Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOFISIOLOGI HEWAN

TERMOREGULASI PADA MANUSIA

OLEH:

NAMA : HAFIS HAIKAL


NIM 08041381924112
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : LILI AISYAH

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengaturan kestabilan suhu tubuh manusia diatur oleh pusat regulasi
hipotalamus dimana hipotalamus mengendalikan suhu tubuh dengan
menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor neuronal perifer dingin dan panas.
Cara menyeimbangkan suhu tubuh dapat dilakukan dengan penggunaan energi panas
melalui metode konduksi dan evaporasi. Metode konduksi merupakan perpindahan
panas dari suatu objek dengan kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh
sesuatu yang hangat maka akan terjadi perpindahan panas melalui evaporasi,
sehingga perpindahan dari energi panas berubah menjadi gas atau uap air dalam
bentuk keringat. Proses perpindahan panas juga dapat terjadi melalui tahap konveksi
dan radiasi (Novikasari et al., 2021).
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan
panas. Jika tingkat panas yang dihasilkan setara dengan yang hilang, maka suhu
tubuh ini akan stabil. Suhu tubuh manusia diatur dengan sistem umpan balik (feed
back) yang diatur dalam sistem purat pengaturan suhu oleh hypotalamus. Jika suhu
tubuh manusia terlalu tinggi, maka akan terjadi mekanisme umpan balik dengan cara
mensekresi keringat ke permukaan tubuh, pembesaran pori-pori kulit dan stimulasi
rasa haus. Suhu tubuh manusia sehat, normalnya berada pada kisaran 36,6℃-37℃.
Selain itu, suhu tubuh manusia dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu
lingkungan adalah tingkatan derajat panas atau dingin yang berlaku di suatu ruangan
tertentu (Mintarto dan Fattahilah, 2019).
Termoregulasi merupakan salah satu hal yang penting dalam homeostatis.
Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme homeostatis yang
mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan
mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan panas
yang dikeluarkan. Manusia adalah makhluk endotermik dimana suhu tubuhnya relatif
konstan terhadap perubahan suhu disekitarnya. Sistem termoregulasi diatur fisiologis

Universitas Sriwijaya
yang terintregasi dari respon sistem efferent dan sentral. Reseptor sensitif suhu
terdapat pada kulit dan membran mukosa yang selanjutnya akan berintregasi menuju
spinal cord dan berakhir di hipotalamus anterior yang merupakan pusat control
sistem termoregulasi (Fauzi et al., 2017).
Proses transfer energi di dalam tubuh manusia menyebabkan terjadinya
transfer panas. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan
ekresi adalah elemen- elemen homeostasis, utamanya pada manusia. Dalam
termoregulasi, dikenal istilah eksoterm, dan endoterm pada sumber panas yang
diperoleh tubuh. Manusia mendapatkan sumber panas yang berasal dari dalam
tubuh sehingga disebut sebagai endoterm (Purwanti dan Minarsih, 2017).
Suhu tubuh manusia memiliki kemampuan mempertahankan konstan yang
diatur oleh hipotalamus dan mampu beradaptasi terhadap perubahan suhu
lingkungan. Bila suhu lingkungan dingin, maka tubuh melakukan mekanisme
peningkatan laju metabolism melalui perubahan-perubahan hormon-hormon yang
terlibat di dalamnya sehingga dihasilkan produksi panas optimal. Sedangkan bila
suhu lingkungan panas, maka mekanisme pengurangan produksi panas melalui
pengeluaran cairan tubuh agar terjaga keseimbangan suhu endoterm (Barone, 2009).
Kenaikan suhu tubuh yang terlalu cepat juga berpengaruh terhadap kadar air
dalam tubuh manusia, semakin tinggi suhu tubuh sebagai akibat proses metabolisme
pada saat latihan, maka semakin banyak pula residu air berupa keringat yang dibuang
melalui kulit. Ketika beraktivitas darah terpompa lebih cepat sebagai akibat suhu
permukaan kulit meningkat yang diiringi pula peningkatan suhu pada otot-otot tubuh,
darah dialirkan lebih cepat sebagai bentuk penanggulangan akibat meningkatnya
suhu, selain suhu tersebut meningkat akibat proses metabolisme dan proses
perubahan energi (Mintarto dan Fattahilah, 2019).

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini adalah mengetahui suhu tubuh manusia pada beberapa
keadaan lingkungan dengan pengukuran suhu di bagian axilla dan cavitas oris.

Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Suhu Tubuh


Rata-rata suhu tubuh manusia normal adalah berkisar antara 36.5 sampai
37.5°C. akan tetapi pada pagi hari bisa berkurang sampai 36°C, dan pada saat latihan
suhu tubuh dapat meningkat sampai mendekati 40°C tanpa efek sakit, karena
perubahan tersebut merupakan kondisi fisiologis yang normal. Akan tetapi, suhu
tubuh juga dapat meningkat akibat adanya perbedaan suhu lingkungan dan
kelembaban udara yang relatif tinggi. Suhu inti tubuh biasanya didefinisikan sebagai
suhu dari hipotalamus, pusat pengaturan suhu tubuh (Supu et al., 2017).
Suhu inti tubuh sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Intensitas latihan
juga berpengaruh secara langsung pada suhu tubuh, semakin tinggi intensitas latihan
yang dilakukan, makin tinggi pula peningkatan suhu yang terjadi pada tubuh. Dalam
kondisi tersebut, suhu pada jaringan perifer tubuh (kulit dan otot) merefleksikan suhu
lingkungan di sekitarnya. Harnpir semua keberlangsungan mekanisme fisiologis
tubuh seperti fungsi sistem saraf, sangat bergantung pada suhu tubuh. Peningkatan
atau penurunan suhu tubuh yang tidak normal pada hewan atau organisme merupakan
bencana bagi organisme tersebut (Graha, 2017).
Proses transfer energi pada manusia menyebabkan terjadinya transfer panas.
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaruh cairan tubuh dan ekskresi adalah
elemen-elemen homeostasis khususnya pada manusia. Dalam proses termoregulasi,
dikenal istilah eksoterm dan endoderm yang mendasarkan pada sumber panas yang
diperoleh oleh tubuh. Dari kedua proses tersebut, manusia mendapatkan sumber
panas yang berasal dari dalam tubuh sehingga disebut endoterm. Suhu tubuh manusia
memiliki kemampuan mempertahankan suhu konstan berada pada kisaran 37℃ ± 0,5º
yang diatur oleh hipotalamus dan mampu beradaptasi terhadap perubahan suhu yang
ada lingkungan (Kurniawati et al., 2018).

Universitas Sriwijaya
2.2. Termoregulasi
Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme homeostatis yang
mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan
mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan panas
yang dikeluarkan. Proses mempertahankan suhu tubuh tersebut dikenal dengan
termoregulasi atau pengaturan panas. Manusia adalah makhluk endotermik dimana
suhu tubuhnya relatif konstan terhadap perubahan suhu disekitarnya. Sistem
termoregulasi diatur oleh fisiologis yang terintregasi dari respon sistem efferent dan
sistem sentral (Amir et al., 2017).
Termoregulasi adalah mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang optimal. Mekanisme termoregulasi terjadi
dengan mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Bila
suhu lingkungan dingin, maka tubuh akan meningkatan laju metabolisme melalui
perubahan hormon yang terlibat di dalamnya sehingga dihasilkan produksi panas
optimal. Sedangkan bila suhu yang terdapat pada lingkungan panas, maka tubuh
melakukan mekanisme penrangan produksi panas melalui proses pengeluaran cairan
tubuh agar terjaga keseimbangan suhu endoterm. Kontrol keseimbangan suhu pada
tubuh manusia dilakukan dengan cara menyeimbangkan antara heat production dan
heat loss (Fatmawati et al., 2021).
Termoregulasi adalah kemampuan sistem otonomi saraf tubuh yang vital untuk
berespon terhadap dingin dan heat stress. Suhu tubuh memiliki 2 komponen yaitu
suhu inti tubuh dan suhu perifer tubuh. Suhu inti tubuh diukur dari suhu trunkus dan
kepala, sedangkan suhu perifer tubuh diukur dari suhu ekstrimitas. Suhu inti tubuh
cenderung lebih stabil dan dalam kondisi lingkungan moderat suhu perifer lebih
rendah 2-4 derajat dibanding suhu inti tubuh.16 Termoregulasi bekerja dengan
menjaga suhu inti tubuh dalam jarak 1-2 derajat dari 37oC untuk menjaga sel
berfungsi dengan normal. Panas diproduksi dan dihilangkan dari tubuh supaya tubuh
tetap berada dalam keadaan normotermia (Isnaeni, 2006).

Universitas Sriwijaya
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Maret 2022 pada pukul 10.00
WIB s.d. selesai dan bertempat di Laboratorium Biosistematika Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain adalah thermometer badan.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah air es dan alkohol 70%

3.3. Cara Kerja


Pertama, diukur suhu tubuh normal praktikan pada bagian bawah lidah,
selanjutnya dilakukan kumur-kumur menggunakan air es sebanyak tiga kali kemudian
diukur kembali suhunya. Lalu diukur suhu normal dibagian bawah ketiak dan setelah
itu diukur kembali bagian ketiak setelah dilakukan kegiatan lari ditempat selama lima
menit. Terakhir dicatat hasil suhu yang didapatkan.

Universitas Sriwijaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang thermoregulasi pada
manusia, didapatkan hasil sebagai berikut :

No Tempat Suhu
1. CavitaOris 33 0C
(Normal)
2. CavitaOris 27 0C
(Setelahkumur 3 kali)
3. Fossa Axillaris 35 0C
(Normal)
4. Fossa Axillaris 42 0C
(Setelahlari 5 menit)

Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan Termoregulasi pada Manusia didapati bahwa suhu
setelah beraktivitas dapat meningkat atau menurun. Suhu tubuh normal pada mulanya
sekitar 33 0C, setelah berkumur sebanyak 3kali suhu menurun menjadi 27oC,
sedangkan lari ditempat mengakibatkan kenaikan suhu menjadi 42oC. Hal ini sesuai
dengan penelitian Wahyuning dan Laksemi (2021), mekanisme fisiologis tubuh untuk
mengatur suhu tubuh atau disebut dengan termoregulasi. Termoregulasi dilakukan
oleh tubuh manusia sebagai cara penyesuaian fisiologis tubuh terhadap paparan suhu
tinggi maupun rendah. Dalam cekaman panas tubuh manusia akan menaikkan suhu
kulit dan menjaga suhu mendekati 37℃, denyut jantung dan cardiac output akan
meningkat dan mengarahkan aliran sirkulas darah ke kulit.
Terpaparnya tubuh oleh suhu tinggi dan rendah mendesak tubuh untuk
beradaptasi dengan melakukan penyesuaian suhu tubuh melalui proses termoregulasi
yang diatur oleh hipotalamus. Beberapa faktor yang menyebabkan tubuh melakukan
termoregulasi dikelompokkan menjadi dua factor yaitu faktor internal dan eksternal.
Menurut Mulyadi et al., (2021), peningkatan dan penurunan suhu tubuh dapat
dipengaruhi oleh proses metabolisme tubuh dan kerja organ (faktor internal) juga
intensitas aktivitas dan suhu lingkungan, jenis pakaian yang digunakan (faktor
eksternal). Bila suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh maka hipotalamus
posterior akan merespon dengan meningkatkan metabolisme tubuh melalui
vasodilatasi kulit dan menambah produksi keringat.
Kondisi tubuh dapat diketahui dengan melakukan pengecekan suhu tubuh
menggunakan termometer. Menurut Achlison (2020), bagian tubuh yang dapat
digunakan untuk mengukur suhu tubuh dengan akurat yaitu di bagian mulut (bagian
bawah lidah), rektal, ketiak. Pengukuran suhu telah banyak dilakukan oleh beberapa
peneliti, salah satu cara terbaru untuk memantau suhu adalah dengan menggunakan
sensor inframerah. Hal ini dipilih sebagai alternatif penggunaan termometer yang
dinilai lebih praktis untuk penderita tunanetra. Suhu tubuh normal berkisar antar
36,5⁰C - 37,5⁰C. Pengukuran suhu tubuh saat ini dilakukan tanpa kontak langsung

Universitas Sriwijaya
mengingat keadaan pandemi saat ini. Panas tubuh dapat diturunkan melalui proses
evaporasi dan konduksi.
Suhu tubuh manusia akan menurun ketikamengonsumsi ataupun berkumur
dengan air es. Suhu yang ada di dalam mulut juga dapat dipengaruhi dari makanan
ataupun minuman yang dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh dan juga dipengaruhi
dari kondisi lingkungan saat manusia bernafas. Saat praktikan melakukan lari selama
5 menit suhu tubuh juga akan meningkat. Menurut Mulyadi et al., (2021), latihan
fisik berupa aktivitas yang dilakukan dan suatu akibat dari kontraksi otot dengan
melibatkan system ketahanan untuk menjalankan kegiatan sehari-hari. Latihan fisik
dengan intensitas berat selama 20 menit akan meningkatkan suhu tubuh dari 37⁰C
menjadi 40⁰C.
Aktivitas manusia merupakan faktor penting yang menjadi penentusuhutubuh.
Penelitian yang dilakukan oleh Triana (2021) mengatakan bahwa, faktor yang
mempengaruhi suhu tubuh ada beberapa yaitu laju metabolisme basal semuasel
tubuh, laju metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktivitas otot, termasuk
kontraksi otot yang disebabkan oleh menggigil, metabolisme tambahanyang
disebabkan oleh hormon tiroksin terhadap sel, metabolisme tambahanyangdisebabkan
oleh pengaruh epinefrin, norepinefrin, dan perangsangan simpatisterhadap sel dan
metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnyaaktivitas kimiawi.
Ketiak dan mulut merupakan bagian tubuh yang biasanya digunakan untuk
mengukur suhu tubuh manusia. Bagian tubuh yang digunakan akan menunjukkan
hasil yang berbeda jika diukur dengan bagian tubuh manusia yang lainnya. Hal ini
sesuai dengan penelitian Winekher (2020) mengatakan, suhu tubuh pada manusia
dibagi menjadi 2 jenis yaitu Core temperatur (Suhu inti), suhu pada jaringan dalam
dari tubuh, seperti kranium, thorax, rongga abdomen dan rongga pelvis, dan yang
kedua Surface temperature merupakan suhu pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak.
Suhu ini berbeda, naik turunnya tergantung respon terhadap lingkungan. Termometer
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur suhutubuh manusia.

Universitas Sriwijaya
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pratikum Thermoregulasi pada Manusia yang telah dilaksanakan,


dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Termoregulasi dilakukan oleh tubuh manusia sebagai cara penyesuaian
fisiologis tubuh terhadap paparan suhu tinggi maupun rendah.
2. Peningkatan dan penurunan suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh proses
metabolisme tubuh dan kerja organ (faktor internal) juga intensitas aktivitas
dan suhu lingkungan, jenis pakaian yang digunakan (faktor eksternal).
3. Bagian tubuh yang dapat digunakan untuk mengukur suhu tubuh dengan
akurat yaitu di bagian mulut (bagian bawah lidah), rektal, ketiak.
4. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ada beberapa yaitu laju metabolisme
basal semua sel tubuh, laju metabolisme tambahan yang disebabkan oleh
aktivitas otot, termasuk kontraksi otot.
5. Suhu tubuh pada manusia dibagi menjadi 2 jenis yaitu Core temperatur (Suhu
inti) dan yang kedua Surface temperature.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Achlison, U. 2020. Analisis Implementasi Pengukuran Suhu Tubuh Manusia dalam


Pandemi Covid-19 di Indonesia. Pixel: Jurnal Ilmiah Komputer Grafis. 13(2):
102-106.

Amir, A., Bagus P. P., dan Idat G. P. 2017. Termoregulasi Sapi Perah pada Energi
Ransum yang Berbeda. JITP. Vol. 5 (2).

Barone, James E. 2009. Fever : Fact and Fiction. The Journal of Trauma. Vol. 67 (2)
: 406 - 409.

Fatmawati, N. A., Dewi, B. S., Rusita, R., dan Fitriana, Y. R. 2021. Analisis
Persebaran Reptil di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung
(Reptile Distribution Analysis in the Integrated Field Laboratory, University
of Lampung). Jopfe Journal. 1(2): 1-10.

Fauzi, N. A., Rahimah, S. B. and Yulianti, A. B. 2017. Gambaran Kejadian


Menggigil (Shivering) pada Pasien dengan Tindakan Operasi yang
Menggunakan Anastesi Spinal di RSUD Karawang Periode Juni 2014. Karya
Ilmiah UNISBA.
Graha, A. Satia. 2017. Adaptasi Suhu Tubuh terhadap Latihan dan Efek Cedera di
Cuaca Panas dan Dingin. Jurnal Olahraga Prestasi. Vol. 6 (2) : 123 – 134.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Kurniawati, D., Rustam, R., dan Laoh, J. H. 2018. Pemberian Beberapa Konsentrasi
Ekstrak Brotowali (TinospoacrispaL.) Untuk Mengendalikan Keong Mas
(PomaceaSP.) Pada Tanaman PADI (OryzasativaL.). Doctoral dissertation. :
Riau University.

Mintarto, E., dan Fattahilah, M. 2019. Efek Suhu Lingkungan Terhadap Fisiologi
Tubuh pada saat Melakukan Latihan Olahraga. JSES: Journal of Sport and
Exercise Science. 2(1): 9-13.

Mulyadi, S. Y., Arti, W., Widanti, H. N., dan Anjasmara, B. 2021. Pengaruh
Adaptive Exercise terhadap Temperatur Tubuh Anak dengan Gangguan
Neurologis Sistem Saraf Pusat. Physiotherapy Health Science (PhysioHS).
3(1): 53-57.

Novikasari, L., Wandini, R., dan Pradisca, R. A. 2021. Asuhan Keperawatan


Komprehensif Dengan Penerapan Teknik Kompres Bawang Merah Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Anak Dengan Demam. Journal Of Public Health
Concerns. 1(3): 171-180.

Universitas Sriwijaya
Purwanti, S., dan Winarsih, N.A. 2017. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap
Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia di Ruang Rawat Inap
RSUD. Dr. Moewardi Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan. Issn 1979- 2697,
Vol. 1 (2).
Supu, I., Usman, B., Basri, S., dan Sunarmi. 2017. Pengaruh Suhu terhadap
Perpindahan Panas pada Material yang Berbeda. Jurnal Dinamika. Vol. 7 (1) :
62 – 73.
Triana, D. 2021. Asuhan Keperawatan Klien Demam Typhoid Dengan Masalah
Keperawatan Ketidakefektifan Termoregulasi di RSUD Piring Sewu Tahun
2021 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Pringsewu).

Wahyuning, C. S., dan Laksemi, D. B. 2021. Kajian Pengaruh Heat Stress terhadap
Beban Kerja Fisik Berat pada Kegiatan Lapangan. In Seminar Nasional
Teknik dan Manajemen Industri. 1(1): 167-174.

Winekher, A. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Anak Demam Tifoid Dengan


Gangguan Termoregulasi di Ruang Melati V RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan Medika. 7(2) : 112-118.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Sebelumkumur (33 0C) Setelahkumur 3 kali (27 0C)

Sebelumlari (35 0C) Setelahlari 5 menit (42 0C)

(Sumber :Dokumentasipribadi, 2022)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai