Anda di halaman 1dari 10

TUGAS SISTEMATIKA HEWAN

DIVERSITAS ARTHROPODA

Nama : Achmad Rosyadi


NIM : 191810401017
Kelas : Sistematika Hewan

R Kuliah Umum
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember
2021
Nama : Achmad Rosyadi
NIM : 191810401017
Tugas Sistematika Hewan
Diversitas Arthropoda

Arthropoda ialah hewan dengan kaki beruas-ruas, berbuku-buku serta


bersegmen (beruas). Istilah dari Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari dua kata yaitu arthro yang berarti ruas sedangkan podos yang
berarti kaki. Arthropoda merupakan hewan tripoblastik selomata dan bilateral
simetris, bagian tubuhnya terbagi menjadi tiga segmen utama, diantaranya
kepala dan dada (thoraks) serta Perut (Abdomen) yang keseluruhan dibungkus
oleh zat kitin dan kerangka luar (eksoskeleton). Umumnya terdapat bagian
yang tidak memiliki zat kitin diantara ruas-ruas sehingga dapat mudah untuk
digerakkan. Di waktu tertentu Arthropoda akan mengalami pergantian kulit
(eksdisis). Arthropoda merupakan filum terbesar yang mendominasi kerajaan
hewan dengan Jumlah spesies dalam arthropoda yang lebih banyak dari pada
semua spesies dari filum lain. Habitat arthropoda ini sangatlah luas, mereka
bisa atau dapat ditemukan hampir di seluruh tempat baik itu di hutan, dataran
rendah maupun dataran tinggi. Salah satu kelas anthrophoda yang sering
ditemui adalah insekta (serangga).Arthropoda bisa hidup di airtawar, darat,
laut, dan udara. Arthropoda dapat bereproduksi secara seksual maupun
aseksual, sistem sarafnya berupa sistem saraf tangga tali, sistem peredaran
darah terbuka, sistem pencernaan sempurna, badan malphigi sebagai organ
utama dari sistem eksresinya, serta sistem pernapasan yang beragam
tergantung spesiesnya. Terdapat 4 kelas arthropoda, diantaranya yaitu
Crustacea (udang-udangan), arachnida (Laba-laba), Myriapoda (kaki banyak),
serta insecta (serangga) (Setiawan, 2019).
Crustacea merupaka hewan bercangkang. Istilah Crustacea dalam
bahasa Latin, berasal dari kata crusta yang berarti cangkang. jenis Crustacea
mencakup hewan-hewan seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta
teritip. Habitat Crustacea sebagian besar hidup di air tawar dan air laut,
sedangkan hanya sedikit yang hidup di darat. Crustacea mempunyai tubuh
bersegmen yang terdiri dari sefalothoraks (kepala dan dada menjadi satu)
serta abdomen (perut). Bagian sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu)
terlindung oleh kulit keras yang disebut karapas. Mempunyai satu pasang kaki
di tiap-tiap ruas badannya yang terdiri dari 5 pasang kaki yaitu 1 pasang kaki
capit (keliped) dan 4 pasang kaki jalan. Pada bagian anterior tubuh besar dan
lebih lebar, sedangkan posteriornya sempit. Pada bagian kepala terdapat
beberapa alat mulut, diantaranya yaitu 2 pasang antenna,1 pasang mandibula,
untuk menggigit mangsanya,1 pasang maksilla, serta 1 pasang maksilliped
yang berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke
mulut. Klasifikasi Subfilum Crustacea umumnya menggunakan enam ordo
diantaranya Branchiopoda, Cephalocarida, Remipedia, Maxillopoda,
Ostracoda, dan Malacostraca.

Lobster termasuk kedalam Crustacea atau udang-


udangan yang mempunyai kulit yang keras. Lobster
aktif pada malam hari (nocturnal) dan selalu melakukan
proses berganti kulit (moulting). Lobster memiliki tubuh
panjang dengan ekor yang berotot. Lobster memilki
bentuk lebih besar dibandingkan udang lainnya, tubuh
lobster hampir seluruh ditutupi dengan kulit keras berzat
kapur dan ditumbuhi duri-duri terutama pada bagian atas kepala dan sungut.
Lobster memiliki warna beragam serta membentuk pola yangindah. Secara
morfologi tubuh lobster terbagi atas ruas-ruas yang tertutup oleh kerangka luar
yang keras dan terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian depan
(cephalotorax) dan bagian belakang (abdomen). Pada bagian Cephalotorax
tertutup oleh carapas. Bagian kepala terdiri atas 13 ruas sedangkan bagian
dada terdiri atas 6 ruas. Pada bagian ujung terdapat bagian runcing yang
disebut rostrum. Mata terletak di bawah rostrum yang berupa mata majemuk
bertangkai. Pada bagian kepala terdapat beberapa anggota tubuh diantaranya
antenulla, sirip kepala, sungut atau antena, rahang atau mandibula, dua
pasang maxilla, lima pasang kaki jalan (pereiopoda), tiga pasang kaki jalan
yang pertama ujung-ujungnya bercapit disebut chela. Pada bagian badan
terdapat lima pasang kaki renang (pleopoda) pada masing-masing ruas.
Pleopoda pada ruas keenam membentuk ekor kipas (uropoda) dan ujungnya
membentuk ekor (telson) (Verianta, 2016)

Kepiting bakau (Scylla paramamosain) bentuk


karapaksnya agak bulat, memanjang, dan agak
cembung. Karapaks kepiting bakau terbagi atas 4
area,yaitu: area pencernaan, area jantung, area
pernapasan, dan area pembuangan. Pada bagian tepi
anterolateral kiri dan kanan karapas terdapat 9 duri.
Sedangkan pada bagian depan karapaks, diantara kedua tangkai mata
terdapat 6 duri kokoh dibagian atas dan 2 dibagian bawah kiri dan kanan.
Abdomen terletak pada bagian tengah tulang rongga dada. Tutup abdomen
merupakan organ yang menyerupai lempengan sebagai pelindung pleopod
(gonopod). Kepiting bakau memiliki lima pasang kaki, yaitu: sepasang
cheliped, tiga pasang kaki jalan \ dan sepasang kaki renang. Tiap kakinya
terdiri atas enam ruas, yaitu coxa, basi-ischium, merus, carpus, propondus,
dan dactylus. Mulut kepiting bakau berada pada bagian ventral tubuh, yaitu di
bawah rongga mata, dan diatas tulang rongga dada. kepiting bakau memiliki
sepasang antene yang terdapat pada bagian dahi karapaks yaitu diantara
kedua rongga mata. Mata kepiting bakau dilengkapi dengan tangkai mata,
serta dilindungi oleh dinding rongga mata, yang berada pada bagian dahi
karapaks (Siahainenia, 2009).

Udang windu (Penaeus monodon) Secara


morfologi udang windu memiliki tubuh yang terbagi
menjadi dua bagian utama yaitu bagian kepala
sampai dada dan abdomen yang meliputi bagian
perut serta ekor. Bagian kepala sampai dada
disebut yang dibungkus kulit kitin yang tebal
disebut carapace. Bagian cephalothorax terdiri dari kepala dengan 5 segmen
dan dada dengan 8 segmen. Sedangkan pada bagian abdomen terdiri dari 6
segmen dan 1 telson Bagian cephalothorax terdapat anggota-anggota tubuh
yaitu sungut kecil (antennula), sungut besar (antenna), sirip kepala
(Scophocerit), rahang (mandibulla), alat pembantu rahang. Kaki jalan
(periopoda) pada Penaeus monodon terdiri atas lima pasang, dan tiga pasang
kaki jalan yang pertama ujung-ujungnya bercapit yang disebut chela. Pada
bagian perut terdapat lima pasang kaki renang (pleopoda), sedangkan pada
ruas keenam kaki renang terjadi perubahan bentuk menjadi ekor kipas
(uropoda). Ujung ruas keenam hingga kearah belakang membentuk ekor
(telson) (Murtidjo 2003).

Arachnida berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata arachno yang
berarti laba-laba. Anggota dari kelas ini mencakup hewan-hewan seperti laba-
laba, kalajengking, tungau, dan caplak. Umumnya anggotanya mempunyai
dua bagian tubuh utama, yakni bagian depan (kepala) serta bagian belakang
(perut). Tetapi pada kalajengking terdapat tiga bagian tubuh, yaitu bagian
depan (kepala), bagian tengah (badan) serta bagian belakang (ekor).
Arachnida memiliki tubuh bersegmen yang terdiri dari sefalothoraks serta juga
abdomen. Arachnida memiliki empat pasang anggota gerak serta tidak
mempunyai antena pada bagian sefalothoraks. Mulut Arachnida berfungsi
untuk menangkap mangsa disebut klisera, sedangkan alat peraba serta juga
pemotong pada Arachnida disebut pedipalpus. Klasifikasi Kelas Arachnida
terbagi ke dalam empat atau lima ordo utama diantaranya yaitu Ordo Araneae,
Ordo Scorpiones, Ordo Opiliones, Subkelas Acari (superordo Acariformes dan
superordo Parasitiformes), dan ordo lain yang lebih kecil.

Latrodectus hesperus hanya memiliki dua bagian tubuh


yaitu segmen bagian depan disebut cephalothorax dan
dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang
disebut abdomen (perut). Antara cephalothorax dan
abdomen terdapat penghubung tipis yang disebut
pedicellus. Pada bagian cephalothorax melekat 4
pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang
bertaring besar yang disebut chelicera, ada pula sepasang alat bantu mulut
yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada
jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam
perkawinan. Latrodectus hesperus pada dorsal bagian kepala berwarna hitam,
bagian punggung terdapat corak seperti batik berwarna coklat dan berbulu
halus. Sedangkan ventral memiliki bulu-bulu halus dan terdapat 2 titik putih.
Pada bagian kaki berwarna hitam ada belang-belang putih disetiap segmen.
Laba-laba betina biasanya berwarna coklat tua mengkilap, serta menunjukkan
corak putih keruh di permukaan ventral perut. Laba-laba jantan sering
menunjukkan berbagai tanda merah di permukaan dorsal perut. Reproduksi
dilakukan secara seksual yaitu fertilisasi internal (Levi, 1990).
Lychas mucronatus berwarna dasar kuning
kecoklatan dengan pola kehitaman pada tubuh,
Lychas mucronatus merupakan hewan berukuran
kecil dengan kaki berjumlah delapan dan ekor yang
mengandung racun. Umumnya hidup di daerah
kering dan lingkungan yang panas, namun
beberapa juga dapat ditemukan di hutan. Lychas mucronatus aktif pada malam
hari, memakan serangga, sedangkan pada siang hari bersembunyi di bawah
batu, batang kayu ataupun pohon. Sebagaimana Arachnida, Lychas
mucronatus memiliki mulut disebut khelisera sepasang pedipalpi, serta empat
pasang tungkai. Pedipalpi seperti capit untuk menangkap mangsa serta alat
pertahanan. Tubuhnya terbagi atas dua bagian yaitu sefalotoraks dan
abdomen. Sefalotoraks ditutup oleh karapas. Abdomen terdiri dari 12 ruas
dengan lima ruas terakhir membentuk metasoma yang disebut ekor. Ujung
abdomen disebut telson, yang berbentuk bulat mengandung kelenjar racun.
Alat penyengat berbentuk lancip sebagai tempat mengalirkan racun. Pada
bagian ventral mempunyai sepasang organ sensoris berbentuk seperti sisir
unik atau pektin. Biasanya pectin ini lebih besar dan pada jantan mempunyai
gigi lebih banyak sebagai sensor terhadap permukaan tekstur dan vibrasi.
Pektin juga bekerja sebagai kemoreseptor (sensor kimia) untuk mendeteksi
feromon (Pratiwi dkk, 2018)
Tungau merah merupakan famili Tetranychidae
terdiri dari dua spesies yaitu Tetranychus urticae dan
Tetranychus cinnabarius. T. urticae tubuhnya ber-
warna hijau dengan adanya bintik gelap pada setiap
sisi belakang, sedangkan T. cinnabarinus memiliki
tubuh berwarna merah. Bentuk aktif dari betina hijau
T. urticae mempunyai variasi warna antara hijau
kekuningan, hingga hijau gelap pada betina dewasa. Sedangkan variasi warna
bentuk aktif betina merah mulai dari merah menyala. Tubuh tungau dibagi
menjadi dua bagian yang berbeda yaitu gnathosoma dan idiosoma.
Gnathosoma meliputi bagian mulut, dan idiosoma meliputi sisa tubuh yang
sejajar dengan kepala, dada serta perut serangga. Bentuk tubuh tungau merah
betina yaitu elips, dengan panjang 0,4mm dan mempunyai 12 pasang duri di
punggung. Bentuk tubuh tungau merah jantan yaitu elips dengan ujung ekor
runcing dan ukurannya lebih kecil dari tungau betina (Pramudianto dkk, 2016)
Myriapoda ialah kelompok hewan yang memiliki kaki yang cukup
banyak. Istilah Myriapoda dalam bahasa Yunani berasal dari Myria yang berarti
banyak serta kata podos yang berarti kaki. Myriapoda memiliki tubuh yang
panjang serta mempunyai banyak segmen. Myriapoda tentunya memiliki
jumlah kaki yang banyak dimana terdapat 1 sampai 2 pasang kaki pada itiap-
tiap ruas badannya dan semuanya berhabitat di darat, Pada bagian kepala
terdapat satu pasang antena dan organ tambahan di mulut, yaitu sepasang
rahang bawah (mandibula) berfungsi untuk menggigit, memotong, atau
memegang makanan, sedangkam satu atau dua pasang rahang atas
(maksila) berfungsi untuk memanipulasi makanan. Klasifikasi Subfilum
Myriapoda terbagi ke dalam empat kelas, diantaranya yaitu kelas Chilopoda,
kelas Diplopoda,kelas Symphyla, dan kelas Pauropoda.
Kelabang atau lipan (Lithobius sp), Kelas: Chilopoda
mempunyai sepasang kaki disetiap segmen
tubuhnya, mempunyai tubuh yang rata dengan
sepasang antenna panjang yabg ada di kepalanya.
Hewan ini juga mempunyai rahang yang me-
ngandung kelenjar racun berada disegmen tubuh
pertama yaitu dibelakang kepala. Ukuran tubuh kelabang bervariasi mulai dari
1 sampai 12 inci bahkan lebih saat mencapai dewasa, lebar tubuh 0,1 -0,2 cm.
Memiliki caput yang bulat dan pendek dan terdapat sepasang mata. Bagian
mulut terdapat sepasang capit bertipe pengunyah. Tubuhnya memiliki 10 -15
segmen pada bagian abdomen, segmen tersebut memiliki 2 bentuk, lebar dan
sempit, kedua segmen tersebut berseling membentuk tubuh kelabang, Pada
bagian ujung abdomen terdapat sepasang cerci yang panjang. Tubuh
seutuhnya berwarna merah kecokelatan (Simbolon dkk, 2018).
Keluwing memilki tubuh yang panjang dan memiliki
banyak ruas atau segmen, tubuhnya bewarna
merah kecoklatan dan dikenal dengan sebutan kaki
seribu atau keluwing. Kaki seribu atau bisa disebut
kluwing memiliki tubuh yang terlihat seperti cacing,
namun bedanya keluwing memiliki segmen tubuh
membulat dan terdapat dua pasang kaki pada tiap segmennya. Hewan ini
bersifat saprofor atau pemakan sisa-sisa organisme. Tubuhnya memanjang
dengan banyak ruas (metamer). Bentuk Kepala keluwing bulat dengan
antenna yang pendek. Panjang keluwing atau kaki seribu dapat bervariasi
mulai dari 1 sampai 2 inci bahkan lebih. Kaki seribu dapat memanjat dinding
dan seringkali terlihat masuk kedalam rumah melalui celah yang ada pada
pintu, jendela, maupun celah retakan pada rumah. Habitat keluwing atau kaki
seribu selalu lembab (Pratiwi dkk, 2018).
Insecta berasal dari Bahasa latin disebut dengan Insectum yang artinya
serangga. Insecta ialah hewan dalam kelompok invertebrata satu-satunya
yang memiliki kemampuan untuk terbang. Tubuh Insecta terdiri dari 3 bagian
utama, yaitu kepala, badan, serta perut. Pada bagian kepala insecta terdapat
mulut yang memiliki tipe penggigit, penghisap serta penelan. Insecta memiliki
3 pasang kaki dan umumnya mempunyai sayap serta bernapas menggunakan
trakea. Tubuh insect dilindungi oleh kulit keras dari kitin yang berfungsi sebagai
eksoskeleton dan sebagian besar anggota insecta hidup di darat. Klasifikasi
insect dibagi menjadi beberapa ordo diantaranya Orthoptera, Isoptera,
Hemiptera, Homoptera, Odonata, Coleoptera, Lepidoptera, Diptera,
Hymenoptera, dan Siphonophtera.

Stenolophus sp (Kumbang jamur) Panjang tubuhnya


mencapai 0,9 –1,2 cm, dengan lebar tubuh 0,3 cm.
Tubuh kumbang jamur agak pipih. Memiliki caput yang
lonjong dengan mata yang tampak jelas. Mempunyai
sepasang mata yang menonjol pada bagian kepala.
Antena terdiri atas 10ruas. Pronotum agak gepeng dan
elitra membulat kebelakang dengan garis-garis kasar disertai rambut halus dan
jarang ada pada bagian tepi. Memiliki kaki 3 pasang yang terdiri dari koksa,
trokanter, femur, tibia, tarsal (3 ruas) serta metatarsal, pada kaki kumbang
jamur terdapati duri-duri dan rambut halus. Warna tubuh kumbang jamur
dominan hitam disertai warna hijau metalik, sedangkan pada bagian tepi
pronotum dan bagian kaki berwarna kuning (Simbolon dkk, 2018).

Jangkrik (Gryllus sp) memiliki tubuh dibedakan


menjadi 3 bagian yaitu, kepala, thoraks dan
abdhomen. Pada bagian kepalanya terdapat tiga
buah mata, sepasang antena, serta satu mulut dan
terdapat dua pasang sungut. Tiga buah mata yang
dimilikinya terdiri atas satu mata tunggal yang
berguna sebagai sensor cahaya dan dua mata jemuk berfungsi sebagai sensor
gerakan. Ketiga mata pada jangkrik tersusun dalam bentuk segitiga. Antena
yang ada di kepalanya merupakan sensor yang berfungsi dalam mendeteksi
sentuhan, pergerakan udara, suhu dan juga getaran. Sedangkan dua sungut
pada jangkrik berguna sebagai indra penciuman. Panjang tubuh jangkrik
mencapai 3,2 cm, dengan lebar tubuh 1 cm. Pada bagian thoraks mempunyai
3 pasang kaki, bagian belakanb sepasang kakinya lebih besar dan panjang
dari 2 pasang kaki depannya yang termodifikasi untuk melompat. Memiliki
sayap yang pendek dan pada bagian abdomen beruas-ruas antara 8 -10 ruas,
sedangkan abdomen terakhir terdapat sepasang cerci dan ovipositor. Warna
tubuh jangkrik (Gryllus sp) hitam kecuali pada bagian kaki dan sayap yang
memiliki warna cokelat (Simbolon dkk, 2018).

Anoplolepis gracilipes memiliki warna kecoklatan dengan


abdomen yang berwarna hitam, serta terdapat tiga pasang
kaki. Bentuk kepala Anoplolepis gracilipes yaitu
hyposgantus /menghadap kebawah dan mempunyai
antena yang berbentuk geniculate (segmen pertama
ukurannya leih panjang kemudian diikuti dengan satu
segmen lainnya yang lebih kecil sehingga membentuk sebuah sudut) dengan 11 ruas.
Mata pada Anoplolepis gracilipes yaitu mata tunggal dengan tipe mulut mengunyah
dan menggigit. Tipe tungkainya yaitu ambulatorial seperti tungkai yang dimiliki oleh
serangga pada umumnya (Supriati dkk, 2019).

Capung termasuk kelompok insekta yang terdiri atas tiga


bagian tubuh yaitu kepala (caput), dada (toraks), dan perut
(abdomen). Kepala capung relatif besar dibanding
tubuhnya, dengan bentuk membulat/memanjang ke
samping. Terdapat sepasang mata majemuk yang besar
terdiri dari banyak mata kecil yang disebut ommatidium. Di
antara kedua mata terdapat sepasang antena pendek,
halus seperti benang. Bagian depan mulut capung terdapat labrum (bibir
depan), di belakang labrum terdapat sepasang mandibula (rahang) untuk
merobek badan mangsanya. Di belakang mandibula terdapat sepasang
maksila untuk membantu pekerjaan mandibula, dan pada bagian mulut paling
belakang terdapat labium sebagai bibir belakang. Bagian dada (toraks) terdiri
dari tiga ruas yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks, masing-masing
bagian terdapat satu pasang kaki. Kaki capung termasuk tipe kaki raptorial
yaitu ysng berfungsi untuk berdiri dan menangkap mangsanya. Abdomen
terdiri atas beberapa ruas, ramping serta memanjang seperti ekor. Bentuk
sayapnya khas yaitu lonjong/memanjang dan tembus pandang (Patty, 2006).
Daftar pustaka

Levi, L., HW. 1990. The spider genera Gea and Argiope inAmerica (Araneae:
Araneidae). Bulletin of the Museumof Comparative Zoology. 136: 390-
479

Murtidjo, Bambang Agus. 2003. Tambak Air Payau, Dalam : Budidaya Udang
dan Bandeng. Kanisiu: Yogyakarta.
Patty, Novita. 2006. Keanekaragaman Jenis Capung (Odonata) Di Situ Gintung
Ciputat, Tangerang. SKRIPSI. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

Pramudianto., Kurnia Paramita Sari. 2016. Red Spider Mite (Tetranychus


urticae Koch) on Cassava and Their Control. BULETIN PALAWIJA.
14(1): 36–48

Pratiwi, Dinda I., Destien Atmi Arisandy, M.Pd., Yuli Febrianti, M.Pd.Si. 2018.
Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah Di Kebun Kopi Desa
Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong.
STKIP-PGRI Lubuklinggau
Setiawan, Juan., Fujianor Maulana. 2019. Keanekaragaman Jenis Arthropoda
PermukaanTanah di Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas.
Jurnal Pendidikan Hayati. 5(1): 39-45
Siahainenia, Laura. 2009. Morphological Structure of The Mud Crab, Scylla
paramamosain. Jurnal TRITON. 5 (1): 11–21

Simbolon, Armando S., Mariani Sembiring., TengkuSabrina. 2018. Deskripsi


Makrofauna pada Tanah Andisol di Kabupaten Karo dengan Berbagai
Ketebalan Abu Vulkanik Gunung Sinabung. Jurnal Pertanian Tropik.
5(1): 20-29
Supriati, Rochmah., Winarti Purnama Sari., Nevee Dianty. 2019. Identifikasi
Jenis Semut Famili Formicidae Di Kawasan Taman Wisata Alam Pantai
Panjang Pilau Baai Kota Bengkulu. JurnalKonservasi Hayati. 10(1): 1-9
Verianta, Mesi. 2016. JENIS Lobster Di Pantai Baron Gunungkidul,
Yogyakarta. Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai