GENETIKA
PERCOBAAN VIII
DERMATOGLIFI
NIM : H041201016
LABORATORIUM GENETIKA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
sesuatu menjadi dapat didefinisikan dan dapat dikenali. Terdapat berbagai metode
seseorang tidak dapat berubah dan unik untuk setiap individu. Sidik jari akan
menjadi tidak dapat dikenali apabila terjadi pembusukan pada korban tenggelam
bentuk gigi geligi. Sidik jari dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
(Mundijo, 2017).
dengan berbagai penyakit genetik terus mengalami perkembangan hingga saat ini.
Sudah hampir 150 tahun yang lalu, dermatoglifi digunakan sebagai alat untuk
genetika dan evolusi. Selain itu, dermatoglifi juga digunakan secara luas sebagai
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 April 2021 pada
pukul 14.00-16.30 WITA melalui media Zoom Meeting dan bertempat di domisili
masing-masing praktikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
permukaan kulit untuk membungkus telapak tangan dan juga telapak kaki. Pada
abad ke-20, permulaan tahun 1926 istilah dermatoglifi pertama kali diperkenalkan
jari dan telapak tangan pada sindrom down. Hal ini diikuti oleh peneliti yang lain,
Pada tahun 1880 Fauld (seorang ahli anatomi manusia) menyatakan bahwa
pola yang ada dibagian bawah jari tangan, akan menjadi hal yang penting dalam
mengidentifikasi dan menyelidiki tindak kejahatan. Sejak itu, pola sidik jari
banyak digunakan dalam dunia kepolisian. Pola sidik jari terbentuk sebelum lahir
dan terjadi ketika masih di dalam rahim. Untuk setiap manusia identitas
(dermatoglifi) yang terbentuk di bawah lapisan kulit atau dermal papilae, pola
dasarnya tidak berubah, selama lapisan papilae masih berada dikulit dan sidik jari
akan selalu ada. Dermatoglifi merupakan suatu manifestasi genetik yang dapat
dikendalikan oleh sebuah polygenik, dimana pola dasarnya tidak akan berubah
selama hayatnya. Perubahan hanya terjadi pada suatu ukuran sulur, yang
berlangsung sejalan dengan adanya perkembangan tangan dan kaki. Variasi pola
dermatoglifi satu spesies berbeda dengan spesies lain dan menunjukkan kekhasan
(ukuran), adalah suatu ilmu pengetahuan yang berdasar teori epidermal atau ridge
skill (garis-garis) pada permukaan kulit, jari-jari, telapak tangan, hingga kaki.
sejak lebih dari 300 tahun yang lalu. Dermatoglifi ini tidak akan pernah berubah
sejak lahir sampai mati. Pola dermatoglifi pada setiap orang tidak ada yang sama,
sehingga tanda-tanda yang terdapat pada ujung jari ini dapat dipakai sebagai alat
yang ditemukan pada jari tangan dan kaki pada manusia dan mamalia lainnya.
Sidik jari merupakan objek yang menarik untuk diselidiki dan telah digunakan
baik untuk diselidiki dan telah digunakan untuk keperluan identifikasi, hubungan
digunakan sebagai alat bantu skrening suatu diagnosis penyakit. Tahun 1892
Galton mengklasifikasi tipe pola sulur ujung jari tangan menjadi 3 tipe pola yaitu:
1) tipe Arch (A) 2) tipe Loop Ulnar (LU) dan tipe Loop Radial (LR) 3) tipe Whorl
(W) dikenal dengan vortex atau pola pusar. Perkembangan sulur pada waktu
kehamilan dibedakan atas dua tahap, yaitu tahap pembentukan sulur primer dan
terjadi pada minggu ke 18 sampai minggu ke-25. Jumlah rigi dari sidik jari
seseorang akan tetap pada waktu kira-kira minggu ke dua belas setelah konsepsi
lingkungan. Pola sidik jari telah dikelompokkan oleh Galton, secara garis besar
menjadi tiga pola, yaitu tipe arch, tipe loop dan tipe whorl. Tipe arch berupa garis
yang melengkung ke arah distal dan pada pola ini tidak terdapat triradius. Pola
loop memiliki lengkung seperti kait dengan satu triradius, dan pola whorl
Gambar 2.1 Pola Sidik Jari (kanan ke kiri Arch, Loop, Whorl) (Eboh, 2013)
dari pola sidik jari. Klasifikasi dari bentuk sidik jari tersebut di muka didasarkan
atas banyaknya triradius, yaitu titik-titik dari mana rigi-rigi menuju ke tiga arah
dengan sudut kira-kira 120 derajat. Bentuk sidik jari yang paling sederhana ialah
lengkung (arch), yang tidak mempunyai triradius, sehingga tidak dapat dilakukan
perhitungan rigi. Dua buah triradius terdapat pada bentuk lingkaran. Sedangkan
bentuk sosok (loop) memiliki sebuah triradius. Jika bagian yang terbuka dari
bentuk sosok menuju ke arah ujung jari, maka bentuk sosok dinamakan sosok
radial. Tetapi jika bagian yang terbuka itu menuju ke pangkal jari, maka bentuk
1. Plain Arch adalah bentuk pokok sidik jari dimana garis-garis datang dari sisi
lukisan yang satu mengalir ke arah sisi yang lain, dengan sedikit
2. Tented arch (Tiang Busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang memiliki
garis tegak atau sudut atau dua atau tiga ketentuan sangkutan.
3. Ulnar loop adalah garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah
4. Radial loop adalah garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah
5. Plain Whorl (Lingkaran) adalah bentuk pokok sidik jari, mempunyai dua
delta dan sedikitnya satu garis melingkar di dalam pola area, berjalan di
6. Double loop (Sangkutan Kembar) adalah mempunyai dua delta dan dua garis
Pola sidik jari merupakan salah satu variasi biologis yang berbeda dari satu
kelompok ras dengan kelompok yang lain, antara perempuan dan laki-laki bahkan
pada kembar identik. Perbedaan inilah yang menyebabkan sidik jari digunakan
wanita, sedangkan wanita memiliki pola arch yang lebih sederhana dari pria.
rata-rata tiap pola dan karakteristik lain menunjukkan variasi yang jelas diantara
populasi. Variasi sidik jari pada populasi manusia digunakan untuk mengetahui
Frekuensi dari berbagai pola sidik jari sangat bervariasi dari satu jari
dengan jari lainnya. Kira-kira 5% dari bentuk sidik jari pada ujung jari adalah tipe
lengkung. Bentuk sosok kira-kira 65-70% dan kira-kira 25-30% adalah tipe
lingkaran. Untuk mendapatkan jumlah perhitungan rigi, maka rigi dari semua jari-
jari dijumlahkan. Pada perempuan, rata-rata jumlah rigi adalah 127, sedangkan
Pada kedua jari tangan dapat memiliki > 1 pola sidik jari, yaitu Ulnar Loop,
Radial Loop, Whorl, Arch, Tented Arch, dan Double Loop. Pola dasar sidik jari
manusia semuanya berpola Ulna Loop namun adanya tujuh gen lain yang turut
berperan, sehingga timbul variasi pola sidik jari. Hasil penelitian ini hampir sama
dengan hasil penelitian Sintaningtyas bahwa orang normal memiliki pola sidik jari
yang paling tinggi adalah ulnar loop (54,7%), kemudian whorl (20,7%), arch
(13,7%), dan yang paling rendah radial loop (11%) (Mundijo, 2017).
budaya, bahasa, dan tempat tinggal. Setiap suku bangsa memiliki bahasa, tradisi,
dan kebudayaan yang berbeda. Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang
bangsa antara lain dari segi fisik, warna kulit, jenis rambut serta bahasa yang
digunakan. Penelitian variasi pola sidik jari dengan ruang lingkup sempit yaitu
suku Jawa dan Papua telah dilakukan di Surabaya (Hidayati, 2015) dan
menyatakan bahwa pada suku Jawa didominasi oleh pola loop sebesar 52,1%,
pola whorl 41,6%, dan pola arch 6,3%, sedangkan pada sampel Papua didominasi
oleh pola whorl sebesar 51,6%, pola loop 46,9%, dan pola arch 1,6% (Purbasari
Pola sidik jari suku Jawa, Dayak, China, Flores, dan Timor memiliki
persentase kemunculan tertinggi pada pola loop, kemudian whorl dan terendah
pola arch. Pada suku Nias dan Minang memiliki persentase kemunculan tertinggi
pada pola whorl, diikuti loop dan arch, sedangkan pada suku Mentawai memiliki
persentase kemunculan pola loop dan whorl yang sama. Jumlah sulur pada sidik
jari tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah suku Nias (189), Minang
(126), Timor (125), Dayak (115), Mentawai (114), Jawa (112), China (101), dan
Flores (8). Jika dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, individu laki-laki suku
Timor, Jawa, dan Flores memiliki jumlah sulur lebih banyak dibandingkan jumlah
Deaton melaporkan bahwa pola sidik jari tangan, telapak tangan dan
telapak kaki memiliki hubungan erat dengan berbagai macam penyakit keturunan
Lebih dari separuh jumlah anak-anak yang menderita down sindrom mempunyai
garis pada telapaktangan seperti kepunyaan kera dan banyak mempunyai sidik jari
ditandai oleh gangguan signifikan pada fungsi sosial dan perilaku sosial.
Diketahui bahwa dua regio pada kromosom 2 dan 7 mengandung gen yang
terlibat di dalam autisme, selain itu juga ditemukan pada kromosom 16 dan 17.
Selain Autisme, anomali kongenital yang disebabkan oleh faktor genetik lainnya
adalah Sindrom Down yang merupakan suatu kondisi keterbelakangan fisik dan
Gen yang berperan pada hipertensi adalah gen NPPA dan NPPB.
Kedua gen ini berada pada peredaran darah, yang mana kedua gen ini
adalah penyakit poligenik yang pemunculannya baru akan terlihat apabila gen
penyebab diabetes yang diperoleh dari kedua orang tuanya telah melewati ambang
penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM.
poligen. Di Amerika Serikat terdapat seorang di antara 750 sampai 1000 kelahiran
yang memiliki kelainan ini. Ini berarti bahwa setiap tahun ada kira-kira 6000
sampai 7000 anak yang lahir dengan memiliki kelainan ini (Suryo, 2011).
sumbing dengan atau tanpa langit-langit mulut sumbing dan dua puluh delapan
terisolasi kasus langit-langit mulut sumbing. Mereka dievaluasi untuk jari pola,
pola digital, pola interdigital, jenis C-line dan D-line. Itu menunjukkan variasi
dalam pasien dan kontrol. Sudut atd yang lebih lebar (selengkapnya dari 30
derajat) dan asimetri dermatoglifi dicatat dalam kelompok pasien. Ada juga
peningkatan yang signifikan pada loop ulnar, lengkung pola di antara pasien
METODE PERCOBAAN
III.1.1 Alat
bantalan stempel, kertas putih (A4), pensil, gunting, kalkulator, lem kertas, loop,
dan penggaris.
III.1.2 Bahan
1. Jari-jari tangan terlebih dahulu dari debu atau kotoran dengan alcohol atau air.
3. Tekan dengan perlahan ibu jari pada bantalan tersebut dan selanjutnya
tekankan kembali jari yang telah diberi tinta tersebut pada kertas
5. Lakukanlah hal yang sama untuk semua jari baik pada tangan kanan
6. Catat semua data dari semua kelompok dan hitung presentase masing-
VI.1 Hasil
5 30 25 799
e 5% 75 % 20 %
X2 0,33
IV.2 Pembahasan
Dalam percobaan ini, diamati pola sidik jari asisten. Berdasarkan hal ini
diperoleh terdapat dua asisten yang memiliki pola sidik jari arch yaitu Paula
Natasha dengan jumlah 3 dan Jesika Bangkaran dengan jumlah 2. Jadi total
pola sidik jari loop yaitu Paula Natasha dengan jumlah 5, Ferdinando dengan
8, dan Anugrah Prima dengan jumlah 4. Jadi, total keseluruhannya yaitu 30.
Untuk pola sidik jari whorl pun terdapat lima asisten yang memilikinya yaitu Dian
Berdasarkan teori rata-rata jumlah sulur pada umumnya sebesar 127 pada
perempuan dan 144 pada laki-laki (Leksono, 2011). Pada percobaan yang
masing-masing sebanyak 133, 129, dan 130 yang lebih besar dari rata-rata total
hitung sulur perempuan sebesar 127, sedangkan asisten Paula Natasha memiliki
jumlah sulur sebanyak 65 yang berarti berada di bawah rata-rata total hitung sulur
perempuan sebesar 127. Pada asisten laki-laki yaitu Ferdinando dan Anugrah
Prima masing-masing memiliki jumlah sulur sebanyak 190 dan 159 yang artinya
lebih besar dari rata-rata total hitung sulur laki-laki yaitu 144.
untuk Dian Ramadhani sebesar 37o, Paula Natasha sebesar 39o, Ferdinando
sebesar 43o, Keysa Tangketasik 45o, Jesika Bangkaran sebesar 55o, dan Anugrah
Prima sebesar 34o. Berdasarkan teori yang ada rata-rata sudut ATD berkisar antara
35o-50o (Leksono, 2011). Dari teori tersebut diketahui bahwa semua asisten berada
Menurut teori, frekuensi pola sidik jari arch diperoleh 5% tetapi pada
percobaan diperoleh 8,33% sehingga terdapat deviasi sebesar 3,33%. Pola sidik
jari loop seharusnya memperoleh frekuensi sebesar 75% namun dalam percobaan
hanya diperoleh 50% sehingga terdapat deviasi -25% dan untuk pola sidik jari
whorl menurut teori mendapatkan sebesar 20% namun pada hasil percobaan
ekspektasi, observasi dan deviasi maka diperoleh nilai chi square untuk arch 0,02,
loop 0,08, dan whorl 0,23. Pada arch mempunyai nilai kisaran 0,01 dan loop
kebebasan sebesar 2.
BAB V
V.1 Kesimpulan
pasang jari diperoleh. Tipe pola sidik jari yang banyak dimiliki oleh asisten
adalah pola sidik jari loop dan whorl. Sedangkan yang paling sedikit adalah
2. Jumlah sulur rata-rata sidik jari asisten yang diamati memiliki jumlah sulur
yang lebih besar dari rata-rata total hitung sulur perempuan dan laki-laki
kecuali asisten Paula Natasha yang menyimpang dengan angka teori yaitu
jumlah sulur hanya 65. Angka ini berada di bawah rata-rata total hitung sulur
3. Perhitungan sudut ATD diketahui bahwa sudut ATD semua asisten sesuai
V.2 Saran
dilaksanakan ke depannya lebih baik lagi, disarankan agar alat-alat yang ada di
atau diganti.
V.2.2 Saran untuk Asisten
praktikan dan tetap jadi instruktur yang senantiasa berbagi ilmu sehingga dapat
Praktikum kali ini dilaksanakan melalui media oline atau biasa yang
dengan baik dan lancar terutama masalah yang mungkin timbul karena jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
Jaya, H., Triwani, Herman, Y., Joko, M., dan Lukman. 2014. Hubungan Pola
Dermatoglifi dengan Hipertensi Essensial. Jurnal Keperawatan
Soedirman. 9(2): 126-133.
Leksono, R., Soesanto, O., dan Muliadi. 2011. Rancang Bangun Aplikasi
Pengenalan Pola Sidik Jari. Jurnal Ilmu Komputer. 2(1): 74-83.
Mundijo, T. 2017. Gambaran Pola Sidik Jari dan Sudut Axial Triradius Digital
(ATD) pada Anak Sekolah Dasar Negeri 144, Talang Betutu, Palembang,
Sumatera Selatan. Jurnal Syifa’ Medika. 7(2): 99-103.
Narayana, B.L., Rangaiah, Y.K.C., dan Khalid, M.A. 2016. Study of Fingerprint
Patterns in Relation to Gender and Blood Group. Journal of Evolution of
Medical and Dental Sciences. 5(14): 630-633.
Purbasari, K., dan Angga, R.S. 2017. Variasi Pola Sidik Jari Mahasiswa Berbagai
Suku Bangsa Di Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Prosiding
Seminar Nasional Simbiosis II. 2(3): 410-421.
Siburian, J., Evita, A., dan Hayati, S.F. 2011. Analisis Pola Sidik Jari Tangan dan
Jumlah Sulur Serta Besar Sudut ATD Penderita Diabetes Melitus di
Rumah Sakit Umum Daerah Jambi. Jurnal Biospesies. 2(2): 12-17.
Wati, M., Megahati, R.R.P., dan Sari, W.N. 2015. Pola Khas yang Ditemukan
pada Sidik Jari dan Telapak Tangan pada Anak-Anak Tuna Netra di
Kota Padang. Jurnal Bioconcetta. 1(2): 59-66.
Lampiran Referensi