Anda di halaman 1dari 9

a.

TUJUAN
Melalui praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat membuat reagen
dalam berbagai konsentrasi, dan berbagai pH, serta mampu mengukur pH dengan
kertas indikator pH universal dan pH meter. Setelah itu mampu melaporkan
dengan singkat secara tertulis hasil dari praktikum berupa pembuatan reagen
dalam unit konsentrasi persen (%), molar (M), normal (N) dan pembuatan larutan
untuk bahan yang memilki sifat khusus, serta dengan pH tertentu. Selain itu
mahasiswa juga diharapkan mampu melaporkan tentang pembuatan larutan dapar
(buffer).

b. DASAR TEORI
Sebagian besar proses fisiologi sangat sensitif terhadap perubahan pH.
Sebagai contoh, pH darah manusia dipertahankan konstant pada 7,2. Hanya pada
pH ini, darah mampu membawa oksigen dan karbondioksida dengan baik. Jika pH
turun dibawah 7,2 (konsentrasi H lebih tinggi), hemoglobin dalam darah tidak
akan bereaksi dengan oksigen, dan jika pH meningkat (konsemtrasi ion OH lebih
tinggi), bikarbonat tidak akan diubah menjadi karbondioksida dalam paru-paru.
Untung tubuh manusia mampu mengontrol dan mempertahankan pH dengan
menggunakan campuran senyawa tertentu yang disebut buffer (Beran, 2000).
Dalam percobaan kali ini akan dibuat larutan buffer dan kemudian diamati
bagaimana larutan itu bekerja untuk mempertahankan pH. Jika sedikit asam atau
basa ditambahkan ke dalam larutan buffer dan bukan buffer, maka akan terlihat
perbedaan perubahan pH.
Sistem buffer adalah larutan asam lemah (atau basa lemah) dan garamnya.
Asam lemah atau basa lemah adalah asam atau basa yang hanya sebagian kecil
terionisasi dalam air. Asam asetat, sebagai contoh, merupakan salah satu asam
lemah. Jika dilarutkan dalam air akan terjadi kesetimbangan :
HC2H3O2 + H2O

H3O + C2H3O2

Sebagian besar molekul asam asetat tetap berada dalam larutan, sedangkan
hanya sebagian kecil ion asetat ada dalam larutan.
Amonium Hidrosida (larutan Amoniak) merupakan salah satu contoh basa
lemah karena basa ini juga hanya sebgian kecil berada sebagai ion NH 4 dan OH
dalam larutan. Asam dan basa dapat diklasifikasikan kuat dan lemah berdasarkan
pada derajat ionisasinya. Asam yang terdisosiasi dalam jumlah banyak (mendekati
100%) dalam larutan encer adalah H2SO4, HCl, dan HNO3 . Basa ionik seperti
NaOH, KOH, dan Ca(OH)2 berada sebagai ion dalam keadaan padat dan juga
terdisosiasi sempurna dalam air. Sebaliknya asam sepertiHC2H3O2, HCN, dan
H3PO4, asam organik (RCOOH, R=gugus hidrokarbon), dan beberapa basa (amin,
R-NH2) hanya sedikit (hanya beberapa persen) terionisasi dalam air (Darrel at al.,
1987).

Garam asam lemah merupakan garam yang mempunyai anion dari asam
lemah. Garam dapat dibuat dengan membiarkan asam lemah bereaksi dengan
basa. Sebagai contoh, garam yang mengandung ion asetat, C 2H3O2, adalah garam
asam asetat. Garam tertentu seperti Natrium asetat, NaC2H3O2, dapat dibuat dari
asam dan basa yang sesuai.
HC2H3O2 + NaOH

NaC2H3O2 + H2O

Garam basa lemah mempunyai kation dengan basa. Garam amonium


hidroksida, NH4OH (Amoniak, larutan NH3), sebagai contoh, merupakan
amonium klorida, NH4CL, dan amonium Sulfat, (NH4)2SO4. Jadi larutan buffer
dibuat dengan menggunakan larutan yang mengandung baik asam lemah dan basa
lemah dengan garamnya (Harold et al., 1987).
Dalam bekerja dengan pH dan buffer, perlu diperhatikan bahwa perubahan
1 satuan pH berarti perubahan sepersepuluh (1/10) konsentrasi H atau OH.
Larutan pH 5 hanya mempunyai 1% (1/100) konsentrasi ion H dari larutan pH 3,
tetapi 1000 kali lebih besar dari pada larutn pH 8 (Harold et al. 1984).
Dalam percobaan ini akan dilakukan pengukuran pH secara semi akurat
beberapa larutan bufer dan bukan bufer dengan menggunakan larutan indikator.
Perubahan pH yang terjadi dari penambahan asam atau basa akan ditunjukkan
oleh perubahan warna indikator.
Adapun untuk mencari pH larutan buffer yang bersifat asam, dapat dipakai
persamaan sebagai berikut :
pH = pKa + log [garam]
[asam]
sama halnya untuk mengukur pH larutan buffer yang bersifat basa, dapat dipakai
persamaan sebagai berikut :
pH = 14 pKb log [garam]
[asam]
Dalam mengukur pH suatu larutan atau sampel, biasanya digunakan suatu
komparator, yang dalam hal ini lazim digunakan adalah kertas pH indikator
universal yang bersifat kalorimetri. Sementara untuk mengukur pH yang bersifat
potensiometri, dapat digunakan pH meter yang tingkat akurasinya lebih tinggi. pH
meter ini mempunyai elektroda yang berisi silver-silver electode yang terdapat
dalam larutan HCl standar (umumnya 0.1 ml/l). memberan gelas bersifat selektif
permiabel terhadap ion hidrogen. pH meter akan mengukur potensial ? EMF
(Electon Motion Force) yang terjadi karena perbedaan konsentrasi ion hidrogen di
dalam larutan yang diukur dengan konsentrasi ion hidrogen di dalam larutan yang
diukur dengan konsenterasiion hidrogen yang terdapat dalam larutan standar

(larutan HCl atau KCl ). Umumnya potensial yang terbentuk tersebut diukur
dengan elektoda kalomel yang tergabung dalam suatu voltameter pada saat ini.

c. METODE
1.

Alat

d. Pembuatan Reagen
Dalam pembuatan reagen, dibutuhkan alat-alat yang dibutuhkan yang
digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan praktikum, diantaranya gelas
beker dengan ukuran 50 ml, dan 100 ml, yang berfungsi untuk mencampur
larutan; labu ukur dengan ukuran 50 ml, dan 100 ml juga berfungsi untuk
mencampur bahan dan untuk mengencerkan bahan-bahan yang memiliki
konsentrasi kepekatan yang tinggi; kemudian pipet ukur dan pipet gondok dengan
ukuran 5 ml, dan 10 ml, yang berfungsi untuk mengambil bahan dengan ukuran
tertentu; selain itu juga ada gelas arloji yang berfungsi sebagai wadah bahan yang
akan ditimbang dengan timbangan semi analitik.
e. Pembuatan Larutan Dapar
Dalam pembuatan reagen, dibutuhkan alat-alat yang dibutuhkan yang
digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan praktikum, diantaranya gelas
beker dengan ukuran 50 ml, dan 100 ml, yang berfungsi untuk mencampur
larutan; labu ukur dengan ukuran 50 ml, dan 100 ml juga berfungsi untuk
mencampur bahan dan untuk mengencerkan bahan-bahan yang memiliki
konsentrasi kepekatan yang tinggi; kemudian pipet ukur dan pipet gondok dengan
ukuran 5 ml, dan 10 ml, yang berfungsi untuk mengambil bahan dengan ukuran
tertentu; selain itu juga ada pH indikator universal untuk menyesuaikan kondisi
keasaman atau kebasaan suatu bahan.
f. Pengukuran pH
Dalam pengukuran pH digunakan alat untuk mengukur pH suatu bahan,
diantaranya yaitu pH indikator universal yang terbuat dari kertas yang berfungsi
untuk menhukur pH dengan besaran desimal secara kalorimetri, sedang mengukur
dengan harga pH dengan besaran superdesimal dilakukan secara kalorimetri
dengan menggunakan komparator. Kemudian digunakan pH meter yang berfungsi
untuk mengukur pH dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi dari kedua cara
kalorimetri yang menggunakan suatu elektroda.
2. Bahan
a. Pembuatan Reagen
Bahan yang dipakai dalam pembuatn reagen adalah Larutan NaOH 65%;
larutan CH3COOH 0.2 M 100%; larutan gelatin, dan Akuades yang digunakan
untuk mengencerkan larutan.
b. Pembuatan Larutan dapar

Untuk pembuatan larutan dapar, dibutuhkan bahan-bahan berupa Larutan


Asam Asetat 0.2 M; Larutan Natrium Asetat 0.2 M; Sodium-di-hidrogen fosfo-dihidrat; dan Sodium di-hidrogen fosfat mono-hidrit, serta akuades yang juga
berfungsi untuk mengencerkan atau bahan/larutan.
c. Pengukuran pH
Untuk proses pengukuran pH maka bahan yang dipakai dalam
praktikum ini adalah larutan standar yang telah diketahui pH nya, juga
adal larutan buffer, serta indikator-indikator lain yang dipakai dalam
pengukuran pH dengan pH meter
3. Cara Kerja
a. Pembuatan Reagen
Pembuatan Reagen I
1. larutan NaOH 2%
Satu gram NaOH dimasukkan ke dalam gelas beker 50 ml dan
ditambahkan akuades kurang lebih 30 ml, diaduk sampai larut. Larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian ditambahkan akuades sampai
tanda dan digojok.
2. larutan NaOH 10%
Asam nitrat pekat sebanyak 7.7 ml yang diukur dengan gelas ukur,
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml yang sudah diisi akuades kurang lebih 30
ml, kemudian tambahkan akuades sampai tanda dan gojok.
3. larutan gelatin 1 %
Satu gram gelatin dimasukkan ke dalam Erlenmeyer atau gelas beker,
ditambah akuades kira-kira 60 ml. Dipanaskan ampai semua gelatin larut. Setelah
suhu kira-kira 60 ml, dipanaskan sampai semua gelatin larut, setelah suhu kirakira 40-50 C, dituangkan kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan akuades
sampai tanda, ditutup dan digojok sampi homogen.
Pembuatan Reagen II
4. Sodium di-hidrogen fosfat monohidrad ( NaH2PO4.H2O)
Larutan seberat 2.76 g dimasukkan pada gelas beker dan ditambah akuades
secukupnya dan diaduk sampai larut. Larutan kemudian dimasukkan kedalam labu
ukur 100 ml. Dtitambahkan akuades sampai tanda dan digojok.

5. Sodium di-hidrogen fosfat di-hidrat (Na2HPO4.2H2O)


Larutan seberat 30.56 g dimasukkan pada gelas beker dan ditambah
akuades secukupnya dan diaduk sampai larut. Lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 ml , ditambahkan akuades sampai tanda lalu digojok.

b. Pembuatan Larutan Dapar


Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 7,5 sebanyak 100 ml
Larutan sodium di-hidrogen fosfat monohidrat 0.2 M sebanyak 43,15
ml dimasaukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian larutan Sodium dihidrogen fosfat di hidrat 0.2 M sebanyak 6.85 ml juga dimasukkan
kedalam labu ukur tersebut, kemudian ditambahkan akuades sampai batas
tanda.
Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 7 sebanyak 100 ml
Larutan sodium di-hidrogen fosfat monohidrat 0.2 M sebanyak 16.7
ml dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian larutan sodium dihidrogen fosfat dihidrat 0.2 M sebanyak 33.3 ml juga dimasukkan kedalam
labu ukur tersebut, kemudian ditambahkan akuades sampai batas tanda.

c. Pengukuran pH
Mengukur pH dengan menggunakan kertas indikator universal
Kertas indikator universal dicelupkan ke dalam larutan basa dan
diukur pH nya.
Mengukur pH dengan cara potensiometri
pH meter dikaliberasi terlebih dahulu dengan 2 larutan satndar yang
telah diketahui pH nya. Setelah itu larutan dapar diukur pH nya dengan
pH meter dengan mencelupkan elektrodanya. Setelah selesai dilakukan
pembersihan dengan menyemprotkan aquades dan mengeringkan
elektrode dengan kertas tissue.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
No
Percobaan
1
Pembuatan Reagen
Larutan NaOH 2 %
Larutan HNO3 10 %
Larutan Gelatin 1 %
Larutan 0.2 M(NaH2PO4.H2O) 50 ml
Larutan 0.2 M (Na2HPO4.2H2) 100 ml
2
Pembuatan Larutan Dapar
Larutan buffer fosfat pH 7,5 sebanyak 100 ml
Larutan buffer fosfat pH 7 sebanyak 100 ml
3
Mengukur pH dengan menggunakan kertas
indikator universal
Mengukur pH dengan cara Potensiometri

Hasil
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
pH 8
pH 7.4

2. Pembahasan
Larutan buffer merupakan larutan yang pH nya nyaris konstan atau relatif
tidak berubah bila diencerkan atau ditambah sedikit asam atau basa. Buffer
berfungsi menghalangi perubahan konsentrasi ion H yang bisa terjadi bila larutan
tersebut ditambahkan asam atau basa.
Substansi asam akan terus mnenerus diproduksi sebagai hasil dari proses
metabolisme normal. Asam yang paling banayk diproduksi adalah asam karbonat.
Produksi asam yang terus menerus ini memerlukan suatu cara agar ion hidrogen
dapat dipisahkan, tanpa menyebabkan perubahan besar dalam nilai pH. Paru-paru
dan ginjal bersama-sama dengan cairan tubuh yang bersirkulasi menyusun sutu
sistem yang dapat mempertahankan pH darah dalam range 7,2 sampai 7,6. pH
darah yang berlebihan atau berkurang akan distabilkan oleh kerja komponen
darah seperti bikarbonat dan fosfat yang bekerja sebagai buffer (Montgomery et
al. 1993).
pH larutan yang menggambarkan konsentrasi ion hidronium/hidrogen
dalam larutan. Semakin rendah harga pH, semakin asam. Begitu pula sebaliknya.
pH memilki arti penting dalam kehidupan. Kondisi dan pH cairan di dalam sel
dipelihara dalam range yang sempit. Adanya perubahan rtange pH yang drastis
akan mengakibatkan kematian. Plasma manusia dipelihara oleh pH 7,35 7,45
pada temperatur 37C. jika pH nhya 7 kebawah, akan terjadi acidosis koma, yang
menyebabkan kematian. Begitu pula jika pH nya 7,8 ke atas akan terjadi alkalosis
dan menyebabkan kematian., oleh karena itu perlu mekanisme homeostatik yang
baik untuk memlihara pH plasma tidak banyak mengalami perubahan dengan
sistem buffer.
pH meter dewasa ini merupakan alat yang paling banyak digunakan untuk
mengukur nilai suatu pH. Alat ini memiliki spesifitas yang lebih baik dibanding
alat pengukur pH lainnya, yaitu tingkat pengukuran lebih akurat dengan spesifitas
1 angka dibelakang koma. pH meter memilki elektrode untuk mengukur pH suatu
larutan. Elektrode berisi silver-silver elektrode yang terdapat di dalam larutanlarutan HCl standar atau larutan elektrolit. Dalam penggunaannya, elektrode ini
harus tercelup ke dalam larutan elektrolit pada saat proses penyerapan. Larutan
elektrolit di sini berfungsi sebagai larutan pembanding. Sebab pH meter akan
mengukur potensial, yang terjadi karena perbedaan konsentrasi ion hidrogen
dalam larutan elektrolit.
Tercelupnya elektrode dengan larutan elektrolit akan mempercepat
terbentuknya suatu potensial. Setelah melakukan percobaan maka elektrode harus
dicuci dengan menggunakan aquades. Pencucian ini berguna agar larutan yang
akan diuji selanjutnya tidak terkontaminasi dengan elektrode yang telah dipakai
sebelumnya. Pencucian ini dilakukan dengan cara menyemprotkan aquades ke
elektrode. Penyemprotan akan memberikan tekanan yang kuat terhadap elektrode
sehingga sisa-sisa larutan yang telah di uji dapat dibersihkan.
Penggunaan alat ini sangat mengefisiensikan tenaga, dan waktu, sebab
cara penggunaannya mudah. Sebelum penggunaan alat harus dikaliberasi dulu.
Kaliberasi berguna untuk menstabilkan larutan yang akan diuji. Kaliberasi
diklakukan dengan minimal dua larutan standar yang telah diketahui pH nya.

Pada percobaan ini diperoleh data larutan buffer yang diukur dengan
menggunakan kertas indikator universal memilki pH 8, sedangkan dengan
pengukuran menggunakan pH meter diperoleh pH 7,5 pada suhu 25C. Pada
pengukuran yang menggunakan indikator universal sangat tidak spesifik. Sebab
nilai pH yang digunakan sebagaimpembanding warna dan angka pH tidak sedetail
dengan menggunakan pH meter. Berbeda spesifitas 1 angka dibelakang koma.
Pada kertas indikator universal hanya terdapat nilai standar. Sedang pada pH
meter pengukuran pH lebih akurat sebab nilai sedetail ungkin tercantum. Ketika
menentukan pH buffer yang telah dihitung, praktiokan pun hanya dapat
memperhitungkan nilai pH sebenarnya. Hal ini menyebabkan nilai pH yang
diperoleh berbeda dengan pengukuran nilai pH pada pH meter. Keakuratan
pengukuran dan penentuan nilai pH tidak dapat diperoleh dengan menggunakan
kertas indikator universal. Keakuratan nilai pengukuran diperoleh dengan
menggunakan pH meter.
Reagen didefenisikan sebagai materi atau substansi yang digunakan untuk
suatu percobaan yang memilki probabilitas yang tinggi dan terdiri dari ukuranukuran partikel yang berbeda yang mencakup jumlah keseluruhan materi tersebut
(Scott, 1939). Dengan kata lain reagen merupakan suatu larutan yang dibuat
berdasarkan unit-unit konsentrasi penyusunan yang telah diketahui. Dalam setiap
penelitian, pembuatan reagen tidak dapat ditinggalkan. Keyika membuat reagen,
peneliti tidak terlepas dari konsep-konsep konsentrasi, unit konsentrasi dan sifat
fisik dari bahan yang dilarutkan. Ketepatan dalam pembuatan reagen sangat
diperlukan sebab selain reagen tersebut digunakan untuk percobaan lain, hasil dari
suatu percobaan juga terghantung dari reagennya. Komposisi regaen tersebut
sangat berpengaruh terhadap nilai akhir suatu percobaan. Misalnya dari
pengukuran awal unit-unit konsentrasi reagen, persen, molaritas, dan normalitas
akan menentukan nilai akhir yang akan diperoleh pada suatu percobaan. Jika awal
penghitungannya salah pada pembuatan reagen, maka hasil percobaan juga tidak
akurat.
Pada waktu menge0ncerkan reagen, maka perlakuaknnya pun berbedabeda. Seperti ketika mengencerkan asam. Larutan yang pertama kali di masukkan
ke dalam labu ukur adalah aquades, bukan asam. Setelah itu ditambahkan larutan
asam yang ingin diencerkan, kemudian aquades sampai batas tanda. Hal ini terjadi
karena asam yang dipergunakan adalah asam kuat dan tidak boleh langsung
dimasukkan ke dalam labu ukur, sebab akan menyebabkan keruisakan alat,
misalnya pecah. Sebagai penyeimbangnya digunakan aquades pada waktu
pengenceran NaOH. NaOH harus dilarutkan terlebih dahulu ke dalam gelas beker
sebelum dipindahkan ke dalam lanu ukur. Hal ini dilakukan mengingat NaOH
berbentuk kristal-kristal. Untuk keakuratan pengukuran maka NaOH diencerkan
di dalam gelas beker.
NaOH tersebut dapat diaduk dengan pengaduk gelas di dalam gelas beker,
sehingga mempercepat proses pelarutannya dalam akuades, selain itu untuk
berkurangnya homogenitas larutan, n\NaOH tidak langsung dimasukkan ke dalam
labu ukur. Demikian pula ketika ningin melarutkan gelatin, setelah di panaskan
larutan gelatin didinginkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam labu
ukur, hal itunjuga dilakukan untuk homogenitas larutan. Gelatin yang panas bila

langsung diencerkan dengan aquades akan menyebabkan volume dan konsentrasi


berubah. Misalnya masih terdapat serbuk-serbuk gelatin yang menjendal dan
tidak larut dalam proses pemanasan. Bila langsung dilarutkan dengan aquades
gelatin yang menjendal ini akan berada dalam larutan dan tidak tercampur. Sebab
gelatin tidak dapat larut dalam air dingin seperti aquades. Pendinginan dilakukan
setelah proses pemanasan berguna untuk mengetahui bahwa gelatin yang
menjendal telah larut seluruhnya dengan pemanasan, tidak sebagian saja, sehingga
ketika dilarutkan dengan aquades, akan diperoleh nilai yang akurat.

a. LAMPIRAN
Membuat 0.1 larutan Buffer fosfat pH 7, sebanyak 100 ml, diketahui pKa asam
fosfat 6,7 dan bahan yang tersedia adalah
b. 0.2 M larutan Sodium di-hidrogen fosfat monohidrat
c. 0.2 M larutan Sodium di-hidrogen fosfat hidrat

pH

= pKa + log [G]


[A]

= 6.7 + log [G]


[A]
= log [G]
[A]
= 1.995

0.3

[G]
[A]
[A]
= dianggap 1, sehingga
[A] +[G] = 2.995
konsentrasi NaH2PO4.2H2O = 1.995 x 0.1 = 0.067 M
2.995
konsentrasi NaH2PO4. H2O = 1
x 0.1
= 0.033 M
2.995

mol NaH2PO4.2H2O

= MxV
= 0.067 x 0.1
= 0.0067

volume NaH2PO4.2H2O

= 0.0067
0.2
= 0.0335 l = 33.5 ml

mol NaH2PO4. H2O

=MxV

= 0.033 x 0.1
= 0.0033 = 33.3 ml
volume NaH2PO4. H2O

= 0.0033
0.2
= 0.1665 l = 16.65

d. DAFTAR PUSTAKA
Baran, J.A. 2000, Chemistry in The Laboratory, 2nd ed, John Wiley and Son., New
York, USA.
Darrel D. Ebbing & Mark S. Wrington, General Chemistry, 2nd edition, Houghton
Mifflin, Boston, Massachusetts. 1987
Harold Goldwhite & John R.Spielman, College Chemistry, Harcourt Brace
Javanovich, San Diego, 1984
Montgomery, R.,R.L. Dryer,. T.W.Conway,. and A.A Spector. 1993.
Biokimia.Edisi ke 4. Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Hal: 314-329
Scott, W.W. 1939. Standard Method of Chemical Analysis. D.Van Nostrand
Company.Inc New York.pp :2274-2300.

Anda mungkin juga menyukai