Anda di halaman 1dari 11

Penggunaan Metode Squash untuk Pengamatan Kromosom dalam Mitosis

Akar Bawang Merah (Allium cepa)

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Paper Mata Kuliah Mikroteknik Tumbuhan yang Diampu
oleh Dr. Sri Widodo Agung Suedy, S.Si., M.Si.
Disusun Oleh :
Maula Choirunnisa
24020119140082

PROGAM STUDI S1 BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari tentang penyediaan suatu bagian dari
jaringan untuk dapat diteliti dan ditelaah. Sedangkan, preparat merupakan kaca berisi
spesimen/objek penelitian yang diletakkan pada permukaan gelas objek, dengan atau tanpa
pewarnaan sehingga memudahkan untuk identifikasi di bawah mikroskop. Pembuatan
preparat dalam mikroteknik meliputi sediaan utuh/keseluruhan (whole mount), pejetan
(squash), irisan (section), gesek (smear), serbuk sari (pollen), maserasi, apus, rentang dan
lain-lain (Cahyono, 2016). Preparat dengan metode squash biasanya digunakan dalam
pengamaatan tahap-tahap mitosis pada akar bawang. Maka dari itu dalam makalah ini akan
membahas tentang metode squash pada pengamatan mitosis akar bawang merah (Allium
cepa) untuk mengamati tahap-tahap pembelahan selnya.
Preparat pejetan atau squash preparation merupakan preparat yang dibuat dengan cara
menekan objek yang berada di atas kaca preparat. Preparasi sediaan kromosom melalui
metode squash tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak sulit untuk dikerjakan,
namun sangat dibutuhkan ketelitian dan ketekunan. Proses pembuatan sediaan meliputi
beberapa tahap, salah satunya pemulasan yang bertujuan untuk menentukan kualitas
preparat, sehingga unsur jaringan/selnya terlihat kontras dan jelas di bawah mikroskop.
Tanpa pewarnaan sel dan jaringan pada suatu preparat, warna yang dihasilkan akan
transparan sehingga sulit untuk membedakan jaringan mana yang akan diamati. Selain itu,
untuk menghasilkan preparat yang baik, harus dengan potongan jaringan atau organisme
yang sangat tipis (Mertha dkk., 2019).
Bahan utama pembuatan preparat mitosis ini adalah sel yang melakukan pembelahan
mitosis. Biasanya ditemukan pada bagian tanaman yang aktif membelah (meristematis),
yaitu pada bagian ujung akar. Hal ini disebabkan bagian akar mudah tumbuh dan sel akar
tidak mengandung klorofil serta mudah diberi pewarna. Tumbuhan yang akan dibahas pada
makalah ini adalah ujung akar dari genus Allium yaitu bawang merah (Allium cepa).
Dimana pada Allium cepa merupakan bahan yang baik untuk diproses menjadi preparat
mitosis karena kromosomnya bertipe besar serta memiliki jumlah autosom yang relatif
sedikit yaitu sekitar 16 kromosom sehingga mudah diamati. Selain itu, faktor lainnya
adalah tanaman bawang merah memiliki harga ekonomis dan mudah didapat (Abidin dkk.,
2014).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana tahap-tahap pembuatan sediaan preparat akar bawang merah (Allium
cepa) dengan metode squash?
1.2.2 Seperti apa hasil pengamatan kromosom dalam pembelahan mitosis pada akar
bawang merah (Allium cepa)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui tahap-tahap pembuatan sediaan akar bawang merah (Allium cepa)
dengan metode squash.
1.3.2 Mengetahui hasil pengamatan kromosom dalam pembelahan mitosis pada akar
bawang merah (Allium cepa).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Squash
Metode squash merupakan metode yang umum digunakan dalam membuat preparat
khususnya untuk mengamati pembelahan mitosis. Metode squash merupakan suatu metode
untuk membuat preparat dengan cara menghancurkan suatu potongan jaringan atau
organisme secara keseluruhan, sehingga didapatkan sediaan yang tipis dan dapat diamati
di bawah mikroskop. Tahapan dalam pembuatan preparat dengan metode squash diawali
dengan pemilihan bahan, kemudian memfiksasi, hidrolisis, pemulasan, dan yang terakhir
pembuatan preparat dengan meremas (squash) (Abidin dkk., 2014).
2.2 Pembelahan Mitosis
Pembelahan mitosis merupakan pembelahan sel dengan menghasilkan dua sel anakan
yang identik dengan sel induk. Mitosis ini hanya terjadi pada sel eukariot, yang mana
terjadinya pada sel somatik dengan sifat meristematik. Mitosis biasanya memiliki tahap
periode yang terpendek dalam siklus pembelahan sel, selebihnya itu merupakan fase
interfase yang terdiri dari Gap-1 (G1), sintesis DNA (S), dan Gap-2 (G2) (Purnama dkk.,
2017). Pembelahan mitosis berlangsung dalam beberapa tahapan atau fase dimana tahap
pertama dimulai dari tahap interfase, profase, metafase kemudian anafase, dan tahap
terakhir yaitu telofase (Mulyani, 2019).
Pada tahap-tahap ini memiliki waktu pembelahan sel yang berbeda-beda. Fase profase
membutuhkan energi besar dan waktu yang lama, sekitar 30-60 menit. Fase metafase
menunjukkan bahwa kromosom menyusun diri secara acak menuju satu bidang ekuator
yang membutuhkan waktu sekitar 2-6 menit. Fase anafase membutuhkan waktu sekitar 3-
5 menit untuk komosom yang mengumpul ditengah sel terpisah dan mengumpul pada
masing-masing kutub sehingga terlihat ada dua kumpulan kromosom. Fase telofase
membutuhkan waktu sekitar 30-60 menit, yang mana pada fase ini terjadi peristiwa
kariokinesis dan sitokinesis. Fase ini menunjukkan bahwa pembelahan sel telah selesai dan
terbagi menjadi dua sel anakan, masing-masing memiliki inti yang mengandung 4
kromosom dengan bahan genetik yang sama dengan induknya (Cahyono, 2016).
2.3 Akar Bawang Merah (Allium cepa)
Tanaman bawang merah merupakan sayuran umbi yang biasa digunakan sebagai
penyedap masakan atau juga dapat sebagai obat tradisional. Bawang merah sering
digunakan pada pengamatan mitosis karena memiliki pertumbuhan yang cepat dan mudah
didapat. Bagian yang digunakan dalam pengamatan mitosis adalah bagian ujung akar Akar
bawang merah memudahkan pengamatan karena memiliki jumlah kromosom yang sedikit
dan berukuran besar. Sehingga sangat cocok digunakan untuk studi eksperimental mitosis.
Mitosis sel tumbuhan terjadi pada jaringan meristematik yang terdapat dalam ujung akar
(Abdullah dkk., 2017).
Akar pada bawang merah ini merupakan organ dengan struktur yang cukup sederhana,
tidak seperti daun yang memiliki banyak organel sel dan jenis sel yang beragam seperti
trikoma dan vakuola. Hal inilah yang menjadikan akar bawang relevan digunakan sebagai
preparat mitosis. Tidak semua bagian akar digunakan dalam penyiapan preparat, melainkan
hanya ujung akar yang tudung akarnya telah dibuang dengan panjang 5 mm saja. Hal ini
disebabkan karena bagian akar tersebut memiliki sel-sel yang lebih aktif membelah. Akar
bawang merah dapat mengalami pembentukan akar baru secara terus menerus setiap
harinya dengan tujuan untuk menggantikan akar yang telah mengalami penuaan (Fajjriyah,
2017).

Gambar 2.3 Akar Bawang Merah (Allium cepa) (Cahyono, 2016)


BAB III
HASIL

3.1 Tahap-Tahap Pembuatan Preparat Akar Bawang Merah (Allium cepa) dengan Metode
Squash
Pembuatan preparat akar bawang merah untuk mengamati penggandaan kromosom
atau pembelahan mitosis biasanya menggunakan metode pejetan (squash). Alat dan bahan
yang akan digunakan dalam pembuatan preparat ini meliputi gelas objek, gelas penutup,
pipet tetes, silet, oven, kulkas, mikroskop serta air, HCl 1 N, asam asetat glasial 45%, ujung
akar bawang merah, acetocarmine 1% dan gliserin. Tahap-tahap pembuatan preparat
squash pertama-tama menyiapkan alat dan bahan, kemudian akar bawang merah
ditumbuhkan terlebih dahulu dengan merendam pangkal bawang ke dalam gelas berisi air.
Setelah akarnya muncul, ujung akar bawang dipotong kurang lebih 1 cm dengan silet.
Potongan akar dimasukkan ke dalam AAG (Asam Asetat Glasial) 45%. Setelah itu,
potongan akar dalam AAG 45% dimasukkan ke dalam kulkas dengan suhu 4ºC selama 15
menit untuk kemudian dicuci 3 kali. Potongan akar yang sudah dicuci 3 kali selanjutnya
dimasukkan ke dalam HCl. Potongan akar kemudian dipanaskan dengan alat pemanas suhu
55ºC dalam waktu 5 menit untuk kemudian dicuci kembali sebanyak 3 kali. Potongan akar
dipindahkan ke dalam Acetocarmine 1% dan didiamkan 30 menit. Setelah itu, potongan
akar diletakkan di atas gelas objek dan diberi gliserin, lalu ditutup dengan gelas penutup.
Kaca objek yang sudah terisi diletakkan pada mikroskop dan memulai pengamatan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Fas (2017), yang menyatakan bahwa tahapan pembuatan preparat
dengan metode squash adalah dengan menginduksi dan menumbuhkan akar bawang merah
terlebih dulu. Setelah itu, akar bawang dipotong sepanjang 1 mm, lalu difiksasi dengan
larutan asam asetat glasial 45% yang ditutup dengan alumunium foil dan disimpan selama
15 menit dalam kulkas dengan suhu sekitar 5ºC. Selanjutnya, larutan asam asetat glasial
dibuang dan akar bawang dibilas dengan air suling sebanyak 3 kali. Akar dimaserasi
menggunakan HCl 1 N dengan kemudian didiamkan selama 10 menit pada suhu kamar.
HCl dibuang, akar dibilas dengan air suling sebanyak 3 kali. Akar diwarnai dengan larutan
safranin 2%. Akar yang sudah diwarnai dipindahkan ke object glass, ditambahkan 1 tetes
gliserin. Ditutup dengan cover glass dan ditekan (squash) hingga sel menyebar merata.
Kelebihan gliserin pada cover glass dibersihkan dengan tisu secara perlahan. Preparat
disegel menggunakan cat kuku pada seluruh sisi cover glass.
Fungsi perlakuan potongan akar yang dimasukkan ke dalam AAG (Asam Asetat
Glasial) 45% bertujuan untuk fiksasi akar salah satunya menghentikan proses metabolisme
dengan cepat dan dapat mengeraskan material. Hal ini sesuai dengan Tri (2018), bahwa
asam asetat memiliki fungsi untuk mengeraskan kromosom dan mengawetkan bentuk
aslinya sehingga nantinya mudah untuk diamati. Pencucian sebanyak 3 kali dilakukan
dengan tujuan membersihkan larutan fiksatif yang ada. Hal ini sesuai dengan Andin, dkk.
(2020), bahwa proses pencucian dengan akuades berfungsi untuk membersikan akar yang
akan diamati dari larutan yang ditambahkan sebelumnya. Potongan akar dipindahkan ke
dalam pewarna acetocarmin 1% yang berfungsi untuk mewarnai kromosom agar tampak
jelas ketika dilakukan pengamatan fase-fase mitosis. Menurut Tri (2018), pemberian
acetocarmin akan memperjelas warna kromosom dan mempermudah pengamatan.
Menurut Fas (2017), gliserin berfungsi sebagai penyerap molekul air dan pencegah
mengeringnya preparat. Perlakuan hidrolilis dengan HCl pada potongan akar bawang untuk
melunakkan jaringan. Jika ingin pewarnaan yang baik pada kromosom, maka ujung akar
harus dihidrolisis dalam waktu dan suhu yang sudah ditentukan. Menurut Mertha dkk.
(2019) hidrolisis pada ujung akar dalam larutan HCl bertujuan untuk membuka ikatan
aldehid pada kromosom dan melunakkan jaringan, sehingga akan mudah dilakukan
squashing (pemencetan). Ikatan aldehid yang terbuka memudahkan bahan pewarna
berikatan pada kromosom. Hidrolisis dilakukan dalam oven pada suhu konstan 60⁰C
selama 10 menit. Jika waktu yang sudah ditentukan melebihi atau kurang, maka kromosom
tidak akan menyerap warna dengan baik. Hal ini juga dapat menyebabkan ujung akar
mengalami kerusakan sehingga akan sulit dilakukan squashing karena teknik squash pada
preparat ujung akar sangat menentukan sebaran sel dan kromosom.

3.2 Hasil Pengamatan Kromosom dalam Pembelahan Mitosis pada Akar Bawang Merah
(Allium cepa)
Pada umumnya tanaman Allium mengadakan aktivitas pembelahan sel di pagi hari.
Namun, pada penelitian Abidin dkk. (2014) aktifitas mitosis yang paling aktif pada spesies
Allium cepa terjadi pada pukul 09.00 WIB dan 12.00 WIB. Pada pengamatan kromosom
dalam pembelahan mitosis pada akar bawang merah (Allium cepa) terdapat beberapa tahap
pembelahan mitosis diantaranya ada tahap profase, metafase, anafase, dan telofase. Namun
sebelum empat fase tersebut terdapat fase interfase atau fase pendahuluan dimana pada
tahap ini dibagi lagi menjadi tiga yaitu fase G1 (gap pertama), fase S (sintesis), dan fase
G2 (gap kedua). Menurut Harianto (2020), tahap-tahap dari mitosis adalah interfase,
profase awal, profase akhir, metafase awal, metafase akhir, anafase awal, anafase akhir,
telofase awal, telofase akhir.

A B C D E

Gambar 3.2 Gambar tahap mitosis pada kromosom akar bawang merah. (A) Interfase, (B)
Profase, (C) Metafase, (D) Anafase, (Telofase) (Abidin dkk., 2014)
Interfase terbagi ke dalam tiga fase, yakni fase G1 (gap pertama) terjadi sebelum
sintesis deoxyribonucleic acid (DNA), fase S (sintesis) termasuk sintesis DNA, dan fase
G2 (gap kedua) yang terjadi sesudah sintesis DNA. Menurut Mader (2011) tahap interfase
selama fase G1, sel mitokondria dan ribosom menggandakan organelnya, dan
mengakumulasi material yang dibutuhkan pada saat sintesis DNA berlangsung. Hal ini
didukung oleh pernyataan Enger et al. (2012) yang menyatakan bahwa beberapa sel ada
yang tetap berada pada fase G1 untuk waktu yang lama dan tidak melanjutkan tahapan
siklus sel pada fase ini. Profase merupakan tahapan awal dalam pembelahan sel dan
memiliki ciri dimana sentrosom mengalami replikasi sehingga menghasilkan dua
sentrosom yang akan bergerak ke kutub-kutub berlawanan. Mikrotubulus mulai terlihat di
antara dua sentrosom, nukleus dan membran inti mulai menghilang. Fase metafase yaitu
nukleus dan membran inti sel sudah tidak terlihat, pasangan kromatid bergerak ke bagian
tengah inti sel. Fase ketiga adalah fase anafase ditandai dengan pemisahan kromatid dari
bagian sentromer. Fase telofase adalah fase terakhir dimana kromosom telah sampai di
kutubnya masing-masing. Benang-benang spindel mulai menghilang dan membran inti sel
juga mulai terbentuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Harianto (2020) tahap profase
memiliki ciri-ciri yaitu kromatin membentuk kromosom kemudian membentuk kromatid.
Sentrosom pada tahap profase membelah menjadi dua sentriol yang menuju kutub
berlawanan. Membran inti mulai menghilang. Tahap metafase adalah tahap kedua pada
siklus pembelahan. Nukleus pada tahap ini sudah menghilang dan kromatid berjajar di
ekuator (bidang pembelahan). Kedua sentriol menjulurkan benang-benang spindel yang
berikatan dengan tiap kromatid. Tahap anafase ditandai dengan membelahnya sentromer.
Kromatid dalam satu kromosom induk berpisah menjadi kromosom anak, lalu pergi ke
kutub yang bersebrangan. Telofase adalah fase terakhir dalam fase pembelahan mitosis
dimana membran intinya mulai terbentuk kembali. Sentriol pada telofase kembali menjadi
sentromer. Tahap telofase juga terjadi sitokinesis yang diawali dengan pelekukan ke dalam
sel (pada sel hewan) atau pelekukan ke luar sel dengan membentuk pelat sel (pada sel
tumbuhan).
BAB IV
KESIMPULAN

Metode pejetan (squash) merupakan metode yang biasa digunakan untuk membuat
preparat akar bawang merah dengan tujuan mengamati penggandaan kromosom atau
pembelahan mitosis. Prosedur pembuatan preparat squash diawali dengan menumbuhkan akar
bawang merah terlebih dahulu, setelah itu ujung akar bawang dipotong kurang lebih 1 cm
dengan silet, lalu potongan dimasukkan ke dalam asam asetat glasial 45% dan dimasukkan ke
kulkas dengan suhu 4ºC selama 15 menit untuk kemudian dicuci 3 kali. Selanjutnya
dimasukkan ke dalam HCl, kemudian dipanaskan dengan alat pemanas suhu 55ºC dalam waktu
5 menit untuk kemudian dicuci kembali sebanyak 3 kali, lalu dipindahkan ke dalam pewarna
acetocarmine 1% dan didiamkan 30 menit. Tahap akhir yaitu potongan akar yang sudah diberi
beberapa perlakuan tadi diletakkan di atas gelas objek dan diberi gliserin, lalu ditutup dengan
gelas penutup. Pada pembelahan mitosis pada akar bawang merah (Allium cepa) terdapat
beberapa tahap pembelahan mitosis diantaranya ada tahap interfase, profase, metafase, anafase,
dan telofase.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, F. N., Jaya, A. S., & Widayat, W. 2017. Penentuan Waktu Perendaman Sel (Fase
Mitosis) Akar Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Menggunakan Safranin Untuk
Mendukung Praktikum Biologi. Jurnal Bioleuser, 1 (3) : 86-91.
Abidin, A.Z., Budiono, J. D., dan Isnawati. 2014. Studi Indeks Mitosis Bawang Untuk
Pembuatan Media Pembelajaran Preparat Mitosis. Jurnal Bioedu, Vol. 3 (3) : 571-579.
Andin, P., Agus, B, S., Aziz, P., dan Endang, S. 2020. Identifikasi Kromosom Homolog
Melalui Deteksi Nucleolus Organizer Regions dengan Pewarnaan AgNO3 pada
Tanaman Bawang Merah. Jurnal Bioteknologi dan Biosains Indonesia. 7(1): 9-17.
Cahyono, E. 2016. Perbedaan Fase Mitosis Tiga Spesies (Genus Allium) Berdasarkan Waktu
Pembelahan Sel Sebagai Media Pembelajaran Biologi. Universitas Muhammadiyah
Malang.
Enger, E. D., Ross, F. C., and Bailey, D. B. 2012. Concepts In Biology Fourteenth Edition.
McGraw-Hill, Americas New York.
Fajjriyah, N. 2017. Kiat Sukses Budidaya Bawang Merah. Yogyakarta: Bio Genesis.
Fas, Nurussalami A., Adi, Surya J., dan Widayat. 2017. Penentuan Waktu Perendaman Sel
(Fase Mitosis) Aakr Bawang Merah (Allium ascalonium L.) Menggunakan Safranin
untuk Medukung Praktikum Biologi. Jurnal Bioseluler. Vol 1 (3): 86-91.
Harianto, Baharuddin., Idham, Khalik., dan Asep, Koswara. 2020. Sel Penyusun Makhluk
Hidup Modul Tema 14. Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus.
Mader, S. 2011. Inquiry Into Life Thirteenth Edition. McGraw-Hill : New York.
Mertha, I. G., Idrus A. A., Bahri S., Sedijani P., dan Rasmi D. A. C. 2019. Pelatihan Pembuatan
Preparat Squash Ujung Akar Untuk Pengamatan Kromosom pada Guru-Guru
Biologi di Kota Mataram. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, Vol. 2
(4) : 454-459.
Mulyani, S. 2019. Anatomi Tumbuhan. PT. Kanisius, Yogyakarta.
Purnama, I. C. G., Martasari, C., Kendarini, N., & Saptadi, D. 2017. Analisis Sitologis Jeruk
Siam Madu (Citrus nobilis L .) Hasil Kultur Endosperma. Jurnal Produksi Tanaman, 5
(5) : 847–850.
Tri, P. A., Ike, A., Nurul, F., dan Maryati, W. 2018. Modifikasi Metode Preparasi Pewarnaan
Kromosom Pada Akar Kangkung (Ipomoea reptans). Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Terapan. Hlm 107-112.

Anda mungkin juga menyukai