Anda di halaman 1dari 3

Praktikum ke-2

Industri Pembenihan Organisme


Akuatik Tugas Paper

Hari/ Tanggal : Rabu/ 18 Februari 2015


Nama
: Savni Retalia Sababalat
NIM
: C14120023
Kelompok/ Shift : IV / Rabu

BUDIDAYA PEMBENIHAN IKAN PATIN


Ikan Patin (Pangasius spp) merupakan spesies ikan dari jenis Pangasidae
yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak duri,
kecepatan tumbuhnya relatife cepat, fekunditas dan sintasannya tinggi, dapat
diproduksi secara massal dan memiliki peluang pengembangan skala industri.
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna
putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai
komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal
inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para
pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap
pemberian makanan tambahan.Ikan patin (Pangasius spp) juga salah satu
komoditi perikanan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Permintaan lokal dan ekspor ikan patin semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Hal ini disebabkan karena daging ikan patin memiliki kandungan kalori
dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat, dan gurih. Ikan
ini dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah
dibandingkan dengan daging ternak. Keunggulan ini menjadikan patin sebagai
salah satu primadona perikanan tawar. Populasi di alam ditemukan di sungaisungai besar di daerah Sumatera, Kalimantan, dan sebagian di Jawa. Di daerah
penyebarannya tersebut di Indonesia, terdapat sekitar 14 jenis ikan patin, termasuk
ikan patin siam (Slembrouck et al., 2005). Selain di Indonesia, ikan patin juga
banyak ditemukan di kawasan Asia seperti di Vietnam, Thailand, dan China.
Diantara beberapa jenis patin tersebut, yang telah berhasil dibudidayakan, baik
dalam pembenihan maupun pembesaran dalam skala usaha mikro, kecil, dan
menengah adalah 2 spesies, yakni ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus;
nama latin sebelumnya adalah P. sutchi) dan patin jambal (Pangasius djambal).
Patin siam mulai berhasil dipijahkan di Indonesia pada tahun 1981, sedangkan
patin jambal pada tahun 1997. Di samping itu terdapat patin hasil persilangan
(hibrida) antara patin siam betina dengan patin jambal jantan, yang dilakukan oleh
Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar
(LRPTBPAT) dan dikenal dengan patin pasupati (Pangasius sp.). Ketiga jenis
ikan patin tersebut mempunyai beberapa kelebihan dan kendala tersendiri dalam
budidaya, baik dari kegiatan pembenihan maupun pembesaran. Kendala yang
relatif besar dihadapi dalam pembenihan ikan adalah terhadap ikan patin jambal.
masyarakat mulai melakukan budidaya pembesaran patin, karena
produksinya dari alam semakin menurun. Perkembangan pembesaran patin di
beberapa wilayah di Indonesia mulai meningkat pada tahun 1990an. Meskipun
demikian, pada dekade tersebut pembenihan ikan patin masih terkonsentrasi di
daerah Jawa Barat, khususnya Sukabumi dan Bogor. Perkembangan yang pesat
untuk kegiatan pembenihan ikan patin dimulai tahun 2000an. Wilayah produsen

ikan patin di Indonesia meliputi Sumatera (terutama Provinsi Riau, Jambi,


Lampung, dan Sumatera Selatan), seluruh wilayah provinsi di Kalimantan, dan
Jawa (terutama Provinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta).
Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi
menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan ini
umumnya belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya masih
mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, dan lain-lain)
untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin. Kegiatan pembenihan merupakan
upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Benih ikan patin dapat
diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musim
kemarau pada pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring.
Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1.Pemilihan calon induk siap pijah.
1 2.Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor, yaitu
ikan mas.
2 3.Kawin suntik (induce breeding).
3 4. Pengurutan (striping).
4 5.Penetasan telur.
5 6. Perawatan larva.
6 7. Pendederan.
7 8. Pemanenan.
8
Potensi dukungan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam
hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit
dan hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya
kemudahan dalam hal perizinan import. Selain adanya potensi pendukung dan
faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan
merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah dalam budidaya
pembenihan ikan patin. Dan ada beberapa alasan dari para pengusaha dalam
menjalankan usaha pembenihan ikan patin, antara lain karena 1) harga benih patin
relatif baik dan stabil; 2) secara ekonomis menguntungkan; 3) permintaan pasar
akan benih patin tergolong tinggi; 4) teknologi pembenihan ikan patin sudah
dikuasai; dan 5) kondisi alam/potensi sumber daya dan ekologi wilayah
mendukung
Dengan banyak keunggulan tersebut ikan ini menjadi salah satu komoditas
perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik dalam segmen usaha
pembenihan maupun usaha pembesarannya. Jenis-jenis ikan patin yang lazim
dibudidayakan di Indonesia antara lain adalah : (1) Patin Siam (Pangasius
hypophthalmus); (2) Patin Djambal (Pangasius djambal) ; dan (3) Patin Pasopati
(Pangasius sp). Perkembangan budidaya telah meningkat pesat sejak teknologi
pembenihannya telah sepenuhnya dikuasai, berbagai teknologi telah diterapkan
dan dikembangkan pada pembenihan ikan patin, yang antara lain melalui kawin
suntik (induced spawning) yaitu pemijahan yang dilakukan dengan pemberian
rangsangan hormon untuk mempercepat proses pematangan gonad, pembuahan

telur dan sperma dilakukan dengan teknik pengurutan (stripping) pada induk
jantan dan betina yang telah matang gonad. Larva hasil penetasan telur kemudian
dideder pada akuarium atau bak selama 2 -3 minggu sebelum kemudian dilakukan
pendederan tahap selanjutnya serta tahap pembesaran di Kolam, Keramba Tancap
maupun Keramba Jaring Apung. Keberhasilan transportasi benih ikan biasanya
sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama
menyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2, pH, dan suhu air.
Daftar pustaka
Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM. 2010. (PPUK) Pembenihan Ikan Patin.
Bank Indonesia. Jakarta.
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2012. Analisis Usaha Pembenihan
Ikan Patin.Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Jakarta.
Komariyah dan Aries Indra. 2009. Pengaruh Penambahan Berbagai Dosis Minyak
Ikan Yang Berbeda Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan
Patin ( Pangasius pangasius). [Jurnal] PENA Akuatik Volume 1 No1.
April 2009.

Anda mungkin juga menyukai