangannya disebut sebagai ketua suku. Ketua suku memimpin anggota
kelompoknya untuk berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain. Anggota
kelompok laki-laki bertugas memburu hewan sedangkan yang perempuan bertugas
mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan.
c. Kehidupan budaya
Kehidupan budaya ini dapat dilihat dari karya-karya yang telah berhasil dibuat. Alat-
alat pada zaman praaksara memberikan petunjuk bagaimana cara manusia pada zaman
itu bertahan hidup. Karena peralatan manusia zaman praaksara terbuat dari batu maka
hasil budaya yang dikembangkan pada zaman itu adalah hasil budaya batu. Tidak heran
jika zaman tersebut dikenal dengan zaman batu. Hasil-hasil kebudayaan batu yang
pernah ditemukan di antaranya: kapak genggam, kapak perimbas, serpih bilah, dan lain-
lain.

2. Masa Bercocok Tanam


Manusia yang hidup pada masa ini diperkirakan satu masa dengan zaman neolitikum. Secara
geografis, pada zaman ini sangat menggantungkan iklim dan cuaca alam. Hal ini sangat dibutuhkan untuk
bercocok tanam. Hasil dari panen juga sangat dipengaruhi oleh kondisi tekstur tanah yang digunakan.
a. Kehidupan ekonomi
Secara ekonomi, manusia pada zaman ini telah menghasilkan produksi sendiri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka membabat hutan untuk ditanami dan produk
yang mereka hasilkan antara lain umbi-umbian. Selain pertanian, sumber ekonomi
mereka adalah dengan beternak (memelihara ayam, kerbau, babi hutan dan lain-lain).
Manusia pada masa bercocok tanam ini diperkirakan telah melakukan kegiatan
perdagangan sederhana yaitu barter. Barang yang ditukarkan adalah hasil cocok tanam,
hasil laut yang dikeringkan dan hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan beliung.
Hasil umbi-umbian sangat dibutuhkan oleh penduduk pantai dan sebaliknya hasil ikan
laut yang dikeringkan dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di pedalaman.
b. Kehidupan sosial
Dengan hidup bercocok tanam, memberikan kesempatan manusia untuk menata hidup
lebih teratur. Mereka hidup secara berkelompok dan membentuk masyarakat
perkampungan kecil. Dalam sebuah kampung terdiri dari beberapa keluarga dan dalam
kampong dipimpin oleh ketua suku. Kebutuhan hidup dikelola bersama-sama untuk
kepentingan bersama. Kegiatan yang memerlukan tenaga besar seperti mebangun
rumah, berburu, membuat perahu membabat hutan, diserahkan kepada kaum laki-laki.
Sedangkan kegiatan mengumpulkan makanan, menabur benih di ladang, beternak,
merawat rumah dan keluarga diserahkan pada kaum perempuan.
c. Kehidupan budaya
Pada masa bercocok tanam, manusia praaksara telah menghasilkan budaya yang
mengarah pada usaha bercocok tanam yang syarat dengan kepercayaan. Bentuk alat-alat
yang dihasilkan pun lebih halus dan memiliki gaya seni. Selain sebagai alat untuk
bercocok tanam, alat-alat ini juga sebagai alat upacara keagamaan. Alat-alat itu antara
lain kapak lonjong, gerabah, kapak persegi, perhiasan dan masih banyak yang lain.
Ada sebuah kepercayaan bahwa apabila orang yang meninggal dunia akan memasuki
alam sendriri. Pada masa ini, jika ada orang meninggal dunia maka akan dibekali
benda-benda keperluan sehari-hari seperti perhiasan. Tujuannya adalah agar arwah yang
meninggal dunia mendapatkan perjalanan yang lancar dan mendapatkan kehidupan
yang lebih baik dari sebelumnya. jasa seseorang yang berpengaruh terhadap masyarakat
perlu diabadikan dalam sebuah monumen yang terbuat dari batu. Bangunan ini
kemudian menjadi lambang orang yang meninggal dunia sekaligus tempat
penghormatan serta media persembahan dari orang yang masih hidup ke orang yang
sudah meninggal dunia. Bangunan megalitik tersebut antara lain, dolmen, menhir,
waruga, sarkofagus, dan punden berundak.

3. Masa Perundingan
Kata perundagian diambil dari kata undagi, yang artinya seseorang yang memiliki
keterampilan jenis usaha tertentu, seperti pembuatan gerabah, perhiasan, kayu, batu, dan logam.
Masa perundagian merupakan periode akhir prasejarah atau yang lazim disebut Zaman Logam.
a. Kehidupan ekonomi
Masyarakat masa perundagian tidak hanya bercocok tanam dengan berladang, tetapi
juga mengolah sawah. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa mereka mampu mengatur
kehidupan ekonominya dan berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan di musim yang
akan datang. Hasil panen pertanian biasanya disimpan untuk masa kering dan
diperdagangkan. Mereka juga melakukan perdagangan dengan jangkauan lebih luas,
bahkan antar pulau.
b. Kehidupan social
Kehidupan sosial manusia pada masa perundagian sudah semakin teratur. Pemimpin
masyarakat biasanya dipilih melalui musyawarah dengan mempertimbangkan
kemampuannya dalam berinteraksi dengan roh nenek moyang. Selain itu,
masyarakatnya mulai terbagi ke dalam kelompok sesuai keahlian mereka, misalnya
kelompok petani, undagi, pedangan, dan sebagainya.
c. Kehidupan budaya
Pada masa perundagian seni ukir mengalami perkembangan yang pesat. Ukiran
diterapkan pada benda-benda nekara perunggu. Seni hias pada benda-benda perunggu
sudah membentuk pola-pola geometris sebagai pola hias utama. Hal ini terlihat dari
temuan di Watuweti yang menggambarkan kapak perunggu, perahu dan melukis unsur-
unsur dalam kehidupan yang dianggap penting.
Pahatan-pahatan yang ada di perunggu dan batu menggambarkan orang atau hewan
yang menghasilkan bentuk bergaya dinamis dan memperlihatkan gerak. Teknologi
pembuatan benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian mengalami perkembangan
yang sangat pesat, di samping membuat perkakas untuk keperluan sehari-hari seperti
kapak, corong, dan lain-lain.

B. Hasil Kebudayaan

Hasil Kebudayaan Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara

1. Kapak Perimbas

Kapak perimbas adalah sejenis kapan yang digenggam dan berbentuk masif. Kapak ini
tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cara menggenggam. Selain itu, alat ini
berbahan dasar batu yang dibentuk semacam kapak. Teknik pembuatannya pun masih
terlihat sangat kasar. Kapak ini juga tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
cukup panjang, bagian tajam pada kampak ini hanya terlihat pada satu sisi saja. Kapak
ini ditemukan di Lahat (Sumatra Selatan), Kamuda (Lampung), Bali, Flores, Timor,
Punung (Pacitan), Jampang Kulon (Sukabumi), Parigi, dan Tambangsawah (Bengkulu).

2. Kapak Penetak

Kapak penetak dibuat dari bahan dasar fosil kayu. Nah, kapak penetak memiliki bentuk
yang hampir sama seperti dengan kapak perimbas.Hanya saja bagian tajamnya terlihat
lebih berliku. Selain itu, kapak penetak memiliki bentuk yang jauh lebih besar
dibandingkan kapak perimbas.Kapak penetak juga dibuat dengan cara yang masih
kasar. O iya, kapak ini berfungsi untuk membelah kayu, pohon, bambu, dan ditemukan
di semua wilayah di Indonesia. "Kapak penetak memiliki bentuk yang jauh lebih
besar dibandingkan kapak perimbas."
3. Pahat Genggam
Pahat genggam terbuat dari kalsedon dan fosil kayu. Selain itu, pahat genggam juga
berukuran sedang dan juga terbilang cukup kecil Para sejarawan menyimpulkan, bahwa
pahat genggam berfungsi untuk menggeburkan tanah. Selain itu, alat ini juga berfungsi
untuk mencari umbi-umbian yang dapat dimakan oleh masyarakat zaman dahulu.
4. Alat Serpih
Alat serpih merupakan batu pecahan sisa pembuatan kapak genggam yang dibentuk
menjadi alat tajam. Alat ini memiliki fungsi sebagai serut, penusuk, dan pisau.Tempat
ditemukannya alat serpih di Punung (Pacitan), Sangiran, Ngandong (lembah Sungai
Bengawan Solo), Gombong, Lahat, Cabbenge, dan Mengeruda (Flores Barat)."Alat
serpih merupakan batu pecahan sisa pembuatan kapak genggam."

5. Alat-Alat Terbuat dari Tulang


Alat-alat tulang terbuat dari tiulang-tulang binatang buruan. Misalnya, tanduk
menjangan dan duri ikan pari. Umumnya, benda ini digunakan sebagai mata dari
tombak. Alat-alat ini banyak ditemukan di Gua Lawang di daerah Gunung Kendeng,
Bojonegoro. Selain itu, di gua-gua sekitar wilayah Tuban (Gua Gedeh dan Gua
Kandang). Ditemukan juga alat-alat yang terbentuk dari kulit kerang berbentuk sabit
atau melengkung

C. Asal Usul Persebaran Nenek Moyang

Indonesia adalah suatu negara bagian dari Kawasan Asia Tenggara. Sejarah masyarakat
Indonesia tidak lepas dari sejarah perkembangan masyarakat di Asia Tenggara.Bangsa-bangsa di
wilayah Asia Tenggara terdiri dari empat kelompok besar. Empat kelompok tersebut, yaitu
kelompok Sino Tibet, Austro Asia, Austronesia, dan Papua. Asal usul persebaran nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari bangsa Yunan.Bangsa ini merupakan suatu bangsa yang melahirkan
ras Austro Asia dan Austronesia. Bangsa Austro Asia membentuk bangsa-bangsa di daratan Asia
Tenggara, seperti bangsa Myanmar dan Kamboja.

Sementara itu, bangsa Austronesia (Melayu Polinesia) menjadi bangsa pokok di Negara
Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Penduduk asli masyarakat Indonesia adalah
ras berkulit gelap dan bertubuh kecil. Pada mulanya, masyarakat Indonesia tinggal di Asia bagian
Tenggara. Ketika zaman es mencair dan air laut naik hingga berbentuk laut Cina selatan dan laut
Jawa, mengakibatkan terpisahnya pegunungan vulkanik kepulauan Indonesia dari daratan utama.
Beberapa penduduk asli Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman, sedangkan
daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Penduduk asli disebut sebagai suku bangsa Vedda.
Sedangkan, ras yang masuk dalam kelompok ini adalah suku bangsa Hieng di Kamboja, Miaotse,
Yao-Jen di Cina, dan Senoi di Semenanjung Malaya.

Beberapa suku bangsa, seperti Lubu, Kubu, Talang Mamak yang mendiami Sumatra
dan Toala di Sulawesi merupakan penduduk tertua di kepulauan Indonesia.Suku-suku tersebut
mempunyai hubungan erat dengan nenek moyang Melanesia masa kini dan orang Vedda yang saat
ini masih ada di Afrika, Asia Selatan, dan Oceania.Vedda adalah manusia pertama yang datang ke
pulau-pulau yang sudah berpenghuni. Masyarakat vedda membawa budaya perkakas batu. Ras
Vedda dan Melanesia hidup dalam budaya mesolitik.

Anda mungkin juga menyukai