Anda di halaman 1dari 36

Gramedia Literasi

Gramedia Literasi

Home » Sejarah » Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara

Sejarah

Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara

corak hidup manusia zaman praaksara

Written by Fandy

Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara – Masa praaksara disebut juga zaman prasejarah
Masa praaksara berarti masa sebelum manusia sebelum mengenal bentuk tulisan. Ada juga
yang menyebutnya dengan sebutan masa nirleka yaitu masa tidak ada tulisan. Manusia yang
hidup pada masa ini ialah manusia purba. Meskipun masa praaksara tidak mengenal tulisan,
namun peninggalan-peninggalannya yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup masa itu
seperti artefak dan fosil.

Artefak wujudnya berupa benda-benda purbakala yang mana benda tersebut dapat
membantu kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan manusia.
Sedangkan fosil yang berupa sisa-sisa tulang belulang manusia, hewan dan tumbuhan yang
sudah membatu dapat membantu kita mengenai pertumbuhan fisik manusia pada masa
praakasara. Sisa-sisa manusia, tumbuhan, dan hewan-hewan yang telah membatu itu
terdapat dalam lapisan-lapisan bumi.

Ilmu yang mempelajari masa praaksara adalah paleoantropologi artinya mempelajari bentuk
manusia dari yang paling sederhana sampai manusia sekarang. Sedangkan, paleontologi
adalah ilmu yang mempelajari fosil-fosil, dan geologi adalah ilmu yang mempelajari lapisan
tanah.
Fosil sendiri dapat dijadikan sebagai informasi mengenai makhluk hidup apa yang ada di
bumi. Pada buku Why? Fossil – Fosil oleh YeaRimDang, berbagai fosil dijabarkan dan
dijelaskan asalnya dalam bentuk animasi sehingga lebih mudah untuk diterima
informasinya.

beli sekarang

Daftar Isi

A. Teknik Menganalisis Zaman Praaksara

1. Tipologi

2. Stratigrafi

3. Kimiawi

B. Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

a. Kehidupan ekonomi

b. Kehidupan sosial

c. Kehidupan budaya

2. Masa Bercocok Tanam

a. Kehidupan ekonomi

b. Kehidupan sosial

c. Kehidupan budaya

3. Masa Kehidupan Perundagian

a. Kehidupan ekonomi

b. Kehidupan sosial

c. Kehidupan budaya
C. Sistem Kepercayaan Manusia Zaman Praaksara

1. Animisme

2. Dinamisme

3. Totemisme

Apa saja corak kehidupan zaman praaksara?

Bagaimana cara hidup di masa praaksara?

Bagaimana corak kehidupan manusia purba pada masa bercocok tanam?

Bagaimana corak kehidupan masyarakat praaksara masa kehidupan berburu dan


mengumpulkan makanan?

Apa itu masa praaksara dan bagaimana kehidupan pada masa praaksara?

A. Teknik Menganalisis Zaman Praaksara

Zaman prakaasara atau zaman prasejarah ini tidak meninggalkan benda-benda bertulisan.
Benda-benda bersejarah ini dapat dianalisis umurnya dengan teknik analisis sebagai berikut:

1. Tipologi

Tipologi adalah cara penentuan umur benda berdasarkan bentuknya. Semakin sederhana
bentuknya artinya semakin tua umur benda tersebut.

2. Stratigrafi

Stratigrafi adalah cara penentuan umur benda berdasarkan lapisan tanah tempat benda
tersebut.

3. Kimiawi

Kimiawi artinya cara penentuan umur benda berdasarkan unsur-unsur kimia

B. Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara


Rekomendasi Corak Hidup Manusia Zaman PraaksaraPada awalnya corak hidup manusia
zaman praaksara dengan cara nomaden (berpindah-pindah). Kemudian mereka mengalami
perubahan dari nomaden ke semi nomaden. Akhirnya mereka hidup secara menetap di
suatu tempat dengan tempat tinggal yang pasti. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
masyarakat praaksara menggunakan beberapa jenis peralatan mulai dari yang terbuat dari
batu hingga logam.

Oleh karena itu, kehidupan masyarakat praaksara telah menghasilkan alat untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan perkembangan kehidupannya atau
corak hidupnya, masyarakat praaksara terbagi menjadi tiga masa yaitu masa berburu dan
mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Masa berburu dan mengumpulkan makanan bergantung pada alam sekitar. Wilayah-wilayah
yang ditempati manusia praaksara adalah wilayah yang banyak menyediakan bahan
makanan dalam jumlah yang cukup dan mudah memperolehnya. Wilayah tersebut juga
memiliki banyak hewan sehingga manusia praaksara mudah untuk berburu hewan. Manusia
yang hidup pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan ini diperkirakan satu masa
dengan zaman paleolitikum.

Secara geografis, pada zaman ini masih bergantung pada kondisi alam sekitar. Daerah
sungai, danau, padang rumput merupakan tempat-tempat ideal bagi manusia praaksara,
karena di tempat itulah tersedia air dan bahan makanan sepanjang tahun. Pada zaman itu
manusia praaksara menempati tempat tinggal sementara di gua-gua payung yang dekat
dengan sumber makanan seperti ikan, kerang, air, dan lain-lain.

Dalam mengetahui corak kehidupan zaman Paleolitikum lebih baik. buku Babad Bumi
Sadeng Mozaik Historiografi Jember Era Paleolitik oleh Zainollah Ahmad dalam kamu jadikan
referensi, dimana pada buku ini menggambarkan asumsi adanya manusia Jember di masa
peninggalan Prasejarah tersebut.
Buku Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara

beli sekarang

Untuk sumber penerangan manusia prakasara menggunakan api yang diperoleh dengan
cara membenturkan sebuah batu dengan batu sehingga menimbulkan percikan api dan
membakar bahan-bahan yang mudah terbakar seperti serabut kelapa kering, dan rumput
kering.

a. Kehidupan ekonomi

Kehidupan ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah bergantung
pada alam. Mereka akan tetap tinggal di wilayah tersebut selama persediaan bahan
makanan masih cukup. Ketika merreka telah kehabisan sumber makanan maka mereka akan
berpindah dan mencari tempat lain yang kaya akan makanan. Kehidupan yang selalu
berpindah-pindah inilah ciri-ciri manusia praaksara. Hasil perburuan mereka kumpulkan
untuk keperluan perpindahan ke tempat lain sebagai cadangan sebelum mereka
mendapatkan tempat baru.

b. Kehidupan sosial

Mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam keluarga-keluarga kecil, dalam satu
kelompok ada seorang pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok inilah yang dalam
perkembangannya disebut sebagai ketua suku. Ketua suku memimpin anggota kelompoknya
untuk berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain. Anggota kelompok laki-laki
bertugas memburu hewan sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan
dari tumbuh-tumbuhan.

c. Kehidupan budaya
Kehidupan budaya ini dapat dilihat dari karya-karya yang telah berhasil dibuat. Alat-alat
pada zaman praaksara memberikan petunjuk bagaimana cara manusia pada zaman itu
bertahan hidup.

Karena peralatan manusia zaman praaksara terbuat dari batu maka hasil budaya yang
dikembangkan pada zaman itu adalah hasil budaya batu. Tidak heran jika zaman tersebut
dikenal dengan zaman batu. Hasil-hasil kebudayaan batu yang pernah ditemukan di
antaranya: kapak genggam, kapak perimbas, serpih bilah, dan lain-lain.

2. Masa Bercocok Tanam

Buku Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara

beli sekarangDalam memahami lebih dalam mengenai manusia yang hidup di zaman
praaksara, Grameds dapat membaca buku berjudul Sapiens Grafis: Kelahiran Umat Manusia
oleh Yuval Noah Harari.

Bagi mereka, dengan bercocok tanam dirasakan persediaan makanan akan tercukupi
sepanjang tahun tanpa harus membuka ladang lagi. Selain bercocok tanam juga mereka
mengembangkan hewan ternak untuk dipelihara.

Manusia yang hidup pada masa ini diperkirakan satu masa dengan zaman neolitikum. Secara
geografis, pada zaman ini sangat menggantungkan iklim dan cuaca alam. Hal ini sangat
dibutuhkan untuk bercocok tanam. Hasil dari panen juga sangat dipengaruhi oleh kondisi
tekstur tanah yang digunakan.

a. Kehidupan ekonomi

Secara ekonomi, manusia pada zaman ini telah menghasilkan produksi sendiri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka membabat hutan untuk ditanami dan produk yang
mereka hasilkan antara lain umbi-umbian.
Selain pertanian, sumber ekonomi mereka adalah dengan beternak (memelihara ayam,
kerbau, babi hutan dan lain-lain). Manusia pada masa bercocok tanam ini diperkirakan telah
melakukan kegiatan perdagangan sederhana yaitu barter. Barang yang ditukarkan adalah
hasil cocok tanam, hasil laut yang dikeringkan dan hasil kerajinan tangan seperti gerabah
dan beliung. Hasil umbi-umbian sangat dibutuhkan oleh penduduk pantai dan sebaliknya
hasil ikan laut yang dikeringkan dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di pedalaman.

b. Kehidupan sosial

Dengan hidup bercocok tanam, memberikan kesempatan manusia untuk menata hidup
lebih teratur. Mereka hidup secara berkelompok dan membentuk masyarakat
perkampungan kecil. Dalam sebuah kampong terdiri dari beberapa keluarga dan dalam
kampong dipimpin oleh ketua suku. Strata social ketua suku adalah palin tinggi karena
kriteria yang diambil berdasarkan orang yang paling tua atau yang paling berwibawa secara
reigius. Dengan dmeikian semua aturan yang telah ditetapkan harus ditaati dan dijalankan
oleh seluruh kelompok tersebut.

Kebutuhan hidup dikelola bersama-sama untuk kepentingan bersama. Kegiatan yang


memerlukan tenaga besar sepeprti mebangun rumah, berburu, membuat perahu
membabat hutan, diserahkan kepada kaum laki-laki. Sedangkan kegiatan mengumpulkan
makanan, menabur benih di ladang, beternak, merawat rumah dan keluarga diserahkan
pada kaum perempuan.

Sedangkan ketua suku sebagai komando dari semua kegiatan di atas sekaligus sebagai pusat
religi pada kepercayaan yang mereka anut. Dari sinilah muncul strata sosial dalam sebuah
komunitas masyarakat kecil. Secara berangsur-angsur namun pasti kelompok ini
membentuk sebuah masyarakat yang besar dan kompleks sehingga muncul suatu
masyarakat kompleks di bawah kekuasaan yang kelak disebut kerajaan dengan datangnya
pengaruh Hindu dan Budha.
c. Kehidupan budaya

Pada masa bercocok tanam, manusia praaksara telah menghasilkan budaya yang mengarah
pada usaha bercocok tanam yang syarat dengan kepercayaan. Bentuk alat-alat yang
dihasilkan pun lebih halus dan memiliki gaya seni. Selain sebagai alat untuk bercocok tanam,
alat-alat ini juga sebagai alat upacara keagamaan. Alat-alat itu antara lain kapak lonjong,
gerabah, kapak persegi, perhiasan dan masih banyak yang lain.

Ada sebuah kepercayaan bahwa apabila orang yang meninggal dunia akan memasuki alam
sendriri. Pada masa ini, jika ada orang meninggal dunia maka akan dibekali benda-benda
keperluan sehari-hari seperti perhiasan. Tujuannya adalah agar arwah yang meninggal dunia
mendapatkan perjalanan yang lancar dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya.

Berkaitan erat dengan kepercayaan, maka pada masa bercocok tanam muncul tradisi
pendirian bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu yang disebut tradisi megalitik.
Tradisi ini didasari oleh kepercayaan bahwa ada hubungan yang erat antara orang yang
sudah meninggal dengan kesejahteraan masyarakat dan kesuburan ketika bercocok tanam.

Oleh sebab itu, jasa seseorang yang berpengaruh terhadap masyarakat perlu diabadikan
dalam sebuah monumen yang terbuat dari batu. Bangunan ini kemudian menjadi lambang
orang yang meninggal dunia sekaligus tempat penghormatan serta media persembahan dari
orang yang masih hidup ke orang yang sudah meninggal dunia. Bangunan megalitik tersebut
antara lain, dolmen, menhir, waruga, sarkofagus, dan punden berundak.

3. Masa Kehidupan Perundagian

Rekomendasi Buku Corak Hidup Manusia Zaman PraaksaraPada masa ini diperkirakan satu
zaman dengan masa perunggu. Pada zaman ini peradaban manusia sudah mencapai tingkat
yang tinggi. Hal ini ditandai munculnya sekelompok orang yang memiliki keahlian tertentu
dalam pembuatan gerabah, pembuatan perhiasan serta pembuatan perahu. Yang paling
menonjol adalah pembuatan bahan-bahan dari logam.
Dengan munculnya masa perundagian, maka secara umum berakhirlah masa praaksara di
Indonesia walaupun dalam kenyataannya ada beberapa daerah di pedalaman yang masih
berada di zaman batu. Kegiatan berladang mulai berganti ke persawahan. Kegiatan
persawahan memungkinkan adanya pengaturan masa bercocok tanam, sehingga mereka
tidak hanya bergantung pada kondisi iklim dan cuaca namun juga berpikir kapan waktu yang
tepat untuk bercocok tanam dan waktu yang tepat untuk beternak.

Kondisi geografis inilah yang perlu dicermati agar mereka tidak gagal panen. Mereka belajar
ilmu alam dan dari alam mereka mengetahui arah angin, berlayar antar pulau, mencari
penghasilan di laut dan melakukan perdagangan antar wilayah.

a. Kehidupan ekonomi

Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupan ekonominya dan
mampu berpikir bagaimana memenuhi kehidupan mereka di masa yang akan datang. Hasil
panen pertanian disimpan untuk masa kering dan diperdagangkan ke daerah lain.
Masyarakat juga sudah mengembangkan kuda dan berbagai jenis unggas.

Bahkan jenis hewan tertentu digunakan untuk membantu dalam bercocok tanam dan
perdagangan. Kemampuan produksi, konsumsi, dan distribusi menopang kesejahteraan
hidup mereka. Seiring dengan kemajuan teknologi, maka memungkinkan mereka melakukan
perdagangan yang lebih luas jangkauannya.

Walau masih bersifat barter namun setidaknya hal ini menambah nilai ekonomis yang tinggi
karena beragamnya barang-barang yang ditukarkan. Bukti perdagangan antar pulau pada
masa perundagian adalah ditemukannya nekara di Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi
gambar-gambar binatang seperti gajah, merak, dan harimau.

b. Kehidupan sosial

Pada masa perundagian kehidupan masyarakat yang sudah menetap mengalami


perkembangan dan hal ini mendorong masyarakat untuk keteraturan hidup. Aturan hidup
bisa terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar
musyawarah. Pemilihan pemimpin dipilih dengan kriteria yang bisa melakukan hubungan
dengan roh-roh atau arwah nenek moyang untuk keselamatan desa setempat serta
keahlian-keahlian lain.

Dalam kehidupan yang sudah teratur ini, berburu hewan seperti singa, harimau merupakan
prestige jika bisa melakukannya. Perburuan tersebut selain sebagai mata pencaharian juga
untuk meningkatkan strata sosial, artinya jika mereka bisa menaklukan harimau maka
mereka telah menunjukkan tingkat keberanian tinggi dan gagah dalam suatu lingkungan
masyarakat.

Kehidupan masyarakat pada masa ini telah menunjukkan solidaritas yang kuat. Pada masa
ini sudah ada kepemimpinan dan pemujaan terhadap sesuatu yang suci di luar diri manusia
yang tidak mungkin disaingi serta berada di luar batas kemampuan manusia. Sistem
kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada zaman perunggu.

Hal tersebut karena pada masa ini masyarakat lebih kompleks dan terbagi menjadi
kelompok-kelompok sesuai dengan keahliannya. Ada kelompok petani, kelompok pedagang,
kelompok undagi. Masing-masing kelompok memiliki aturan tersendiri dan adanya aturan
yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang
umum dibuat atas dasar musyawarah mufakat dalam kehidupan yang demokratis.

c. Kehidupan budaya

Pada masa perundagian seni ukir mengalami perkembangan yang pesat. Ukiran diterapkan
pada benda-benda nekara perunggu. Seni hias pada benda-benda perunggu sudah
membentuk pola-pola geometris sebagai pola hias utama. Hal ini terlihat dari temuan di
Watuweti yang menggambarkan kapak perunggu, perahu dan melukis unsur-unsur dalam
kehidupan yang dianggap penting.

Pahatan-pahatan yang ada di perunggu dan batu menggambarkan orang atau hewan yang
menghasilkan bentuk bergaya dinamis dan memperlihatkan gerak. Teknologi pembuatan
benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian mengalami perkembangan yang sangat
pesat, di samping membuat perkakas untuk keperluan sehari-hari seperti kapak, corong, dan
lain-lain.
C. Sistem Kepercayaan Manusia Zaman Praaksara

Rekomendasi Buku Corak Hidup Manusia Zaman PraaksaraCorak kehidupan masyarakat


praaksara memiliki sistem kepercayaan yang diperkirakan mulai tumbuh pada masa berburu
dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan
berladang yang terjadi pada masa mesolitikum. Bukti yang turut memperkuat adanya corak
kepercayaan pada zaman praaksara adalah ditemukannya lukisan perahu pada nekara.

lukisan perahu pada nekara

idsejarah.net

Lukisan tersebut menggambarkan kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang
ke alam baka. Hal ini membuktikan bahwa pada masa tersebut sudah mempercayai adanya
roh. Seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir, manusia mulai merenungkan
kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya. Oleh karena itu, muncul berbagai sistem kepercayaan
yang diyakini oleh manusia praaksara yaitu animise, dinamisme, dan totemisme.

1. Animisme

Kata “animisme” berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti roh. Seperti dalam buku
Sejarah Asia Tenggara (2013) karya M.C Ricklefs animism adlah sistem kepercayaan yang
memuja roh nenek moyang atau makhluk halus. Karakteristik manusia praaksara yang
mengaut kepercayaan ini adalah mereka yang selalu memohon perlindungan dan
permintaan sesuatu kepada roh nenek moyang seperti meminta kesehatan, keselamatan,
dan lain-lain.

2. Dinamisme

Kata “dinamisme” berasal dari bahasa Inggris “dynamic” yang berarti daya, kekuatan,
dinamis. Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap
memiliki kekuatan supranatural seperti pohon dan batu besar.
Unsur dinamisme lahir dari ketergantungan manusia terhadap kekuatan lain yang berada di
luar dirinya. Manusia pada zaman praaksara ini memiliki banyak keterbatasan sehingga
mereka membutuhkan pertolongan dari benda-benda yang dianggap mampu memberi
keselamatan.

3. Totemisme

Totemisme adalah sistem kepercayaan yang menganggap bahwa binatang atau tumbuhan
tertentu memiliki kekuatan supranatural untuk memberikan keselamatan atau malapetaka
kepada penganutnya. Manusia zaman praaksara yang menganut kepercayaan totemisme
cenderung mengeramatkan binatang atau tumbuhan tertentu, sehingga mereka tidak
diperbolehkan mengkonsumsi binatang atau tumbuhan tersebut.

Sobat Gramedia, dengan mempelajari corak hidup manusia zaman praaksara, kita menjadi
tahu bahwa manusia mengalami proses berpikir yang terus berkembang dan tentu semua
itu muncul atas dasar rasionalitas manusia dalam merespon fenomena yang terjadi. Nah,
itulah penjelasan tentang corak hidup manusia zaman prakasara yang menjadi latar
belakang kebiasaan manusia hingga saat ini.

Apa saja corak kehidupan zaman praaksara?

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan 2. Masa Bercocok Tanam 3. Masa Kehidupan
Perundagian

Bagaimana cara hidup di masa praaksara?

Pada awalnya corak hidup manusia zaman praaksara dengan cara nomaden (berpindah-
pindah). Kemudian mereka mengalami perubahan dari nomaden ke semi nomaden.
Akhirnya mereka hidup secara menetap di suatu tempat dengan tempat tinggal yang pasti.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat praaksara menggunakan beberapa jenis
peralatan mulai dari yang terbuat dari batu hingga logam.

Bagaimana corak kehidupan manusia purba pada masa bercocok tanam?


Bagi mereka, dengan bercocok tanam dirasakan persediaan makanan akan tercukupi
sepanjang tahun tanpa harus membuka ladang lagi. Selain bercocok tanam juga mereka
mengembangkan hewan ternak untuk dipelihara. Manusia yang hidup pada masa ini
diperkirakan satu masa dengan zaman neolitikum. Secara geografis, pada zaman ini sangat
menggantungkan iklim dan cuaca alam. Hal ini sangat dibutuhkan untuk bercocok tanam.
Hasil dari panen juga sangat dipengaruhi oleh kondisi tekstur tanah yang digunakan.

Bagaimana corak kehidupan masyarakat praaksara masa kehidupan berburu dan


mengumpulkan makanan?

Masa berburu dan mengumpulkan makanan bergantung pada alam sekitar. Wilayah-wilayah
yang ditempati manusia praaksara adalah wilayah yang banyak menyediakan bahan
makanan dalam jumlah yang cukup dan mudah memperolehnya. Wilayah tersebut juga
memiliki banyak hewan sehingga manusia praaksara mudah untuk berburu hewan. Manusia
yang hidup pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan ini diperkirakan satu masa
dengan zaman paleolitikum.

Apa itu masa praaksara dan bagaimana kehidupan pada masa praaksara?

Masa praaksara disebut juga zaman prasejarah Masa praaksara berarti masa sebelum
manusia sebelum mengenal bentuk tulisan. Ada juga yang menyebutnya dengan sebutan
masa nirleka yaitu masa tidak ada tulisan. Manusia yang hidup pada masa ini ialah manusia
purba. Pada awalnya corak hidup manusia zaman praaksara dengan cara nomaden
(berpindah-pindah). Kemudian mereka mengalami perubahan dari nomaden ke semi
nomaden.

Baca juga :

Sejarah PPKI: Pembentukan, Tokoh, Sidang dan Tugasnya

Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Kerajaan Islam di Indonesia (Nusantara) dan Sejarahnya

Periodisasi Zaman Praaksara Berdasarkan Arkeologi


ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami
hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B
Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

Custom log

Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas

Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda

Tersedia dalam platform Android dan IOS

Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis

Laporan statistik lengkap

Aplikasi aman, praktis, dan efisien

nama nama nerakaNama-Nama Neraka dalam Agama Islam pancasila sebagai ideologi
negaraArti dan Makna Pancasila Sebagai Ideologi Negara

You may also like

Sejarah

Sejarah Kerajaan Kediri: Letak, Peninggalan, dan...

Masa Penjajahan Jepang

Sejarah

Bentuk Propaganda Masa Penjajahan Jepang di Hindia...

Dekrit Presiden 5 Juli tahun 1959


Sejarah

Dekret Presiden 5 Juli 1959: Sejarah dan Dampaknya

Isi Konferensi Meja Bundar

Sejarah

Isi Konferensi Meja Bundar (KMB), Latar Belakang dan...

Sejarah

Hak Oktroi VOC dan Pengaruhnya di Indonesia

Kota Tertua di Indonesia

Sejarah

10 Kota Tertua di Indonesia Menurut Sejarah Berdirinya!

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga
senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema
sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa
memberikan informasi sejarah kepada pembaca.

View all posts

4 Comments

Shidiq Amein

September 27, 2021 pukul 3:17 pm

Iya saya sudah mehami pelajaran

Agan ilyas sodikin

September 27, 2021 pukul 8:45 pm


Manusia zaman praaksara yang menganut kepercayaan totemisme cenderung
mengeramatkan binatang atau tumbuhan tertentu, sehingga mereka tidak diperbolehkan
mengkonsumsi binatang atau tumbuhan tersebut.

Arief muttaqin

September 28, 2021 pukul 8:50 am

pembelajaran sejarah sangat bagus bagi saya , bisa tau apa yang terjadi masa lalu , masa
purba dll, dan menambah ilmu

ANDHIKA ABDUL RAHMA

September 29, 2021 pukul 10:29 am

pelajaran yang biasa kiata pelajari dari quis itu bisa kita tanam kan kepada diri kita sendiri

Kategori

Administrasi31

Agama7

Agama Islam526

Akuntansi77

Bahasa Indonesia278

Bahasa Inggris82

Bahasa Jawa4

Biografi38

Biologi216

Blog24

Business122

CPNS10

Desain31
Design / Branding10

Ekonomi314

Environment31

Event15

Fashion1

Feature16

Fisika126

Food17

Geografi142

Hubungan Internasional31

Hukum102

IPA227

Istilah29

Kesehatan119

Kesenian106

Kewirausahaan20

Kimia54

Komunikasi30

Kuliah59

Lifestyle32

Manajemen61

Marketing68

Matematika137

Music56

Opini6
Otomotif11

Pemerintahan20

Pendidikan120

Pendidikan Jasmani75

Penelitian59

Pertambangan1

Pkn155

Politik Ekonomi42

Profesi42

Psikologi110

Relationship11

Sains dan Teknologi69

Sastra89

SBMPTN2

Sejarah205

Sosial Budaya249

Sosiologi131

Statistik10

Technology94

Teori47

Tips dan Trik78

Tokoh63

Uncategorized54

UTBK2

Sejarah
Kerajaan Islam di Indonesia (Nusantara) dan Sejarahnya

Written by Fandy

Kerajaan Islam di Indonesia (Nusantara) dan Sejarahnya – Menurut berbagai sumber


sejarah, agama Islam masuk pertama kalinya ke nusantara sekitar abad ke 6 Masehi. Saat
kerajaan-kerajaan Islam masuk ke tanah air pada abad ke 13, berbagai kerajaan Hindu
Budha juga telah mengakhiri masa kejayaannya.

Kerajaan Islam di Indonesia yang berkembang saat itu turut menjadi bagian terbentuknya
berbagai kebudayaan di Indonesia. Kemudian, salah satu faktor yang menjadikan kerajaan-
kerajaan Islam makin berjaya beberapa abad yang lalu ialah karena dipengaruhi oleh adanya
jalur perdagangan yang berasal dari Timur Tengah, India, dan negara lainnya.

Daftar Isi

Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia Nusantara

Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

Kerajaan Islam di Jawa

1. Kerajaan Demak

2. Kerajaan Banten

3. Kesultanan Cirebon

Kerajaan Islam di Maluku

1. Kerajaan Jailolo

2. Kerajaan Ternate

3. Kerajaan Tidore

4. Kerajaan Bacan

Kerajaan Islam di Sulawesi

1. Kesultanan Buton

2. Kesultanan Banggai

1. Kerajaan Gowa Tallo


2. Kerajaan Bone

3. Kerajaan Konawe

Kerajaan Islam di Nusa Tenggara Barat & Timur

1. Kesultanan Bima

2. Kesultanan Sumbawa

3. Kerajaan Dompu

Kerajaan Islam di Kalimantan

1. Kerajaan Selimbau

2. Kerajaan Mempawah

3. Kerajaan Tanjungpura

4. Kerajaan Landak

5. Kerajaan Tayan

6. Kesultanan Paser

Buku Terkait Kerajaan Islam di Indonesia (Nusantara)

Sejarah Islam di Jawa

Genealogi Kerajaan Islam Di Jawa

Jejak Islam Dalam Kebudayaan Jawa

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Kerajaan Islam di Indonesia

Buku Terkait Kerajaan Indonesia

Materi Terkait Kerajaan Indonesia

Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia Nusantara

Semakin berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sekitar abad ke 13 juga


didukung oleh faktor lalu lintas perdagangan laut nusantara saat itu. Banyak pedagang-
pedagang Islam dari berbagai penjuru dunia seperti dari Arab, Persia, India hingga Tiongkok
masuk ke nusantara.
Para pedagang-pedagang Islam ini pun akhirnya berbaur dengan masyarakat Indonesia.
Semakin tersebarnya agama Islam di tanah air melalui perdagangan ini pun turut membawa
banyak perubahan dari sisi budaya hingga sisi pemerintahan nusantara saat itu.

Munculnya berbagai kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang tersebar di nusantara menjadi


pertanda awal terjadinya perubahan sistem pemerintahan dan budaya di Indonesia.
Keterlibatan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia juga turut berperan dalam tersebarnya
agama Islam hingga ke seluruh penjuru tanah air.

Dalam memahami sejarah dari kerajaan Islam yang ada di Nusantara, kamu dapat membaca
buku Mengenal Kerajaan Islam Nusantara yang ada di bawah ini, karena berisi pengenalan
tentang berbagai kerajaan Islam di Nusantara pada zamannya.

Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berlokasi di
Aceh

Beberapa kerajaan Islam tertua di tanah air yang menjadi bukti jejak peninggalan Islam dan
masih bisa disaksikan hingga hari ini di antaranya ialah Kerajaan Perlak (840-1292), Kerajaan
Ternate (1257), Kerajaan Samudera Pasai (1267-1521), Kerajaan Gowa (1300-1945),
Kesultanan Malaka (1405-1511), Kerajaan Islam Cirebon (1430-1677), Kerajaan Demak 1478-
1554), Kerajaan Islam Banten (1526-1813), Kerajaan Pajang (1568-1586), dan Kerajaan
Mataram Islam (1588-1680).

Sebagai kerajaan Islam pertama, Kesutanan Samudra Pasai seringkali dikagumi oleh
berbagai orang. Salah satunya adalah penjelajah dunia asal Italia Marco Polo yang dapat
kamu baca pada buku Mneyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam.

Kerajaan Islam di Jawa


1. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama yang terdapat di pulau Jawa. Kerajaan
ini didirikan oleh Raden Patah di tahun 1478. Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat
perdagangan sekaligus pusat penyebaran agama Islam kala itu. Penyebaran Islam saat itu
sangat dipengaruh oleh jasa para wali baik di pulau Jawa maupun yang berada di luar pulau
Jawa seperti Maluku hingga ke wilayah Kalimantan Timur.

Di masa pemerintahan Raden Patah, kerajaan Demak mendirikan masjid yang kala itu juga
dibantu oleh para wali ataupun sunan. Kemudian, kebudayaan yang berkembang di kerajaan
Demak juga mendapat dukungan dari para wali terutama dari Sunan Kalijaga. Kehidupan
masyarakat di sekitaran Kerajaan Demak juga telah diatur oleh aturan-aturan Islam tapi
tetap tak meninggalkan tradisi lama mereka.

Pada masa kerajaan Islam di Jawa, terjadinya transformasi politik serta religius dari kerajaan
Hindu-Buddha menuju kerajaan Islam di Jawa dan hal ini dapat kamu baca pada buku
Genealogi Kerajaan Islam Di Jawa oleh P. Mardiyono yang ada di bawah ini.

2. Kerajaan Banten

Kerajaan Islam di Indonesia berikutnya adalah Banten yang berada di ujung pulau Jawa yaitu
daerah Banten. Tanda penyebaran Islam di wilayah ini bermula ketika Fatahillah merebut
Banten dan mulai melakukan penyebaran Islam. Islam tersebar dengan baik saat itu karena
dipengaruhi oleh banyaknya pedagang-pedagang asing seperti dari Gujarat, Persia, Turki,
dan lain sebagainya. Masjid Agung Banten menjadi salah satu hasil peninggalan Islam yang
dibangun sekitar abad ke 16 Masehi.

3. Kesultanan Cirebon

Kesultanan Cirebon masuk sebagai kesultanan Islam ternama di wilayah Jawa Barat sekitar
abad ke 15 dan 16 masehi. Wilayah Cirebon juga masuk dalam area strategis jalur
perdagangan antar pulau.

Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Sebelum mendirikan kerajaan Cirebon, Sunan
Gunung Jati menyebarkan Islam terlebih dahulu di Tanah Pasundan. Beliau juga berkelana
ke Mekkah dan Pasai. Sunan Gunung Jati juga berhasil menghapus kekuasaan kerajaan
Padjajaran yang saat itu masih bercorak Hindu.

Kerajaan Islam di Maluku

1. Kerajaan Jailolo

Kerajaan Jailolo terletak di bagian pesisir utara pulau Seram dan sebagian Halmahera.
Kerajaan ini termasuk ke dalam kerajaan tertua di wilayah Maluku. Menurut sejarah
kerajaan Jailolo berdiri sejak tahun 1321 dan mulai masuk Islam setelah kedatangan
mubaligh dari Malaka.

2. Kerajaan Ternate

Menurut sejarah kerajaan Ternate telah berdiri sekitar abad ke 13 Masehi. Kerajaan ini
berada di Maluku Utara dan beribukotakan di Simpalu. Penyebaran Islam di kerajaan
Ternate dipengaruhi oleh ulama-ulama dari Jawa, Arab dan Melayu.

Kemudian, kerajaan ini pun resmi memeluk Islam setelah raja Zainal Abidin belajar tentang
Islam dari Sunan Giri pada tahun 1486 Masehi. Sebagai pusat perdagangan rempah-rempah,
maka banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia yang singgah di wilayah Ternate.

3. Kerajaan Tidore

Kerajaan ini terletak di sebagian pulau Halmahera dan sebagian lagi di pulau Seram.
Kerajaan Tidore memeluk Islam sekitar abad ke 15 Masehi. Cirali Lijitu merupakan sultan
Tidore yang pertama kali memeluk agama Islam dan memiliki gelar Sultan Jamaludin.

Sultan Jamaludin memeluk Islam berkat seorang mubaligh bernama Syekh Mansyur.
Kerajaan ini sendiri terkenal karena ekonomi perdagangan di sektor rempah-rempah.
Menurut sumber sejarah, kerajaan Tidore kala itu memiliki persekutuan yang disebut
dengan Ulisiwa yang terdiri atas wilayah Halmahera, Makyan, Kai, Jailolo serta pulau-pulau
lainnya di wilayah sebelah timur Maluku.

4. Kerajaan Bacan
Kekuasaan kerajaan Bacan telah meliputi seluruh kepulauan Bacan, Obi, Waigeo, Solawati
hingga di wilayah Irian Barat. Penyebaran agama Islam di kerajaan Bacan ini sendiri bermula
ketika seorang Mubalig dari kerajaan Islam Maluku lainnya datang dan mulai menyebarkan
Islam.

Adapun raja pertama dari kerajaan Bacan ini bernama Zainal Abidin. Ketika memimpin
Kerajaan Bacan, Zainal Abidin pun mulai menerapkan ajaran dan aturan-aturan Islam di
wilayah Kerajaan Bacan.

PlayMute

Fullscreen

Kerajaan Islam di Sulawesi

1. Kesultanan Buton

Kerajaan Kesultanan Buton merupakan kerajaan Islam yang terletak di Sulawesi Tenggara.
Menurut sejarah, kerajaan ini telah lama berdiri bahkan sebelum agama Islam masuk ke
wilayah Sulawesi. Kerajaan ini muncul pada awal ke 14 Masehi.

Kerajaan Kesultanan Buton ini sendiri awalnya memiliki corak agama Hindu Budha, akan
tetapi seiring semakin berkembangnya agama Islam di wilayah Sulawesi, kerajaan ini pun
kemudian berubah menjadi kerajaan bercorak Islam.

Kerajaan Buton menguasai banyak wilayah di kepulauan Buton termasuk di kawasan


perairannya. Nama Buton memang sudah terkenal sejak zaman Majapahit. Bahkan dalam
kitab Negarakertagama dan dalam Sumpah Palapa dari Gajah Mada, nama Buton sering
sekali disebutkan. Hingga hari ini Kesultanan Buton tetap masih ada dan menjadi tempat
yang sering dikunjungi oleh banyak pelancong.

2. Kesultanan Banggai

Kerajaan Islam di wilayah Sulawesi selanjutnya ialah kerajaan Banggai. Kerajaan Banggai ini
terletak di wilayah Semenanjung Timur pulau Sulawesi dan Kepulauan Banggai. Kesultanan
Banggai telah lama berdiri yaitu sekitar abad ke 16 Masehi.
Hingga hari, Kerajaan Banggai masih tetap eksis dan selalu didatangi banyak pengunjung.
Sebenarnya, Kerajaan ini juga pernah mengalami masa-masa keterpurukan akibat kalah dari
kerajaan Majapahit. Namun, setelah keruntuhan kerajaan Majapahit, Kerajaan Banggai
kembali bangkit dan menjadi kerajaan independen kembali serta telah bercorak Islam.

1. Kerajaan Gowa Tallo

Sesuai namanya, Kerajaan Gowa Tallo sebenarnya memang terdiri atas dua kerajaan yang
menjalin persatuan atau persekutuan. Persatuan dua kerajaan besar di wilayah Sulawesi ini
kemudian memberikan dampak yang begitu besar.

Kerajaan Gowa sendiri menguasai wilayah dataran tinggi, adapun untuk wilayah Tallo
menguasai daratan pesisir. Pengaruh yang cukup kuat menjadikan dua persekutuan
kerajaan ini sebagai kerajaan yang sangat berpengaruh pada jalur perdagangan di wilayah
timur tanah air. Sejarah juga menyebutkan jika kerajaan Gowa Tallo ini telah berdiri sejak
sebelum Islam masuk ke wilayah Sulawesi atau lebih tepatnya sekitar tahun 13 Masehi.

Kerajaan ini akhirnya bergabung menjadi bagian dari NKRI pada tahun 1946 dengan Andi Ijo
Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin sebagai raja
terakhirnya.

2. Kerajaan Bone

Bila dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya di wilayah Sulawesi, kerajaan


Bone termasuk kerajaan yang cukup kecil. Karena posisinya sebagai kerajaan kecil maka saat
itu kerajaan Bone sangat dipengaruhi oleh Kerajaan Gowa dan Tallo.

Kekuatan kerajaan Gowa Tallo memang sangat besar pada setiap kerajaan-kerajaan kecil
kala itu. Oleh sebab itu, karena pengaruh dari kerajaan Gowa Tallo ini maka kerajaan Bone
pun akhirnya menjadikan kerajaannya sebagai kerajaan yang bercorak Islam.
Agama Islam ini sendiri masuk ke kerajaan Bone pada masa pemerintahan Raja Bone XI atau
sekitar tahun 1611 Masehi. Setelah itu, agama Islam pun makin tersebar karena dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat di wilayah kekuasaan kerajaan Bone.

3. Kerajaan Konawe

Kerajaan Konawe berada di wilayah Sulawesi Tenggara. Sebelum bercorak Islam, kerajaan ini
awal mulanya merupakan kerajaan bercorak Hindu. Akan tetapi, seiring berkembangnya
agama Islam di Konawe, sekitar tahun 18 Masehi, kerajaan Konawe pun secara perlahan
mulai mengalami perubahan sistem pemerintahan dan pada akhirnya juga masuk menjadi
bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Beberapa kerajaan yang telah disebutkan di atas merupakan sejumlah kerajaan Islam yang
paling Berjaya di wilayah Sulawesi di masa lalu. Meskipun beberapa di antaranya ada yang
telah runtuh akan tetapi beberapa kerajaan juga telah menjadi peninggalan budaya yang
patut untuk tetap dijaga.

Sejumlah kerajaan Islam di wilayah Sulawesi ini menjadi bukti yang kuat bahwa pengaruh
Islam di Sulawesi memang sangat berkembang dengan pesat. Ketika beberapa kerajaan
masih memegang corak Hindu Budha, secara pelan tapi pasti, penyebaran agama Islam di
Sulawesi mengambil alih corak Hindu Budha menjadi kerajaan yang bercorak Islam.

Kerajaan Islam di Nusa Tenggara Barat & Timur

1. Kesultanan Bima

Kesultanan ini didirikan pada tanggal 7 Februari 1621 Masehi. Masuknya Islam di kerajaan
Bima diawali ketika pada tahun 1540 Masehi para mubalig dan pedagang dari Kesultanan
Demak datang dan menyebarkan Islam.

Penyebaran Islam terus berlanjut dan diteruskan oleh Sultan Alauddin sekitar tahun 1619.
Beliau mengirimkan para mubalig dari Kesultanan Luwu, Kerajaan Tallo dan Kerajaan Bone.

2. Kesultanan Sumbawa
Menurut Zolinger, sebelum masuk ke pulau Lombok, Islam terlebih dahulu masuk ke pulau
Sumbawa yaitu sekitar tahun 1450-1540. Ajaran Islam dibawa langsung oleh para pedagang
Islam dari Jawa dan Sumatera.

Runtuhnya kekuasaan Majapahit menjadikan banyak kerajaan kecil di wilayah pulau


Sumbawa menjadi merdeka. Kondisi semakin memudahkan masuknya agama Islam di
lingkungan kesultanan Sumbawa. Sekitar tahun 16 Masehi, Sunan Prapen yang merupakan
keturunan Sunan Giri masuk ke pulau Sumbawa dan menyebarkan Islam ke kerajaan-
kerajaan bercorak Hindu.

3. Kerajaan Dompu

Kerajaan Dompu terletak di wilayah Kabupaten Dompu saat ini. Kerajaan ini berada di
wilayah Kabupaten Bima dan Kabupaten Sumbawa. Mayoritas penduduk setempat kini telah
memeluk agama Islam dengan tradisi dan budaya Islam.

Keturunan raja atau dikenal dengan istilah Bangsawan Dompu hingga kini masih tetap ada.
Mereka sering dipanggil dengan sebutan Ruma ataupun Dae. Istana Dompu yang menjadi
simbol kekuasaan zaman dahulu kala kini telah diubah menjadi Masjid Raya Dompu.

Kerajaan Islam di Kalimantan

1. Kerajaan Selimbau

Kerajaan Islam pertama di wilayah Kalimantan ialah Kerajaan Selimbau. Kerajaan ini terletak
di wilayah kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.
Sebelum memeluk Islam, kerajaan Selimbau menjadi kerajaan Hindu tertua di Kalimantan
Barat.

Selama bertahun-tahun, Kerajaan Selimbau diperintah dengan garis turun temurun yang
berjumlah 25 generasi. Mulai dari raja-raja yang beragama Hindu hingga sampai pada masa
pemerintahan Kerajaan bercorak Islam.

2. Kerajaan Mempawah
Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam yang berlokasi sekitar wilayah Kabupaten
Mempawah, Kalimantan Barat. Nama Mempawah ini sendiri diambil dari istilah Mempauh
yang berarti nama pohon yang tumbuh di hulu sungai yang kemudian dikenal dengan
sebutan Sungai Mempawah.

Di masa perkembangannya, pemerintahaan kerajaan dibagi menjadi dua periode yang


pertama ialah masa kerajaan Suku Dayak yang bercorak Hindu lalu masa Kesultanan yang
bercorak Islam.

3. Kerajaan Tanjungpura

Salah satu kerajaan tertua di Kalimantan Barat ialah Kerajaan Tanjungpura atau sering juga
disebut dengan Tanjompura. Kerajaan ini telah mengalami beberapa kali perpindahan ibu
kota kerajaan.

Awalnya ibu kota kerajaan terletak di Negeri Baru atau di Kabupaten Ketapang saat ini,
setelah itu berpindah lagi ke wilayah Sukadana yang menjadi Kabupaten Kayong Utara.
Kemudian, di abad ke 15 Masehi berubah nama menjadi Kerajaan Matan ketika Rajanya
Sorgi atau Giri Kesuma masuk Islam.

4. Kerajaan Landak

Kerajaan Landak atau dikenal juga dengan Kerajaan Ismahayana landak ialah sebuah
kerajaan yang berada di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Kerajaan Landak ini sendiri
memiliki kronik sejarah yang cukup panjang. Beberapa sumber tertulis mengenai kerajaan
ini memang cukup terbatas.

Namun, berbagai bukti arkeologis berupa bangunan istana kerajaan atau keraton hingga
berbagai atribut-atribut kerajaan yang masih bisa dilihat hingga saat ini menjadi bukti
eksisnya kerajaan ini. Menurut sejarah kerajaan Landak ini juga terbagi menjadi dua fase
yang bertema ialah masa kerajaan bercorak Hindu dan kemudian menjadi kerajaan bercorak
Islam yang telah dimulai sekitar tahun 1257 M.

5. Kerajaan Tayan
Kerajaan Islam ini terletak di kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Tayan, Provinsi Kapuas Raya.
Pendiri dari kerajaan Tayan ialah Putra Brawijaya yang berasal dari Kerajaan Majapahit.
Beliau bernama Gusti Likar atau sering juga disebut dengan Lekar.

Gusti Lekar ini sendiri merupakan anak kedua dari Panembahan Dikiri yang merupakan Raja
Matan. Anak pertama dari Panembahan Dikiri bernama Duli Maulana Sultan Muhammad
Syarifuidin yang kemudian menggantikan ayahnya sebagai Raja Matan.

Sultan Muhammad Syarifudin ini sendiri merupakan Raja pertama yang masuk Islam berkat
jasa tuan Syech Syamsuddin. Beliau kemudian mendapatkan hadiah berupa sebuah Qur’an
kecil serta sebentuk cincin bermata jamrud merah yang didapatkan langsung dari Raja
Mekkah.

6. Kesultanan Paser

Sebelumnya Kesultanan Paser disebut sebagai Kerajaan Sadurangas yang merupakan sebuah
kerajaan yang berdiri sekitar tahun 1516. Saat itu kerajaan dipimpin oleh seorang Ratu yang
bernama Putri Di Dalam Petung.

Sebelum Ratu menikah dengan Abu Mansyur Indra Jaya, Putri Petong masih menganut
ajaran animisme atau kepercayaan menyembah roh-roh halus. Lewat jalur perkawinan
antara Ratu Petong dan Abu Mansyur Indra Jaya, Kesultanan Panser mulai memeluk Islam.
Selain itu, jalur perdagangan yang berasal dari berbagai pedagang muslim juga berperan
besar tersiarnya agama Islam di Kesultanan Paser.

Buku Terkait Kerajaan Islam di Indonesia (Nusantara)

Sejarah Islam di Jawa

Tidak mudah mengkaji sejarah Islam, khususnya di Tanah Jawa, sebab terbatasnya data-data
tentang kapan dan bagaimana Islam datang dan berkembang di Jawa. Narasi yang dipahami
hingga saat ini bahwa Islam masuk ke Jawa dibawa oleh para pedagang muslim sekaligus
pendakwah dan kemudian dikembangkan lebih kreatif oleh para wali, khususnya Walisongo.
Tetapi, apakah narasi itu sudah cukup menjelaskan tentang sejarah Islam di Jawa?

Para sejarahwan berbeda pendapat. Berbagai hasil riset mereka sudah dibukukan
berdasarkan perspektif serta fokus kajian yang berbeda-beda sehingga menghadirkan
kebergaman pemahaman. Banyaknya publikasi buku-buku sejarah Islam di Jawa, termasuk
buku ini, tentu dapat memperkaya khazanah pemahaman kita tentang bagaimana Islam di
Tanah Jawa.

Namun, buku ini menjelaskan tiga hal pokok, yaitu awal mula kedatangan Islam, para
penyebar Islam dan strategi penyebaran Islam di Tanah Jawa. Keunggulan buku ini adalah
pada penjelasan kondisi sosial masyarakatJawa, asal-usul orang Jawa, serta keadaan Jawa
pra-Hindu-Budha. Dengan demikian, kajian buku ini lebih komprehensif dari buku lainnya.

Genealogi Kerajaan Islam Di Jawa

Buku ini menyajikan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa dari masa Hindu-Buddha hingga
peralihan ke masa Islam. Titik fokus yang diangkat dalam tulisan ini adalah bagaimana
terjadinya transformasi politik dan religius dari kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha menuju
kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.

Dengan gaya bahasa yang populer, buku ini bermaksud memberikan penjelasan ringan dan
mudah dipahami tentang peralihan peradaban di Jawa pada masa lalu.

Jejak Islam Dalam Kebudayaan Jawa

Agama dan budaya adalah pengikat kuat bagi masyarakat agar selalu terhubungan dengan
nilai luhur, dengan nilai sosial, dan dengan kehangatan masa lalu. Di saat perubahan terjadi
secara cepat, agama, dan budaya menyediakan ruang untuk membangun kohesivitas sosial
dan sarana untuk mencapai ketenangan rohani.
Peran Islam dalam budaya Jawa tidak bisa diabaikan untuk pembangunan masyarakat dan
kebudayaannya. Buku ini muncul sebagai upaya untuk melihat jejak Islam dalam
kebudayaan Jawa. Islam di Jawa tumbuh berkembang dengan pesat dan menjadi satu
anyaman yang kuat dan menguatkan dengan nilai sosial yang ada di masyarakat.

Buku ini ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai eksistensi nilai Islam dalam
kebudayaan Jawa dan bagaimana cipta, karsa, dan karya manusia Jawa dilihat kembali
sebagai khazanah untuk menggali kearifan lokal, seraya tetap mendorong pembangunan
manusia yang unggul dan berdaya saing, sehingga pembaca bisa menapaki kembali
kekayaan khazanah nilai luhur agama dalam kebudayaan Jawa.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Kerajaan Islam di Indonesia

Buku Terkait Kerajaan Indonesia

Buku Ensiklopedia

Buku Geografi

Buku IPS

Buku Obat Tradisional

Buku Sastra Indonesia

Buku Sejarah Indonesia

Buku Sejarah & Peradaban Agama Islam

Buku Sosiologi

Materi Terkait Kerajaan Indonesia

Kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

Kerajaan Mataram Kuno

Pendiri Kerajaan Demak

Pendiri Kerajaan Kutai


Pendiri Kerajaan Majapahit

Pendiri Kerajaan Samudera Pasai

Pendiri Kerajaan Singosari

Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera

Sejarah Kerajaan Mataram Islam

Sejarah Kerajaan Singhasari

Sejarah Kerajaan Sunda

Sejarah Pendiri Kerajaan Aceh

Sejarah Pendiri Kerajaan Sriwijaya

Sejarah Sunan Kalijaga

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami
hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B
Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

Custom log

Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas

Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda

Tersedia dalam platform Android dan IOS

Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis

Laporan statistik lengkap

Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Arti dan Makna Pancasila Sebagai Ideologi Negara Sumber Energi Gerak & Contoh Sumber
Energi Gerak
You may also like

Sejarah

Sejarah Kerajaan Kediri: Letak, Peninggalan, dan...

Sejarah

Bentuk Propaganda Masa Penjajahan Jepang di Hindia...

Sejarah

Dekret Presiden 5 Juli 1959: Sejarah dan Dampaknya

Sejarah

Isi Konferensi Meja Bundar (KMB), Latar Belakang dan...

Sejarah

Hak Oktroi VOC dan Pengaruhnya di Indonesia

Sejarah

10 Kota Tertua di Indonesia Menurut Sejarah Berdirinya!

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga
senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema
sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa
memberikan informasi sejarah kepada pembaca.

View all posts

Kategori

Administrasi31

Agama7

Agama Islam526

Akuntansi77

Bahasa Indonesia278
Bahasa Inggris82

Bahasa Jawa4

Biografi38

Biologi216

Blog24

Business122

CPNS10

Desain31

Design / Branding10

Ekonomi314

Environment31

Event15

Fashion1

Feature16

Fisika126

Food17

Geografi142

Hubungan Internasional31

Hukum102

IPA227

Istilah29

Kesehatan119

Kesenian106

Kewirausahaan20

Kimia54
Komunikasi30

Kuliah59

Lifestyle32

Manajemen61

Marketing68

Matematika137

Music56

Opini6

Otomotif11

Pemerintahan20

Pendidikan120

Pendidikan Jasmani75

Penelitian59

Pertambangan1

Pkn155

Politik Ekonomi42

Profesi42

Psikologi110

Relationship11

Sains dan Teknologi69

Sastra89

SBMPTN2

Sejarah205

Sosial Budaya249

Sosiologi131
Statistik10

Technology94

Teori47

Tips dan Trik78

Tokoh63

Uncategorized54

UTBK2

Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

Copyright © 2021

Best SellerNovelGramedia Literasi

Teks asli

Beri rating terjemahan ini

Masukan Anda akan digunakan untuk membantu meningkatkan kualitas Google Terjemahan

Anda mungkin juga menyukai