Anda di halaman 1dari 5

Pertemuan 3 (3 x 40 Menit)

1. Sebagai langkah awal atau pembuka untuk menarik minat siswa dalam kegiatan
pembelajaran ini, guru menampilkan penggalan film “Ice Age”.
2. Guru meminta siswa untuk memberikan komentar atau ulasan singkat mengenai film
tersebut dengan memberikan pertanyaan seperti berikut ini.
- Kegiatan apa yang dilakukan oleh manusia yang hidup pada masa tersebut?
- Bagaimana mereka hidup dan bertahan untuk hidup?
3. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan memberikan tugas untuk mencari informasi,
baik secara langsung ataupun dengan membaca, mengamati atau menggunakan gawai
tentang periodisasi masyarakat Praaksara secara sosial, ekonomi, dan budaya.
- Kelompok 1: Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Awal
- Kelompok 2: Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
- Kelompok 3: Masa Bercocok Tanam
- Kelompok 4: Masa Perundagian
4. Guru menggunakan kertas plano atau karton yang ditempelkan di papan tulis sebagai tempat
untuk tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
5. Peserta didik melakukan aktivitas mencari dan mengolah informasi tentang kehidupan
masyarakat Praaksara ditinjau secara sosial, ekonomi, dan budaya, kemudian menuliskannya
di kertas plano/karton yang sudah disediakan.
6. Peserta didik bersama kelompoknya mempresentasikan hasil diskusinya, sedangkan
kelompok lain memberikan tanggapan.
7. Peserta didik bersama guru menyimpulkan hasil diskusi.
Materi Ajar

Periodisasi Secara Sosial, Ekonomis, dan Budaya

Kehidupan pada Zaman Praaksara ditinjau dari aspek sosial, ekonomis, dan budaya mengalami
tahapan atau perkembangan. Dari pola yang paling sederhana ke tahap yang lebih maju. Tentu
saja tahapan perkembangan mengikuti kepandaian yang dimiliki masyarakat pada saat itu.
Periodesasi ini didasari pada tahapan perkembangan masyarakat pada kehidupan masa itu, yaitu
Masa Berburu dan Meramu (Mengumpulkan) Makanan Tingkat Awal, Masa Berburu dan
Meramu Tingkat Lanjut, Masa Bercocok Tanam, dan Masa Perundagian. Bagaimana
perkembangan kehidupan masyarakat pada masa itu? Bagaimana cara mereka memenuhi
kebutuhan hidupnya? Bagaimana pula mereka melakukan interaksi dalam kelompoknya atau
berinteraksi antar kelompok? Apa saja peralatan yang mereka buat untuk keperluan hidupnya?

Perkembangan kehidupan masyarakat menurut keadaan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
akan diuraikan sebagai berikut.
1. Masa Berburu dan Meramu (Mengumpulkan) Makanan Tingkat Awal
Pada zaman ini kehidupan peradaban masyarakat masih rendah. Mereka hidup dengan cara
berburu binatang dan meramu (mencari dan mengumpulkan makanan). Hidupnya masih
sangat bergantung pada alam yang menyediakan makanan. Jenis makanan yang mereka cari
adalah buah–buahan, umbi–umbian, dan daun–daunan. Apabila makanan yang ada di sekitar
tempat tinggal habis, maka mereka akan berpindah tempat untuk mencari sumber makanan
yang baru (nomaden). Mereka tinggal di gua (ceruk) dekat mata air ataupun padang rumput
yang diselingi semak belukar yang merupakan tempat untuk berburu hewan. Mereka yang
tinggal di gua pinggir pantai mencari kerang atau hewan laut lainnya untuk dimakan.
Kehidupan tidak menetap seperti ini disebut dengan nomaden. Hidup mereka secara
berkelompok yang terdiri atas keluarga–keluarga kecil. Ada pembagian tugas di antara
mereka, yakni laki–laki melakukan perburuan, sedangkan perempuan mengumpulkan
makanan dari tumbuhan, umbi–umbian atau hewan kecil.
Pada masa ini manusia sudah bisa membuat peralatan dari batu yang sederhana, kayu
ataupun tulang. Seperti kapak perimbas, kapak genggam, kapak penetak, dan flakes (alat
serpih). Lihat uraian Zaman Paleolitikum yang sudah dibahas sebelumnya!
2. Masa Berburu dan Meramu (Mengumpulkan) Makanan Tingkat Lanjut
Kehidupan masyarakat pada masa ini sudah mengalami perkembangan lebih maju
dibandingkan masa sebelumnya. Masa ini bisa kalian hubungkan dengan Zaman
Mesolithikum. Manusia sudah mulai hidup dengan keahlian bercocok tanam yang sederhana
dengan sistem berladang (huma) di samping masih melakukan kegiatan berburu dan
meramu. Selain berladang, manusia pada masa ini juga sudah bisa mengembangbiakkan
binatang.
Walaupun mereka sudah mampu bercocok tanam, mereka masih berpindah yang disebabkan
oleh kesuburan tanah yang mereka tanami semakin berkurang. Namun, bisa juga tempat
tinggal mereka mulai menetap (semi sedenter) apabila jumlah makanan di sekitarnya masih
banyak dan daerah perburuannya semakin luas. Mereka masih memilih gua sebagai tempat
tinggal yang aman bagi kelompoknya yang jumlahnya lebih besar dari sebelumnya.
Selama mereka bertempat tinggal di gua, mereka mulai melukis di dinding gua. Lukisannya
menggambarkan tentang kehidupan mereka pada saat itu, seperti yang terdapat di Gua
Leang–Leang, Sulawesi Selatan. Diperkirakan lukisan mereka juga melambangkan
kepercayaan yang mulai berkembang pada saat itu. Alat atau perkakas dari batu juga dibuat
lebih halus dari sebelumnya. Alat tersebut, antara lain kapak Sumatra dan alat tulang
sampung yang digunakan untuk menggali umbi–umbian.

Gambar. Lukisan di Gua Leang–Leang


Sumber:
https://indotimnet.files.wordpress.com/2009/08/ca
pture71.jpg

3. Masa Bercocok Tanam


Setelah tahap berburu dan meramu terlampaui, masyarakat memasuki masa bercocok tanam.
Peralatan yang dihasilkan pada masa ini berkaitan dengan Zaman Neolithikum. Pada masa
ini kemampuan manusia sudah lebih meningkat lagi dari kehidupan sebelumnya, telah
terjadi perubahan pola hidup yang mendasar, yaitu manusia sudah mampu mengolah alam
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka sudah mengenal bercocok tanam, mengolah
tanah, dan memelihara hewan, seperti ayam, kerbau dan lainnya. Mereka membabat hutan
dan membuka ladang–ladang yang menghasilkan hasil pertanian. Mereka mulai menguasai
cara menyimpan dan mengawetkan makanan secara sederhana. Selain itu, mereka juga
melakukan perdagangan secara barter dengan menukar barang berupa hasil bumi dan hasil
kerajinan tangan, seperti gerabah dan beliung.
Pada masa ini, kehidupan masyarakat sudah menetap (sedenter) dan hidup teratur
membentuk masyarakat perkampungan. Mereka tidak tinggal di gua lagi, tetapi di
perkampungan sederhana yang dipimpin oleh kepala kampung yang biasanya dipilih yang
tua, berwibawa, disegani, dihormati, dan ditaati oleh warga kampung yang dipimpinnya.
Pembagian kerja juga mulai teratur, seperti kaum laki–laki bertugas membabat hutan,
menyiapkan ladang, membangun rumah, dan membuat perahu; sedangkan perempuan
bertugas menabur benih di ladang, merawat rumah, dan yang lainnya.
Peralatan yang dibuat pada masa ini tentu saja semakin maju. Alat–alat yang dihasilkan
semakin halus dan manfaatnya juga semakin beragam. Ada peralatan yang digunakan untuk
pertanian, upacara ritual, dan perhiasan, seperti kapak persegi, kapak lonjong, gerabah, dan
perhiasan dari kerang atau batu.
Pada masa ini juga berkembang kepercayaan menyembah roh nenek moyang (animisme),
kekuatan benda atau alam (dinamisme) atau menyembah hewan (totemisme). Oleh karena
itu, pada masa ini juga berkembang tradisi pendirian bangunan–bangunan dari batu besar
yang disebut dengan bangunan Megalithikum. Tradisi pendirian bangunan batu besar ini
didasari oleh kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati
terhadap kesejahteraan dan kesuburan tanaman. Bangunan ini kemudian dijadikan sebagai
tempat penghormatan, tempat penguburan atau lambang bagi orang yang sudah meninggal.
4. Masa Perundagian
Masa Perundagian merupakan masa paling akhir pada zaman Praaksara. Kata “undagi”
dalam Bahasa Bali artinya tenaga ahli. Undagi dapat juga diartikan sebagai orang atau
sekelompok orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan usaha tertentu.
Kehidupan pada masa ini sudah jauh lebih maju, seperti kegiatan yang mereka lakukan
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan.
Kegiatan pertanian di ladang dan sawah masih dilakukan. Selain itu, juga sudah terdapat
pengaturan air untuk pertanian agar tidak lagi bergantung pada air hujan. Kegiatan
peternakan semakin beragam. Kegiatan perdagangan semakin meluas walaupun masih
menggunakan sistem barter, namun dapat menjangkau tempat–tempat yang jauh, yakni antar
pulau. Barang yang dibuat barter pun semakin beraneka ragam, seperti alat pertanian, alat
upacara ritual, hasil bumi, dan hasil kerajinan.
Masyarakat pada masa ini juga lebih teratur, menetap di perkampungan yang lebih besar
dari sebelumnya, jumlah penduduk lebih banyak dan tersusun menjadi kelompok–kelompok
petani, pedagang ataupun undagi (pengrajin). Perburuan hewan dilakukan bukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan, tetapi juga menunjukkan tingkat keberanian, kegagahan, dan
kekuatan pada lingkungan masyarakat.
Alat–alat yang dibuat pada masa ini adalah alat–alat yang terbuat dari logam dengan teknik
tertentu untuk bertani, upacara ritual, dan perhiasan dari emas. Kalian bisa mengaitkan
materi ini dengan Zaman Logam yang sudah dibahas sebelumnya. Pada masa ini pula seni
lukis, seni pahat atau seni arsitektur mulai berkembang, seperti pembuatan arca dan
pendirian bangunan untuk pemujaan sesuai dengan kepercayaan animisme dan dinamisme.
Gambar. Nekara perunggu yang diyakini
masyarakat pada saat itu sebagai alat untuk
memanggil hujan
Sumber:
https://idsejarah.net/2017/04/pengertian-
nekara.html

Penutup
1. Guru mengkonfirmasi kembali pemahaman yang sudah disampaikan.
2. Melakukan refleksi pembelajaran
3. Guru memberikan tugas untuk mencari informasi tentang periodisasi masyarakat Praaksara
secara sosial, ekonomi dan budaya

Referensi
1. https://www.youtube.com/watch?v=x62w92mrv-0
2. https://www.youtube.com/watch?v=uWR2JJl6yow
3. https://www.gramedia.com/literasi/zaman-praaksara-berdasarkan-arkeologi/

Anda mungkin juga menyukai