Baca juga: Perkembangan dan pertumbuhan pada manusia dapat dibedakan menjadi dua
tahap, yaitu tahap sebelum lahir dan tahap sesudah lahir
Daerah itu juga merupakan tempat persinggahan hewan-hewan seperti kerbau, kuda, monyet,
banteng, dan rusa, untuk mencari mangsa. Hewan-hewan inilah yang kemudian diburu oleh
manusia atau masyarakat pada masa waktu pra aksara. Di samping berburu, masyarakat
jaman ini juga mengumpulkan tumbuhan yang mereka temukan seperti ubi, keladi, daun-
daunan, dan buah-buahan. Masyarakat jaman ini bertempat tinggal di dalam gua-gua yang
tidak jauh dari sumber air, atau pada daerah di dekat sungai yang terdapat sumber makanan
seperti ikan, kerang, & siput.
Ada dua hal yang penting dalam sistem hidup manusia atau masyarakat Pra aksara (zaman
masa berburu dan mengumpulkan makanan) yaitu membuat alat-alat dari batu yang masih
kasar, tulang, dan kayu disesuaikan dengan keperluannya, seperti kapak perimbas, alat-alat
serpih, & kapak genggam. Selain itu, masyarakat/manusia Pra aksara juga membutuhkan api
untuk memasak & penerangan pada malam hari.
Wawasan
Kegiatan berburu dan meramu sudah ditinggalkan, namun di beberapa masyarakat Indonesia
kegiatan tersebut masih dilakukan, seperti pada masyarakat suku-suku terasing.
Api dibuat dengan cara menggosokkan dua keping batu yang mengandung unsur besi
sehingga menimbulkan percikan api dan membakar lumut atau rumput kering yang telah
disiapkan. Sesuai dengan mata pencahariannya, masyarakat atau manusia Pra aksara tidak
mempunyai tempat tinggal tetap, tetapi selalu berpindah-pindah (nomaden) mencari tempat
tempat yang banyak bahan makanan. Tempat yang mereka pilih di sekitar padang rumput
yang sering dilalui binatang buruan, di dekat danau atau sungai, dan di tepi pantai. Dalam
kehidupan sosial, manusia/masyarakat pra aksara hidup dalam kelompok-kelompok dan
membekali dirinya untuk menghadapi lingkungan sekelilingnya.
Kegiatan manusia atau masyarakat pada masa berburu di masa waktu pra aksara dan
mengumpulkan makanan
Pada masa bercocok tanam, manusia atau masyarakat masa praaksara mulai hidup menetap di
suatu perkampungan yang terdiri atas tempat-tempat tinggal sederhana yang didiami secara
berkelompok oleh beberapa keluarga. Mereka (masyarakat) mendirikan rumah panggung
untuk menghindari binatang buas.
Kebersamaan dan gotong royong mereka junjung tinggi. Semua aktivitas kehidupan jaman
praaksara ini, mereka kerjakan secara gotong royong. Tinggal hidup menetap menimbulkan
masalah berupa penimbunan sampah dan kotoran, sehingga timbul pencemaran lingkungan
dan wabah penyakit. Pengobatan dilakukan oleh para dukun.
Pada masa bercocok tanam, bentuk perdagangan bersifat barter. Barang-barang yang
dipertukarkan masyarakat waktu itu ialah hasil-hasil bercocok tanam, hasil kerajinan tangan
masyarakat (gerabah, beliung), garam, dan ikan yang dihasilkan oleh penduduk atau
masyarakat pantai.
c. Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan zaman masa akhir Prasejarah di Indonesia. Menurut R.P.
Soejono, kata pada perundagian berasal dari bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah
seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan
kayu, sampan, & batu (Nugroho Notosusanto, et.al, 2007).
Masyarakat yang hidup pada masa perundagian adalah ras Australomelanesoid dan
Mongoloid. Pada zaman masa perundagian, manusia masa waktu praaksara hidup di desa-
desa, di daerah pegunungan, dataran rendah, & di tepi pantai dalam tata kehidupan yang
makin teratur dan terpimpin. Kehidupan masyarakat pada masa zaman perundagian ditandai
dengan dikenalnya pengolahan logam. Alat-alat yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
sudah banyak yang terbuat dari logam.
Adanya alat-alat dari logam tidak serta merta menghilangkan penggunaan alat-alat dari batu.
Masyarakat zaman masa perundagian masih menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu.
Penggunaan bahan logam tidak tersebar luas sebagaimana halnya pada penggunaan bahan
batu. Kondisi ini disebabkan pada persediaan logam masih sangat terbatas. Dengan
keterbatasan ini, hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki keahlian untuk mengolah
logam.
Pada masa zaman perundagian, perkampungan masyarakat sudah lebih besar karena adanya
hamparan lahan pertanian. Perkampungan masyarakat yang terbentuk lebih teratur dari pada
sebelumnya. Setiap kampung memiliki pemimpin yang disegani oleh masyarakat.
Pada masa tersebut, sudah ada pembagian kerja yang jelas disesuaikan dengan keahlian
masing-masing. Masyarakat tersusun menjadi kelompok masyarakat majemuk, seperti pada
kelompok petani, pedagang, maupun perajin.
Masyarakat juga telah membentuk aturan adat istiadat yang dilakukan secara turun-temurun.
Hubungan dengan daerah-daerah di sekitar Kepulauan Nusantara mulai terjalin. Peninggalan
masa zaman perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya. Berbagai
bentuk benda seni, peralatan hidup, dan upacara menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan
masyarakat zaman masa itu sudah memiliki kebudayaan yang tinggi.Pada masa waktu atau
zaman praaksara ini memiliki arti dari dua suku kata yaitu pra yang berarti sebelum dan
aksara yang berarti huruf, dan jika digabungkan memiliki arti pada masa dimana masyarakat
belum mengenal huruf (aksara) atau baca tulis.
Masa pra aksara atau biasa disebut masa prasejarah adalah masa kehidupan manusia sebelum
mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa pra aksara adalah manusia
purba. Satu-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan manusia purba hanya melalui
peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan fosil tumbuh-
tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang pada masa itu. Zaman pra aksara
berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan hingga manusia mulai
mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman manusia mengenal dan menggunakan tulisan
disebut zaman aksara atau zaman sejarah.
Hasil penelitian yang bersumber dari fosil dan artefak dapat diketahui bahwa kehidupan
manusia purba pada masa prasejarah itu sangat sederhana. Mereka mengumpulkan makanan
seperti buah dan sayur dari hutan atau ikan, siput, kerang dan udang dari sungai dan laut,
mereka juga hidup berpindah-pindah baik untuk mencukupi persedian makanan maupun
menghindari serangan binatang buas atau manusia purba lainnya. Kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa Praaksara dapat dibagi ke dalam tiga masa, yaitu masa berburu dan
mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
Daerah itu juga merupakan tempat persinggahan hewan-hewan seperti kerbau, kuda, monyet,
banteng, dan rusa, untuk mencari mangsa. Hewan-hewan inilah yang kemudian diburu oleh
manusia. Di samping berburu, mereka juga mengumpulkan tumbuhan yang mereka temukan
seperti ubi, keladi, daun-daunan, dan buah-buahan. Mereka bertempat tinggal di dalam gua-
gua yang tidak jauh dari sumber air, atau di dekat sungai yang terdapat sumber makanan
seperti ikan, kerang, dan siput.
Secara umum ciri-ciri kehidupan masa berbeuru dan mengumpulkan makanan antara lain
sebagai berikut :
Alat kehidupan manusia yang digunakan pada saat itu berupa kapak perimbas (sejenis
kapak yang digenggam, tidak bertangkai dan berbentuk masif), alat serpih, dan alat
tulang. Alat tersebut masih kasar.
Hidup berkelompok yang tersusun dari keluarga-keluarga kecil. Mereka membekali
dirinya untuk menghadapi lingkungan sekelilingnya.
Telah berkembang seni lukis yang dibuat pada dinding-dinding gua, seperti di gua
Leang-leang, Sulawesi Selatan.
Telah ditemukan teknologi sederhana untuk mendatangkan api. Api digunakan api
untuk memasak dan penerangan pada malam hari.
Bahasa sebagai alat komunikasi mulai terbentuk melalui kata-kata dan tanda-tanda
dengan gerakan badan.
Bertempat tinggal secara tidak tetap (nomaden) di dalam gua-gua alam, di tepi sungai,
dan tepi pantai yang banyak tersedia bahan makanan
Kelompok manusia purba di pinggir pantai di antaranya meninggalkan
kjokenmodinger (kebudayaan sampah dapur).
Kegiatan berburu dan meramu sudah ditinggalkan, namun di beberapa masyarakat Indonesia
kegiatan tersebut masih dilakukan, seperti pada masyarakat suku-suku terasing.
Masa ini sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat karena pada masa ini
terdapat beberapa penemuan baru seperti penguasaan sumber-sumber alam. Berbagai macam
tumbuhan dan hewan mulai dipelihara. Selain berladang, kegiatan berburu dan menangkap
ikan terus dilakukan untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani. Kemudian, mereka
secara perlahan meninggalkan cara berladang dan digantikan dengan bersawah. Jenis
tanamannya adalah padi dan umbi-umbian.
Alat-alat batu yang digunakan umumnya sudah dihaluskan. Alat batu yang digunakan
berupa kapak persegi, kapak lonjong, alat-alat pemukulkayu, dan mata panah.
Masyarakat mulai menunjukkan tanda-tanda menetap di suatu tempat yang berupa
yang terdiri atas tempat-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok
oleh beberapa keluarga.
Mengenal cara berladang. Pembukaan lahan dilakukan dengan cara menebang dan
membakar hutan.
Telah terbentuk desa-desa kecil semacam pedukuhan.
Kegiatan bercocok tanam telah menghasilkan keladi, sukun, pisang, durian, manggis,
rambutan, duku, salak, dan sebagainya.
Kebersamaan dan gotong royong mereka junjung tinggi. Semua aktivitas kehidupan,
mereka kerjakan secara gotong royong.
Perdagangan bersifat barter. Barang-barang yang dipertukarkan waktu itu ialah hasil-
hasil bercocok tanam, hasil kerajinan tangan (gerabah, beliung), garam, dan ikan yang
dihasilkan oleh penduduk pantai
Perahu bercadik dan rakit banyak digunakan sebagai sarana lalu lintas air.
Alat komunikasi berupa bahasa dianggap sangat penting.
Tumbuh kepercayaan animisme (pemujaan terhadap roh nenek moyang) dan
dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang mempunyai kekuatan gaib).
Salah satu contohnya pengobatan yang dilakukan oleh para dukun jika ada yang sakit.
c. Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan masa akhir Prasejarah di Indonesia. Menurut R.P. Soejono,
kata perundagian berasal dari bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau
sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan
jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu.
Manusia Praaksara yang hidup pada masa perundagian adalah ras Australomelanesoid dan
Mongoloid. Pada masa perundagian, manusia hidup di desa-desa, di daerah pegunungan,
dataran rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan yang makin teratur dan terpimpin.
Mempelajari dan meneliti kehidupan pada masa lalu memang hal yang menarik, manusia
hidup didunia selalu melakukan perubahan-perubahan baik itu dibidang sosila budaya atau
bahkan kepercayaan. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan dimasa lalu sebagai contoh
adalah masa prasejarah para peneliti atau ilmuan menggunakan fosil dan artefak untuk
menggali informasi tentang kehidupan dimasa lalu. Kehidupan di masa prasejarah adalah
kehidupan yang sangat sederhana, manusia purba selalu hidup berpindah pindah dan untuk
mencukupi kebutuhan hidup, mereka selalu berburu dan meramu
Sejak pertama kali bumi diciptakan hingga saat ini baik bumi maupun kehidupan didalamnya
selalu mengalami perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang, perkembangan
tersebut terbagi dalam setiap zaman seperti arkaezoikum, paleozoikum, mesozoikum dan
neozoikum. Dibawah ini akan dijelaskan sedikit mengenai zaman-zaman tersebut.
1). Zaman Arkaezoikum adalah zaman yang paling tua, berlangsung sekitar 2500 juta tahun
yang lalu, pada masa ini belum ada kehidupan karena buni masih dalam proses pembentukan
serta permukaannya masih sangat panas.
2). Zaman Paleozoikum biasa disebut zaman primer, pada masa ini suhu bumi menurun atau
bumi mulai mendingin. Zaman ini berlangsung sekitar 340 juta tahun yang lalu dan pada
masa ini juga muncul makhluk hidup bersel satu yang diperkirakan sebagai makhluk hidup
yang pertama kali menghuni bumi.
3). Zaman Mesozoikum / Zaman Sekunder atau biasa disebut Zaman Reptile, Masa ini
berlangsung sekitar 140 juta tahun yang lalu, di zaman ini hidup reptile-reptile raksasa seperti
Dinosaurus.
4). Zaman Neozoikum adalah zaman yang sudah mulai stabil di mana sudah ada hewan
menyusui yang hidup pada masa ini sekaligus berkurangnya hewan reptile besar, zaman ini
masih terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1). Zaman Divilum / Pleistosen atau disebut juga dengan zaman es karena pada zaman ini es
didaerah kutub mulai mencair karena perubahan iklim yang berlangsung sekitar 600.00 tahun
yang lalu. Manusia juga sudah mulai hidup pada zaman ini.
2). Zaman Alluvium / Holosen berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu di tandai dengan
munculnya nenek moyang dari manusia modern yaitu homo sapiens.
Masa Praaksara dan Prasejarah Di Indonesia
A. Pengertian Masa Prasejarah atau Praaksara
Prasejarah atau Praaksara adalah zaman dimana manusia tidak atau belum mengenal tulisan,
pra berarti belum / tidak dan aksara berarti huruf atau tulisan. Setiap bangsa didunia
mengalami masa praaksara yang berbeda begitu juga hilangnya masa praaksara tersebut,
setelah manusia mengenal tulisan maka berubah menjadi zaman sejarah.
1). Meganthropus Paleojavanicus, berarti manusia purba besar dan tua yang hidup di Jawa,
ia memiliki tubuh yang kekar. Manusia purba ini ditemukan di Sangiran, Surakarta oleh Von
Koeningswald pada tahun 1936 dan 1941.
2). Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera tegak berdiri, dengan ciri-ciri berbadan
tegak dan memiliki tinggi sekitar 165-180 cm. Manusia purba ini ditemukan oleh Eugene
Dubois di Trinil dekat Begawan Solo Surakarta tahun 1891 dan merupakan manusia purba
yang paling banyak ditemukan di Kedungtrubus, Trinil, Mojokerto, Sangiran dan Ngandong.
3). Homo, berarti manusia ada beberapa jenis homo yaitu homo soloensis, homo wajakensis
dan homo sapiens, keadaan dan ciri fisik mereka lebih sempurna dibanding Manusia purba
sebelumnya.
C. Perkembangan Manusia Purba Di Indonesia
Perkembangan dan perubahan manusia purba selalu terjadi dari masa ke masa, dibawah ini
akan diberikan penjelasannya.
1). Masa Berburu Dan Meramu, Kehidupan dimasa berburu dan meramu sangat identik
dengan hidup berpindah-pindah atau nomaden. Kehidupan pada masa ini biasa disebut food
gathering yang berarti memanfaatkan dan mengambil makanan yang bersumber dari alam
tanpa harus menanam atau mengolahnya dulu. Peralatan yang digunakan pada masa ini
adalah kapak perimbas untuk menebang kayu, memecahkan tulang dan menguliti binatang. &
kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong binatang buruan serta alat serpih yang
berfungsi sebagai pisau.
2). Masa Bercocok Tanam (Food producing ). Pada masa ini manusia purba mulai
mengenal kegiatan bercocok tanam dan pada masa ini juga mereka sudah tingal menetap
disuatu tempat dan memiliki rumah. Namun, kegiatan berburu dan meramu masih belum
hilang sepenuhnya dari kehidupan mereka.Alat-alat yang digunakan pada masa ini banyak
terbuat dari batu yang dihaluskan seperti mata panah, gerabah, beliung persegi, dan kapak
lonjong.
3). Masa Perundagian atau pertukangan. Pada masa ini, manusia purba sudah mengenal
pembagian tugas atau kerja. Pertukangan dan pengecoran logam seperti perunggu juga sudah
dikenal untuk memenuhi keperluan / peralatan rumah tangga.