Anda di halaman 1dari 9

RESTORASI MEIJI 1867

Oleh: Afis Winarko dan Irma Marwati

I. Latar Belakang
Restorasi Meiji timbul dilatarbelakangi oleh kekecewaan masyarakat
Jepang kepada pemerintahan Shogun, dimana sebelum tahun 1867 Tenno (Kaisar)
tidak memegang pemerintahan sendiri, ia hanya merupakan simbol atau sebagai
dewa di dalam istana di Kyoto. Sedangkan pemerintahan diserahkan kepada
seorang Shogun yang menentukan segala-galanya dan merupakan kekuasaan yang
tertinggi di Jepang. Sedangkan ditiap daerah dipimpin oleh seorang Daimnyo
(Bangsawan) yang memiliki tentara sendiri atau samurai.
Pada masa menjelang terjadinya Restorasi Meiji Jepang dipimpin oleh
Keshogunan Tokugawa. Keshogunan Tokugawa adalah pemerintahan diktator
militer ketiga dan terakhir di Jepang setelah Keshogunan Kamakura dan
Keshogunan Muromachi. Keshogunan Tokugawa dimulai pada tanggal 24 Maret
1603 dengan pengangkatan Tokugawa Ieyasu sebagai Sei-i Taishogun dan
berakhir ketika Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan ke tangan kaisar
(Taisei Hokan) pada 9 November 1867 [(Online) Tersedia di:
http://www.freelists.org/archives/nasional_list/12-2005/msg00076.html].
Pemerintahan keshogunan Tokugawa selama 264 tahun disebut sebagai
zaman Edo atau zaman Tokugawa. Dalam periode historis Jepang, masa
pemerintahan Keshogunan Tokugawa disebut zaman Edo, karena ibu kota terletak
di Edo yang sekarang disebut Tokyo. Keshogunan Tokugawa ini memerintah dari
Istana Edo hingga Restorasi Meiji. [(Online) Tersedia di:
http://reinhardlumbantobing.wordpress.com/2007/07/26/catatan-pendek-
mengenai-kekristenan-di-jepang/ ]. Periode terakhir Keshogunan Tokugawa yang
diwarnai dengan maraknya gerakan untuk menggulingkan keshogunan Tokugawa
dikenal dengan sebutan Bakumatsu.
Restorasi Meiji ini muncul akibat dari kekecewaan masyarakat terhadap
pemerintahan Shogun yang dianggap lemah. Hal tersebut diawali dengan

1
peristiwa terjadinya pembukaan Jepang oleh Commodore Perry (Perjanjian
Shimoda, 30 Maret 1854). Hal tersebut disebabkan :
1. Pemerintah Bakufu berpegang pada politik Isolasi, karena takut akan
masuknya pedagang-pedagang asing yang berakibat masuknya juga
imperialisme asing.
2. Pada tahun 1842 Tiongkok telah dibuka untuk bangsa Asing oleh Inggris,
dan habis dibagi dalam daerah-daerah pengaruh antara Inggris, Perancis,
Rusia. Jadi tinggal Jepang saja yang belum tersentuh.
3. Amerika serikat membutuhkan tempat transit, dalam pelayaran antara
panatai barat USA dan kebetulan Jepang memiliki pelabuhan alam yang
baik dan mengandung kemungkinan-kemungkinan perdagangan (teh,
sutera) yang sangat menguntungkan.
4. Kepulauan Jepang merupakan batu loncatan ke Tiongkok yang baik.
(Soebantardjo, 1958: 7).
Amerika Serikat sebenarnya sudah lama mengincar Jepang di tahun 1846
Commodore Biddle pernah mencoba membuka perdagangan tetapi gagal. Di
tahun 1953 Commodore Perry masuk dengan membawa 4 kapal perang di Teluk
Yedo (Yokohama) dan mengancam Jepang untuk membuka pelabuhannya bagi
bangsa Asing. Shogun yang berkuasa saat itu Iyesada: 1853-1858 meminta diberi
waktu. Perry akhirnya pergi dan kembali lagi di tahun 1954 denganmembawa 7
buah kapal perang, shogun akhrinya menyerah dan terpaksa menandatangani
Perjanjian Shimoda yang isinya adalah penetapan pembukaan pelabuhan-
pelabuhan Shimoda dan Hokodate di buka untuk asing.
Pembukaan tersebut merupakan awal saja karena terjadi lagi tahapan
kedua di tahun 1858 dalam Townsend Harris Agreement, yang isinya:
1. Jepang Menyetujui pangangakatan duta Amerika di Yedo dan konsul-
konsul dikota-kota pelabuhan yang dibuka untuk perdagangan asing.
2. Jumlah pelabuhan yang dibuka ditambah.
3. Diadakan perdagangan bebas dan warga Negara Amerika Serikat
dibolehkan diam di Yedo, Osaka dan kota-kota lainnya yang telah dibuka
untuk perdagangan asing.
4. Eksteritorialitas.
5. Penetapan peraturan bea impor.
6. Kebebasan warga Negara Amerika melakukan ibadat agama.
7. Larangan impor candu.
8. The most-favoured nation.
9. pertukaran mata uang dnegan bebas.
10. peninjauan kembali persetujuan setelah 4 Juli 1872, jikasalah satu pihak
menghendaki (Ahmad Dasuki dan Rochiati Wiraatmadja, 1976:71).
Akibat dari perjanjian ini berarti jepang telah terbuka lebar dan politik
isolasinya sudah berakhir.

II. Jalannya Restorasi Meiji


II.1. Akibat Pembukaan Jepang bagi bangsa Asing
Pembukaan Jepang bagi bangsa asing ini telah membawa akibat yang
signifikan bagi bangsa Jepang terutama kekuasaan shogun, sebab pembukaan
wilayah itu menimbulkan munculnya perasaan anti-Shogun, Shogun
dianggaplemah dan menjual tanah airnya kepada bangsa Asing, di samping itu
gerakan pro-Tenno juga semakin kuat di mana Komei Tenno yang menolak untuk
menandatangani perjanjian shimoda dianggap sebagai orang kuat dan Shogun
harus mengembalikan kekuasaannya kepada Tenno.
Kekacauan itu ditamabah dengan adanya pemberontakan Satsuma dan
Chosu 1863. Keluarga Satsuma dan Chosu merupakan keluarga yang anti Shogun.
Tindakan pembukaan Jepang dianggap sebagai sebuah penghinaan, oleh karena
itu mereka membunuh bangsa-bangsa Asing dan menyerang angakatan laut
Amerika di Pelabuhan Shimonoseki. Dalam serangan balasan yang dialkukan
Amerika, Inggris, Perancis dan Belanda, Satsuma dan Chosu akhirnya menyerah.

II.2. Meiji Restorasi


Masa-masa menjelang peralihan kekuasaan tersebut telah menimbulkan
ketegangan tersendiri di Jepang yaitu antara Tenno yang didukung Satsuma dan
Shogun, bangsa asing (Inggris, Perancis) berusaha ikut campur tangan untuk

3
melemahkan Jepang dengan mengobarkan perang saudara. Inggris ingin
mendukung Tenno dan Perancis Shogun. Tetapi baik Tenno maupun shogun
menolaknya. “tidak akan ada perang saudara di Nippon” kata Yoshinobu dengan
tegas.
Setelah Shogun Tokugawa terakhir menyerahkan kekuasaannya kepada
Kaisar Meiji pada 1867, maka berakhirlah kekuasaan Bakufu di bawah
Tokugawa, yang berlangsung selama 264 tahun, (1603-1867) dan berakhir pula
kekuasaan militer yang telah berlangsung lebih kurang 650 tahun (I Ketut
Suradjaja, 1984: 21). Meizi Tenno (Matsuhito 1867-1912 pada waktu itu baru
berusia 14 tahun) akhirnya memegang tampuk pemerintahan Jepang pada tanggal
14 Desember dan membuka zaman baru yang gemilang bagi Jepang.
Peristiwa di atas dikenal dengan sebutan “Restorasi Meiji”. Tenno
memakai sebutan nama masa pemerintahan Meiji. Meiji sendiri diartikan yang
berfikiran cerah dan fikirannnya diterangi. Langkah awal yang dilakukan Tenno
yang baru ialah memindahkan ibukota dari Kyoto ke Tokyo (1869), dimana
berdasarkan dari ajaran Shintoisme diciptakan bendera kebangsaan Jepang yang
diberi nama Hinomaru didasrkan atas Ameterasu sebagai dewa matahari dan lagu
kebangsaan kimigayo berdasar atas keabadian Tenno sebagai dewa. Shintoisme
sendiri akhirnya diresmikan sebagai agama Negara. Hal tersebut dilakukan untuk
menjamin kekokohan kebangsaan Jepang yang akan dijadikan dasar modernisasi
Jepang. Pada tanggal 6 April 1868 Tenno mengeluarkan proklamasinya yang
terkenal yaitu:
1. Akan dibentuk parlemen.
2. Harus bersatu untuk mencapai kesejahteraan bangsa.
3. Semua jabatan terbuka untuk semua orang.
4. Adat-istiadat kolot yang menghalang-halangi kemajuan harus dihapuskan.
5. Mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin untuk pembangunan
Negara (Soebantardjo, 1958: 10).
II.3. Modernisasi Jepang Akibat dari Restorasi Meiji
Restorasi Meiji ini dibarengi degan re-organisasi dalam pemerintahan dan
pembaharuan-pembaharuan dalam bidang sosial ekonomi dan kebudayaan.

II.3.1. Pemerintahan
1. Tenno menjadi kepala negara (bersifat dewa abadi).
2. Dihapuskannya sistem feodalisme.
3. Daimnyo-daimnyo atau bangsawan dirubah kedudukannya dan dijadikan
sebagai pegawai negeri dan tanah-tanah yang mereka kuasai diserahkan
kepada Tenno.
4. Pemerintahan diatur secara barat dengan adanya kabinet dan parlemen.
5. Disahkannya UUD pada tanggal 11 Februari 1890 oleh Tenno.

II.3.2. Militer
Dalam bidang militer pemerintahan yang baru membangun angkatan
perangnya secara modrn, di mana angakatan darat dipegang oleh keluarga
Chosu dan dibuat secara Jerman, dan angkatan Laut dipegang oleh keluarga
Satsuma dibentuk secara Inggris. Disamping itu tiap-tiap warga negara yang
berumur 20 tahun dikenakan wajib militer dan setelah itu untuk praktek
mereka dikirim ke daerah-daerah perbatasan yang berbahaya. Kementerian
pertahanan tidak bertanggung jawab kepada parlemen, tetapi kepada Tennno
dengan demikiankementerian pertahanan sangat kuat kedudukannya dan
akhirnya menjelma menjadi Gunbatsu (pemerintahan dictator militer), Jepang
pun memiliki angkatan pertahanan yang kuat karena setengah dari anggaran
belanja negara dipergunakan untuk militer.
Bersama dengan modernisasi angkatan perang ini timbul kemabali apa yang
dikenal sebagai semangat Bushido sebagai dasar jiwa ketentaraan. Prajurit
Jepang harus memegang teguh ajaran Bushido artinya menginsafi
kedudukannya masing-masing di dalam hidup ini, mempertinggi derjat dan

5
kecakapan diri, melatih dirinya lahir batin untuk menyempurnakan
kecakapannya dalam ketentaraan, memegang teguh disiplin, menjunjung
tinggi kehormatan bangsa dan tanah air sampai titik darah yang terakhir. Mati
untuk tenno adalah bentuk mati yang sempurna dan termulia. Bushido inilah
yang memberi kekuatan lahir batin kepada tentara Jepang. Akibat dari
modernisasi militer ini maka secara otomatis golongan Samurai dihapuskan
dan ini menyebabkan timbulnya pemberontakan yaitu pemberontakan
Satsuma.
Pemberontakan Satsuma (Seinan Senso, Perang Barat Daya) adalah
pemberontakan klan samurai Satsuma yang dipimpin Saigo Takamori
terhadap Tentara Kekaisaran Jepang, yang berlangsung 11 bulan di awal era
Meiji, dimulai pada tahun 1877. Perang saudara ini merupakan perang saudara
terakhir dan terbesar di Jepang. Perang terjadi di Kyushu, tepatnya di tempat
yang sekarang bernama Prefektur Kumamoto, Prefektur Miyazaki, Prefektur
Oita, Prefektur Kagoshima [(Online) Tersedia di:.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_Satsuma].
Pemberontakan Satsuma disebabkan oleh adanya perubahan sistem pada
pemerintahan, yang menyebabkan kekecewaan para samurai. Modernisasi
Jepang telah menyebabkan hilangnya kekuasaan samurai dan penghancuran
sistem tradisional. Peraturan Penghapusan Pedang Haito-rei yang melarang
samurai membawa katana juga merupakan salah satu penyebab terjadinya
pemberontakan ini.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Saigo Takamori, yang pada sepuluh
tahun lalu memimpin pasukan Jepang untuk mengalahkan samurai klan
Tokugawa. Mulanya, Saigo setuju dengan konsep Restorasi Meiji. Tapi,
perlahan-lahan, ia jadi ikut membangkang, karena Restorasi Meiji menghapus
segala bentuk samurai dan atributnya. Slogan para pemberontak adalah
"Pemerintah Baru, Moralitas Tinggi" (Shinsei Kotoku). Mereka tidak
meninggalkan atribut Barat, seperti memakai meriam dan senjata api. Saigo
sebagai panglima perang juga memakai baju militer ala barat. Barulah di saat
stok senjata mereka habis, mereka memakai katana dan panah.
Pertempuran berlangsung selama enam minggu, dan Saigo Takamori hanya
memiliki 300-400 prajurit yang tersisa. Pada pertempuran terakhir, yaitu
pertempuran Shiroyama, Saigo luka berat. Dalam keadaan hampir tertangkap
pasukan pemerintah, Saigo melakukan seppuku pada 24 September 1877.
Peperangan ini menghabiskan dana besar di pemerintah Jepang, sekaligus
merupakan akhir dari kelas samurai di Jepang. Sepuluh tahun kemudian,
Kekaisaran Jepang meminta maaf dan memberikan gelar kemuliaan kepada
Saigo Takamori sebagai samurai yang terakhir.

III.3.3. Industri
Hal ini ditempuh dengan melakukan modernisasi pada mesin-mesin produksi
yang dibutuhkan bagi modernisasi perusahaan the, sutera, pertanian dan
kemudian industri. Mesin-mesin tersebut diekspor secara besar-besaran dari
Inggris, berikut ahli-ahli tekniknya didatangkan dari luar negeri terutama
Inggris untuk mendirikan pabrik-pabrik, dok-dok dan pusat-pusat listrik.
Dengan timbulnya industri timbul juga golongan baru di Jepang yaitu kapitalis
baru yang berkuasa di bawah militer.

III.3.4. Pendidikan
Restorasi Meiji juga membawa perubahan pada bidang pendidikan, dimana
anak-anak Jepang mulai endapatkan pendidikan secara barat hal yang tidak
mungkin terjadi pada masa Shogun. Dalam system baru ini tiap anak yang
berumur 6 tahun sudah dikenakan kewajiban belajar dan itu berlaku bagi
semua penduduk. Untuk tiap 600 penduduk diadakan 1 sekolah rendah.
Negara dibagi menjadi 8 daerah pendidikan, tiap daerah diberi 32 buaj sekolah
menengah dan 1 buah universitas.
Hal yang terpenting adalah pengiriman pelajar-pelajar keluar negeri untuk
menyempurnakan ilmu pengetahuannya tenatang Barat. Sekembalinya ke
Jepang mereka ditugaskan dalam pembangunan dan modernisasi Negara. Hal
ini sangat berhasil karena dalam 50 tahun jepang sudah menjadi Negara
modern.

7
Kesimpulan

Restorasi Meiji yang terjadi di Jepang telah mengubah Jepang menjadi


negara modern dan imperialis, di mana pembangunan yang dilakukan pada
akhirnya menjerumuskan mereka kedalam Perang dunia II. Jepang yang tadinya
merupakan masyarakat yang kolot dan terisolir secara drastis berubah menjadi
masyarakat yang modern.
Restorasi Meiji ini tidak akan mampu berjalan jika tidak diimbangi dengan
kemampuan dan etos kerja yang baik dari masyarakatnya. Sebuah bangsa tidak
akan bisa maju jika tidak ada keinginan dari dalam bangsa itu untuk merubahnya.
Satu hal yang mesti kita ingat dari Restorasi Meiji adalah bahwa antara unsure-
unsur baru dan unsur-unsur tradisional semuanya berjalan secara bersama-sama.
Jadi bisa kita katakan meskipun Jepang mengalami perubahan di berbagai bidang
dan sektor. Nilai-nilai tradisi leluhurnya tetap terjaga dengan baik hingga
sekarang. Ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa modernisasi bukan berarti
merubah pola hidup dan tradisi lama leluhur yang positif dengan budaya barat.
Daftar Pustaka

Dasuki, Achmad dan Rochiati Wiraatmadja. 1976. Sejarah Asia Timur. Bandung:
IKIP.

Soebantardjo. 1958. Sari Sedjarah; Jilid 1: Asia-Australia. Yogyakarta: Bopkri

Suradjaja, I Ketut.1984. Pergerakan Demokrasi Jepang. Jakarta: Karya Unipress.

(Online) Tersedia di:. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_Satsuma.

(Online) Tersedia di: http://www.freelists.org/archives/nasional_list/12-


2005/msg00076.html.

(Online) Tersedia di:


http://reinhardlumbantobing.wordpress.com/2007/07/26/catatan-pendek-
mengenai-kekristenan-di-jepang/.

Anda mungkin juga menyukai