Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

Pendahuluan
1. Latar Belakang
Zaman Pra-aksara adalah zaman ketika belum mengenal tulisan. Pada zaman itu
manusia belum tinggal seperti sekarang ini, mereka memilih tinggal di dekat
sumber mata air atau tempat-tempat yang terdapat banyak makanan. Selain itu ada
juga yang bertempat tinggal di sekitar pantai dan daerah daerah yang terdapat
banyak sumber makanan.

Hal ini dilihat dengan ditemukannya fosil dan alat-alat yang diduga digunakan
oleh manusia purba. Dan dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan
Indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia
hidup.

Letak wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki letak yang strategis,
sehingga tidak heran jika terjadi akulturasi beragam budaya yang terjadi sejak
dulu. Kehidupan manusia pada zaman pra-aksara senantiasa mengalami perubahan
dan perkembangan. Semua itu bertahan dan melalui proses yang sangat lama.

2. Tujuan Penulisan
- Mengetahui tentang kehidupan pada masa pra-aksara
- Mengetahui perkembangan ekonomi masa pra-aksara
- Mengetahui sistem kepercayaan yang dianut pada masa pra-aksara

3. Rumusan Masalah
- Bagaimana pola hunian manusia purba?
- Bagaimana perkembangan ekonomi masyarakat pra-aksara?
- Bagaimana kehidupan masyarakat pra-aksara?
- Bagaimana sistem kepercayaan masyarakat pra-aksara?

1
Bab 2
Pembahasan
1. Pola Hunian
Pola Hunian dibagi menjadi dua kata yang pertama adalah pola yang artinya
gambaran yang dipakai untuk menjelaskan letak suatu benda, dan Hunian yang
artinya tempat tinggal. Jadi Pola Hunian Masa Pra-aksara merupakan gambaran
tentang letak tempat tinggal manusia purba pada masa pra-aksara.
Pada masa pra-aksara ada dua karakter khas hunian manusia purba, yaitu
kedekatan dengan sumber mata air dan adanya kehidupan di alam terbuka. Pola
hunian itu dapat dilihat dari letak geografis situs-situs serta kondisi lingkungan.

Air merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang kehidupan.


Maka dari itu keadaan air di suatu lingkungan mengundang hadirnya binatang
untuk hidup disekitarnya. Dengan adanya air manusia dapat melakukan mobilitas
dari satu tempat ke tempat lainnya. Mobilitas merupakan kesiapsiagan untuk
bergerak atau gerak perubahan yang terjadi diantara warga masyarakat, baik secar
fisik maupun secara social.

Pada umumnya saat mencari buruan mereka bergerak tidak terlalu jauh dari
sungai, karena binatang buruan biasa berkumpul di dekat sumber air. Ditempat
tempat itu kelompok manusia pra-aksara menantikan binatang buruan mereka.
Selain itu sungai dan danau merupakan sumber makanan, karena terdapat banyak
ikan di dalamnya. Lagi pula di sekitar sungai biasanya tanahnya subur dan
ditumbuhi tanaman yang buah atau umbinya dapat dimakan.

Selain itu petunjuk yang dapat memberikan gambaran mengenai kehidupan


manusia purba adalah dengan ditemukannya sebaran sisa-sisa peralatan yang
digunakan manusia purba pada waktu itu. Kehidupan manusia purba yang hidup
disekitar sungai dan tempat-tempat yang banyak makanan memberikan gambaran
bahwa pada masa itu manusi cenderung untuk menghuni lingkungan terbuka, dan
memanfaatkan sumber daya lingkungan yang sudah ada seperti gua.
Lama hunian manusia purba untuk menetap dipengaruhi oleh ketersediaan bahan
makanan.

2
2. Dari Berburu, Meramu, sampai pada Bercocok Tanam
Berdasarkan bukti fosil dan artefak hidup manusia purba bergantung pada alam,
untuk mempertahankan hidup mereka menerapkan pola hidup nomaden atau
berpindah-pindah bergantung dari bahan makanan yang tersedia.
Adapun kehidupan manusia masa pra-aksara sebagai berikut:

a. Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Meramu)


Dalam kehidupan Masyarakat meramu ini dibagi menjadi berikut :

1) Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Awal


Pada masa ini lingkungan hidup manusia masih liar dan keadaan bumi masih
labil. Pada saat itu banyak terjadi letusan gunung berapi dan daratan tertutup
hutan yang lebat, dan hewan purba masih hidup di dalamnya. Manusia
pendukung pada masa itu adalah Phitecanthropus erectus dan Homo
wajakensis.

Kegiatan ini telah ada semenjak manusia muncul di permukaan bumi.


Kegiatan ini merupakan yang paling sederhana dilakukan karena manusia
dapat mengambil makanan secara langsung dari alam dengan cara
mengumpulkan makanan (food gathering).

Oleh karena itu tempat yang didiami saat itu adalah daerah yang cukup
mengandung bahan makanan dan air, terutama tempat yang paling sering
dilalui hewan. Tempat semacam itu umumnya berupa padang rumput dengan
semak belukar dan hutan kecil yang berdekatan dengan sungai atau danau.

Ciri-ciri dari kehidupan masa itu ialah:


a. Belum mengenal bercocok tanam.
b. Kebutuhan makan mereka bergantung pada alam.
c. Alat-alat kebutuhan mereka dibuat dari batu yang belum dihaluskan
d. Manusia hidup berkelompok dan tempat tinggal mereka berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat yang lain seiring dengan usaha memenuhi
kebutuhan hidup mereka.

Selain dari batu manusia pra-aksara pada masa itu juga menggunakan alat-alat
dari tulang yang sementara hanya ditemukan di Ngandong , dan Sampung.
Ada dua hal yang menyebabkan masyarakat berburu dan berpindah tempat,
yaitu yang pertama karena binatang buruan serta umbi-umbian semakin
berkurang dan yang kedua karena musim kemarau menyebabkan binatang
buruan berpindah tempat.
3
2) Masa Berburu dan Meramu Tingkat Lanjut
Pada masa ini masyarakat pra-aksara memasuki masa holosen dan berlangsung
setelah zaman pleistosen. Dimana manusia pendukungnya adalah ras
mongoloid dan austromelanosoid, dengan ciri-ciri tubuh kecil, tengkorak
bundar, dan hidung besar. Kedua ras tersebut di wilayah Sumatra, Jawa, NTT,
dan Sulawesi.

Ciri-ciri kehidupan pada masa itu adalah ;


a. Alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu misalnya kapak
genggam, flake, dan alat-alat dari tulang.
b. Cara memperoleh makanan masih bersifat food gathering.
c. Mulai melakukan kegiatan bercocok tanam sederhana.
d. Manusia pada masa itu sudah mulai hidup secara semi-sedenter dengan
tinggal (menetap) di gua-gua.
e. Pembagian tugas antar pria dan wanita sudah berkembang.
f. Mulai muncl gua-gua alam yang disebut Abris Sous Roche yang merupakan
tempat tinggal sementara.

Pada masa itu diduga telah muncul kepercayaan. Buktinya adalah dengan
ditemukannya bukti-bukti tentang penguburan di Gua Lawa, Sampung,
Ponorogo, Jawa Timur , Gua Sodong dan masih banyak lagi.
Didinding Gua Leang Pattae Sulawesi Selatan ditemukan lukisan cap tangan
dengan latar belakang warna merah yang mengandung arti kekuatan atau
symbol kekuatan pelindung untuk mencegah roh-roh jahat. Ada gambar jari
yang tidak lengkap diduga sebagai tanda adat berkabung.
Di Pulau Seram dan Papua ditemukan lukisan gua berupa lukisan kadal yang
diduga mengandung arti lambing kekuatan magis, seperti penjelmaan roh
nenek moyang tau kepala suku.
Selain peralatan dari batu dan tulang pada masa ini juga ditemukan peralatan
dari bambu yang diolah menjadi peralatan sehari-hari.

4
b. Kehidupan Masyarakat Bercocok Tanam dan Hidup Menetap
1) Kehidupan Sosial Ekonomi
Masa bercocok tanam merupakan masa yang paling penting bagi
perkembangan masyarakat dan peradaban. Kehidupan pada masa itu
berkembang dengan sangat cepat. Masyarakat telah punya tempat tinggal tetap.
Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat selalu dilakukan dengan
bergotong royong, Antara lain seperti bertani, berburu, dan membangun
rumah. Cara hidup bergotong royong itu merupakan salah satu ciri kehidupan
masyarakat yang bersifat agraris.

Pada kehidupan masa itu sudah terlihat peran pemimpin (primus inter pares)
gelar tersebut di Indonesia artinya ratu atau datu(k), yang maknanya adalah
orang terhormat dan patut dihormati karena kepemimpinannya.
Ciri-ciri masa itu adalah :
a. Sudah mengenal bercocok tanam.
b. Sudah mampu mengolah makanan sendiri(food producing).
c. Memelihara binatang jinak seperti kerbau.
d. Sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap
e. Peralatan yang digunakan dari batu lebih halus seperti kapak, tombak, dan
panah.
f. Peradaban mereka lebih maju dan mereka telah mengenal seni.

2) Kehidupan Budaya
Kebudayaan manusia pra-aksara pada masa bercocok tanam mengalami
perkembangan dengan hasil kebudayaan yang bervariasi ada yang terbuat dari
batu, tulang, bahkan tanah liat.

Ciri-ciri kehidupan budaya pada masa pra-aksara yaitu:


a. Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat
mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik
b. Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin
banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang
c. Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam:Beliung Persegi, Kapak
Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum seperti
menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca

5
3. Sistem Kepercayaan
Pada masa pra-aksara nenek moyang kita percaya bahwa ada kekuatan lain yang
mahakuat yang ada di luar dirinya, yaitu adanya kehidupan setelah kematian hal
ini di wujudkan dengan karya seni. Salah satunya berfungsi sebagai bekal kubur
untuk orang yang sudah meninggal maka pada saat itulah mereka mengenal
kepercayaan.

Masyarakat pada zaman pra-aksara terutama pada zaman neolitikum telah


mengenal adanya sistem kepercayaan. Mereka sudah memahami adanya
kehidupan setelah kematian. Oleh karena itu mereka meyakini bahwa roh orang
yang sudah meninggal akan senantiasa di hormati.

Selain penguburan ada juga upacara-upacara pesta untuk mendirikan bangunan


suci. Oleh karena itu upacara kematian merupakan manifestasi dari rasa bakti dan
hormat seseorang terhadap leluhurnya. Adanya kepercayaan ini melahirkan tradisi
megalitik (zaman megalitikum = zaman batu besar) mereka mendirikan bangunan
batu-batu besar seperti menhir, sarkofagus, dolmen, dan punden berundak.

Hal tersebut mendorong berkembangnya kepercayaan animisme dan dinamisme.


Animisme merupakan sebuah kepercayaan yang memuja roh nenek moyang. Dan
dinamisme merupakan mempercayai bahwa ada benda-benda tertentu yang
diyakini memiliki kekuatan gaib.

Seiring dengan perkembangan pelayaran, masyarakat zaman pra-aksara akhir juga


mulai mengenal sedekah laut. Bentuk sedekah laut mungkin seperti selamatan
apabila akan melakukan pelayaran atau mungkin pada waktu akan membuat
perahu baru.

6
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada masa pra-aksara manusia telah memiliki kemampuan berbahasa dan
berkomunikasi lisan serta mampu merekam pengalaman masa lalunya
sedemikian rupa sehingga kita sekarang dapat memperoleh gambaran tentang
kehidupan masyarakat di masa lalu.

Corak kehidupan pada masa pra-aksara dari segi budaya menghasilkan bentuk
budaya yang sampai saat ini masih berlangsung seperti bercocok tanam, hidup
bergotong royong, mengolah SDA, kepercayaan anemisme dan dinamisme,
dan masih banyak lagi.

2. Saran
Saya harap pembaca dapat memahami maksud dari makalah ini serta dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca. Namun saya yakin makalah ini
masih memiliki kekurangan maka saya harap kalian pembaca memberikan
masukan yang terbaik untuk menyempurnakan makalah ini.

7
Daftar pustaka
Buku Sejarah Indonesia Kelas X
Kumpulanmakalah.blogspot.com/2016/06sejarah.html
Arief, M. Rudyanto. (2011), Pembelajaran sejarah , Yogyakarta.
Darsono, agustinus. ( 2011 ), azoikum Indonesia, Jakarta
Febrian. Jack (2007)Kamus Komputer & Teknologi Informasi, Informatika,
Bandung.
Kristanto. Andri (2008) Indonesia sejarah.com
Kusrini. dan Koniyo Andri.(2007)Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi
Aku.

Anda mungkin juga menyukai