Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

MIKROSKOP

OLEH:
LAYLA TILLAWATIL HASANAH
NIM. 2206111810
AGROTEKNOLOGI-B

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

MIKROSKOP

OLEH :
LAYLA TILLAWATIL HASANAH
NIM. 2206111810

MENYETUJUI
KAMIS, 16 MARET 2023

MENGETAHUI,

ASISTEN I ASISTEN II

TESSA LONIKA VALENCIA NABILLA YOLANDA


NIM. 1806124924 NIM. 1906111911

CO ASISTEN CO ASISTEN

NABILA ANNASTASYA FEBY PEBRIANA FIKH RYYA


NIM. 2106113194 NIM. 2106110593
I. JUDUL

Judul praktikum adalah mikroskop.

II. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah agar para praktikan mengetahui serta

mengenali bagian-bagian dari mikroskop, memahami fungsi dan cara penggunaan

mikroskop yang baik dan benar saat melihat preparat basah serta cara bagaimana

cara membuat preparat basah agar ada diamati dengan mikroskop.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop, jarum peniti atau

jarum pentul, gelas objek, gelas penutup (cover glass), pipet tetes.

Dan bahan yang digunakan adalah jamur atau hifa tempe,khamir tape, bakteri

yakult, tisu, aquades, alkohol 70%.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

Mikroskop dalam bahasa Yunani: micros artinya kecil dan scopein artinya

melihat. Jadi secara umum mikroskop dapat diartikan sebagai alat untuk melihat

objek berukuran sangat kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Mikroskop pertama kali ditemukan pada tahun 1590 oleh Zacharias Jansen. Seiring

dengan kemajuan ilmu teknologi, pada tahun 1665 seorang ilmuwan dari Inggris

bernama Robert Hooke merancang mikroskop majemuk dam memiliki sumber

cahaya sendiri, pada tahun yang hampir bersamaan, yaitu tahun 1668 sampai tahun

1677, seorang ilmuwan Belanda bernama Antonie Van Leeuwenhoek

mengembangkan mikroskop lensa tunggal dengan kekuatan perbesaran objek

hingga 270 kali lebih besar dari ukuran sebenarnya. Manfaat mikroskop di bidang

pertanian adalah untuk melihat jaringan-jaringan yang ada pada tumbuhan. Juga
bisa mengidentifikasi penyakit yang menyerang tanaman dengan cara meneliti

tanaman tersebut menggunakan mikroskop (George. 2008).

Mikroskop merupakan alat yang tak terpisahkan dari keseharian seorang

peneliti. Keberadaan cukup mutlak sebab hanya dengan alat tersebut seseorang bisa

mengamati sekaligus mempelajari objek mikro yang tidak bisa terdeteksi oleh

pengelihatan mata telanjang. Mikroskop adalah alat utama dalam pengamatan atau

penelitian di dalam biologi. Mikroskop merupakan alat bantu panca indera untuk

melihat objek atau gerakan yang sangat kecil atau halus yang tidak bisa dilihat oleh

mata telanjang (Rogers, 2008).

Penggunaan alat bantu pengamatan seperti mikroskop menjadi sangat penting

dalam kegiatan praktikum biologi. Pengamatan langsung terhadapa objek asli,

misalnya sel, bakteri, atau jamur uniseluler, merupakan solusi untuk

mengkonkretkan pemahaman terhadap objek tersebut serta memberikan

pengalaman belajar yang lebih bermakna. Sel sebagai unit struktural dan fungsional

terkecil dari makhluk hidup memiliki ukuran yang sangat kecil. Untuk mengetahui

bentuk, struktur, dan bagian-bagian yang terdapat dalam sel, maka mikroskop

merupakan satu-satunya gerbang pembuka misteri tentang sel (Trisnayanti, 2010)

Secara umum mikroskop terbagi menjadi tiga macam jenis, yaitu: a)

Mikroskop Cahaya adalah mikroskop yang menggunakan cahaya sebagai media

untuk mengirimkan gambar menuju mata kita. Mikroskop cahaya memiliki

perbesaran maksimal 1000 kali. Mikroskop cahaya memiliki lensa yaitu lensa

objektif, lensa okuler, dan kondensor; b). Mikroskop elektron mempunyai dua tipe

yaitu elektron scanning dan mikroskop elektron transmisi. Mikroskop elektron

scanning digunakan untuk sedetail arsitektur permukaan sel atau permukaan renik
lainnya dan objek diamati secara tiga dimensi. Mikroskop elektron transmisi

digunakan untuk mengamati struktur detail internal; c). mikroskop stereo

merupakan jenis mikroskop yang hanya digunakan untuk benda berukuran relative

besar. Mikroskop ini memiliki perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati

dapat terlihat tiga dimesi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan

mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa objektif (Kariasa,

2014).

Baik lensa objektif atau pun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung.

Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang

mempunyai sifat semu, terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula,

lalu yang menentukan sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada

mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti bayangan

sementara, semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar. Pada mikroskop elektron

bayangan akhir mempunyai sifat sama seperti gambar benda nyata, sejajar, dan

diperbesar (Kencana, 2012).

Preparat organisme adalah sediaan berupa organ, jaringan, sel, dan atau tubuh

organisme yang diawetkan didalam suatu media sehingga memberi kemudahan

seseorang untuk mempelajari, mengamati, atau meneliti. Berdasarkan ukurannya,

preparat organisme dibagi menjadi dua yaitu, preparat mikroskopis (preparat apus,

preparat rentang, preparat pollen, preparat squash, preparat whole mounth dan

preparat section) dan preparat mikroskopis (preparat kering dan preparat

basa/segar) (Holil et al., 2003).

Pembuatan preparat teridiri dari dari preparat tumbuhan, preparat hewan dan

preparat mikrob. Pembuatan preparat tumbuhan dengan meletakkan kaca benda


yang telah ditetesi air diatasnya, kemudian disayat tumbuhan segar dan diletakkan

diatas kaca benda, ditutup dengan kaca penutup dan dilakukan pengamatan

menggunakan mikroskop (Wibowo et al., 2021).

Pada pengamatan sel jamur dilakukan dengan cara kaca benda ditetesi air,

kemudian satu ose biakan jamur diambil dan dioleskan diatas kaca benda,

dilanjutkan dengan menambahkan Lactophenol Blue (Ristiari et al., 2019).

Preparat segar dibuat dengan meletakkanobjek yang akan diamati keatas kaca

objek yang telah steril dibersihkan alkohol 70% kemudian ditutup oleh kaca

penutup kemudian diamati pada mikroskop dengan perbesaran 40x, 100x, dan

1000x, kemudian ditetesi dengan minyak imersi agar objek yang diamati terlihat

jelas. Pengamatan pada preparat segar diamati dengan perbesaran kecil hingga

perbesaran besar untuk mempermudah saat pengamatan preparat (Mertha et al.,

2019).

Kegiatan praktikum meskipun sudah tersedia mikroskop dan alat serta bahan,

guru belum dapat melaksanakan kegiatan praktikum pengamatan jaringan

tumbuhan. Hal tersebut disebabkan karena tidak tersedinya media untuk praktikum

berupa preparat atau spesimen. Ketersediaan media preparat tersebut disebabkan

preparat buatan pabrik memiliki harga yang relatif mahal dan tanaman yang

digunakan untuk preparat belum tentu diketahui soleh siswa, ketidaktersediaan

media preparat dapat diatasi dengan membuat sendiri preparat awetan

menggunakan bahan dan metode yang lebih sederhana (Achmad et al., 2013).

Metode pembuatan preparat atau mikroteknik dikembangkan lebih dari seabad

yang lalu, dalam proses metode ini banyak mengalami perkebangan seiring dengan

berkembangnya peralatan mikroskopis, metode pewarnaan dan peningkatan


pemahaman tentang sifat dan perilaku sel atau jaringan. Jaringan harus

dipertahankan dalam keadaan basah (dimasukkan larutan garam), agar tidak

mengalami perubahan dan untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan

tersebut perlu diberi media yaitu fiksatif (Samiyarsih et al., 2013).

Preparat awetan mikroskopis jaringan tumbuhan adalah salah satu media

pembelajaran biologi yang sangat efektif untuk membantu pemahaman siswa

terhadap materi biologi. Preparat awetan mikroskopis tumbuhan merupakan satu

media pembelajaran yang dapat disiapkan dan langsung diamati oleh siswa.

Pembuatan preparat awetan jaringan tumbuhan yang bersifat mikrokopis

membutuhkan langkah-langkah pembuatan yang prosedural, sehingga dapat

dihasilkan preparat yang berkualitas dan dapat digunakan dalam waktu yang lebih

lama (awet). Disamping itu dibutuhkan alat-alat khusus seperti mikrotom yang

diperlukan untuk mengiris objek yang berupa organ tumbuhan setipis mungkin

sehingga diperoleh preparat yang lrbih jelas diamati dibawah mikroskop

(Samiyarsih et al., 2018).

Pada dunia mikrobia, jamur termasuk divisio Mycota (fungi). Mycota berasal

dari kata mykes (bahsa Yunani), disebut juga fungi (bahasa Latin). Ada beberapa

istilah yang dikenal untuk menyebut jamur, (a) mushroom yaitu jamur yang dapat

menghasilkan badan buah besar, termasuk jamur yang dapat dimakan, (b) mold

yaitu jamur yang berbentuk seperti benang-benang, dan (c) khamir yaitu jamur

bersel satu. Jamur merupakan jasad eukariot, yang berbentuk benang atau sel

tunggal, multiseluler atau uniseluler. Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding sel

tersusun dari khitin, dan belum ada diferensiasi jaringan. Jamur bersifat

khemoorganoheterotrof karena memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik.


Jamur memerlukan oksigen untuk hidup (bersifak aerobik). Habitat (tempat hidup)

jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis, tumbuh

sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan manusia ( Fitriany, 2019).

V. CARA KERJA

1. Dibersihkan gelas objek dan gelas penutup menggunakan alkohol.

2. Diambil jamur yang akan diamati setipis mungkin menggunakan jarum ose

atau jarum peniti yang telah dipijarkan dengan bunsen.

3. ditambahkan 1-2 tetes aquades steril.

4. Ditutup dengan kaca penutup (cover glass), usahakan tidak ada gelembung

udara antara lensa objek dan kaca penutup.

5. Diamati jamaur atau hifanya menggunakan mikroskop.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Mikroskop

Gambar 1. Mikroskop
Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium

sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan

kita dapat mengamati objek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Hal ini

membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran

kecil. Untuk mengetahui mikroskop maka perlu diketahui komponen mikroskop

dan fungsi dari mikroskop (Koesmadji, 2014). Berikut adalah bagian-bagian

mikroskop beserta fungsinya :

a. Lensa Okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat lensa ini

berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari

lensa objektif.

b. Lensa Objektif, lensa ini berada dekat pada objek yang diamati, lensa ini

membentuk bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Dimana lensa ini di atur

revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif.

c. Tabung Mikroskop (Tubus), tabung ini berfungsi untuk mengatur fokus dan

menghubungkan lensa objektif dengan lensa okuler.

d. Makrometer (Pemutar Kasar), berfungsi untuk menaik turunkan tabung

mikroskop secara cepat.

e. Mikrometer (Pemutar Halus), pengatur ini berfungsi untuk menaikkan dan

menurunkan mikroskop secara lambat, dan bentuknya lebih kecil daripada

mikrometer.

f. Revolver, berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara

memutarnya.

g. Reflektor, terdiri dari dua jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin

cekung. Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke


meja objek melalui lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata

pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya yang dibutuhkan

terpenuhi, sedangkan jika kurang cahaya maka menggunakan cermin

cekung karena berfungsi untuk mengumpulkan cahaya.

h. Diafragma, berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang

masuk.

i. Kondensor, berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk, alat ini

dapat diputar dan di naik turunkan.

j. Meja Mikroskop, berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang akan

diamati.

k. Penjepit Kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi

objek agar tidak mudah bergeser.

l. Lengan Mikroskop, berfungsi sebagai pegangan pada mikroskop.

m. Kaki Mikroskop, berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop.

n. Sendi Inklinasi (Pengatur Sudut), untuk mengatur sudut atau tegaknya

mikroskop.

o. Skala Preparat, merupakan fitur tambahn pada meja praparat, fungsi ini

sebetulnya tidak selalu tersedia pada setiap mikroskop dan bersifat optional.

Pada kenyataannya skala preparat ini digunakan untuk memudahkan

penempatan sample sebelum diamati.

6.2 Preparat Basah

Pada praktikum pengamatan morfologi kapang atau jamur, bakteri dan khamir,

kapang yang diamati terdapat pada tempe, bakteri yang diamati terdapat pada

yakult, serta khamir yang diamati terdapat pada air tape. Kapang adalah fungi yang
berbentuk benang multiseluler tidak berklorofil dan belum mempunyai diferensiasi

dalam jaringannya. Khamir adalah fungi bersel satu uniseluler ada beberapa

diantaranya bersifat miselium dengan percabangan.

Langkah awal yang dilakukan dalam mengamati kapang, bakteri dan khamir

pada bahan alami yaitu pembuatan preparat secara langsung dan sederhana.

Sebelumnya meja kerja dan tangan disterilkan dengan menggunakan alkohol 70%,

kemudian nyalakan bunsen dan pijarkan jarum ose atau bisa juga menggunakan

cutter pada lidah api bunsen. Setelah itu ambil satu ose kapang dari tempe dan

letakkan diatas objek glass, selanjutnya tambahkan beberapa tetes aquades diatas

objek glass yang telah terdapat kapang dari tempe. Semua perlakuan yang

dilakukan tersebut harus dilakukan didekat Bunsen agar suasananya tetap steril.

Mengamati kapang dari tempe dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran

lemah (10x) terlebih dahulu, setelahnya itujika bayangan sudah terlihat maka

perbesaran dapat diubah ke pembesaran sedang (40x). cara kerja pengamatan

khamir sama seperti perlakuan pengamamatan kapang tempe. Tetapi pengamatan

khamir pada air tape menggunaka tambahan tetesan larutan metilin blue (Natsir,

2008).

6.2.1 Pengamatan Hifa Jamur Tempe

Gambar 2a. sumber google Gambar 2b. sumber praktikum


Jamur pada tempe (Rhizopus oryzae) merupaka jamur yang sering digunakan

dalam pembuatan tempe. Jamur ini aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan

taksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Rhizopus oryzae mempunyai

kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asm amino. Selain

itu jamur ini juga mapu menghasilkan protease. Menurut Sorenson dan Hesseltine

(1986) dalam Fajar (2012), Rhizopus oryzae tumbuh pada kisaran pH 3,4-6. Pada

penelitian, semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai

pH 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk

pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk

pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air untuk jamur lebih sedikit dibandingkan

dengan bakteri. Selain pH dan kadar air, jumlah nutrien dalam bahan juga dibuthkan

oleh jamur. Rhizopus bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara

aseksual adalah dengan spora nonmotil yang dihasilkan oleh sporangium,

sedangkan repoduksi seksualnya dengan konjugasi (Waluyo, 2004).

Jika diamati menggunakan mikroskop, jamur yang tumbuh pada tempe

memiliki tiga tipe hifa, yaitu stolon yang berfungsi membuntuk jaringan pada

permukaan subtrat dan menghubungkan dua kumpulan sporangium, rizoid yang

berfungsi menembus subtrat untuk menyerap makanan, dan sporangiofor yang

berfungsi mendukung sprongia globuler di ujung-ujungnya. Jamur pada tempe

memiliki spora yang berwarna coklat. Fungsi spora pada jamur yaitu sebagai alat

persebaran yang mempertahankan keturunan. Jamur tempe yang telah menghitam

menunjukkan spora-spora jamur tempe yang berwarna coklat telah menyebar.


6.2.2 Khamir Tape

Gambar 3. Khamir Tape

Setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop, ditemukan

jamur pada air tape yaitu Saccharaomyces cerevisia. Saccharaomyces cerevisia

termasuk dalam khamir yang berbentuk oval. Dinding sel khamir pada sel sel yang

muda sangat tipis, namun semakin menebal. Saccharaomyces cerevisia secara

morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval,

atau bulat telur yang dipengaruhu oleh strainnya. Berkembang biak dengan

membelah diri melalui “budding cell”. Pada dinding sel terdapat struktur yang

disebut bekas lahir (bekas yang timbul dari pembentukan oleh sel induk) dan bekas

tunas (bekas yang timbul akibat pembentukan anak sel). Setiap sel hanya dapat

memiliki satu belas lahir, namun bisa membentuk banyak bekas tunas.

Saccharomyces cerevisiae dapat membentuk 9 sampai 43 tunas dengan rata-rata 24

tunas per sel dan paling banyak lahir pada kedua ujung sel yang memanjang

(Burrows et al., 2004).

Saccharomyces cerevisiae sangat berperan dalam proses fermentasi alkohol

ini mempunyak warna putih kekuningan yang dapat dilihat diatas permukaan

tumbuh koloni, sehingga tidak seperti khamir lainnya yang seringkali tidak terlihat

dibawah mikroskop karena tidak ontras dengan mediumnya. Penampilan


makroskopisnya yaitu bentuk koloni yang bulat, warna yang kuning muda-

keputihan, permukaan berkilau, licin, tekstur lunak dan memiliki sel bulat dengan

askopora 1-8 buah (Ahmad, 2005).

6.2.3 Bakteri Yakult

Gambar 4. Bakteri Yakult

Yakult (yakuruto) adalah minuman probiotik mirip yogurt yang dibuat dari

fermentasi skimmed milk dan gula dengan bakteri Lactobacillus casei. Karena

L.casei Shirota dapat ditemui dalam sistem pencernaan, yakult dipromosikan

sebagai minuman yang baik untuk kesehatan. Minuman yang mengandung bakteri

yang bermanfaat untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat. Namanya berasal

jahurto, bahasa Esperanto untuk “yoghurt” (Suyitno, 1990). Sebanyak 1 ose (ose

bulat), masing-masing isolat bakteri yang diambil dari stok kultur diinokulasikan

pada medium dalam tabung reaksi. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 15oC, 37oC,

dan 45oC selama 2 x 24 jam. Hasil positif apabila terjadi pertumbuhan bakteri pada

medium dan hasil negatif apabila tidak terjadi pertumbuhan bakteri pada medium

(Anastiawan, 2014).

Tujuan diatas medium juga memiliki fungsi lain seperti tempat untuk

mengisolasi, seleksi, evaluasi dan diferensiasi biakan yang didapatkan. Agar tiap-

tiap medium memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan sehingga seringkali
digunakan beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba (Suriawiria, 2005). Yang

membedakan masing-masing produk susu fermentasi adalah jenis bakterinya.

Sebagai contoh, dalam yogurt terdapat 2 jenis bakteri asam laktat yang

menggumpalkan susu menjadi yogurt. Kegiatan bakteri inilah yang menjadi sumber

sebagian besar manfaat yogurt (Widodo, 2002).

VII. PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari hasil praktikum ini diantaranya ialah mikroskop

berfungsi untuk mengamati organisme mikroskopis, kapang yang terdapat pada

tempe yaitu Rhyzopus sp. Yang bereproduksi secara seksual, memiliki kemampuan

untuk memecahkan protein dan lemak. Bakteri pada yakult yaitu Lactobacillus

casei yang bermanfaat untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat. Khamir yang

terdapat pada air tape yaitu Saccharomyces cerevisiae sangat berperan dalam proses

fermentasi alkohol.

7.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum ialah saya berharap

agar alat dan bahan dalam pelaksanaan praktikum dapat lebih memadai agar para

praktikan juga mendapatkan hasil yang optimal maksimal dalam krgitan praktikum

yang dilaksanakan. Para praktikan diharapakan dapat lebih mengerti serta

memahami cara kerja dalam praktikum ini. Para praktikan juga diharapkan lebih

berhati-hati dalam mengambil preparat mikroskopis agar tidak merusak struktur

jaringan preparat basah.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad,S.N.N., J.D.Budiono., dan P.R.Pratiwi. 2013. The development of plant

tissue preparation media using alternative dye of henna leaves (Lausonia

inermis) filtate. Bioedu. 2(1): 56-58.

Ahmad,R.Z. 2005. Pemanfaatan khamir Saccharomyces cerevisiae untuk ternak.

Jurnal Wartazoa. 15(1): 50-51.

Anastiawan. 2014. Isolasi dan karakterisktik bakteri probiotik yang berasal dari

usus itik pedaging Anas domesticus. Jurnal Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Universitas Hasanudin. Makassar. 9(1):6-9.

Burrows, W., J.M.Mouler., R.M.Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B.

Saunders Company.

Fajar,F.K. 2012. Pengamatan Berbagai Jamur. Laporan Penelitian (Tidak

Dipublikasikan). Universitas Putra Bangsa Kebumen. Kebumen.

Fitriany,A. 2019. Mikrobiologi Fungsi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandung.

George,C.L. 2008. Jurnal Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 10. PT. Widyadara.

Yogyakarta.

Holil.K., A.Rofieq., dan S.wahyuni. 2003. Pembuatan preparat sebagai media

pendididkan pada bidang studi biologi. Jurnal Dedikasi. 1(1): 136-139.

Kariasa,K. 2014. Jurnal Asal Usul Sejarah Mikroskop. 12(4).

Kencana,T.P. 2012. Jurnal Pembentukan Bayangan pada Mikroskop. 1(4) : 2-3.

Koesmadji,W. 2014. Teknik Mikroskop. Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandung.
Mertha,I.G., A.A.Idrus., S.Bahri., P.Sedijani., dan D.A.C.Rasmi. 2019. Pelatihan

pembuatan preparat squash jung akar untuk pengamatan kromosom pada

guru-guru biologi di Kota Mataram. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian

Masyarakat. 2(4).

Natsir. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Hasanudin. Makassar

Ristiari,N.P.N., K.S.M.Julyasih., dan I.A.P.Suryanti. 2019. Isolasi dan identifikasi

jamur mikroskopis pada rizosfer tanaman jeruk siam (Citrus nobilis Lour)

di kecamartan Kintamani, Bali. Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha. 6(1):

10-19.

Rogers.K. 2008. Panduan Lengkap Mikroskop. Erlangga. Jakarta.

Samiyarsih.S., W.Herawati., dan Juwarno. 2013. Pelatihan pembuatan preparat

tumbuhan sebagai sarana peningkatan proses pembelajaran bagi guru dan

siswa SMA Negeri Purwokerto. Laporan Kegiaran Pengabdian kepada

Masyarakat, Fakultas Biologi Unsoed (Tidak dipublikasikan).

Samiyarsih.S., W.Herawati., dan Juwarno. 2013. Pelatihan pembuatan preparat

tumbuhan sebagai sarana peningkatan proses pembelajaran bagi guru dan

siswa SMA Negeri Purwokerto. Prosiding Seminar Nasional:

pengembangan sumber daya perdesaan dan kearifan lokal berkelanjutan

VIII. 331-338.

Suriawiria,U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

Suyitno. 1990. Bahan-Bahan Pengemasan. PAU. Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta
Ulfasari,H.N. 2019. Morfologi Kapang dan Khamir (Rhizopus sp, Monilia sp,

Aspergilus Niger). Laporan Penelitian (Tidak Dipublikasikan). Institut

Teknologi Indonesia. Serpong.

Trisnayanti. 2010. Pembelajaran Materi Tingkat Organisasi melalui Kegiatan

Praktikum. Direktorat FMIPA. Sumedang.

Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.

Wibowo.R.H., Sipriyadi., Fatimatuzzahra., R.Wahyuni., R.Setiawan., A.Prastika.,

dan Rizawati. 2021. Pelatihan pembuatan preparat segar biologi untuk

meningkatkan keterampilan guru dan siswa SMA Negeri 1 Argamakmur,

Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal Ilmiah Pengembangan Penerapan

IPTEKS. 19(2); 389-398.

Widodo,W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Pusat Pengembangan

Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang. Malang

Anda mungkin juga menyukai