Anda di halaman 1dari 10

PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT POLEN BUNGA SEPATU

(Hibiscus rosa-sinensis)

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

oleh

Luthfiyanatul Hasanah

181810401029

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari tentang pembuatan
preparat mikroskopis baik preparat hewan maupun tumbuhan. Pembuatan
preparat ditujukan untuk melihat struktur maupun morfologi, histologi dan
sitologi dari suatu organ, jaringan, atau sel yang berukuran mikroskopis.
Pembuatan preparat memiliki beberapa metode yaitu preparat parafin, preparat
apusan, preparat rentang, dan preparat whole mount (Sari et al., 2016).
Preparat whole mount merupakan jenis preparat yang mengamati obyek
utuh dimana obyek yang digunakan biasanya berukuran kecil. Preparat whole
mount berfungsi untuk mengamati struktur secara utuh dari suatu organisme
atau organ sehingga terlihat jelas. Penggunaan preparat whole mount
dikhususkan untuk wehan atau tumbuhan yang berukuran kecil dimana
strukturnya tidak memungkinkan jika diamati dengan mata telanjang.
Proses pembuatan preparat whole mount kurang lebih sama dengan
pembuatan preparat rentang. Preparat whole mount dalam pembuatannya juga
mengalami proses fiksasi, pewarnaan, dan mounting. Namun pembuatan
preparat whole mount polen dalam prosses fiksasi menggunakan larutan aag,
sedangkan pembuatan preparat rentang fiksasi menggunakan metanol.

1.2 Tujuan Praktikum


Mengenal tahap-tahap pembuatan, bahan dan alat dalam pembuatan sediaan
whole mount untuk sediaan pollen.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Preparat atau sediaan merupakan upaya secara teknis dalam laboratorium
untuk melakukan suatu pemeriksaan yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang sehingga dalam pemeriksaannya membutuhkan bantuan mikroskop.
Pembuatan preparat ditujukanuntuk mengidentifikasi, mengenali, dan
megetahui struktur morfologidari suatu organisme yang akan diamati. Preparat
memiliki beberapa jenis seperti preparat apusan darah, preparat rentang,
preparat whole mount, dan lain-lain (Kurniati, et al., 2007).
Whole mount merupakan salah satu metode pembuatan preparat dengan
sampel merupakan sampel utuh yang kemudian dimati di bawah mikroskop.
Umumnya sampel yang digunakan dalam preparat whole mount adalah sampel
kecil seperti jentik nyamuk, polen bunga dan lain-lain. Preparat whole mount
dapat mengamati morfologi secara utuh tanpa sampel dilakukan pengirisan
terlebih dahulu (Susetyarini et al., 2020).
Proses pembuatan preparat whole mount melalui beberapa tahap, yaitu
tahap fiksasi, dehidarsi, dealkoholisasi dan clearing, serta mounting. Fiksasi
merupakan suatu proses mempertahankan sampel agar tidak rusak meskipun
telah mati. Dehidrasi merupakan proses pengeluaran cairan dari organ atau
tubuh spesimen yang akan diamati. Dealkoholisasi dan clearing merupakan
suatu proses pembersihan atau pengeluaran larutan alkohol ketika proses
dehidrasi. Mounting ialah tahap pengawetan atau perekatan sampel yang telah
diwarnai (Maulani et al., 2017).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Gelas benda - waterbath


- gelas penutup - rak tabung reaksi
- pipet - kuas kecil
- Sentrifuge - flakon
- tabung sentrifuge - pinset

3.1.2 Bahan

- Pollen berbagai jenis bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)

- Larutan asam asetat glacial

- Campuran larutan asam asetat glacial

- larutan H2SO4 pekat dengan perbandingan 9:1

- safranin 1%

- glyserin

- aquades

- kutex.

3.2 Langkah Kerja

Polen bunga sepatu dimasukkan ke mikrotube kosong

Dilakukan fiksasi dengan larutan aag selama 24 jam

Disentifugasi polen dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit

|
Larutan diganti dengan larutan aag dan H2SO4 pekat dengan perbandingan 9:1

Dipanaskan dengan watebath hingga mendidih lalu dibiarkan selama 15 menit

Dilakukan sentrifugasi selama 5000 rpm selama 20 menit

Dilakukan pencucian dengan akuades sebanyak 2x

Dilakukan pewarnaan dengan safranin selama 3 menit

Dilakukan pencucian kembali dengan akuades sebanyak 2x

Ditambahkan glyserin yang telah dipanaskan


|

Disiapkan gelas benda kemudian polen diteteskan digelas benda 1 tetes

Ditutup menggunakan cover glass

Dilakukan mounting dengan bagian pinggir cover glass diolesi dengan cutex

Dilakukan pelabelan dan pengamatan


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Gambar Preparat yang bagus Gambar Preparat yang kurang

bagus

4 Wholemount pollen bunga sepatu Wholemount pollen bunga sepatu


4.2 Pembahasan

Preparat whole mount merupakan jenis preparat yang mengamati obyek


utuh dimana obyek yang digunakan biasanya berukuran kecil. Preparat whole
mount berfungsi untuk mengamati struktur secara utuh dari suatu organisme
sehingga terlihat jelas. Penggunaan preparat whole mount dikhususkan untuk
wehan atau tumbuhan yang berukuran kecil dimana strukturnya tidak
memungkinkan jika diamati dengan mata telanjang (Susetyarini et al., 2020).

Pembuatan preparat whole mount polen bunga sepatu dimulai dari tahap
fiksasi dengan larutan aag selama 24 jam. Fiksasi bertujuan untuk mempertahankan
keadaan sampel meskipun sampel tersebut mati. Larutan aag berfungsi untuk
menghentikan proses-proses hidup didala organ secara permanen dan
mempertahankan ukurusan serta struktur polen. Tahap yang kedua ialah tahap
sentrifugasi. Baik sentrifugasi pertama dan kedua memiliki fungsi yang sama yaitu
bertujuan untuk memisahkan polen dari campuran larutan dengan kecepatan dan
waktu tertentu. Larutan aag sebelumnya kemudian diganti dengan larutan aag dan
H2SO4 dengan perbandingan 9:1. Penambahan H2SO4 berfungsi untuk melisiskan
selulosa yang terdapat pada dinding polen sehingga struktur eksin polen terlihat
lebih jelas. Tahap pendidihan dengan waterbath berfungsi untuk memaksimalkan
proses pelisisan dinding sel polen yang umumnya berstruktur keras (Latifa, 2015).

Tahap selanjutnya ialah proses pembilasan atau pencucian dengan akuades


sebanyak 2 kali untuk membersihkan polen dari larutan aag dan H2SO4. Tahap
selanjutnya ialah tahap pewarnan menggunakan pewarna safranin 1%. Proses
pewarnaan ini dimaksudkan untuk mewarnai struktur polen agar memudahkan
dalam proses pengamatan. Polen kemudian diletakkan di gelas benda kemudian
ditetesi dengan gliserin. Fungsi penetesan dengan larutan gliserin ialah sebagai
perekat karena preparat dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Kemudian
dilakukan proses mounting dimana dipinggir gelas penutup diolesi dengan cutex.
Hal ini bertujuan agar pinggir preparat benar-benar merekat sehingga peparat tidak
mudah bergeser dan rusak. Tahap terakhir ialah pelabelan. Fungsi dari proses
pelabelan ialah untuk memberi nama pada label preparat (Fahn, 1991).

Gambar preparat pada tabel hasil menunjukkan adanya gambar preparat


polen yang baik (sebelah kiri) dan preparat polen kurang baik (sebelah kanan).
Preparat yang baik ialah preparat yang strukturnya terlihat bagus dengan bagian
dalam sedikit terlihat transparan serta pewarnaan yang rata dan bersih. Preparat
yang bagus menandakan bahwa seluruh proses pembuatan preparat dilakukan
dengan baik. Sedangkan preparat yang kurang bagus (sebelah kanan) terlihat
strukturnya lisis atau pecah dan juga terlihat strukturnya kuang jelas. Hal itu dpat
terjadi karena saat proses penambahan H2SO4 pekat terlalu lama atau terlalutinggi
konsentrasinya. Selain itu bisa juga disebabkan karena proses pemanasan yang
terlalu lama sehingga merusak struktur polen (Faegri, 1989).
BAB 5. KESIMPULAN

Preparat whole mount merupakan jenis preparat yang mengamati obyek utuh
dimana obyek yang digunakan biasanya berukuran kecil. Preparat whole mount berfungsi
untuk mengamati struktur secara utuh dari suatu organisme sehingga terlihat jelas. Fiksasi
bertujuan untuk mempertahankan keadaan sampel meskipun sampel tersebut mati.
sentrifugasi pertama dan kedua memiliki fungsi yang sama yaitu bertujuan untuk
memisahkan polen dari campuran larutan. . Tahap pendidihan dengan waterbath berfungsi
untuk memaksimalkan proses pelisisan dinding sel polen yang umumnya berstruktur keras.
proses pembilasan atau pencucian dengan akuades berfungsi untuk membersihkan polen
dari larutan aag dan H2SO4. Proses pewarnaan ini dimaksudkan untuk mewarnai struktur
polen agar memudahkan dalam proses pengamatan. Kemudian dilakukan proses mounting
dimana dipinggir gelas penutup diolesi dengan cutex. Preparat yang tidak baik terlihat
pecah dan tidak jelas karena dalam proses penambahan H2SO4 ataupun proses pemanasan
terlalu lama sehingga meyebabkan polen lisis.
DAFTAR PUSTAKA

Faegri, K dan J. Inverson. 1989. Text Book of Pollen Analysis. 3rd revised edition
by Faegri, K. Munksgaard. Copenhagen and Denmark.

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi 3. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Kurniati, I. Didik S., Fuad A. 2007. Daya Tahan Sediaan Permanen Larva Culex
pipiens dengan Perlakuan Dehidrasi Menggunakan Konsentrasi
Alkohol yang Berbeda. Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah
Semarang. 3(2): 50-55.

Maulani, R. K., Achmad, dan Latama. 2017. Karakteristik Jaringan Secara


Histologi dari Strain Rumput Laut Kappaphycus alvarezi yang
terinfeksi Penyakit Ice-ice. Journal of Fisheries and Marine Science.
45-46.

Latifa, Roimil. 2015. Peningkatkan Kualitas Preparat Histologi Berbasis Kegiatan


Praktikum Di Laboratorium Biologi. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Susetyarini, Eko, P. Wahyono, Roimil Latifa, dan E. Nurrohman. 2020. Dentifikasi


Parasit Dan Tingkat Keparahan Penyakit Scabies Pada Kelinci New
Zealand Sebagai Bahan Preparat. Lombok Journal of Science. Vol.
2(2) :28-33

Anda mungkin juga menyukai