Anda di halaman 1dari 18

A.

Kehidupan masa praaksara dan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia
Masyarakat Indonesia berasal dari Yunan, yaitu suatu daerah yang terletak di Myanmar (Birma).
Pada waktu berpindah dari Yunan ke Indonesia, mereka belum mengenal tulisan. Oleh karena itu,
mereka disebut masyarakat pra aksara. Tujuan perpindahan mereka adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Mereka hidup secara nomaden, yaitu berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain. Tempat-tempat yang menjadi tujuan mereka adalah tempat yang menghasilkan bahan
makanan. Salah satu tempat yang menjadi tujuan mereka adalah Indonesia. Untuk mencapai
Indonesia tidak terlalu sulit karena pada waktu mereka berpindah, wilayah Indonesia masih menyatu
dengan daratan Asia. Hal ini dibuktikan dengan persamaan fauna (binatang) yang hidup di Indonesia
dan daratan Asia.
Ketika sampai di Indonesia, mereka masih hidup secara nomaden. Lama kelamaan, kehidupan mereka
mengalami kemajuan. Mereka mulai mengenal sistem bercocok tanam. Untuk keperluan bercocok
tanam, mereka mulai menetap sementara. Setelah selesai bercocok tanam, mereka berpindah ke
tempat lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di tempat yang baru, mereka akan bercocok tanam
dan hidup menetap sementara. Akhirnya, mereka akan kembali ke tempat semula apabila musim
panen telah tiba. Kehidupan ini dilakukan secara terus menerus. Oleh karena itu, mereka disebut
sebagai masyarakat semi nomaden.
Kehidupan mereka terus berkembang dan akhirnya mereka mulai hidup menetap di suatu tempat.
Untuk mempertahankan hidupnya, mereka tidak semata-mata bergantung kepada apa yang disediakan
alam. Mereka mulai mengenal sistem pertanian dengan menanam berbagai jenis tanaman dan mulai
memelihara ternak. Di samping itu, mereka mulai hidup secara bersama sehingga terbentuklah
masyarakat pra sejarah. Mereka saling membantu dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Misalnya, untuk menangkap binatang buruan, mereka lakukan secara bersama- sama.
Untuk memudahkan cara memenuhi kebutuhan, masyarakat pra aksara mulai mengenal dan
membuat peralatan. Alat-alat itu terbuat dari batu, tulang, kayu, atau logam. Alat-alat tersebut ada
yang sangat kasar, agak halus, dan sangat halus bentuknya. Di samping itu, ada yang bulat, pipih,
runcing, kecil, dan besar. Bentuk dan jenis alat-alat itu sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
hidupnya. Sisa-sisa peralatan yang terbuat dari tulang dan kayu, umumnya telah membatu (menjadi
batu) atau sering disebut fosil. Sisa-sisa peninggalan ini disebut sebagai hasil kebudayaan fisik
(materi).
Masyarakat pra aksara sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah
kepercayaan bahwa setiap benda memiliki roh atau jiwa. Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan
bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Aliran kepercayaan ini disebut sebagai kebudayaan
rohani.
Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dapat dibagi ke dalam tiga masa, yaitu masa
berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Kehidupan manusia masa berburu dan mengumpulkan makanan, dari sejak Pithecanthropus
sampai dengan Homo sapiens sangat bergantung pada kondisi alam.
1. Mereka tinggal di padang rumput yang letaknya berdekatan dengan sungai. Di samping
berburu, mereka juga mengumpulkan tumbuhan yang mereka temukan seperti ubi,
keladi, daun-daunan, dan buah-buahan.
2. Mereka bertempat tinggal di dalam gua-gua yang tidak jauh dari sumber air, atau di dekat
sungai yang terdapat sumber makanan seperti ikan, kerang, dan siput.
3. Mereka membuat alat-alat dari batu yang masih kasar, tulang, dan kayu disesuaikan
dengan keperluannya, seperti kapak perimbas, alat-alat serpih, dan kapak genggam.
4. Mereka membuat api dengan cara menggosokkan dua keping batu yang mengandung unsur
besi sehingga menimbulkan percikan api dan membakar lumut atau rumput kering yang telah
disiapkan.
5. Manusia Praaksara tidak mempunyai tempat tinggal tetap, tetapi selalu berpindah-pindah
(nomaden) mencari tempat-tempat yang banyak bahan makanan.
6. Dalam kehidupan sosial, manusia Praaksara hidup dalam kelompok-kelompok dan
membekali dirinya untuk menghadapi lingkungan sekelilingnya.
b. Masa Bercocok Tanam
Masa bercocok tanam adalah masa ketika manusia mulai memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
cara memanfaatkan hutan belukar untuk dijadikan ladang. Masa bercocok tanam terjadi ketika
cara hidup berburu dan mengumpulkan bahan makanan ditinggalkan.
1. Mereka mulai hidup menetap di suatu tempat. Manusia Praaksara yang hidup pada masa
bercocok tanam adalah Homo sapiens, baik itu ras Mongoloid maupun ras Austromelanesoid.
2. Berbagai macam tumbuhan dan hewan mulai dipelihara. Mereka bercocok tanam dengan
cara berladang. Jenis tanaman yang ditanam adalah ubi, pisang, dan sukun. Kegiatan berburu
dan menangkap ikan terus dilakukan untuk mencukupi kebutuhan akan protein
hewani. Kemudian, mereka secara perlahan meninggalkan cara berladang dan digantikan
dengan bersawah. Jenis tanamannya adalah padi dan umbi-umbian.
3. Manusia praaksara masa ini mampu membuat alat-alat dari batu yang sudah diasah lebih
halus serta mulai dikenalnya pembuatan gerabah. Alat-alatnya berupa beliung persegi dan
kapak lonjong, alat-alat pemukul dari kayu, dan mata panah.
4. Manusia mulai hidup menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas tempat-tempat tinggal
sederhana yang didiami secara berkelompok oleh beberapa keluarga. Mereka mendirikan
rumah panggung untuk menghindari binatang buas.
5. Bentuk perdagangan bersifat barter. Barang-barang yang dipertukarkan waktu itu ialah hasil-
hasil bercocok tanam, hasil kerajinan tangan (gerabah, beliung), garam, dan ikan yang
dihasilkan oleh penduduk pantai.
c. Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan masa akhir Prasejarah di Indonesia. Kata perundagian berasal dari
bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang
yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan
gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu.
1. Manusia Praaksara yang hidup pada masa perundagian adalah ras Australomelanesoid dan
Mongoloid.
2. Manusia hidup di desa-desa, di daerah pegunungan, dataran rendah, dan di tepi pantai dalam
tata kehidupan yang makin teratur dan terpimpin.
3. Mereka mulai mengenal pengolahan logam. Adanya alat-alat dari logam tidak serta merta
menghilangkan penggunaan alat-alat dari batu. Penggunaan bahan logam tidak tersebar luas
sebagaimana halnya penggunaan bahan batu. Kondisi ini disebabkan persediaan logam
masih sangat terbatas.
4. Perkampungan yang terbentuk lebih teratur dari sebelumnya. Setiap kampung memiliki
pemimpin yang disegani oleh masyarakat. Sudah ada pembagian kerja yang jelas
disesuaikan dengan keahlian masing-masing.
5. Hubungan dengan daerah-daerah di sekitar Kepulauan Nusantara mulai terjalin.
2. Masa Hindu-Budha
Bangsa Indonesia yang sebelumnya memiliki kebudayaan asli tidak begitu saja menerima
budaya-budaya baru tersebut. Proses masuknya pengaruh budaya Indonesia terjadi karena adanya
hubungan dagang antara Indonesia dan India. Kebudayaan yang datang dari India mengalami
proses penyesuaian dengan kebudayaan asli Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di
Indonesia ini dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan sejarah dalam berbagai bidang, antara
lain seperti berikut.
1. Bidang Keagamaan. Sebelum budaya Hindu-Buddha datang, di Indonesia telah berkembang
animisme dan dinamisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan terhadap suatu benda
yang dianggap memiliki roh atau jiwa. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap
benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat
Indonesia secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh golongan
elite di sekitar istana.
2. Bidang Politik. Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Lahir
kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan kerajaan bercorak Hindu-
Buddha lainnya.
3. Bidang Sosial. Masuknya kebudayaan Hindu menjadikan masyarakat Indonesia mengenal
aturan kasta, yaitu: Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para sarjana), Kasta Ksatria (para
prajurit, pejabat dan bangsawan), Kasta Waisya (pedagang petani, pemilik tanah dan prajurit).
Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar).
4. Bidang Pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan semacam asrama merupakan salah satu
bukti pengaruh dari kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut
mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan.
5. Bidang Sastra dan Bahasa. Pengaruh Hindu-Buddha pada bahasa adalah dikenal dan
digunakannya bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia. Pada masa
kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada zaman
kejayaan Kerajaan Kediri.
6. Bidang Arsitektur. Punden berundak merupakan salah satu arsitektur Zaman Megalitikum.
Arsitektur tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan
candi. Candi bukan sekadar tempat untuk memuja dewa-dewa , tetapi lebih sebagai tempat
pertemuan rakyat dengan nenek moyangnya. Candi dengan patung induknya yang berupa arca
merupakan perwujudan raja yang telah meninggal.
3. Kehidupan Masyarakat Indonesia Masa Islam
Masuknya Islam berpengaruh besar pada masyarakat Indonesia. Kebudayaan Islam terus
berkembang sampai sekarang. Pengaruh kebudayaan Islam dalam kehidupan masyarakat
Indonesia antara lain pada bidang-bidang berikut.
a. Bidang Politik
Setelah masuknya Islam, kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha mengalami keruntuhan
dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam, seperti Samudra Pasai,
Demak, Malaka, dan lainnya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar sultan
atau sunan seperti halnya para wali. Jika rajanya meninggal, tidak dimakamkan di candi tetapi
dimakamkan secara Islam.
b. Bidang Sosial
Pengaruh Islam yang berkembang pesat membuat mayoritas masyarakat Indonesia memeluk
agama Islam. Hal ini menyebabkan aturan kasta mulai pudar di masyarakat. Nama-nama Arab
seperti Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Musa, Ibrahim, Hasan, Hamzah, dan lainnya mulai
digunakan. Kosakata bahasa Arab juga banyak digunakan, contohnya rahmat, berkah (barokah),
rezeki (rizki), kitab, ibadah, sejarah (syajaratun), majelis (majlis), hikayat, mukadimah, dan masih
banyak lagi.
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal kalender Saka
(kalender Hindu) yang dimulai pada tahun 78 M. Dalam kalender Saka ini, ditemukan nama-
nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam,
Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan
peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
c. Bidang Pendidikan
Pendidikan Islam berkembang di pesantren-pesanten Islam. Sebenarnya, pesantren telah
berkembang sebelum Islam masuk ke Indonesia. Pesantren saat itu menjadi tempat pendidikan
dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, mata pelajaran dan proses pendidikan
pesantren berubah menjadi pendidikan Islam. Pesantren adalah sebuah asrama tradisional
pendidikan Islam. Siswa tinggal bersama untuk belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru
yang disebut kiai. Asrama siswa berada di dalam kompleks pesantren. Kiai juga tinggal di
kompleks pesantren.
d. Bidang Sastra dan Bahasa
Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat pada batu nisan di daerah Leran Gresik,
yang diduga makam salah seorang bangsawan Majapahit yang telah masuk Islam. Dalam
perkembangannya, pengaruh huruf dan bahasa Arab terlihat pada karya-karya sastra. Bentuk
karya sastra yang berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Islam diantaranya sebagai berikut.
1. Hikayat, cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat
ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Contoh hikayat yang terkenal adalah
Hikayat Amir Hamzah.
2. Babad, kisah pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad
Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
3. Suluk, kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil,
Suluk Malang Sumirang, dan lainnya.
4. Syair, seperti Syair Abdul Muluk dan Gurindam Dua Belas.
e. Bidang Arsitektur dan
Kesenian Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid dan
istana. Ada perbedaan antara masjid- masjid yang dibangun pada awal masuknya Islam ke
Indonesia dan masjid yang ada di Timur Tengah. Masjid di Indonesia tidak memiliki kubah di
puncak bangunan. Kubah digantikan dengan atap tumpang atau atap bersusun. Jumlah atap
tumpang itu selalu ganjil, tiga tingkat atau lima tingkat serupa dengan arsitektur Hindu.
Contohnya, Masjid Demak dan Masjid Banten.
Islam juga memperkenalkan seni kaligrafi. Kaligrafi adalah seni menulis aksara indah yang
merupakan kata atau kalimat. Kaligrafi ada yang berwujud gambar binatang atau manusia (hanya
bentuk siluetnya). Ada pula yang berbentuk aksara yang diperindah. Teks-teks dari Al-Quran
merupakan tema yang sering dituangkan dalam seni kaligrafi ini. Media yang sering digunakan
adalah nisan makam, dinding masjid, mihrab, kain tenunan, kayu, dan kertas sebagai pajangan.
B. ASAL USUL NENEK MOYANG
Berikut adalah asal usul nenk moyang menurut Para ahli yang memiliki pendapat yang beragam
dengan berbagai argumen atau alasannya, seperti :
1. Prof. Dr. H. Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada kesamaan bahasa yang
dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanisia, dan Mikronesia. Menurut hasil
penelitiannya, bahasa-bahasa yang digunakan di daerah-daerah tersebut berasal dari satu akar
bahasa yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya nama dan bahasa
yang dipakai daerah-daerah tersebut. Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa, nama-
nama binatang dan alat-alat perang.
2. Van Heine Geldern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah
Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak-artefak atau peninggalan kebudayaan yang ditemukan di
Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan peninggalan- peninggalan kebudayaan yang
ditemukan di daerah Asia.
3. Prof. Mohammad Yamin berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini didasarkan pada penemuan fosil-fosil dan artefak- artefak
manusia tertua di Indonesia dalam jumlah yang banyak. Di samping itu, Mohammad Yamin
berpegang pada prinsip Blood Und Breden Unchro, yang berarti darah dan tanah bangsa
Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Manusia purba mungkin telah tinggal di Indonesia,
sebelum terjadi gelombang perpindahan bangsa-bangsa dari Yunan dan Campa ke wilayah
Indonesia. Persoalannya, apakah nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia purba?
Kehidupan Pada Masa Pra Aksara di Indonesia
Kerangka Manusia Pithecanthropus Pithecanthropus adalah manusia kera yang berdiri tegak dari
Trinil. Fosil ini ditemukan oleh Eugene Dobuis pada tahun 1890.
4. Hogen berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera.
Banga ini bercampur dengan bangsa Mongol dan kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan
Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun
3000 SM – 1500 SM. Sedangkan bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar ke wilayah
Indonesia pada tahun 1500 SM – 500 SM.
Bertitik tolak dari pendapat-pendapat di atas, terdapat hal-hal yang menarik tentang asal-usul
nenek moyang bangsa Indonesia.
Pertama, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan dan Campa. Argumen ini merujuk
pada pendapat Moh. Ali dan Kern bahwa sekitar tahun 3000 SM – 1500 SM terjadi gelombang
perpindahan bangsa-bangsa di Yunan dan Campa sebagai akibat desakan bangsa lain dari Asia
Tengah yang lebih kuat. Argumen ini diperkuat dengan adanya persamaan bahasa, nama
binatang, dan nama peralatan yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan
Mikronesia.
Kedua, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Argumen ini merujuk
pada pendapat Mohammad Yamin yang didukung dengan penemuan fosil-fosil dan artefak-
artefak manusia tertua di wilayah Indonesia dalam jumlah yang banyak. Sementara, fosil dan
artefak manusia tertua jarang ditemukan di daratan Asia. Sinanthropus Pekinensis yang
ditemukan di Cina dan diperkirakan sezaman dengan Pithecantropus Erectus dari Indonesia,
merupakan satu-satunya penemuan fosil manusia tertua di daratan Asia.
Ketiga, masyarakat awal yang menempati wilayah Indonesia termasuk rumpun bangsa Melayu.
Oleh karena itu, bangsa Melayu ditempatkan sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Argumen
ini merujuk pada pendapat Hogen. Bangsa Melayu yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia
dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Bangsa Proto Melayu
Bangsa ini memasuki wilayah Indonesia melalui 2 (dua) jalan, yaitu:
a. Jalan barat dari Semenanjung Malaka ke Sumatera dan selanjutnya menyebar ke
beberapa daerah di Indonesia.
b. Jalan timur dari Semenanjung Malaka ke Filipina dan Minahasa, serta selanjutnya
menyebar ke beberapa daerah di Indonesia.
Kehidupan Pada Masa Pra Aksara di Indonesia
Peta rute perpindahan nenek moyang bangsa Indonesia
Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih tinggi dari kebudayaan Homo
Sapiens di Indonesia. Kebuadayaan mereka adalah kebudayaan batu muda (neolitikum). Hasil-
hasil kebudayaan mereka masih terbuat dari batu, tetapi telah dikerjakan dengan baik sekali
(halus).
Kapak persegi merupakan hasil kebudayaan bangsa Proto Melayu yang masuk ke Indonesia
melalui jalan barat dan kapak lonjong melalui jalan timur. Keturunan bangsa Proto Melayu yang
masih hidup hingga sekarang, di antaranya adalah suku bangsa Dayak, Toraja, Batak, Papua.
2. Bangsa Deutro Melayu
Sejak tahun 500 SM, bangsa Deutro Melayu memasuki wilayah Indonesia secara
bergelombang melalui jalan barat. Kebudayaan bangsa Deitro Melayu lebih tinggi dari
kebudayaan bangsa Proto Melayu. Hasil kebudayaan mereka terbuat dari logam
(perunggu dan besi). Kebuadayaan mereka sering disebut kebudayaan Don Song, yaitu
suatu nama kebudayaan di daerah Tonkin yang memiliki kesamaan dengan kebudayaan
bangsa Deutro Melayu. Daerah Tonkin diperkirakan merupakan tempat asal bangsa
Deutro Melayu, sebelum menyebar ke wilayah Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan
perunggu yang penting di Indonesia adalah kapak corong atau kapak sepatu, nekara, dan
bejana perunggu. Keturunan bangsa Deutro Melayu yang masih hidup hingga sekarang,
di antaranya suku bangsa Melayu, Batak, Minang, Jawa, Bugis.
Beberapa teori tersebut adalah:
1. Teori AFRIKA
Menurut Teori ini, “Orang Indonesia” berasal dari Afrika. Manusia Afrika menyebar ke luar Afrika
diperkirakan sekitar 50.000-70.000 tahun silam, menuju Asia Barat. Jalur yang mereka tempuh ada
dua, yaitu mengarah ke Lembah Sungai Nil, melintasi Semenanjung Sinai lalu ke utara melewati
Arab dan yang kedua melewati Laut Merah. Setelah memasuki Asia, beberapa kelompok tinggal
sementara di Timur Tengah, sedangkan kelompok lainnya melanjutkan perjalanan dengan menyusuri
pantai Semenanjung Arab menuju ke India, Asia Timur, Indonesia. Menurut Teori ini, ciri-ciri orang
Papua menjadi bukti kuat bahwa nenek moyang orang Indonesia berasal dari Afrika.
2. Teori YUNAN
Menurut Teori ini, “orang Indonesia” berasal dari Yunan, China. Teori ini didukung oleh Moh. Ali,
yang berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Mongol yang terdesak oleh
bangsa-bangsa yang lebih kuat sehingga melakukan migrasi menuju ke selatan. Beberapa bukti yang
menjadi dasar dari teori ini adalah ditemukannya kesamaan alat-alat yang digunakan di Indonesia
dan di Asia Tengah (wilayah China). Selain itu, menurut Teori ini, ada kemiripan bahasa Melayu
dengan bahasa di wilayah selatan China, ini membuktikan bahwa nenek moyang orang Indonesia
berasal dari Yunan, China.
Menurut Teori Yunan, kedatangan orang-orang dari Yunan ke Indonesia terjadi dalam 2 gelombang:
1. Gelombang I yang disebut juga Melayu Tua (Proto Melayu)
2. Gelombang II yang disebut juga Melayu Muda (Deutro Melayu)
1. Melayu Tua (Proto Melayu)
a. Jalur Barat : Dari Yunan (China) menuju Semenanjung Malaya (Malaysia)
kemudian ke Sumatera kemudian ke Jawa.
b. Jalur Timur: Dari Yunan (China) menuju Taiwan (Formosa) kemudian menuju
Filiphina kemudian ke Sulawesi dan ke Papua.
2. Melayu Muda (Deutro Melayu)
a. Jalurnya sama dengan Jalur Barat Melayu Tua, yaitu Dari Yunan (China) menuju
Semenanjung Malaya (Malaysia) kemudian ke Sumatera kemudian ke Jawa.
3. Teori NUSANTARA.
Teori Nusantara menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri, bukan dari luar.
Teori ini didukung oleh Muhammad Yamin, Gorys Keraf, dan J.Crawford. Mereka percaya bahwa
orang Indonesia asalnya dari Indonesia juga, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil
manusia purba di Indonesia. Bukti lain yang ditawarkan teori ini adalah perbedaan antara bahasa
Austronesia yang berkembang di Nusantara dengan bahasa Indo-eropa yang berkembang di Asia
Tengah(China). Selain itu, pendukung teori ini berpendapat Bangsa Melayu yang ada di Indonesia
usianya sudah ribuan tahun, Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban
ini tidak mungkin dapat dicapai tanpa melalui proses perkembangan dari kebudayaan sebelumnya.
Masuk dan berkembangnya Budaya Hindu-Budha di Indonesia
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya
dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan
perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan
laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak
di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki
keuntungan, yaitu:
1. Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
2. Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,
3. Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
4. Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan
timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh kepada
Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang
proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya
Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja
dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria.
Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan antargolongan di dalam
masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya,
diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha
mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran
agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah
berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan dengan
para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses
penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan
sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya.
Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya
Hindu ke Nusantara.
Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya Hindu
ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh
budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi
Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di
Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau
barang persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti
tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi
petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambah
khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.
1. Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan animisme dan
dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak
berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan
keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.
2. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok
kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat
berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai,
Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3. Arsitektur
Salah satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut berpadu dengan
budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita memperhatikan Candi Borobudur,
akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya
paduan budaya India-Indonesia.
4. Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar
berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini,
bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia
yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi,
Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
5. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Karya sastra
terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu memacu
para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia
adalah:
1. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa,
2. Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan
3. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.
Agama Hindu
Agama Hindu berkembang di India pada ± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam kitab
sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau “himpunan” yaitu:
1. Reg Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa.
2. Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci.
3. Yajur Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
4. Atharwa Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.
Di samping kitab Weda, umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:
1. Kitab Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.
2. Kitab Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.
Agama Hindu menganut polytheisme (menyembah banyak dewa), diantaranya Trimurti atau “Kesatuan
Tiga Dewa Tertinggi” yaitu:
1. Dewa Brahmana, sebagai dewa pencipta.
2. Dewa Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.
3. Dewa Siwa, sebagai dewa perusak.
Selain Dewa Trimurti, ada pula dewa yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra pembawa hujan yang sangat
penting untuk pertanian, serta Dewa Agni (api) yang berguna untuk memasak dan upacara-upacara
keagamaan. Menurut agama Hindu masyarakat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau kasta yang disebut
Caturwarna yaitu:
1. Kasta Brahmana, terdiri dari para pendeta.
2. Kasta Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
3. Kasta Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah.
4. Kasta Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.
Selain 4 kasta tersebut terdapat pula golongan pharia atau candala, yaitu orang di luar kasta yang telah
melanggar aturan-aturan kasta.
Orang-orang Hindu memilih tempat yang dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat
bersemayamnya Dewa Siwa serta Sungai Gangga yang airnya dapat mensucikan dosa umat Hindu,
sehingga bisa mencapai puncak nirwana.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja
bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin
melepaskan diri dari samsara.
Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan bahasa Poli.
Adapun yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:
1. Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat Buddha.
2. Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
3. Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu:
1. Buddha yaitu berbakti kepada Buddha.
2. Dharma yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
3. Sangga yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Disamping itu agar orang dapat mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan) jalan kebenaran atau
Astavidha yaitu:
1. Pandangan yang benar.
2. Niat yang benar.
3. Perkataan yang benar.
4. Perbuatan yang benar.
5. Penghidupan yang benar.
6. Usaha yang benar.
7. Perhatian yang benar.
8. Bersemedi yang benar.
Karena munculnya berbagai penafsiran dari ajaran Buddha, akhirnya menumbuhkan dua aliran dalam
agama Buddha yaitu:
1. Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya sendiri.
2. Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama dan saling membantu.
Pemeluk Buddha juga memiliki tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat yaitu:
1. Kapilawastu, yaitu tempat lahirnya Sang Buddha.
2. Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi.
3. Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya pertama kali.
4. Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha.
pengaruh agama dan kebudayaan hindu-budha bagi masyarakat Indonesia
pengaruh agama dan kebudayaan hindu budha bagi masyarakat Indonesia antara lain
1. berkembangnya teknologi pembuatan candi,
2. dikenalnya dengan sistem kasta pada masyarakat Hindu
3. mulai dikenalnya konsep raja dan kerajaan
4. mulai dikenalnya aksara dan kesusastraan, dan
5. mulai dikenalnya kepercayaan agama hindu-budha
Hubungan antara Indonesia dengan pusat Hindu-Budha (India) berawal dari hubungan dagang. Pada awal
mahesi telah terjadi hubungan perdagangan antara India, Indonesia dan Cina. Kebudayaan India yang
bercorak Hindu-Budha, mempengaruhi paling besar kebudayaan Indonesia. Berikut ini teori-teori
mengenai masuknya agama Hindu ke Indonesia
 Teori Brahmana, diungkapkan oleh Van Leur, menurut pendapatnya masuknya agama hindu ke
Indonesia dibawa oleh kaum brahmana. Para Brahmana didatangkan atas undangan kepala suku
untuk upacara penobatan (abhiseka). Selain itu hanya kaum brahmana yang paling menguasai
bahasa sansekerta yang merupakan bahasa Kitab Weda.
 Teori Waisya, dikemukakakan oleh N.J Krom. Krom berpendapat bahwa masuknya agama Hindu
ke Indonesia dibawa oleh para pedagang. Selain melakukan aktivitas dagang, mereka juga
melakukan interaksi dengan penduduk Indonesia. Dalam menanti angin musim, paling sedikit
mereka harus tinggal selama enam bulaan di Indonesia. Disinilah kebudayaan yang mereka miliki
menyebar luas.
 Teori Kesatria, dikemukakan oleh Majundar. Majundar menyatakan bahwa agama Hindu ke
Indonesia dibawa oleh para Kesatria. Para kesatria India melakukan penaklukan sambil
menyebarkan agama Hindu. Kelemahan teori ini adalah tidak ada bukti kolonialisasi India di
Indonesia.
 Teori Arus Balik, dikemukakan oleh George Coedes dan F.D.K Bosch. Teori ini menyatakan
bahwa penyebaran agama Hindu di Indonesia dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Orang
Indonesia yang berdagang ke India kemudian membawa kebudayaan India ke Indonesia.
Di samping berkembangnya budaya Hindu, di Indonesia juga berkembang agama Budha. Agama Budha
disebarkan melalui misi khusus yang disebut Dharmaduta. Agama Budha sudah mulai masuk di
Indonesia pada abad ke-2 M dengan bukti ditemukannya patung perunggu Budha di Sempaga (Sulawesi
Selatan), Jember (Jawa Timur) dan Bukit Siguntang (Sumatera Selatan) yang bergaya Amarawati (India
Selatan). Ajaran agama Budah berdasarkan kitab Tripitaka(Tiga keranjang).
Masuk dan berkembangnya Budaya Hindu-Budha di Indonesia
Hubungan antara Indonesia dengan pusat Hindu-Budha (India) berawal dari hubungan dagang. Pada awal
mahesi telah terjadi hubungan perdagangan antara India, Indonesia dan Cina. Kebudayaan India yang
bercorak Hindu-Budha, mempengaruhi paling besar kebudayaan Indonesia. Berikut ini teori-teori
mengenai masuknya agama Hindu ke Indonesia
 Teori Brahmana, diungkapkan oleh Van Leur, menurut pendapatnya masuknya agama hindu ke
Indonesia dibawa oleh kaum brahmana. Para Brahmana didatangkan atas undangan kepala suku
untuk upacara penobatan (abhiseka). Selain itu hanya kaum brahmana yang paling menguasai
bahasa sansekerta yang merupakan bahasa Kitab Weda.
 Teori Waisya, dikemukakakan oleh N.J Krom. Krom berpendapat bahwa masuknya agama Hindu
ke Indonesia dibawa oleh para pedagang. Selain melakukan aktivitas dagang, mereka juga
melakukan interaksi dengan penduduk Indonesia. Dalam menanti angin musim, paling sedikit
mereka harus tinggal selama enam bulaan di Indonesia. Disinilah kebudayaan yang mereka miliki
menyebar luas.
 Teori Kesatria, dikemukakan oleh Majundar. Majundar menyatakan bahwa agama Hindu ke
Indonesia dibawa oleh para Kesatria. Para kesatria India melakukan penaklukan sambil
menyebarkan agama Hindu. Kelemahan teori ini adalah tidak ada bukti kolonialisasi India di
Indonesia.
 Teori Arus Balik, dikemukakan oleh George Coedes dan F.D.K Bosch. Teori ini menyatakan
bahwa penyebaran agama Hindu di Indonesia dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Orang
Indonesia yang berdagang ke India kemudian membawa kebudayaan India ke Indonesia.
Di samping berkembangnya budaya Hindu, di Indonesia juga berkembang agama Budha. Agama Budha
disebarkan melalui misi khusus yang disebut Dharmaduta. Agama Budha sudah mulai masuk di
Indonesia pada abad ke-2 M dengan bukti ditemukannya patung perunggu Budha di Sempaga (Sulawesi
Selatan), Jember (Jawa Timur) dan Bukit Siguntang (Sumatera Selatan) yang bergaya Amarawati (India
Selatan). Ajaran agama Budah berdasarkan kitab Tripitaka(Tiga keranjang).
Pengaruh Kebudayaan Hindu-Budha dalam Masyarakat Indonesia
 Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini
nampak pada pembagian masyarakat yang dikenal dengan kasta. Dalam agama Hindu terdapat empat
kasta yaitu Kasta Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Kemudian ada satu kelompok lagi yang dibuang
dari kastanya karena telah berbuat kesalahan nama kelompok tersebut adalah kasta Paria. Selain adanya
kasta, terjadi pula perubahan nama kerajaan maupun raja yang memerintah sebagai contoh raja Kutai
menggunakan nama Aswawarman yang merupakan nama yang banyak digunakan di India.
 Bidang Kepercayaan
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-budha, bangsa Indonesia sudah memiliki system kepercayaan
tersendiri, yaitu Animisme (percaya pada roh nenek moyang) dan dinamisme (percaya pada benda).
Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia memeluk agama Hindu-Budha. Terjadi
adanya sinkritisme yaitu penyatuan paham-paham antara animisme dinamisme dengan Hindu-Budha.
 Bidang Politik
System pemerintahan Indonesia sebelum masuknya agama Hindu-Budha berbetuk kesukuan. Ketika
pengaruh agama Hindu-Budha masuk, maka berdiri kerajaan yang bercorak hindu-Budha yang berkuasa
secara turun temurun.
 Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha berpengaruh dalam bidang pendidikan. Sebelum masuknya Hindu-budha,
bangsa Indonesia belum mengenal tulisan. Dengan masuknya agama Hindu-Budha mengenal tulisan yaitu
huruf pallawa dan bahasa Sansekerta. Turunan dari bahasa sansekerta adalah bahasa Kawi, bahasa Jawa
kuno dan Bali kuno.
 Bidang Seni dan Budaya
1. Seni tulis, masuknya budaya Hindu-Budha, memunculkan banyak karya sastra di Indonesia. Sebagai
contoh: Kitab Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, Kitab Sutasoma karya Mpu
Tantular, dan Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca.
2. Seni bangunan, terlihat dari bangunan Candi. Candi merupakan bentuk akulturasi antara
kebudaayan local (local genius) dengan Hindu-Budha, bangunan seperti candi sudah ada di
Indonesia pada masa megalitikum berupa punden berundak. Di Indonesia, candi selain tempat
ibadah juga digunakan untuk makam raja-raja.
3. Seni rupa, nampak berupa patung dan relief. Patung Hindu-Budha banyak ditemukan di berbagai
wilayah di Indonesia. Selain patung juga terdapat relief pada dinding-dinding candi seperti di Candi
Bororbudur.
 Sistem kalender. Diadopsi dari system kalender India. Hal itu nampak pada penggunaan tahun saka
di Indonesia dan Candrasangkala/kronogram. Dalam kalender saka satu tahun terdiri dari 354 hari.
Saat matahari, bumi dan bulan pada garis lurus diperingati sebagai hari nyepi. Candrasangkala
adalah huruf angka berupa susunan kalimat. Contoh Sirna Ilang Kertaning Bumi diartikan 1400 saka
atau 1478 (sirna=0, ilang=0, kertaning=4, bumi=1).
Masa Islam
Agama Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat Indonesia. Penyebaran agama Islam
dilakukan oleh para pedagang baik itu Arab, Persia maupun India. Di samping para pedagang, para Wali
Songo memegang peranan penting dalam penyebaran agama islam di Pulau Jawa.
Masuk dan Berkembangnya Agama Islam
Awal Masuknya Islam di Indonesia= Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti
animisme, dinamisme
masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan= Islam masuk ke Indonesia
pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi
proses masuk dan berkembangmya agama islam berkembang dan tersebar diindonesia dengan cara damai.
faktor dan sebab agama Islam dapat berkembang dengan pesat di Dunia
1. Penyebaran paham Islamophobia yaitu paham akan ketakutan secara berlebihan terhadap orang Islam
tanpa didasari alasan yang kuat bahkan cenderung tidak berdasar oleh orang-orang yang anti terhadap
Islam.
2. Adanya perbedaan fakta lapangan dimana dari media umat Islam diberitakan keras, kejam, dan
berakhlak tidak baik, namun setelah bertemu secara langsung ternyata terdapat kontradiksi atau perbedaan
yang tidak sesuai dengan faktanya.
3. Banyaknya umat-umat Islam yang berkelana ke seluruh penjuru dunia.
4. Para da’i dan para mubaligh yang pantang menyerah menghadapi berbagai rintangan, hambatan,
bahkan gangguan dalam menyebarkan agama Islam.
5. Banyaknya kriminalisasi Islam menjadikan orang lain penasaran dengan agama Islam.
6. penyebaran agama islam dimasyarakat dilakukan secara damai
Sumber tentang masuknya Islam berasal dari sumber dalam negeri dan luar negeri.
Sumber luar negeri
1. Berita dari Arab. Para pedagang Arab berdagang ke Indonesia pada sekitar abad ke-7 pada masa
kejayaan kerajaan Sriwijaya. Orang Arab menyebut Sriwijaya dengan sebutan Zabag, Zabay atau
Sribusa.
2. Berita dari India, menyatakan bahwa yang berperan dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam
adalah pedagang dari Gujarat (India)
3. Berita dari Eropa, berita ini ditulis oleh Marcopolo yang menyatakanbawa di Sumatera bagian utara
telah muncul kerajaan Islam yang bernama Samudera pasai (abad ke-13). Selain itu ada buku “suma
oriental” karya Tome Pires yang menceritakan tentang hancurnya pemerintah Hindu dan munculnya
kerajaan-kerajaan Islam.
4. Berita dari Cina, ditulis oleh Ma-Huan seorang penulis dalam ekspedisi Laksamana Cheng-Ho
menyatakan sekitar tahun 1400 banyak pedagang Islam yang tinggal di pesisir Pulau Jawa.
 Sumber dalam negeri
1. Nisan Fatimah binti Maimun (1082 M) di leran Gresik. Pada makam tersebut terdapat tulisan Arab.
2. Makam Sultan Malikul Saleh (1297 M), di Sumatera Utara, corak makam ini mirip batu nisan yang
dibuat oleh orang-orang Cambay, Gujarat.
3. Makam Syekh Maulana Mailik Ibrahim (1419), dimana jirat makam didatangkan dari Gujarat.
Berdasarkan banyaknya pendapat mengenai masuknya islam, dapat disimpulkan mengenai perkambangan
islam di Indonesia
 Mada kedatangan Islam kemungkinan abad ke 7 M sampai 8 M
 Masa penyebaran Islam mulai abad ke-13 sampai dengan 16 M
 Masa perkembangan Islam mulai abad ke-15 M melalui kerajaan-kerajaan Islam
Perkembangan agama dan kebudayaan islam (proses islamisasi) di Indonesia melalui saluran-saluran
sebagai berikut:
 Saluran perdagangan
 Saluran perkawinan
 Saluran tasawuf (aliran ketuhanan dengan mistik)
 Saluran Pendidikan (Pondok Pesantren)
 Saluran Seni Budaya contoh melalui Wayang
 Saluran Dakwah
Proses islamisasi di Pulau Jawa tidak dapat dilepaskan dari peranan Walisongo. Para walisongo yaitu,
Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), Raden Rahmat (Sunan Ampel), Syarifudin (Sunan Drajat),
Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Paku (Sunan Giri), Raden Mas Syahid (Sunan
Kalijaga), Raden Umar Said (Sunan Muria), Ja’far Sodiq (Sunan Kudus) dan Fatahillah (Sunan
Gunung Jati). Sementara di luar Jawa, penyebar agama islam antara lain Datuk Ribandang dan Datuk
Sulaeman di Sulawesi Selatan, Tuan Tunggang Parangan di Kalimantan, Penghulu Demak di Kalimantan
Selatan, Kiai Gede Ing Suro di Palembang.
Proses penyebaran Islam berjalan dengan lancar dan cepat. proses masuk dan berkembangnya agama
islam di Indonesia telah membawa perubahan besar didalam struktur social masyarakat Indonesia yang
sebelumnya berkarakteritik hindhu-budha. Kehadiran agama islam dapat diterima baik oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia. Beberapa factor yang mepengaruhi penyebaran Islam mudah diterima oleh
masyarakat Indonesia adalah:
 Syarat masuk cukup mudah dan sederhana
 Pelaksanaan ibadah sederhana dan biaya murah
 Agama islam tidak mengenal kasta
 Aturan-aturan dalam islam fleksibel dan tidak memaksa
 Agama islam Gujarat telah mendapat pengaruh Hindu dan tasawuf sehingga mudah dipahami dan
diterima
 penyebaran agama islam dimasyarakat dilakukan secara damai
 Runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit
Pengaruh Kebudayaan Islam di Indonesia
 Bidang sosial,
Agama islam menjadi agama mayoritas di Indonesia. Dalam agama islam tidak mengenal system kasta.
Penggunaan kosakata Arab baik dalam kata-kata maupun pemberian nama. Selain itu penggunaan nama
hari menggunakan bahasa Arab. System angka (1,2,3….) juga merupakan budaya Arab.
 Bidang politik
Digunakan aturan-aturan islam dalam bidang pemerintahan. Selain itu juga banyak raja yang
menggunakan gelar dari Arab, misalnya Sultan, Penembahan, Maulana dan Susuhunan/Sunan.
 Bidang pendidikan
Salah satu wujud dari pengaruh Islam dalam bidang pendidikan adalah dikenalnya pendidikan di pondok
pesantren. Pesantren adalah asrama bagi siswa yang menuntut ilmu islam. Pondok pesantren terbagi
menjadi dau yaitu pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama, dan pesantren yang mengajarkan ilmu
agama dan umum.
Bidang seni dan budaya
Seni bangunan
 Masjid Kuno memiliki ciri-ciri, atapnya berbentuk tumpang, mimbar berbentuk teratai, terdapat
kolam, memiliki gapura, menghadap alun-alun dan biasanya adalah ukiran-ukiran bermotif hewan
atau tumbuhan. Contoh masji Kuno, Masjid Agung Demak, Masjid Banten, Masjid Agung
Kasepuhan (Cirebon).
 Keraton memiliki ciri atap bertingkat, dan pintu masuk menghadap alun-alun serta terdapat masjid
agung. Contoh Keraton Surakarta dan Yogyakarta.
 Pintu Gerbang Kerajaan mendapatkan pengaruh islam seperti di Keraton Sumenep yang terdapat
tulisan Assalamualaikum.
Seni Rupa
 Nisan adalah tonggak dari batu atau kayu yang menandai tempat orang meninggal. Contoh makam
Fatimah binti Maimun.
 Kaligrafi adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan menggunakan
huruf Arab. Agam Islam melarang melukis malhuk hidup.
Seni Sastra antara lain
 Suluk yaitu karya sastra yang brisi ajaran-ajaran tasawuf. Contoh Suluk Sukrasa, Suluk Wiji dan
Suluk Sunan Bonang.
 Hikayat yaitu dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebelum masuknya islam, selalu dikaitkan
dengan dengan tokoh sejarah. Cotoh Hiakayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat-
hikayat raja Pasai.
 Babad yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat istilah-istilah raja suatu kerajaan Islam. Contoh
babad tanah Jawi
 Syair yaitu karya sastra yang berupa sajak dan terdiri dari empat baris. Contoh Syair Abdul Malik,
Syair Burung Pingai.
1. Seni pertunjukan, misalnya saja Sekaten dan Wayang
2. Seni busana seperti sarung, baju koko, kopiah, kerudung dan jilbab.
Sistem kalender
Pada masa Sultan Agung (Raja Mataram) terjadi akulturasi antara kalender Hijriyah dengan Saka.
Kalender tersebut berlaku tanggal 8 Juli 1633 atau tanggal 1 suro 1555 (1 Muharram = 1403 Hijriyah)
untuk kemudian disebut tahun jawa.
Periodisasi adalah pembabakan waktu secara kronologis berdasarkan urutan waktu. Masa praaksara
dibagi menjadi
Periode Pra aksara berdasarkan geologi
Geologi secara etimologi berasal dari bahasa latin : Geo berarti bumi dan logos yang berarti ilmu. Geologi
menekankan kajian tentang lapisan-lapisan yang terkandung di dalam bumi. Periode prasejarah
berdasarkan kajian geologi ditinjau berdasarkan terbentuknya bumi dari awal sampai saat ini melalui
lapisan bumi. Menurut kajian geologi perkembangan bumi dibagi menjadi 4 masa di bawah ini:
 Masa Arkaikum (+ 2500 juta tahun yang lalu)
Masa arkaikum berarti masa awal atau masa awal munculnya kehidupan pembentukan bumi dari inti
sampai kulit. Kondisi pada awal keadaan bumi belum stabil yang memilik udara sangat panas, sehingga
tidak memungkinkan untuk timbulnya kehidupan. Batuan tertua tercatat berumur kira-kira 3,8 milyar.
 Masa Paleozoikum (+ 340 juta tahun yang lalu)
Paleozoikum artinya masa hidup tua, yang menjadi masa awal munculnya kehidupan dipermukaan bumi.
Pada masa ini mulai terbentuknya hidrosfer dan atmosfer, yang memungkinkan munculnya kehidupan.
Pada awal munculnya organisme bersel tunggal yang kemudian berkembang menjadi bersel banyak.
Kemudian muncul organism-organisme yang lebih komplek secara bertahap dari invertebrate dan
beberapa hewan yang hidup di lautan.
Zaman ini ditandai munculnya waktu peralihan kehidupan dari air ke darat. Tumbuhan dan hewan mulai
muncul dan berkembang pertama kalinya termasuk tumbuhan paku, hewan amfibi, serangga dan reptile.
Zaman paleozoikum disebut juga sebagai zaman primer (zaman pertama) yang berarti telah muncul
bentuk kehidupan awal.
 Zaman mesozoikum (+140 tahun lalu)
Pada zaman ini bumi mengalami perkembangan yang sangat cepat dengan munculnya binatang-binatang
berukuran besar seperti reptile pemakan daging. Zaman ini sering disebut sebagai zaman reptile atau
zaman jurasic. Zaman mesozzoikum disebut pula sebagai zaman sekunder atau zaman kedua.
 Zaman Neozoikum (+ 60 juta tahun yang lalu)
Neozoikum artinya zaman hidup baru. Zaman ini dibagi menjadi dua masa, yaitu:
(1) Zaman Tersier
Setelah punahnya zaman reptile raksasa, terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya
primate dan burung tidak bergigi tajam yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut seperti ikan
dan moluska sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga terus berevolusi
menghasilkan banyak variasi seperti semak belukar, tumbuhan merambat dan rumput.
(2) Zaman Kuarter
Perkembangan dan kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca
secara global. Zaman kuarter terdiri dari dua kurun waktu yaitu kala Plestosen dan Kala Holosen.
 Kala Plestosen mulai sekitar tahun 600.000 tahun yang lalu. Pada Kala Plestosen paling sedikit
terjadi 5 kali zaman es (zaman glacial). Pada zaman glacial sebagian besar Eropa bagian utara,
Amerika bagian utara dan asia bagian utara ditutupi es, begitu pula pegunungan Alpen dan
Pegunungan Himalaya. Keadaan flora dan fauna hidup pada Kala Plestosen sangat mirip dengan
flora dan fauna yang hidup zaman sekarang. Dalam kehidupan manusia purba, pada kala ini muncul
manusia purba Pithecantrhopus Erectus.
 Kala Holosen, mulai sekitar 200.000 tahun yang lalu. Manusia modern seperti manusia sekarang
yang mempunyai peradapan mulai muncul.
Periode Prasejarah berdasarkan Arkeologi
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari artefak kuno. Pembabakan Prasejarah menurut kajian Arkeologi
didasarkan pada alat-alat yang dipegunakan manusia, mulai dari tingkat yang paling sederhana hingga
yang paling maju. Berdasarkan arkeologi masa prasejarah dibagi menjadi 2 masa yakni:
Zaman batu
Zaman batu adalah masa kehidupan awal manusia yang ditandai dengan alat-alat batu sebagai peralatan
hidup manusia. Zaman batu terbagi menjadi:
(1) Zaman Paleolitikum
Zaman Paleolitikum artinya zaman batu tua (awal). Zaman ini ditandai penggunaan perkakas yang sangat
primitive yaitu masih dalam bentuk batu utuh (sangat kasar). Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman ini
adalah:
 Hidup secara berkolompok
 Berdiam disekitar aliran sungai, goa atau pohon.
 Mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering) dan
berburu sehingga selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (nomaden)
Di Indonesia manusia purba yang hidup adalah Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Robustus,
Meganthropus Paleojavanicus, Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Peralatan yang telah ditemukan
pada tahun 1935 oleh Von Koenigswald di daerah Pacitan adalah kapak genggam dan chopper (alat
penetak) dan kapak perimbas. Penggunaan kapak genggam sebagai alat berburu hampir merata diseluruh
wilayah Indoensia di antaranya Pacitan, Sukabumi, Ciamis, Lahat. Bengkulu, Bali, Flores dan Timor.
(2) Zaman mezolitikum
Zaman mezolitikum artinya zaman batu tengah (madya) atau disebut juga zaman mengumpulkan
makanan tingkat lanjut dimulai pada akhir zaman es sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Ciri-ciri zaman mezolitikum:
 Manusia yang hidup adalah bangsa Melanesoid yang merupakan nenek moyang orang Papua,
Semang, Aeta, Sakai, dan Aborigin
 Mengumpulkan makanan (Food gathering)
 Tinggal di gua di bawah bukit karang (abris souche roche)
 Munculnya kesenian pada dinding gua, yaitu gua leang-leang di Sulawesi Selatan oleh Ny. Heeren
Palm pada tahun 1950.
 Peralatan yang digunakan adalah Kapak sumatera (pebble culture) alat-alat dari tulang hewan (bone
culture) dan alat serpih (flakes culture). Van Stein Callenfels menemukan alat-alat berupa mata
panah, flakes, batu penggiling di gua lawa dekat sampung, Ponorogo.
 Ditemukan kjokenmonddinger (sampah dapur)
(3) Zaman Neolitikum
Zaman Neolitikum artinya zaman batu baru (muda). Di Indonesia zaman neolitikum diperkirakan dimulai
sekitar tahun 1500 SM. Cirri dari zaman Neolitikum:
 Food producing (menghasilkan makanan), yaitu dengan bercocok tanam dan memelihara ternak.
 Kehidupan menetap di rumah panggung untuk menghindari binantang buas
 Adanya perubahan pola hidup (Revolusi kebudayaan)
 Peralatan hidup yang digunakan adalah: beliung persegi dan kapak lonjong. Kepak persegi menyebar
di indoneisa bagian barat diperkirakan budaya ini berasal dari yunan di Cina Selatan. Kapak lonjong
tersebang di Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang.
(4) Zaman Megalitikum
Zaman megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan
dinamisme yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Penignggalan megalitikum ditemukan di Nias,
sumba< Flores, sumatera selatan, Sulawesi tenggara dan Kalimantan dalam bentuk:
 Menhir (tugu batu sebagai tempat pemujaan)
 Dolmen (meja batu untuk menaruh sesajen)
 Sarkofagus (bangunan berbentuk lesung yang menyerupai peti mati)
 Kubur batu (lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat)
 Punden berundak (bangunan bertingkat-tingkat untuk pemujaan)
 Arca (perwujudan subjek pemujaan berupa manusia atau hewan)
Zaman logam (zaman perundagian).
Zaman logam ditandai dengan ditemukannya teknik pembuatan alat-alat logam untuk menunjang
kehidupan manusia. Di Indonesai zaman logam sering disamakan sebagai zaman perunggu karena
penemuan alat-alat logam yang didominasi oleh alat-alat perunggu sekalipun terdapat alat-alat dari besi
dalam jumlah sedikit.
Zaman perunggu. Manusia purba Indonesia hanya mengalami zamn perunggu tanpa melalui zaman
tembaga. Kebudayaan zaman perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia
(proto melayu) dengan deutro melayu (melayu muda). Manusia memiliki kepanadian dalam jal melebur
perunggu.
Teknik yang dikenal di Indonesia berasal dari budya Dong Son di Tonkin (Vietnam). Taknik yang
digunakan dalam pembuatan logam adalah bivolve dan cire perdue Kapak perunggu di Indonesia terdapat
berbagai bentuk. Artefak yang paling menarik adalah gendering perunggu yang amat besar disebut
nekara. Selain itu terdapat moko yang memiliki kemiripan dengan nekara, tetapi memiliki bentuk yang
lebih tinggi dan ramping. Moko banyak ditemukan di Bali.
Museum Ronggowarsito
Ketika memasuki museum Ronggowarsito Jawa Tengah, kita seolah-olah memasuki masa lampau. Kita
merasakan suasana yang berlainan dengan suasana sekarang.
Penjelasan pemandu memperkuat suasana masa lain tersebut. Kita rasakan keindahan dan kejayaan masa
lain karena yang ditampilkan di museum adalah hasil peradaban masyarakat dimasa lampau menunjukkan
salah satu kegunaan sejarah rekreatif (memberi kesenangan dan rasa estetis).
Luas Museum Ranggawarsito mencapai 8.438 meter persegi, terdiri dari pendapa, gedung pertemuan,
gedung pameran tetap, perpustakaan, laboratorium, perkantoran, gedung deposit koleksi, dan berdiri di
atas lahan seluas dua hektar lebih.
Sebagai museum provinsi terbesar dengan didukung kekayaan lebih dari 50.000 koleksi, Museum Jawa
Tengah Ronggowarsito dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana penunjang sehingga dapat
dinikmati oleh pengunjung. Fasilitas tersebut antara lain 4 gedung pameran tetap, masing-masing terdiri
dari 2 lantai; dan satu ruang koleksi emas. Sembilan ruang pameran/galeri Museum Jawa Tengah
Ronggowarsito sebagai berikut:
a. Gedung A: Galeri Geologi (Lantai I)
- Gunungan Blumbangan: tradisi Gunung Blumbangan dirancang oleh Raden Patah pada abad ke-
15. Gunungan menggambarkan alam semesta, manusia, dan lingkungannya.
- Lukisan Alam Semesta
- Koleksi Kosmologika: berupa lukisan-lukisan galaksi, proses terbentuknya planet, atmosfer
Bumi; serta koleksi benda angkasa luar berupa meteorit.
- Koleksi Geologika dan Geografika: mencakup ilustrasi skala waktu geologi, diorama stalaktit-
stalagmit, formasi batuan Karangsambung-Kebumen yang merupakan daerah penelitian batuan
terbesar di Asia Tenggara.Koleksi Ekologika: menyajikan diorama ekosistem, koleksi awetan
binatang, dan foto-foto lingkungan alam yang terkenal di Jawa Tengah.
2. Gedung A: Galeri Paleontologi (Lantai II)
 Kelompok Paleobotani: koleksi fosil-fosil kayu dari Sangiran yang terbentuk karena proses
mineralisasi yaitu meresapnya mineral (silikat) kedalam struktur/pori-pori kayu, dan ilustrasi
bentuk tumbuhan zaman purba.
 Kelompok Paleozoologi: fosil (kerang, gajah purba, kerbau purba, dll) dan ilustrasi kehidupan
binatang purba.
 Kelompok Paleontologi: koleksi fosil-fosil fragmen tulang manusia purba
jenis Pithecanthropus erectus, manusia-kera yang berjalan tegak.
b. Gedung B: Peninggalan dari peradaban Hindu-Buddha (Lantai I dan II)
Budaya yang berasal dari pengaruh Hindu-Buddha dari India sering juga disebut peradaban
klasik. Peradaban tersebut datang secara bergelombang, bermula dari awal tarikh Masehi, dan
membawa tiga perubahan besar bagi masyarakat lokal yaitu: mengenal ajaran Hindu-Buddha,
mengenal sistem pemerintahan kerajaan, dan mengenal bentuk tulisan. Koleksi yang
dipamerkan berupa:
 Miniatur Candi Borobudur, Prambanan, Kalasan.
 Replika Prasasti Tukmas dan Cangal.
 Arca-arca dan replika, lingga-yoni, kala-makara. Arca Ganesha dari Sawit, Boyolali,
sangat sempurna dilihat dari sisi artistik.
 Koleksi yang berhubungan dengan kehidupan religi seperti kentongan, kendi, genta,
cermin yang dibuat dari perunggu.
 Peralatan sehari-hari berupa lampu gantung, bokor, bejana, talam, cetakan mata uang.
MASJID MANTINGAN, JEPARA
c. Gedung B: Peninggalan dari berbagai zaman peradaban (Lantai II)
 Zaman batu: peradaban batu berupa serpih, kapal genggam, kapak besar (beliung), punden
berundak, menhir, arca-arca di Jawa Tengah tersebar di berbagai wilayah.
 Zaman perunggu: berupa benda-benda peralatan (kapak corong) dan benda-benda untuk
kepentingan upacara keagamaan seperti nekara, digunakan dalam upacara memanggil
hujan.
 Zaman besi: tidak tersedia
 Peradaban Polinesia: disebut peradaban Polinesia karena berbagai langgam budaya yang
ditinggalkan khas budaya Polinesia, berupa arca mirip Ganesha temuan dari Desa Jalatiga,
Kecamatan Doro, Pekalongan.
Peradaban Hindu-Buddha
 Zaman pengaruh Islam: pesisir utara Jawa Tengah (Tegal, Pekalongan, Semarang,
Demak, Kudus, Jepara, Rembang, Lasem) termasuk daerah awal persebaran pengaruh
Islam di Indonesia. Koleksi berupa fragmen seni hias, replika kaligrafi karya RM
Sosrokartono, serta miniatur Masjid Agung Demak dan Masjid Sunan Kudus.
 Peninggalan zaman kolonial: berupa meriam pertahanan temuan dari Tegal dan
Brebes, pedang militer, lonceng dan jangkar kapal, dll.
PENGANGKUT KAYU JATI
d. Gedung C: Galeri bersejarah perjuangan bersenjata (Lantai I)
Koleksi dibagi dua bagian: koleksi semasa perjuangan fisik dan diplomasi, serta diorama antara
lain: Diorama pertempuran lima hari Semarang, diorama peristiwa Palagan Ambarawa,
Diorama gerilya dan kembali ke Yogyakarta.
e. Gedung C: Galeri koleksi teknologi dan kerajinan tradisional (Lantai II)
Ruangan ini dibagi menjadi beberapa bagian, mencakup ruang teknologi mata pencaharian,
ruang teknologi industri dan transportasi, ruang teknologi kerajinan, dan rumah tinggal.
f. Gedung D: Galeri Pembangunan (Lantai I)
Galeri in dikelompokkan kedalam Ruang Pembangunan, Ruang Numismatika dan Heraldik,
Ruang Tradisi Nusantara, Ruang Intisari dan Hibah.
g. Ruang D: Galeri Kesenian (Lantai II)
Galeri kesenian menampilkan koleksi benda dan peralatan kesenian yang dipisahkan menjadi
(1) Seni Pergelaran, dan (2) Seni Pertunjukan dan Seni Musik.
Ruang Seni Pergelaran ditampilkan kesenian wayang. Wayang merupakan kesenian asli Indonesia
yang dalam perkembangannya telah mengalami perubahan baik dalam bentuk jenis maupun fungsinya.
Belasan jenis wayang yang ditampilkan adalah:
 Wayang Beber: teknik pergelaran dengan cara membentangkan (mbeber) adegan yang dilukis
pada kain. Mengangkat kisah Panji.
 Wayang Kidang Kencana: ciri fisik tokoh-tokohnya dicat kuning keemasan. Mengangkat
kisah Panji.
 Wayang Kaper: dibuat dalam ukuran kecil untuk latihan memainkan wayang bagi anak-anak
di lingkungan keraton.
 Wayang Kandha/Ramayana: mengangkat epik Ramayana.
 Wayang Purwa: disebut juga wayang Mahabarata karena mengangkat kisah Mahabarata.
 Wayang Madya: mengangkat kisah sambungan Parwa ke kisah Panji. Diciptakan pada zaman
Mangkunegaran IV oleh Raden Ngabehi Tandakusuma.
 Wayang Gedhog: mengangkat kisah Panji, dikenal pada zaman Raja Jayabaya, Kadiri.
Tokoh-tokoh menggunakan nama-nama binatang (Kuda Laweyan, Kebo Anabrang, Lembu
Amiluhur)
 Wayang Potehi: mengangkat kisah roman dari Negeri Cina seperti Sampek Engtay.
 Wayang Suluh: diciptakan pada zaman revolusi oleh Raden Mas Said, mengangkat kisah-
kisah perjuangan revolusi.
 Wayang Pesisiran: disebut juga wayang Semarangan.
PROSES PEMBUATAN WAYANG KULIT
Dua jenis wayang lainnya adalah Wayang Kayu dan Wayang Kontemporer. Lima jenis wayang
berbahan baku kayu adalah:
 Wayang Dupara: mengangkat kisah dari zaman Majapahit hingga Perang Dipanegara. Tokoh-
tokohnya Untung Surapati, Jaka Tingkir, Dipanegara.
 Wayang Klithik Gedhog: mengangkat kisah Damar Wulan, diciptakan pada zaman
Amangkurat I, tokoh-tokohnya bersenjata golok.
 Wayang Golek Purwa: mengangkat kisah Ramayana dan Mahabarata
 Wayang Golek Menak: mengangkat kisah Menak (Islam). Nama-nama kerajaan berinisial
Jawa, misalnya Mekah disebut sebagai Keraton Puser Bumi.
 Wayang Golek Menak Panthek: mengangkat kisah Babad Tanah Jawa. Tokoh-tokoh seperti
Joko Tarub dan Tujuh Bidadari.
Wayang Kontemporer karena diciptakan di zaman kontemporer. Lima jenis koleksi museum adalah:
 Wayang Buddha: mengangkat kisah Sidharta Gautama, diciptakan Ki Hadjar Satoto dari
Surakarta.
 Wayang Wahyu: mengangkat kisah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Diciptakan oleh
RM Soetarto Hardjowahono, atas pesanan Bruder Thimoteus.
 Wayang Warta: mengangkat kisah-kisah pada Kitab Injil, diciptakan oleh RM Soemiyanto
dari Klaten.
 Wayang Sadat: mengangkat kisah Babad Tanah Islam di Tanah Jawa, diciptakan oleh Surjadi
dan Sunardi dari Klaten.
 Wayang Kancil: mengangkat fabel dari buku Kancil Kridha Martani.
Koleksi Ruang Seni Pergelaran lainnya adalah peragaan pergelaran Wayang Purwa dan Wayang
Orang. Wayang Orang merupakan perpaduan antara seni drama, seni tari, dan seni (musik) gamelan.
Mengangkat kisah Ramayana dan Mahabarata. Dalang berperan sebagai pembawa cerita
dan suluk, sedang dialog dilakukan oleh masing-masing tokoh.
Ruang Seni Pertunjukan dan Seni Musik menampilkan beberapa bentuk pertunjukan kesenian
rakyat, yaitu: kuda lumping, barongan, nini thowok, dan beberapa foto penunjang kesenian
pertunjukan.
9. Ruang E: Galeri Koleksi Emas
Merupakan ruang susulan untuk menampilkan koleksi emas. Diresmikan oleh Direktur Jenderal
Kebudayaan, Edy Setyawati, pada tanggal 14 Oktober 1996. Koleksi dibagi menjadi empat kategori:
 Perhiasan badan: anting-anting, gelang, binggel, hiasan dada, kelat leher, ikat pinggang
 Perhiasa kepala: mahkota dan grado
 Berbagai bentuk cincin
 Benda-benda untuk sarana upacara keagamaan, mata uang, lempengan prasasti, arca, keris, dan
mangkuk
kerajaan samudrai pasai
Kerajaan samudrai pasai berdiri abad ke 13 M=samudrai pasai terletak di lokseumae aceh utara=
Kerajaan samudra pasai adalah gabungan dari 2 kerajaan yang sedang mengalami kemunduran pada
waktu itu. Yaitu kerajaan Pase dan Kerajaan Perlak.
Kerajaan samudra pasai berkembang pesat saat pemerintahan Muhammad Malik al Tahir karena kerajaan
ini menjalin kerja sama dengan beberapa kerajaan Islam di dunia lainnya. Seperti kerajaan dari Arab dan
India.
Adanya nisan kubur yang menandakan raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun
696 H, bertepatan dengan tahun 1297 M
Kerajaan sriwijaya adalah kerajaan melayu kuno dipulu Sumatra yang berpengaruh di kepulauan
melayu.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7 M seorang
pendeta tiongkok I-Tsing menulis ia mengunjungi sriwijaya tahun 671 selama 6 bulan.
Masuknya pedagang arab yang membawa agama islam ke Indonesia melalui pantai barat sumatera pada
masa itu telah ada perkembangan tempat tinggal perdagangan arab di sriwijaya
mobilitas sosial adalah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok sosialnya dari
satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
fakta terjadinya mobilitas social yaitu petani kemasyarakatan buruh

Anda mungkin juga menyukai