Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memilki letak yang strategis, sehingga
tidak heran jika terjadi akulturasi beragam budaya yang terjadi sejak zaman nenek moyang
sampai zaman era global saat ini.
Letak yang strategis tersebut sangat didukung oleh sumber daya manusianya. Untuk
mempelajari kehidupan manusia saat ini tidak ada salahnya kita merunutnya sampai pada
masa silam yaitu masa praaksara.
Kehidupan manusia pada zaman praaksara senantiasa mengalami perubahan dan
perkembangan. Semua itu bertahap dan melalui proses yang sangat lama.
Tentunya corak kehidupan yang saat ini kita lakukan adalah kembangan dari corak
kehidupan pada zaman praaksara. Untuk itu marilah kita menelaah Corak Kehidupan
Masyarakat Praaksara
Lingkungan merupakan faktor penentu manusia memilih tempat untuk hidup. Oleh
karena itu, manusia memperhatikan kondisi lingkungan dan penguasaan teknologi. Jika
kondisi lingkungan tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, mereka tidak akan mau
bertempat tinggal di lokasi tersebut. Manusia selalu berusaha untuk menjadikan sesuatu
menjadi lebih baik. Termasuk dalam hal tempat tinggal. terdapat beberapa variabel yang
berhubungan dengan kondisi lingkungan antara lain :
Tersedianya kebutuhan air, adanya tempat berteduh, kondisi tanah yang tidak terlalu
lembab.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pembabakan zaman praaksara berdasarkan ciri kehidupan ?
2. Bagaimana pola hunian pada masa pra aksara?
3. Bagaimana keadaan masyarakat pada zaman berburu meramu serta bercocok tanam ?

1
C. Tujuan
1. Supaya Mengetahui Pembabakan zaman praaksara berdasarkan ciri kehidupan.
2. Supaya Mengetahui pola hunian pada masa pra aksara.
3. Supaya Mengetahui masyarakat pada zaman berburu meramu serta bercocok tanam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pola Hunian
Air adalah kebutuhan utama manusia dalam bertahan hidup. Manusa lebih baik
kelaparan daripada kehausan. Oleh sebab itu, air sangat dibutuhkan manusia sejak dahulu
sampai sekarang. Hal itu juga yang mempengaruhi pola kehidupan manusia sejak dahulu.
Suatu tempat apabila mengandung sumber air biasanya tanahnya subur dan tanamanpun
hidup subur. Di daerah sumber air juga banyak didatangi hewan dan ikan. Hal inilah yang
menjadi dasar utama bahwa manusia purba hidup di dekat sungai atau sumber air lainnya.
Keberadaan air juga dapat dijadikan sarana penghubung atau transportasi untuk dapat
melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain itu, mereka juga
memanfaatkan gua-gua di sekitar aliran air sungai untuk dijadikan tempat tinggal.
Hal tersebut di perkuat dengan penemuan barang-barang dan sisa-sisa peralatan yang
ditemukan di dekat sungai. Pola hunian manusia purba memperli-hatkan dua karakter,
yaitu kedekatan dengan sumber air dan hidup di alam terbuka.
Ketika persediaan makanan di daerah yang mereka huni menipis, manusia purba akan
segera berpindah tempat mencari daerah yang memiliki banyak persediaan sumber
makanan. Pola tersebut terus berlangsung hingga manusia purba menemukan cara
bercocok tanam. Setelah bercocok tanam mereka mulai hidup menetap. Selain bercocok
tanam menusia purba juga mulai memelihara dan beternak binatang.
- Pembabakan zaman praaksara berdasarkan ciri kehidupan
Berdasarkan penemuan-penemuan hasil kebudayaannya yang memiliki karakteristik
yang berbeda antara satu masa dengan yang lainnya, maka corak kehidupan
masyarakat praaksara menurut para ahli sejarah dapat dibagi menjadi tiga masa, yaitu :
Masa berburu dan mengumpulkan makanan.
Masa bercocok tanam.
Masa perundagian.
- Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Pada masa ini, kehidupan manusia hanya terpusat pada upaya mempertahankan diri di
tengah-tengah alam yang penuh tantangan dengan kemampuannya yang sangat

3
terbatas. Kegiatan pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan
peralatan dari batu, kayu, dan tulang.

B. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana


a. Teknologi
Teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hanya
mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan penggunaannya saja, namun lama
kelamaaan ada penyempurnaan bentuk,
Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu
yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih. Pada perkembangan berikutnya
ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari batu yang digunakan sebagai
perkakas zaman praaksara dapat digolongkan menjadi :
1) kapak perimbas,
2) kapak genggam

b. Kehidupan sosial
Manusia purba semenjak Pithecanthropus hingga Homo Sapiens dari Wajak,
menggantungkan kehidupannnya pada kondisi alam. Daerah sekitar tempat tinggalnya
harus memberikan persediaan makanan dan air yang dapat menjamin kelangsungan
hidupnya. Mereka hidup berkelompok dengan pembagian tugas, bahwa yang laki-laki ikut
kelompok berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuhan dan
hewan-hewan kecil. Selain itu mereka juga bekerja sama dalam hal menganggulangi
seranan binatang buas maupun adanya bencana alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik
kehidupan mereka.

C. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut


a. Keberadaan Manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan kala Holosin, yaitu
Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu rusa, gajah, dan badak untuk
dimakan. Dibagian barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama
Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Sedangkan di Jawa
hidup juga sekelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi leh

4
unsur-unsur Mongloid. Lebih ke timur lagi, yaitu Nusa Tenggara, terdapat pula
Austromelanesoid.
b. Teknologi
Ada tiga tradisi pokok pada masa Pos Pletosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat
tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera.
c. Masyarakat
Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut,
mendiami gua-gua terbuka atau gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai
sebagai sumber makanan. Mereka membuat lukisan-lukisan di dinding gua, yang
menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.
Masa bercocok tanam Pada masa ini sudah mulai ada usaha untuk bertempat tinggal
menetapdi suatu perkampungan yang terdiri dari beberapa tempat tinggal sederhana
yang didiami secara berkelompok. Mulai ada kerjasama dan peningkatan unsur
kepercayaan yang diharapkan adanya peningkatan kesejahteran masyarakat dan
ketentraman hidupnya.
d. Keberadaan manusia
Pada masa ini, di Indonesia barat mendapat pengaruh besar dari ras Mongoloid,
sedangkan di Indonesia timur smpai sekarang lebih diengaruhi oleh komponen ras
Austromela-nesoid.
Kelompok manusia sudah lebh banyak, karena hasil pertanian dan peternakan sudah
daat memberi makan sejumlah orang yan lebih besar.
e. Teknologi
Masa bercocok tanam dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnnya
kemahiran mengasah alat dari batu dan mulai dikenalnya teknologi pembutan gerabah.
Alat yang terbuat dari batu yang biasa diasah adalah
1) beliung,
2) kapak batu,
3) mata tombak.
f. Masa perundagian
Sebagai salah satu dampak kehidupan menetap adalah bahwa manusia mulai semakin
berkembang cara berpikirnya, sehingga mulai mampu menemukan cara membuat
perkakas dari logam. Penemuan logam mendorong manusia menciptakan perkakas-

5
perkakas untukmkebutuhan sehari-hari. Pengolahan logam memerlukan keahlian
khusus, sehingga kemudian berkembang menjadi mata pencaharian untuk kelompok
masyarakat tertentu.
Pembuatan perkakas dari logam menggunakan dua teknik, yaitu a cire
perdue dan bivalve.
Pembuatan perkakas dengan teknik a cire perdue, caranya dengan membuat model
terlebih dahulu dari lilin. Perkakas lilin kemudian dibungkus dengan tanah liat basah
yang bagian atas dan bawahnya diberi lubang, selanjutnya dikeringkan dan kemudian
dibakar. Pada saat dibakar, lilin melelh dan meninggalkan rongga. Rongga pada tanah
liat tadi kemudian diisi dengan cairan logam, dan setelah dingin, tanah liat dipecah
maka jadilah perkakas dari logam. teknik ini tidak ekonomis karena hanya
menghasilkan satu perkakas dari setiap model. Maka kemudian dikembangkan teknik
bivalve, yaitu membuat perkakas dengan cetak masal, yaitu dibuat cetakan batu dengan
tutup yang bisa dibuka dan dipakai berulang-ulang.
Perkakas yang dihasilkan pada zaman perundagian: kapak corong; candrasa; nekara;
mokko; bejana; dan barang-barang perhiasan dari logam lainnya

D. Masa Bercocok Tanam


Masa Bercocok Tanam Indonesia Terbukti sejak zaman dahulu kala terkenal akan
kebudayaannya yang luhur, mulai dari masa Berburu dan mengumpulkan makanan, masa
bercocok tanam, zaman Logam atau Perunggu sampai masa sebelum masuknya pengaruh
luar (India, Islam, dan Bangsa Barat). Pada kesempatan kali ini Pustaka Sekolah akan
berbagi artikel sesuai dengan judul diatas yakni: Masa bercocok tanam di Indonesia.
Masa bercocok tanam atau Food Producing lahir melalui proses yang panjang dan tak
mungkin dipisahkan dari usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
pada masa-masa sebelumnya. Masa neolithik amat penting dalam sejarah perkembangan
masyarakat dan peradaban, karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa
penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Penghidupan mengumpulkan makanan
(food gathering) berubah menjadi menghasilkan makanan (food producing).
Perubahan ini sesungguhnya sangat besar artinya mengingat akibatnya yang sangat
mendalam serta meluas kedalam perekonomian dan kebudayaan. Sisa-sisa kehidupan dari
masa bercocok tanam di Bali antara lain berupa kapak batu persegi dalam berbagai ukuran,

6
belincung dan panarah batang pohon. Dari teori Kern dan teori Von Heine-Geldern
diketahui bahwa nenek moyang bangsa Austronesia, yang mulai datang di kepulauan kita
kira-kira 2000 tahun S.M ialah pada zaman neolithik. Kebudayaan ini mempunyai dua
cabang ialah cabang kapak persegi yang penyebarannya dari dataran Asia melalui jalan
barat dan peninggalannya terutama terdapat di bagian barat Indonesia dan kapak lonjong
yang penyebarannya melalui jalan timur dan peninggalan-peninggalannya merata dibagian
timur negara kita. Pendukung kebudayaan neolithik (kapak persegi) adalah bangsa
Austronesia dan gelombang perpindahan pertama tadi disusul dengan perpindahan pada
gelombang kedua yang terjadi pada masa perunggu kira-kira 500 S.M. Perpindahan bangsa
Austronesia ke Asia Tenggara khususnya dengan memakai jenis perahu cadik yang
terkenal pada masa ini. Pada masa ini diduga telah tumbuh perdagangan dengan jalan tukar
menukar barang (barter) yang diperlukan. Dalam hal ini sebagai alat berhubungan
diperlukan adanya bahasa. Para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia pada masa ini
adalah Melayu Polinesia atau dikenal dengan sebagai bahasa Austronesia.
Oleh karena alam telah bersahabat dan manusia telah mulai menetap walau pun
untuk sementara , mereka telah mempunyai waktu luang yang dapat dipergunakan untuk
memperbaiki alat perkakas atau mengolah lahan sekitarnya.
Jenis manusia yang mendiami Nusantara kecuali di Sulawesi Selatan adalah
Austramelanesoid tetapi berdasarkan temuan rangka mulai ban-kao (muangthai), goa cha
(Malaysia) Cacang (Bali) semua menunjukkan ciri mongoloid. Sedangkan Indonesia
bagian Timur (kecuali Sulawesi Selatan) menunjukkan ciri Austramenanesoid. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada masa bercocok tanam wilayah Indonesia bagian barat didiami
oleh jenis mongoloid sedangkan bagian timur Austramelanesoid.
Kira-kira 2000-150 Bc terjadi penyebaran suku proto melayu dari India Belakang
menuju pulau-pulau bagian barat seperti Sumatera,Jawa dan Kalimantan.
Kebudayaan Bocson-Hoabin

7
1. Kapak Genggam
Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan
pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di
pulau Sumatera.Untuk dapat mengetahui bentuk dari kapak Sumatera silahkan Anda
amati gambar 5 berikut ini.Setelah Anda mengamati gambar 5 coba Anda bandingkan
pebble dengan chopper maupun dengan flakes! Bagaimana menurut pendapat
Anda?Bentuk pebble seperti yang Anda lihat pada gambar 5 dapat dikatakan sudah
agak sempurna dan buatannya agak halus. Bahan untuk membuat kapak tersebut
berasal dari batu kali yang dipecah-pecah.
2. Kapak Dari Tulang dan Tanduk
Di sekitar daerah Nganding dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur)
ditemukan kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang
tersebut bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada
sisinya. Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi
dari dalam tanah, serta menangkap ikan. Untuk lebih jelasnya tentang alat-alat ini
maka amati gambar 3 berikut ini.
3. Flakes
Flakes berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat
serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah
berwarna seperti calsedon. Untuk mengetahui bentuk flakes maka amatilah gambar 4
berikut ini.Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya,
mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa
sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti
Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera),
Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).
Dengan pola bertani dan beternak dengan hanya beberapa orang saja telah mampu
menghasilkan makanan cukup banyak, sehingga yang lainnya dapat menggunakan lebih
banyak waktu untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya seperti mengasah alat-alat dari batu,
membuat gerabah dan lain-lain (William A.Haviland,1988:273)
Alat-alat batu sudah terbuat dari batu keras, diasah dan diubah berupa kapak persegi,
beliung dan ujung tombak seperti yang ditemukan hampir di seluruh kepulauan Indonesia.

8
Di samping itu beberapa daerah juga telah ditemukan alat pemukul kulit kayu dari batu.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia telah mnggunakan busana dari kuliit kayu.
Di samping itu juga ditemukan kapak lonjong di Indonesia bagian timur. Pembuatan alat-
alat gerabah juga telah meluas di kalangan masyarakat tapi masih dikerjakan secara
sederhana karena tampaknya belum menggunakan alat pemutar. Jadi baik bagian luar
maupun bagian dalam masih dikerjakan dengan telapak tangan.
Berbagai bentuk alat gerabah serta lukisan pada dindingnya ditemukanndi
Kalumpang, Minanga Sepaka (Sulawesi Tengah), Timor-Timur, Manado dan Bandung.
Adanya lukisan-lukisan pada gerabah tersebut menunjukkan seni lukis pada masa itu
seperti lukisan garis-garis lurus yang sejajar dan lingkaran, belah ketupat, segi tiga
tumpul,garis-garis miring, tali berganda dan sisir.
Selanjutnya gerabah yang terdapat di Sumatera Utara terdapat lukisan kulit kerang,
anyaman bambu dan tali berganda. Pada gerabah Jogja dan Pacitan terdapat bekas tekstil
yang ditempelkan. Hal ini membuktikan bahwa manusianya telah menggunakan busana
tekstil.
Lain halnya dengan gerabah yang ditemukan di pulau Sumba merupakan tempat
kubur yang berisi tulang belulang manusia. Rupanya pada masa itu telah terdapat dua
macam penguburan mayat:
1. Penguburan langsung, dimana mayat telah diberi hematit langsung di kubur dalam
tanah
2. Penguburan tidak langsung, yaitu mayat terlebih dahulu di kubur dalam tanah.
Kemudian setelah dagingnya hancur lalu dibongkar kembali, tulang belulangnya
dibersihkan, diberi hematit, kemudian dimasukkan ke dalam tempayan gerabah
beserta alat perkakas simati, lalu dikuburkan kembali ke dalam tanah.
Pada masa bercocok tanam ini juga dikenal tradisi mendirikan bangunan yang
terdiri dari batu-batu besar (megalit). Fungsinya adalah sebagai wadah untuk pemujaan roh
para leluhur. Oleh karena itu pertama kali munculnya disebut tradisi megalit tua.
Mata pencaharian pada masa ini adalah bercocok tanam dan beternak. Periode ini
merupakan perkembangan dari masa sebelumnya yaitu berburu dan mengumpulkan
makanan. Hewan buruan yang masih kecil tidak langsung dimakan tetapi dibawa pulang
untuk dipelihara sehingga menjadi besar, begitu juga biji-biji tumbuhan yang dimakan
dibawa pulang dan diletakkan disekitar tempat tinggal lalu berbuah, sehingga mereka tidak

9
perlu lagi berburu dan meramu di tengah hutan. Dalam masa ini pula mereka harus
menetap untuk memelihara hewan dan tanaman mereka.
Sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan, orang mempunyai anggapan
bahwa hidup tidak terhenti setelah seseorang mati. Orang yang mati dianggap pergi ke
suatu tempat lain. Keadaan tempat tersebut dianggap lebih baik dari pada dunia ini. Selain
itu orang percaya bahwa orang di dunia masih dapat dihubungi oleh mereka yang telah
berada di dunia lain.
Penghormatan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang atau roh seseorang yang
telah meningggal, adalah suatu kepercayaan yang terdapat di seluruh dunia. Di berbagai
tempat ditemukan tempat-tempat yang dianggap keramat di mana terdapat batu-batu besar
yang telah disusun pada zaman prasejarah. Susunan batu-batu besar itu terdapat dalam
beberapa bentuk, dan disebut bangunan megalit.
Bangunan-bangunan megalit tidak dibangun sembarangan. Tempat untuk
mendirikannya dipilih dan pembangunnya tentu memerlukan pengarahan tenaga yang
cukup banyak. Dari bangunan megalit itu, Nampak jelas bahwa masyarakat zaman
prasejarah adalah masyarakat di mana kepercayaan memegang peranan yang sngat
penting.
Di Indonesia para ahli telah meneliti berbegai bangunan megalit dan kuburan
prasejarah. Ternyata bahwa di Indonesia pernah terdapat berbagai adat penguburan.
Disamping kepercayaan terhadap roh (animisme) juga terdapat kepercayaan terhadap
adanya kekuatan-kekuatan gaib pada benda-benda aneh seperti taring harimau,kuku elang,
dan sebagainya. Dan juga ada mantra-mantra yang dapat digunakan untuk mengusir roh-
roh jahat dari dalam tubuh manusia.[ps]

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manusia praaksara memilih tempat tinggal yang dekat dengan persediaan air.
mereka mulai tinggal menetap pada masa bercocok tanam.
2. Pembabakan corak kehidupan masyarakat praaksara ada tiga, yaitu :
a. Masa berburu dan meramu
b. Masa bercocok tanam
c. Masa perundagian
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya saya akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang materi tugas di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentu dapat di pertanggung jawabkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 2013, Kementrian Pendidikan


http://sejarahkelasx.blogspot.com/2013/09/corak-kehidupan-masyarakat-
prasejarah.html
http://www.slideshare.net/jorgigenetri/corak-kehidupan-manusia-pra-aksara
http://www.slideshare.net/jorgigenetri/corak-kehidupan-manusia-pra-aksara

12

Anda mungkin juga menyukai