Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN MIKROTEKNIK

ACARA 5. PREPARAT PENAMPANG MELINTANG BATANG


TUMBUHAN TANPA EMBEDDING

Achmad Rosyadi
191810401017

R. LABORATORIUM MIKROTEK
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Mikroteknik merupakan sauatu ilmu yang mempelajari tentang pembuatan
preparat. Fungsi preparat dalam bidang studi biologi sangat penting dalam
memberikan pengetahuan serta pengalaman langsung perihal tubuh atau bagian
organ tertentu pada hewan maupun tumbuhan. Preparat sendiri bisa diartikan
sebagai sediaan berupa organ, jaringan, sel, ataupun tubuh organisme yang
diawetkan di suatu media sehingga mempermudah seseorang untuk mempelajari,
mengamati, serta meneliti. Sifat–sifat sediaan ada yang sementara, semi
permanen, dan permanen. Sumber sediaan merupakan semua organisme yang
pernah hidup seperti tumbuhan, hewan,maupun manusia serta hasil
pertumbuhannya. Beberapa metode pembuatan sediaan diantaranya: sediaan utuh
(Whole Mount), sediaan apus (Smear), sediaan irisan (sectioning), sediaan uraian
(teasing), sediaan ulasan (smearing), sediaan rentang (spread), sediaan gosok,
sediaan remasan (squash), dan sediaan supravital. Metode pembuatan preparat
yang diiris tanpa diselubungi oleh parafin disebut preparat irisan metode non-
embedding. Dalam praktikum ini pembuatan preparat non embedding dilakukan
untuk pembuatan preparat melintang batang tumbuhan (Anjarwati dkk, 2020).

1.2 Tujuan
Mengetahui proses pembuatan preparat penampang melintang batang
tumbuhan tanpa embedding.

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Preparat irisan merupakan preparat yang objeknya dari bagian irisan objek
yang diamati. Jika bahan yang diiris secara langsung menggunakan silet tajam
dengan bantuan gabus sebagai penahan tanpa diselubungi oleh parafin pada waktu
proses pengirisannya disebut sebagai preparat non-embedding (Rudyatmi, 2013).
Dalam praktikum ini preparat yang digunakan adalah preparat penampang non
embedding dimana merupakan preparat yang diiris tanpa diselubungi oleh parafin
seperti batang atau ranting. Pembuatan preparat batang tumbuhan tanpa embeding
dalam paraffin lebih efektif dan cepat bila dibandingkan dengan menggunakan
metode parafin untuk preparat yang memiliki struktur keras dalam melakukan
pengirisan secara langsung.Metode non embedding digunakan karena batang dan
ranting tidak cocok dibuat preparat irisan dengan penyelubungan parafin karena
harus melalui proses yang memiliki efek samping yaitu pengerasan bahan pada
proses fiksasi, dehidrasi, dealkoholisasi dan infiltrasi. Jika bahan yang keras
seperti batang dan ranting harus melalui proses tersebut maka dapat megakibatkan
bahan tidak dapat diiris karena terlalu keras. Dan memang seharusnya bahan
dilunakkan terlebih dahuli sebelum dilakukan pengirisan (Sutikno, 2016).

Bab 3. Metode Praktikum

3.1 Alat dan Bahan


- Sliding mycrotom
- Staining jar
- Gelas benda dan penutup
- Cawan petri
- Kuas
- Pinset
- Tusuk gigi atau sonde
- Flakon
- Hot plate
- Mikroskop
- Batang tumbuhan dikotil dan monokotil
- Fiksatif FAA
- Alkohol bertingkat
- Safranin 1% dalam alkohol 70%
- Xylol
- Entellan
3.2 Cara Kerja
Disiapkan batang jagung dan batang pinus yang telah dipotong ± 5 cm

Difiksasi menggunakan larutan FAA selama 24 jam

Diletakkan batang jagung dan pinus pada tempat preparat dan jepit dengan
memutar sekrup

Dipasang mata pisau pada tempat kemudian kencangkan

Diatur diameter batang yang akan dipotong dengan ukuran 30-40 µm dan diatur
kemiringan pisau dengan ketinggian batang yang akan dipotong

Digerakkan pisau ke kanan dengan bantuan tangan untuk memotong batang

Dipindahkan irisan yang diperoleh ke dalam petridish yang berisi alkohol 70%
dengan bantuan kuas kecil

Dipindahkan irisan untuk dilakukan pewarnaan menggunakan safranin 1% selama


24 jam

9.Dibuang safranin dengan menggunakan pipet

Direndam irisan dengan alkohol 70% yang diambil dengan menggunakan pipet,
lalu ditunggu hingga 30 menit

Dibuang kembali alkohol 70% lalu diberi alkohol 80% kemudian direndam
kembali hingga 30 menit . Dilakukan hal yang sama untuk alkohol 96 % dan
alkohol absolut
Dilakukan dealkoholisasi dan clearing dengan menggunakan alkohol xylol
dengan perbandingan 3:1, 1:1, 1:3 dan Xylol masing-masing selama 30 menit
dengan tahapan yang sama saat dilakukan proses dehidrasi

Diletakkan irisan batang di atas gelas benda lalu dimounting dengan


menggunakan entellan dengan menggunakan bantuan tusuk gigi

Ditutup dengan menggunakan cover glass dan usahakan jangan sampai ada
gelembung

diberi label sebagai identitas

diamati dengan mikroskop

Hasil

Bab 4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil
Hasil yang didapat dalam praktikum preparat penampang melintang batang
tumbuhan yaitu

Preparat batang pinus non-embedding

Preparat batang jagung non-embedding


4.2 Pembahasan
Pada praktikum pembuatan preparat penampang melintang batang tumbuhan
menggunakan beberapa larutan diantaranya yaitu larutan fiksatif FAA, alkohol
bertingkat, pewarna safranin 1% dalam alkohol 70%, xylol, entellan. Fungsi
larutan fiksatif FAA yaitu sebagai fiksator dalam proses fiksasi agar preparat
mampu terawetkan secara sempurna dan dapat mencegah sel agar tidak
membelah sehingga tahapan pembelahan dapat teramati. Fungsi alcohol
bertingkat (70%, 80%, 96%, dan absolute) untuk mengurangi pengekerutan sel
atau jaringan. Fungsi pewarnaan sfranin 1% dalam alkohol 70% untuk
meningkatkan kontras warna objek pada preparat sehingga lebih mudah untuk
diamati di bawah mikroskop, safranin akan tampak berwarna merah. Fungsi xylol
untuk menghilangkan sisa-sisa alkohol yang terserap di dalam sel ataupun
jaringan. Fungsi enrhellan yaitu sebagai perekat covel glass pada preparat
sehingga tidak menimbulkan gelembung serta membantu memperjelas dalam
pengamatan (Hidayani dkk, 2018).
Tahapan-tahapan pada praktikum pembuatan preparat penampang melintang
batang tumbuhan adalah fiksasi, pengirisan, pewarnaan, dehidrasi, dealkoholisasi
dan clearing, serta mounting. Fungsi dari tiap-tiap tahapan dalam praktikum
pembuatan preparat preparat penampang melintang batang tumbuhan diantaranya;
Tahap fiksasi berfungsi untuk mempertahankan struktur sel atau menjaga sel agar
tidak autolysis sehingga preparat dapat bertahan lama serta mengubah indeks bias
agar objek lebih mudah untuk diamati (Sumarmin, 2017). Tahap pengirisan
mempengaruhi hasil pengamatan dimana berfungsi untuk melihat organ batang,
pengirisan harus tipis dan konsisten dengan alat yang biasa digunakan yaitu
mikrotom. Tahap pewarnaan berfungsi untuk meningkatkan kontras warna objek
sehingga mudah untuk diamati di bawah mikroskop. Tahap dehidrasi berfungsi
untuk pengurangan atau penghilangan air dari dalam sel dan mengganti dengan
larutan dehidrasi berupa larutan alkohol betingkat dari kosentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi. Tahap dealkoholisasi dan clearing berfungsi untuk
menjernikan spesimen supaya lebih mudah untuk dilakukan pengamatan, tahapan
ini dilakukan dengan menggunakan larutan xylol murni. Tahap terakhir yaitu
tahap mounting adalah proses penempelan sel atau jaringan pada glass objek
dengan menggunakan enthellan (Iswara, 2017).
Berdasarkan hasil pembuatan preparat ada yang sudah baik dan ada yang
belum. Baik atau tidaknya preparat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
ketipisan irisan preparat, proses pewarnaan (zat pewarna yang digunakan, serta
lama waktu pewarnaan), dan keterampilan dalam menggunakan alat laboratorium
yang sesuai. Pada pengamatan preparat hasil dari praktikum bila dibandingkan
dengan hasil literature menunjukkan bahwa preparat batang hasil praktikum dalam
pengirisan preparat batang pinus masih terbilang cukup tebal sehingga antar
bagian sulit untuk dibedakan ketika dilakukannya pengamatan melalui mikroskop.
Sedangkan syarat preparat yang bagus irisan harus tipis dan transparan sehingga
bagian bagiannya tidak menumpuk atau tumpang tindih yang tentunya akan
mempermudah dalam pengamatan. Selain dari preparat batang pinus terdapat juga
preparat hasil praktikum batang jagung yang menurut saya preparat tersebut sudah
bagus dimana tidak terlihat penumpukan pada selnya yang menandakan bahwa
irisan preparat terssebut sudah tipis dan transparan.

Gambar preparat batang hasil literatur


Bab 5. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dalam praktikum pembuatan preparat
penampang melintang batang tumbuhan diantaranya yaitu:
 preparat penampang non embedding merupakan preparat yang diiris tanpa
diselubungi oleh parafin seperti batang atau ranting.
 Pembuatan preparat batang tumbuhan tanpa embeding lebih efektif dan cepat
bila dibandingkan dengan menggunakan metode parafin untuk preparat yang
memiliki struktur keras.
 Beberapa larutan yang digunakan diantaranya yaitu larutan fiksatif FAA,
alkohol bertingkat, pewarna safranin 1% dalam alkohol 70%, xylol, entellan.
 Beberapa tahapan dalam praktikum kali ini yaitu fiksasi, pengirisan,
pewarnaan, dehidrasi, dealkoholisasi dan clearing, serta mounting.
 Hasil praktikum menunjukkan bahwa preparat batang pinus masih terbilang
cukup tebal sehingga antar bagian sulit untuk dibedakan ketika dilakukannya
pengamatan melalui mikroskop.
 Sedangkan preparat batang jagung sudah bagus dimana tidak terlihat
penumpukan pada selnya yang menandakan irisannya sudah tipis dan
transparan.
Daftar Pustaka

Anjarwati, Sulis., Kusuma Wardany., Fitri April Yanti. 2020. Lokakarya dan
Pelatihan Pembuatan Preparat Biologi bagi Guru-Guru SMA di Lampung
Timur. Jurnal Abdimas. 2 (2): 57-63
Hidayani, Al, Tulus Ariyadi, dan Arya Iswara. 2018. Variasi Konsentrasi KOH
dan Waktu Clearing Terhadap Kualitas Preparat Awetan Caplak (Tick).
Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Unimus. Vol. 1.
Iswara, Arya., & Tri Wahyuni. 2017. Pengaruh Variasi Waktu Clearing Terhadap
Kualitas Sediaan Awetan Permanen Ctenocephalides felis. 1 (1): 12-15
Rudyatmi, Ely. 2013. Bahan AjarMikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi
FMIPA. UNNES
Sumarmin, Ramandhan., Elsa Yuniarti., Adelima Yaulandary. 2017. Pengaruh
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Berbahan Bakar Pertamax 92
Terhadap Histologis Paru. Journal Biosains. 1 (2): 1-4
Sutikno. 2016. Buku Panduan Mikroteknik Tumbuhan (BIO 30603). Laboratorium
Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. hal. 24-27.

Anda mungkin juga menyukai