KELOMPOK 5 / 7D
GURU PENGAJAR
Gondaliva Roswinda, S.Pd
ANGGOTA KELOMPOK
Silvana Reysa Chalista Zendrato (31)
Kezia Serafim Steviany (18)
Frumensius Orlando Evan Mujiono (12)
Audreey Valencia Florance Sihombing (04)
Kornelius Justine (19)
Risdo Andhika Carlos Simanjuntak (28)
Teknik Bivalve
Bivalve adalah teknik cetak dengan memakai cetakan yang terbuat
dari batu. Teknik ini menggunakan dua cetakan yang dirapatkan,
dengan lubang di atasnya.
Lubang tersebut digunakan untuk memasukkan cairan logam panas
yang nantinya akan dicetak dalam bentuk tertentu. Cetakannya
dapat digunakan berulang kali.
Teknik A Cire Perdue
A Cire Perdue adalah teknik cetak dengan menggunakan cetakan
lilin yang dibungkus dengan tanah liat. Lilin yang sudah dilapisi tanah
liat tersebut dibakar hingga lilin meleleh.
Ketika lilin sudah mencair, lilin akan dikeluarkan dari lubang tanah
liat. Ruang yang sebelumnya terisi oleh lilin akan diisi dengan
perunggu cair.
Nilai dan tradisi kehidupan manusia pada masa praaksara yang
masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman
ini adalah :
a. Nilai Religius
Pada masa praaksara, masyarakat Indonesia mempercayai bahwa
hal-hal yang terjadi dalam kehidupan berkaitan dengan kekuatan
ghaib (roh halus dan makhluk ghaib). Kekuatan ghaib ini pula yang
menciptakan fenomena alam seperti petir, hujan badai, gerhana
matahari dan gunung meletus. Agar terhindar dari malapetaka dan
hal-hal buruk, masyarakat kemudian menyembah dan memuja roh
halus dan para makhluk ghaib. Kepercayaan terhadap roh halus atau
makhluk ghaib seperti ini disebut animisme.
Selain percaya pada roh halus, masyarakat praaksara juga percaya
bahwa beberapa benda seperti kapak, pohon, dan mata tombak
memiliki kekuatan ghaib sehingga harus dikeramatkan. Kepercayaan
bahwa benda-benda memiliki kekuatan ghaib disebut dengan
dinamisme.
b. Nilai Gotong Royong
Manusia praaksara telah mengenal sistem gotong royong dalam
menjalankan kehidupan. Sistem ini berkembang sejak masa berburu
dan mengumpulkan makanan (food gathering). Pada masa praaksara
gotong royong dilakukan untuk memenuhi kebutuhan makan dan
saling melindungi dari serangan binatang buas.
c. Nilai Keadilan
Nilai keadilan yang dianut pada masa praakasara adanya
pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
Pembagian nilai keadiaan antara kaum laki-laki berbeda dengan
kaum perempuan. Hal ini mencerminkan sikap yang adil karena
setiap orang akan memperoleh hak dan kewajiban sesuai dengan
kemampuannya.
d. Nilai Musyawarah
Dalam hidup berkelompok, masyarakat praaksara juga telah
menerapkan nilai musyawarah, yaitu menyelesaikan masalah melalui
musyawarah. Hal tersebut tercermin dari kegiatan pemilihan
pemimpin atau sesepuh. Setiap suku-suku selalu memiliki satu orang
pemimpin di dalamnya.
TERIMA KASIH!