Anda di halaman 1dari 3

Dasar Teori

Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Beberapa ahli
menganggap Nemertia, yaitu satu kelas yang tergabung dalam Platyhelminthes sebagai filum
tersendiri yaitu filum Nemertia. Cacing daun bersifat triploblastik, tetapi tidak berselom. Ruang
digesti berupa ruang gastrovaskular yang tidak lengkap. Cacing pita tidak mempunyai saluran
digesti. Walaupun hewan-hewan itu bersifat simetri bilateral, namun mereka mempunyai sistem
ekstretorius, saraf, dan reproduksi yang mantap. Sebagaian anggota cacing daun itu hidup
parasitis pada manusia dan hewan. Cacing-cacing planaria hidup dalam air tawar. Cacing hati
dan cacing pita bersiklus hidup majemuk dan menyangkut beberapa inang sementara. Cacingcacing nemertian hidup mandiri di laut dan terkenal sebagai cacing ikat pinggang (Mukayat,
1989: 81).
Platyhelminthes adalah sekelompok orgnisme yang tubuhnya pipih, bersifat
tripoblastik, tidak berselom. Pada umumnya spesies dari platyhelminthes adalah parasit pada
hewan. Ektoderm adalah tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di
bawahnya dari cairan hospes. Sistem ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang
pembuangan keluar tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan itu di edarkan oleh
pencernaan itu sendiri. Alat reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap tiap hewan dewasa.
Alat jantan terdiri atas sepasang testis, dua pembuluh vasa deferensia, kantung vesiculum
seminalis, saluran ejakulasiyang berakhir pada alat kopulasi dan penis (Maskoeri, 1992: 139).
Kebanyakan filum Platyhelminthes hidup sebagai parasit, maka umumnya merugikan
manusia, baik langsung sebagai parasit pada tubuh manusia maupun parasit pada binatang
peliharaan seperti babi, sapi, anjing dan sebagainya. Usaha-usaha untuk mencegah infeksi pada
manusia atau binatang peliharaan biasanya dengan memutuskan siklus hidupnya baik mencegah
jangn sampai terjadi infeksi pada hospes perantara maupun pada hospes tetapnya sendiri. Oleh
karena hal tersebut, pembuangan faeces manusia harus diatur sehingga tidak memungkinkan
terjadinya siklus hidup yang lengkap. Misalnya untuk Taenia terjadinya hexacant tertelan ternak
tidak diberi kemungkinan. Daging yang akan dimakan manusia diusahakan harus matang
sehingga cysticercusnya mati (Maskoeri, 1992: 131).
1

Klasifikasi Platyhelminthes
a Turbellaria

Hampir semua Turbellaria hidup bebas dan kebanyakan hidup di laut.


Turbellaria air tawar yang paling dikenal adalah anggota-anggota genus Dugesia,
umumnya disebut Planaria. Berlimpah di kolam-kolam dan sungai-sungai kecil yang
tidak tercemar, Planaria sp. memakan hewan-hewan yang lebih kecil atau memakan
bangkai hewan. Mereka bergerak dengan silia pada permukaan ventralnya, meluncur
di sepanjang lapisan mukus yang disekresikannya. Beberapa Turbellaria yang lain juga
menggunakan otot-ototnya untuk berenang melalui air dengan gerakan berdenyut
(Campbell, Reece, Urry, Cain, Wasserman, Minorsky, Jackson, 2008).
Beberapa Planaria sp. dapat bereproduksi secara aseksual melalui fisi. Induk
berkonstriksi kira-kira dibagian tengah tubuhnya, memisah menjadi ujung kepala dan
ujung ekor, masing-masing ujung kemudian meregenerasikan bagian bagian yang
hilang. Reproduksi seksual juga terjadi. Planaria hermafrodit, dan pasang-pasang
yang kawin umumnya saling melakukan fertilisasi silang (Campbell et al., 2008).
b

Trematoda
Trematoda memiliki bentuk tubuh seperti daun. Tubuhnya tertutupi oleh
kutikula. Saluran pencernaan makanannya lengkap, tanpa anus. Terdiri dari mulut,
faring, dan intestin. Organ ekskresi berupa protonefridia. Bersifat hermafrodit, kecuali
pada beberapa familia dari Digenia. Cacing Schistosoma haematobium memiliki alat
kelamin yang terpisah tetapi antara cacing jantan dan cacing betina selalu melekat satu
sama lain (Kastawi, 2005).
Trematoda hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan lain. Kebanyakan
memiliki alat penghisap (sucker) yang melekat ke organ-organ internal atau
permukaan-permukaan luar dari hewan inang. Lapisan luar yang keras membantu
melindungi parasit di dalam inangnya. Organ-organ reproduksi menempati hampir di
seluruh bagian dalam dari cacing-cacing ini (Campbell et al., 2008).

Cestoda
Cacing pita (Cestoda) bersifat parasit. Cacing pita dewasa sebagian besar hidup di
dalam vertebrata, termasuk manusia. Pada kebanyakan cacing pita, bagian ujung
anterior atau scolex dipersenjatai dengan penghisap dan kait yang digunakan untuk
melekatkan diri ke lapisan usus inangnya. Cacing pita tidak memiliki mulut dan
rongga gastrovaskular. Mereka mengabsorpsi nutrien yang dilepaskan oleh pencernaan

di dalam usus inang. Absrorpsi terjadi di seluruh permukaan tubuh cacing pita
(Kastawi, 2005).

Daftar Pustaka
Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga, 1989.
Campbell, Reece, Michael. (2008). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Jasin, Maskoeri. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya, 1992.
Kastawi, Yusuf, dkk. (2003). Common Textbook Zoologi Invertebrata. Malang : Universitas
Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai