EKOFISIOLOGI HEWAN
ADAPTASI PADA HEWAN AKUATIK
OLEH:
LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
mikroorganismelainnya. Interaksi tersebut dapat terjadi antar individu, antar
populasi danantar komunitas. Lingkungan bagi satwa akuatik adalah semua faktor
biotik dan abiotikyang ada di sekitarnya (Latuconsina, 2021).
Kehidupan organisme air sangat tergantung pada habitatnya,
karenakeberdaan dan kepadatan suatu jenis hewan air di suatu wilayah sangat
ditentukan keadaan daerah itu. Dengan kata lain, keberadaaan dan
kepadatanpopulasi suatu jenis organisme tanah disuatu daerah sangat bergantung
dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Setiap
organismedi muka bumi menempati habitatnya (Muslim et al., 2019).
Setiap makhluk hidup harus mampu beradaptasi dengan terhadap faktor
lingkungan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Interaksi antara makhluk
hidup dengan lingkungnya akan membentuk suatu sistem yang kompleks atau
disebut ekosistem. Faktor lingkungan mempengaruhi proses kehidupan dan
adaptasi makhluk hidup baik secara morfologi, anatomi dan fisiologinya. Hewan
merupakan kelompok makhluk hidup yang memiliki kemampuan dalam
beradaptasi (Karangan, 2019).
Ikan merupakan salah satu hewan akuatik yang bersifat poikiloterm yaitu
dapat menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan sekitarnya. Ikan
memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan serta mengasilkan energi untuk bergerak
dan bereproduksi. Energi tersebut di dapat dari makanan ikan baik alami maupun
buatan. Laju digesti dipengaruhi oleh banyak hal baik internal maupun eksternal
ikan. Laju internal dipengaruhi oleh kondisi kesehatan ikan enzim dan hormone
pada ikan. Sementara faktor eksternal sangat dipengaruhi oleh temperature, dan
salinitas. Temperatur rendah di bawah normal 28-30 0C dapat menyebabkan ikan
kehilangan nafsu makan (Oktavianto, 2017).
Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
Salah satu parameter lingkungan yang mempunyai pengaruh besar terhadap
hewan akuatik adalah suhu. Ikan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan suhu
tubuhnya dengan suhu lingkungannya sehingga disebut hewan poikilothermal.
Jika suhu air turun di bawah 20°C maka pertumbuhan dan reproduksi ikan akan
melambat, serta akan menimbulkanya penyakit. Setiap spesies hewan akuatik
memiliki suhu optimal untuk pertumbuhannya (Muslim et al., 2019).
Universitas Sriwijaya
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa adaptasi
yang terjadi pada hewan akuatik adalah adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan
adaptasi tingkah laku. Pada adaptasi morfologi yang terjadi berdasarkan literature
yang diketahui faktor lingkungan berupa cahaya dapat mempengaruhi perubahan
morfologi pada hewan akuatik. Ikan yang dipelihara pada kondisi terang akan
memberikan reaksi warna kulit yang lebih cerah dan menarik, berbeda dari ikan
yang dipelihara di tempat gelap atau sedikit cahaya karena ada perbedaan reaksi
melanosom yang mengandung pigmen melanofor terhadap rangsangan warna
cahaya. Menurut Kusuma et al., (2020), intensitas cahaya dalam air media akan
memengaruhi tingkah laku ikan seperti rangsangan untuk makan, melindungi diri.
Fenotipe pada ikan tergantung kepada genotipe, lingkungan, dan interaksi
antara genotipe dan lingkungan. Respons spesifik terhadap lingkungan yang
beragam mengakibatkan adanya adaptasi morfologi interaksi antara genotipe dan
lingkungan (GxL), pengaruh interaksi yang besar secara langsung akan
mengurangi kontribusi dari genetik dalam modifikasi morfologi akhir pada ikan.
Menurut Sari et al., (2020), ikan harus berinteraksi termasuk beradaptasi dengan
habitatnya. Bentuk adaptasi ikan terhadap habitat antara lain adaptasi morfologi
pada tipe letak mulut, tipe gigi rahang bawah dan bentuk sirip ekor. Tipe letak
mulut, tipe gigi rahang bawah dan bentuk sirip ekor menunjukan adaptasi ikan
terkait dengan sumberdaya makanan dan cara memperolehnya (guild).
Intensitas cahaya juga dapat mempengaruhi adaptasi fisiologi pada hewan
akuatik khusunya pada ikan. Menurut Nabiu et al., (2018), faktor-faktor yang
mempengaruhi adaptasi retina mata ikan adalah warna cahaya, intensitas cahaya
dan lama waktu pemaparan. Hal ini dapat dilihat dari tingkatan adaptasi mata ikan
terhadap intensitas cahaya. Terjadinya tingkatan adaptasi mata ikan atau respon
ikan terhadap cahaya ditandai dengan naiknya sel kon (cone cell) yang terdapat
pada retina mata ikan. Sel kon yang terdapat di dalam retina ikan bertanggung
jawab pada penglihatan terhadap warna (color vision).
Suhu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi
oksigen. Peningkatan suhu pada batas toleransi akan diikuti dengan peningkatan
laju metabolisme. Perubahan suhu secara fluktuatif akan menyebabkan pengaruh
Universitas Sriwijaya
terhadap fisiologi hewan air. Kenaikan suhu menyebabkan laju konsumsi dan
metabolisme meningkat. Menurut Nugroho (2017), penurunan suhu menyebabkan
penghambatan proses fisiologi bahkan dapat menyebabkan kematian dan dapat
menurunkan pertumbuhan serta mengurangi kelangsungan hidup ikan dan daya
tarik terhadap pakan. Kecepatan reaksi laju metabolisme dipengaruhi suhu dimana
pertumbuhan lebih cepat dengan meningkatnya suhu dalam batas toleransinya.
Respon hewan akuatik terhadap perubahan suhu dari suhu habitat asalnya
dan adanya aktivitas berlebihan yang dilakukan ikan dalam rangka adaptasi pada
kondisi lingkungan yang baru. Menurut Sumarto(2017), untuk merespon
perubahan suhu tersebut ikan memerlukan energi agar fungsi dari fisiologis
berlangsung secara normal. Bila terjadi kerusakan fisiologis maka hewan akuatik
tersebut akan terhambat pertumbuhannya bahkan dapat menyebabkan kematian.
Suhu yang sangat ekstrim ikan bisa saja mati karena pada suhu yang terlalu dingin
darah ikan akan membeku.
Ikan memiliki kepekaan terhadap intensitas cahaya dan panjang gelombang
tertentu. Pengenalan warna cahaya tersebut oleh ikan berlangsung sangat cepat
yaitu sekitar 10-20 detik. Sensitivitas retina terhadap warna cahaya tergantung
dari pigmen yang terdapat pada sel kon dan sel rod. Menurut Nabiu et al., (2018),
seperti halnya pada semua hewan vertebrata, ukuran sel kon (sel kerucut)
menunjukkan kesensitifitasan retina terhadap spektrum cahaya. Sel kerucut
pendek sensitif terhadap gelombang cahaya pendek sedangkan sel kerucut panjang
sensitif terhadap gelombang cahaya terpanjang. Sel kon tersebut selanjutnya
dihitung kon indeksnya untuk mengetahui rasio atau perbandingan pergerakan
panjang sel kon antar intensitas yang berbeda.
Dari studi literature yang dibahas, warna lingkungan berpengaruh terhadap
rangsangan dan berperan penting dalam pola makan ikan karena warna dan
cahaya pada lingkungan memengaruhi kemampuan ikan dalam mendeteksi
makanan. Menurut Kusuma et al., (2020), bahwa sel kerucut pada retina mata
ikan yang dapat membuat ikan melihat warnawarna hanya bekerja pada cahaya
terang. Jika ikan mengalami stress pada saat beradaptasi dengan lingkungan, nafsu
makan ikan yang stres akan menurun, sehingga ikan menjadi lemah. Selain itu,
warna badan ikan saat mengalami stres akan cenderung memucat.
Universitas Sriwijaya
BAB V
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Firdhausi, Nirmala. F., Rijal, M., Husen, dan Hasni. Y. 2018. Kajian Ekologis
Sungai Arbes Ambon Maluku. Jurnal Biology Science & Education. 7
(1) : 13-22.
Herjayanto, M., Aulia, I., Solahudin, E. A., Wahyuningsih, M., Ramadhan, A. B.,
Dewi, E. K.,dan Gani, A. 2021. Performa Adaptasi Pasca Pengangkutan
Ikan Padi Oryzias javanicus Dengan Kepadatan Berbeda. Jago Tolis:
Jurnal AgrokompleksTolis. 1(1) : 1-5.
Karangan, J., Sugeng, B., dan Sulardi. 2019. Uji Keasaman Air Dengan Alat
Sensor Ph Di Stt Migas Balikpapan. Jurnal Keilmuan Teknik Sipil. 2 (1) :
65-72.
Kusuma, P. R., Prasetiyono, E., dan Bidayani, E. 2020. Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Ikan Pala Pinang (Desmopuntius pentazona) dalam Wadah
Pemeliharaan dengan Warna Berbeda. Limnotek: perairan darat tropis di
Indonesia. 27(1).
Muslim, M., Zairin Jr, M., Suprayudi, M. A., Alimuddin, A., Boediono, A., dan
Diatin, I. 2019. Adaptasi ikan sepatung (Pristolepis grootii) dalam wadah
budidaya. Uwais Inspirasi Indonesia.
Oktavianto, D., Susilo, U., dan Priyanto, S. 2017. Respon Aktivitas Amilase dan
Protease Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Terhadap Perbedaan
Temperatur Air. Scripta Biologica, Vol. 1 (4) : 14-18.
Purnamasari, R., dan Santi, D.R. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya: Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel.
Universitas Sriwijaya
Santoso, H., 2018. Kajian Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dalam
Habitat Air Tawar dan Air Payau. Biosaintropis (Bioscience-Tropic).
3(3) : pp.10-17.
Sari, T., Hertati, R., dan Syafrialdi, S. 2020. Studi Keanekaragaman Jenis-Jenis
Ikan di Sungai Batang Pelepat Kabupaten Bungo Propinsi
Jambi. SEMAH Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Perairan. 4(1).
Saroyo, S. dan Koni, K. 2017. Komposisi Pakan Tikus Ekor Putih (Maxomys
hellwandii) di Kandang. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 17 (1) : 7-12.
Siegers, W. H., Prayitno, Y., dan Sari, A. 2019. Pengaruh Kualitas Air Terhadap
Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana (Oreochromis sp.) Pada Tambak
Payau. The Journal of Fisheries Development. 3(2) : 95-104.
Sumarto, S. dan Koneri, R. 2017. Ekologi Hewan. CV Patra Media Grafindo
Bandung : Bandung.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya