Anda di halaman 1dari 10

Zaman PraAksara masa

Food Producing
Syayyidati Aulia
Masa food producing adalah masa dimana manusia purba telah bertempat tinggal menetap
dan menghasilkan makanan (mengumpulkan makanan), food producing merupakan evolusi
dari food gathering.

Zaman Pra-Aksara masa Food Producing

Masa bercocok tanam atau Food Producing lahir melalui proses yang panjang dan tak
lepas dari usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pada masa-masa
sebelumnya. Masa neolithik sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan
peradaban, karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber
alam bertambah cepat. Penghidupan mengumpulkan makanan (food gathering) berubah
menjadi menghasilkan makanan (food producing).
Perkembangan volume otak manusia purba mendorong untuk berpikir lebih maju dari
pada sebelumnya. Dengan kemajuan berpikir, perilaku merekapun lebih teratur. Pada masa ini
manusia purba telah bertempat tinggal menetap, meski suatu saat berpindah. Ketika bertempat
tinggal dalam waktu yang relatif lama, mereka menyiapkan persediaan makanan untuk satu
waktu tertentu.
Kehidupan bercocok tanam pertama kali dikenal manusia purba adalah berhuma.
Berhuma adalah bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan kemudian
menanaminya. Setelah tanahnya tidak subur, mereka mencari lahan yang baru untuk ditanami.
Setelah berhuma, mulailah mereka bercocok tanam dan beternak. Jenis-jenis tanaman
pertama yang mereka tanam adalah ubi, sukun, keladi dan pisang. Memelihara hewan
bertujuan agar mereka tak perlu lagi berburu binatang liar. Kehidupan inilah yang disebut
dengan food producing atau menghasilkan makanan (mengumpulkan makanan) sebagai dari
evolusi food gathering. Melalui bercocok tanam, manusia purba saling mengenal satu sama
lain dan hubungan bermasyarakat semakin erat. Ini terjadi dalam memennuhi kebutuhannya,
mereka dituntut untuk selalu bekerja sama, bergotong royong.

Dari teori Kern dan teori Von Heine-Geldern diketahui bahwa nenek moyang bangsa
Austronesia, yang mulai datang di kepulauan kita kira-kira 2000 tahun S.M ialah pada zaman
neolithik. Kebudayaan ini mempunyai dua cabang ialah cabang kapak persegi yang
penyebarannya dari dataran Asia melalui jalan barat dan peninggalannya terutama terdapat di
bagian barat Indonesia dan kapak lonjong yang penyebarannya melalui jalan timur dan
peninggalan-peninggalannya merata dibagian timur negara kita. Pendukung kebudayaan
neolithik (kapak persegi) adalah bangsa Austronesia dan gelombang perpindahan pertama tadi
disusul dengan perpindahan pada gelombang kedua yang terjadi pada masa perunggu kira-kira
500 S.M. Perpindahan bangsa Austronesia ke Asia Tenggara khususnya dengan memakai jenis
perahu cadik yang terkenal pada masa ini.
Revolusi kehidupan manusia dari food gathering {penyediaan alam} ke food
producing dapat dibuktikan dengan

beberapa hal yang disampaikan seorang ahli

purbakala Dr.Brandes. Dr.Brandes mengemukakan bahwa sebelum kedatangan pengaruh


Hindu-Budha,di Indonesia telah terdapat sepuluh unsur pokok dalam kehidupan asli
masyarakat Indonesia.
Unsur pokok dalam kehidupan asli masyarakat Indonesia sebagai berikut.
a. Kemampuan Berlayar
Pembawa kebudayaan neolitikum ke Indonesia adalah ras bangsa Austronesia yang
menjadi nenek moyang bangsa Indonesia.Mereka datang ke Indonesia dengan menggunakan
perahu bercadik,satu ciri perahu bangsa Indonesia adalah penggunaan cadik,yaitu alat dari
bambu dan kayu yang dipasang di kanan kiri perahu agar tidak mudah oleng.
b. Mengenal Astronomi
Pengetahuan Astronomi diperlukan untuk pelayaran.Mereka menggunakan rasi bintang
pari {sebutan para nelayan }atau bintang gubug penceng untuk melakukan pelayaran .Untuk
mengetahui datangnya musim bagi keperluan pertanian diperlukan bintang-bintang,seperti
bintang beruang besar yang disebut bintang waluku yang berarti bintang bajak.
c. Kepandaian Bersawah
Bangsa Indonesia sejak zaman neolitikum telah bertempat tinggal tetap .Dengan hidup
menetap mendorong mereka untuk hidup sebagai food producing .Dalam bidang pertanian

pada awalnya dilakukan dengan sistem ladang ,namun untuk lebih meningkatkan hasil
pertanian digunakan sistem sawah.

d. aktifitas perdagangan
Kehiupan agraris yang ditimbulkan dari menetapnya tempat tinggal manusia purba,
menyebabkan adanya ketergantungan diantara mereka diantaranya adalah ketergantungan
akan hasil bumi yang tak dimiliki seseorang atau suatu keluarga. Maka dari itu membutuhkan
orang lain yang memiliki hasil bumi yang diperlukannya itu.
Pada masa ini diduga telah tumbuh perdagangan dengan jalan tukar menukar barang
(barter) yang diperlukan. Sistem ini merupakan pola yang sangat primitf. Dari aktifitas barter,
terbentuklah kelompok yanng khusus menjalankan aksi barter dan berdiam disebuah tempat
yang telah disepakati bersama, yakni di pasar tradisional. Dalam hal ini sebagai alat berhubu
ngan diperlukan adanya bahasa. Para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia pada masa ini
adalah Melayu Polinesia atau dikenal dengan sebagai bahasa Austronesia
e. Mengatur Masyarakat
Dengan adanya kehidupan berkelompok yang sudah menetap perlu diadakan aturan
masyarakat .Untuk itu diperlukan seorang pemimpin yang dianggap mempunyai kemampuan
lebih {primus interpares}dan dapat melindungi masyarakat dari ganguan ,baik dari dalam
maupun dari luar,serta dapat mengatur masyarakat dengan baik.
f. Seni Batik
Batik merupakan kerajinan membuat gambar pada kain dengan alat yang disebut canting.
g. Kesenian Wayang
Dalam kehidupan yang telah menetap dan teratur dapat diciptakan kesenian-kesenian yang
lebih tinggi nilainya,seperti kesenian wayang yang berpangkal pada pemujaan roh nenek
moyang.Setelah pengaruh Hindu masuk ke Indonesia,kisah nenek moyang dan nasihat diganti
dengan cerita dari Mahabarata dan Ramayana yang lebih menarik.

h. Sistem Macapat
Macapat artinya tata cara yang didasarkan pada jumlah empat dengan pusat terletak di
tengah.
i. Membuat Kerajinan
Sambil menunggu hasil panen,ada waktu luang yang dimanfaatkan untuk membuat kerajinan
tangan,seperti membuat gerabah,manik-manik,pakaian dari kulit kayu/kerang,anyaman dan
perhiasan.Bahkan pada zaman logam usaha kerajinan perundagian semakin berkembang.
j. Seni Gamelan
Agar pertunjukan kesenian wayang dapat dimainkan dengan baik dan menarik,maka perlu
dibantu oleh gamelan sebagai alat musik. Alat gamelan tersebut seperti gong, bonang,
gambang, rebab, saron, dan gendang.
k. Teknologi
Dalam perkembangan teknologi awal ini ,masyarakat Indonesia mulai mengenal
benda atau peralatan yang berasal dari logam,berupa logam campuran yang disebut dengan
logam perunggu yang merupakan logam campuran antara logam tembaga dan
timah.Masyarakat pada waktu itu telah mengenal teknik-teknik pengolahan logam.Teknik
tersebut adalah Teknik Bivalve (Setangkap) dan Teknik A Cire Perdue (Cetakan Licin)
Semakin lama pola bercocok tanam dan berternak semakin berkembang. Terdorong
oleh pergeseran kebutuhan dari semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi,
membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien. Jenis manusia yang mendiami Nusantara
kecuali di Sulawesi Selatan adalah Austramelanesoid tetapi berdasarkan temuan rangka mulai
ban-kao (muangthai), goa cha (Malaysia) Cacang (Bali) semua menunjukkan ciri mongoloid.
Sedangkan Indonesia bagian Timur (kecuali Sulawesi Selatan) menunjukkan ciri
Austramenanesoid. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa bercocok tanam wilayah
Indonesia bagian barat didiami oleh jenis mongoloid

sedangkan bagian timur

Austramelanesoid. Kira-kira 2000 tahun lalu terjadi penyebaran suku proto melayu dari India
Belakang menuju pulau-pulau bagian barat seperti Sumatera,Jawa dan Kalimantan.
Hasil hasil temuan yang menunjukkan perkakas saat itu adalah kapak persegi, kapak
lonjong, mata panah, gerabah dan perhiasan.

Kapak persegi: diduga dipergunakan dalam upacara; banyak ditemukan di Sumatera,


Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Semenanjung Melayu, dan beberapa
daerah di Asia Tenggara.

Kapak lonjong: umumnya terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman;
dibuat dengan cara diupam hingga halus; ditemukan di daerah Maluku, Papua,
Sulawesi Utara, Filipina, Taiwan, Cina.

Mata panah: digunakan sebagai alat berburu dan menangkap ikan; untuk menangkap
ikan mata panahnya dibuat bergerigi dan terbuat dari tulang, mata panah untuk
menangkap ikan ini banyak ditemukan di dalam goa-goa di pinggir sungai; orang
Papua kini masih menggunakan mata panah untuk menangkap ikan dan berburu,
namun terbuat dari kayu.

Gerabah: terbuat dari tanah liat yang dibakar; digunakan sebagai tempat menyimpan
benda-benda perhiasan; biasanya dihiasi motif-motif hias yang indah.

Perhiasan: terbuat dari tanah liat, batu kalsedon, yaspur, dan agat; dapat berwujud
kalung, gelang, anting-anting; bila seseorang meninggal maka ia akan dibekali
perhiasan di dalam kuburannya.

Pemujaan terhadap roh atau arwah leluhur tidak hanya terdapat di Indonesia, namun
juga hampir di seluruh dunia. Pemujaan ini berawal dari anggapan manusia terhadap kekuatan
alam. Tanah, air, udara, dan api dianggap sebagai unsur pokok dalam kehidupan semesta.
Semua itu diatur dan dijaga oleh suatu kekuatan, kepercayaan inilah yang menyebabkan
munculnya sosok roh setelah mati.

Sistem kepercayaan masa bercocok tanam ini merupakan kelanjutan dari kepercayan
masa sebelumnya. Pada masa bercocok tanam ini manusia purbanya telah mengenal anggapan
bahwa roh manusia setelah mati dianggap tidak hilang, melainkan berada di alam lain yang
tidak berada jauh dari tempat tinggalnya dahulu. Dengan demikian, karena sewaktu-waktu roh
yang bersangkutan dapat dipanggil kembali bila dimintakan bantuannya. Untuk itu, pada saat
seorang mati dikuburkan maka ia dibekali dengan bermacam-macam keperluan sehari-hari,
seperti perhiasan dan periuk.
Untuk orang-orang terkemuka (kepala suku atau kepala adat), kuburannya dibuat agak
istimewa, terlihat dari bentuknya yang terdiri atas batu-batu besar, seperti sarkofagus, peti
batu, menhir, dolmen, punden berundak-undak. Masa di mana mulai dibangunnya bangunanbangunan dari batu ini disebut juga era Megalitikum.
Menhir. Menhir merupakan tugu batu yang tegak, tempat pemujaan terhadap arwah
leluhur. Menhir ini banyak ditemukan di Sumatera, Sulawesi Tengah, serta
Kalimantan. Di daerah Belubus, Kecamatan Guguk, Kabupaten Limapuluh Koto,
Sumatera Barat, terdapat menhir yang tingginya 125 cm, berbentuk seperi gagak
pedang, baguan lengungannya menghadap Gunung Sago.

Sarkofagus. Sarkofagus adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (batu tunggal).
Sarkofagus ini banyak ditemukan di daerah Bali. Sarkofagus di Bali masih diangap
keramat dan magis oleh masyarakat sekitar.

Dolmen. Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang akan
dipersembahkan kepada arwah nenek moyang. Di bawah dolmen ini biasanya
ditemukan kuburan batu.

Kuburan atau Peti Batu. Kuburan batu adalah peti jenazah yang terbuat dari batu pipih.
Kuburan batu ini banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat, dan Nusa
Tengggara.

Punden Berundak-undak. Punden berundak-undak adalah bangunan suci tempat


pemujaan terhadap roh nenek moyang yang dibuat dalam bentuk bertingkat-tingkat
atau berundak-udak. Bangunan ini banyak ditemukan di daerah Lebak Si Bedug,
Banten Selatan.

Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam dan menetap memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
a. Sudah mengenal bercocok tanam secara baik.
b. Sudah mampu mengolah bahan makan sendiri sesuai dengan kebutuhan
mereka{menghasilkan makanan/food producing}.Di samping berburu dan menangkap
ikan ,mereka juga telah memelihara binatang-binatang jinak,seperti anjing,babi,dan
kerbau.Binatang-binatang tersebut selain untuk keperluan konsumsi juga dapat
dipakai sebagai binatang korban.
c. Sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap secara mantap.
d. Peralatan yang dibuat dari batu lebih halus dan bermacam-macam seperti
kapak,tombak,panah,dan lain-lain.Selain peralatan,mereka juga berhasil membuat
perhiasan dari gelang-gelang dan biji-biji kalung dari batu.
e. Peradaban mereka sudah lebih maju ,alat-alat rumah tangga dibuat lebih baik dan

mereka telah mengerti seni.

Anda mungkin juga menyukai