Pola Hunian
Pola hunian manusia purba yaitu, (1) kedekatan dengan sumber air dan (2) kehidupan di alam terbuka. Pola hunian itu
dapat dilihat dari letak geografis situs-situs serta kondisi lingkungannya. Beberapa contoh yang menunjukkan pola
hunian seperti itu adalah situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo (Sangiran, Sambungmacan, Trinil, Ngawi,
dan Ngandong) merupakan contoh-contoh dari adanya kecenderungan manusia purba menghuni lingkungan di pinggir
sungai. Kondisi itu dapat dipahami mengingat keberadaan air memberikan beragam manfaat. Air merupakan kebutuhan
pokok bagi manusia. Air juga diperlukan oleh tumbuhan maupun binatang. Keberadaan air pada suatu lingkungan
mengundang hadirnya berbagai binatang untuk hidup di sekitarnya. Begitu pula dengan tumbuh-tumbuhan, air
memberikan kesuburan bagi tanaman. Keberadaan air juga dimanfaatkan manusia sebagai sarana penghubung dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui sungai, manusia dapat melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang
lainnya.
Sistem Kepercayaan
Pada Masa Praaksara, seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir, manusia purba mulai mengenal kepercayaan
terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya yang disebut sistem kepercayaan manusia purba/zaman pra aksara. Oleh
sebab itu, mereka berusaha mendekatkan diri dengan kekuatan tersebut. Caranya ialah dengan mengadakan berbagai
upacara, seperti pemujaan, pemberian sesaji, yang paling menonjol upacara penguburan orang meninggal ataupun
upacara ritual lainnya Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya lukisan-lukisan di dinding goa di Sulawesi Selatan dan
juga berbagai alat ritual lainnya. Sistem kepercayaan masyarakat Indonesia zaman praaksara diperkirakan tumbuh pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan.
Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami perkembangan seiring zaman. Mereka melakukan upacara tidak
hanya berkaitan dengan leluhur, akan tetapi berkaitan dengan mata pencaharian hidup yang mereka lakukan. Misalnya
ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya para nelayan. Upacara yang dilakukan oleh
masyarakat pantai ini, yaitu penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa inilah yang
mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang di daerah pedalaman atau pertanian ada upacara
persembahan kepada kekuatan yang dianggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.
Macam-macam Kepercayaan:
1. Animisme
Manusia purba percaya setiap orang yang meninggal akan menjadi roh yang kemudian berpengaruh pada
kehidupan di dunia. Pada kepercayaan animisme, manusia purba percaya terhadap roh yang mendiami semua
benda. Mereka juga memercayai adanya roh di luar roh manusia yang dapat berbuat jahat dan berbuat baik.
Roh-roh itu mendiami semua benda, misalnya danau, pohon, dan sebagainya
2. Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu punya tenaga atau kekuatan yang dapat memengaruhi
keberhasilan atau kegagalan usaha manusia. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat
menolong mereka. Kekuatan gaib itu terdapat di dalam benda-benda seperti keris, patung, gunung, pohon
besar, dll. Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka melakukan upacara pemberian
sesaji, atau ritual lainnya.
3. Totemisme
Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena memiliki kekuatan
supranatural. Hewan yang dianggap suci misalnya sapi, ular, dan harimau.
Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)/Mengumpulkan Makanan
Kehidupan Sosial
1. Hidup berpindah-pindah (nomaden)
Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah yang mereka
tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu mereka
selalu berpindah-pindah. Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut:
a. Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami.
b. Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih
baik.
c. Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak dan mudah
diperoleh.
2. Hidup di sekitar aliran sungai dan gua-gua karang (abris soche rouche) agar terhindar dari panas dan hujan serta
binatang buas. Pada dinding gua terdapat lukisan yang menggunakan cat merah dari daun daunan.
3. Mencari makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau danau. Mereka
mencari kerang sebagai makanannya.
4. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam mengikuti binatang
buruan atau mengumpulkan makanan.
5. Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja, laki-laki pada umumnya melakukan
perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan seperti buah-buahan dan merawat
anak. Mereka juga memilih dan meramu makanan yang akan di makan.
6. Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta
mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas.
7. Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan peralatan yang masih sangat
primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai bahaya.
Kehidupan Budaya
1. Dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama kelamaan mereka
membuat perahu.
2. Mereka belum mampu membuat gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal cara memasak makanan,
salah satunya yaitu dengan cara membakar.
3. Mereka sudah mengenal perhiasan yang sangat primitif yaitu dengan cara merangkai kulit-kulit kerang sebagai
kalung.
4. Untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan kayu.
5. Pada masa itu mereka memilih untuk tinggal di gua-gua, dari tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa
alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu, seperti: Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak genggam,
Alat serpih, Alat-alat dari tulang, dll.
Teknologi
Teknologi masa food gathering masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana
sekedar untuk membantu pekerjaan mereka.
Masa Bercocok Tanam (Food Producing)
Kehidupan Sosial
1. Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan
hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih subur
dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya
mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan
2. Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok tanam dan
memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga
menunjukkan bahwa manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.
3. Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan.
Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup
yang terjadi.
4. Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan, meskipun
mereka masih sering berpindah-pindah tempat tinggal.
5. Populasi penduduk meningkat, usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.
6. Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban kehidupan
masyarakat.
7. Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para anggotanya
8. Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kehidupan Budaya
1. Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan
kebudayaan yang lebih baik
2. Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari
tanah liat, batu maupun tulang
3. Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam: Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan
Megalitikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
Teknologi
Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran dalam peradaban manusia yaitu dari kehidupan food gathering
menjadi food producing.
MASA PERTANIAN
Ketika ditemukan tanaman padi maka sistem pertanian menjadi semakin meningkat dan berkembang menjadi sistem
persawahan. Mereka juga mulai memelihara binatang ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Kehidupan Sosial
1. Bertani adalah mata pencahariannya. Mulai membudidayaakan tanaman dan hewan peliharaan tertentu seperti
membudidayakan tanaman padi dan memelihara kerbau sebagai hewan ternak;
2. Mereka sudah berladang/ bersawah, dalam bekerja mereka melakukan secara bersama-bersama/ secara gotong
royong. Dengan alat pendukung kapak perunggu yang berfungsi sebagai pacul;
3. Untuk mengisi waktu menunggu musim panen tiba mereka membuat anyaman dari bambu/ rotan;
4. Mendiami tempat-tempat kecil dengan tujuan untuk menghindari serangan binatang buas;
5. Mulai mendirikan rumah sebagai tempat berteduh dengan cara bergotong-royong yang disertai dengan upacara
tradisional. Mulai menetap dalam waktu yang cukup lama. Mereka sudah mengenal pertukangan dengan alat
pendukung berupa kapak beliung yang berfungsi sebagai alat pemotong kayu. Dengan alat-alat tersebut digunakan
untuk mendirikan rumah dengan cara gotong-royong pula;
6. Muncul ikatan sosial antara masyarakat dan keluarga;
7. Muncul struktur kepemimpinan di kampung;
8. Mulai digunakan bahasa sebagai alat komunikasi;
9. Mereka telah memiliki aturan dalam kehidupan masyarakat guna ketertiban dan rapinya kerjasama dengan cara
pembagian kerja;
10.Mereka memiliki kebiasaan untuk menyelenggarakan upacara secara teratur yang melibatkan orang lain.