Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preparat apus atau smear adalah preparat yang proses pembuatannya

dengan metode apus atau smear, yaitu dengan cara mengapuskan lapisan tipis atau

film suatu bahan yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang

bersih dan bebas lemak, selanjutnya melakukan fiksasi, mewarnai dan

menutupnya dengan gelas penutup untuk diamati di bawah mikroskop. Preparat

apus darah digunakan untuk mempelajari struktur eritrosit, leukosit dan trombosit.

Darah adalah cairan tubuh yang mengalir dalam pembulu dan beredar ke

selurunya tubuh. Darah pada umumnya terdiri atas unsur-unsur seluler dan matrik

cairan yang disebut plasma.

Pembelahan sel pada epithelium terjadi secara terus menerus untuk

menggantikan sel-sel yang rusak. Jaringan epithelium terbagi menjadi dua, yaitu

epithelium permukaan merupakan epitel pelapis berbaris yang menutupi

permukaan tubuh dan organ tubuh bagian dalam, epitelium kelenjar menyekresi

hormon atau produk lain. Fungsi jaringan epithel antara lain, melindungi jaringan

di bawahnya dari jaringan mekanik, bahan kimia lainnya, sebagai alat ekskresi,

mengurangi gesekan antara darah dan dinding pembuluh darah, sebagai alat

absorpsi, sebagai alat sekresi, sebagai alat penyaring atau filtrasi, sebagai alat

difusi, penerima impuls sel epitel khusus ditembus dari rangsangan sensorik

dimana sel epitel terdapat ujung saraf sensorik yang berada pada telinga, kulit,

lidah, dan hidung.


Jaringan otot berasal dari lapisan mesoderm dari sel germinal embrio

dalam proses yang dikenal sebagai miogenesis. Aksi otot dapat diklasifikasikan

sebagai baik sukarela atau paksa. Jantung dan halus otot kontrak tanpa pikiran

sadar dan disebut paksa, sedangkan otot rangka kontrak atas perintah . Otot

rangka pada gilirannya dapat dibagi menjadi serat berkedut cepat dan lambat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan praktikum Preparat Apusan

Darah, Mukosa Mulut dan Jaringan Otot.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut. bagaimana

cara membuat preparat apusan darah, mukosa mulut dan jaringan otot?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan ini adalah sebagai berikut.

untuk mengetahui cara membuat preparat apusan darah, mukosa mulut dan

jaringan otot

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang ingin diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

dapat mengetahui cara membuat membuat preparat apusan darah, mukosa mulut

dan jaringan otot


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Preparat Apus

Preparat apus darah merupakan preparat darah yang digunakan untuk

mencari kelainan pada sel darah. Tiga sel darah utama yang diuji, yaitu Sel darah

merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, Sel darah putih yang membantu

tubuh melawan infeksi, Trombosit yang penting untuk pembekuan darah. Tes

menggunakan preparat apus darah sering dilakukan untuk penegakkan diagnosis

kondisi tubuh yang menyebabkan penyakit kuning, anenmia, memar yang

abnormal, gejala flu yang abnormal, penurunan berat badan yang mendadak,

alergi kulit, infeksi tak terduga dan nyeri tulang (Harijati, dkk., 2017).

B. Apusan Darah

Pengamatan pada apusan darah salah satu sel yang dapat diamati adalah

leukosit. Leukosit memiliki sebuah inti yang bentuk dan ukurannya bervariasi

sehingga mudah dibedakan dengan eritrositdan trombosit. Terdapat 5 jenis

leukosit yang utama, yaitu neurofil, eusinofil, basofil dan monosit. Eosinofil

merupakan salah satu jenis sel leukosit yang memiliki cirri-ciri khas diantaranya

sel bulat, inti biasanya hanya memiliki 2 lobus, kromatin berwarna ungu,

sitoplasma mengandung banyak granula oesinofilik (jingga) yang berukuran sama

besar dan lebih besar dibandingkan granula neutrofil (Ardina dan Rosalinda,

2018).
C. Apusan Darah Tepi

Apusan darah tepi salah satu sel yang diamati adalah leukosit. Leukosit

memiliki sebuah inti yang bentuk dan ukurannya bervariasi sehingga mudah

dibedakan antara eritrosit dan trombosit. Terdapat 5 jenis leukost yang utama

yaitu, neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit. Eosinofil merupakan

salah satu jenis leukosit yang memiliki cirri khas diantaranya sel bulat, inti biasa

hanya memiliki dua lobus, kromatin berwarna ungu, sitoplasma mengandung

banyak granula eosinofilik (jingga) yang berukuran sama besar dan lebih besar

dibandingkan granula neutrofil (Puasa, 2017).

D. Darah

Darah merupakan unsure berupa cairan dalam tubuh manusia yang

berperan penting dalam mekanisme kerja tubuh yang berfungsi sebagai medium

atau transportasi missal jarak jauh berbagai bahan antar sel dan lingkungan

eksternal atau antara sel-sel yang sendiri, dimana transportasi semacam itu penting

untuk memelihara homeostatis atau keseimbangan, berfungsi sebagai medium

untuk membawa berbagai bahan ke sel, menyangga perubahan PH, mengangkut

kelebihan panas kepermukaan tubuh untuk dikeluarkan, berperan penting dalam

sistem perubahan tubuh dan memeperkecil kehilangan darah apabila terjadi

kerusakan pada pembuluh darah (Andriyanto, 2011).


E. Leukosit

Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan

hemopoetik untuk jenis bergranula (polimorfonuklear) dari jaringan limpatik

untuk bergranula (mononuklear) berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh

terhadap infeksi. Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi, karena

itu jumlah leukosit tersebut berubah-ubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan

jumlah benda asing yang dihadapi dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi

oleh tubuh tanpa menimbulkan gangguan fungsi, meskipun leukosit merupakan

sel darah, tapi fungsi leukosit lebih banyak dilakukan di dalam jaringan. Leukosit

hanya bersifat sementara mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh, apabila terjadi

peradangan pada jaringan tubuh leukosit akan pindah menuju jaringan yang

mengalami radang dengan cara menembus dinding kapiler (Lailiana, 2017).

F. Pengertian Otot

Jaringan otot terdiri atas sel-sel panjang yamg disebut serabut otot yang

mampu berkontraksi ketika dirangsang oleh implus saraf. Tersususn dalam

susunan paralel di dalam sitoplasma. Serabut otot adalah sejumlah besar

mikrofilamen yang terbuat dari protein kontraktil aktin dan myosin. Otot adalah

jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian besar hewan dan kontraksi

otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang memerlukan energi dalam

suatu hewan yang aktif. Tubuh vertebrata tersusun oleh tiga jaringan otot di

antaranya, otot polos, otot lurin atau otot rangka dan otot jantung (Fried dan

Hademenos, 2005).
G. Fungsi Otot

Fungsi otot adalah untuk pergerakan, stabilisasi posisi tubuh, mengatur

volum organ dan termogenesis; diperkirakan 85% panas tubuh dihasilkan oleh

kontraksi otot. Sifat otot ialah eksitabilitas atau iritabilitas, dapat berkontraksi,

dapat direnggang tanpa merusak jaringannya pada batas tertentu dan elastisistas.

Cirri-ciri histology, lokasi serta control system saraf dan endokrin jaringan otot

dikelompokkan atas jaringan otot rangka, otot jantung dan otot polos. Jaringan

otot rangka terutama melekat pada tulang dan berfungsi menggerakkan bagian-

bagain skeleton (Wangko, 2014).

H. Otot Lurik atau Otot Rangka

Otot lurik atau otot rangka adalah sejenis otot yang melekat pada rangka

tubuh manusia atau hewan yang fungsinya dipengaruhi oleh kemauan, oleh karena

inervasinya dilakukan oleh saraf motorik somatik tipe Aα. Fungsi utama otot

rangka adalah berkontraksi dalam rangka menggerakkan anggota tubuh dan fungsi

yang lain adalah menghasilkan panas tubuh, memberi bentuk tubuh serta

melindungi organ yang lebih dalam. Otot rangka atau skelet tersusun oleh

kumpulan serabut (sel) otot bergaris (muscle fiber atau skeletal miocite),

mempunyai banyak inti yang terletak di tepi. Dinding atau membran sel disebut

sarkolema mempunyai kemampuan menghantarkan impuls (potensial aksi)

kesemua arah temasuk melanjutkan penghantaran sepanjang dinding tubulus

transversalis (transvere tubule atau Ttub). Sitoplasma serabut otot atau

sarkoplasma mengandung struktur kontraktil (suatu sitoskeleton) yang berperanan

terhadap fungsi utama otot rangka (Sarifin, 2010).


G. Otot Jantung

Otot jantung adalah otot yang khusus membentuk jantung. Otot jantung

berfungsi menggerakkan jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh.

Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan serambi dan bilik jantung

menyempit serta melebar secara berirama. Kontraksi dan relaksasi menimbulkan

jantung berdenyut. Kerja otot jantung tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (diluar

perintah otak), tetapi dipengaruhi oleh saraf otonom (simpatetik dan

parasimpatetik). Otot jantung bergerak secara terus-menerus selama seseorang

masih hidup. Gerakan otot jantung teratur dan tahan kelelahan. Jadi otot jantung

merupakan otot istimewa karena memiliki struktur seperti otot lurik dan bekerja

seperti otot polos (Pearce, 2017).

H. Otot Polos

Otot polos mempunyai bentuk sel seperti gelendong, bagian tengah besar,

dan ujungnya meruncing. Dalam setiap sel otot polos terdapat satu inti sel yang

terletak di tengah dan bentuknya pipih. Aktivitas otot polos tidak dipengaruhi oleh

kehendak (otot tidak sadar) sehingga disebut otot involunter dan selnya dilengkapi

dengan serabut saraf dari sistem saraf otonom. Kontraksi otot polos dalam dinding

arteriola akan menyempitkan pembulu yang sangat kecil itu yang meningkatkan

resistensi dan meningkatkan tekanan darah di daerah hulu arteri. Ketika otot polos

berelaksasi arteriola berdilatasi, darah yang mengalir melalui arteriola meningkat

dan tekanan darah arteri akan menurun (Campbell, 2004).


I. Mukosa Mulut

Mukosa mulut adalah jaringan yang melapisi rongga mulut, terdiri dari

dua bagian yaitu epitel dan lamina propia. Lamina propia mengandung serabut

kolagen, serabut elastik, retikulin dan jaringan penghubung. Lapisan di bawah

lamina propia adalah lapisan submukosa yang merupakan jaringan ikat kendor

yang mengandung lemak, pembuluh darah, limfe dan saraf. Epitel rongga mulut

tersusun dari sel squamos bertingkat, mirip dengan epitel squamous bertingkat

yang ditemukan di bagian tubuh lain, yaitu memiliki aktivitas turn over yang

dimulai dari sel basalis. Sel basalis yang masuk akan berdiferensiasi menjadi sel

intermediet, kemudian akan berdiferensiasi lagi menjadi sel superfisial. Sel

superfisial adalah lapisan terluar dari epitel dan yang paling muda terlepas dari

permukaan (Santoso, dkk., 2013).

Rongga mulut dilapisi oleh mukosa yang terdiri atas epitel dan lamina

propria serta jaringan ikat pada submukosa. Berbagai tipe leukosit terdapat

dilapisan submukosa yang dapat bermigrasi ke mukosa dan dapat di temui di

dalam saliva. Epitel rongga mulut terdiri dari epitel berlapis Gepeng tanpa lapisan

tanduk sebagai pelindung. Epitel terdiri atas sel basal, parabasal, intermediet dan

supervisial serta epitel ini secara berkala mengalami poliferasi, maturasi dan

eksfoliasi. Kelainan rongga mulut akan diikuti dengan perubahan komposisi

sitologi sel leukosit maupun sel epitel akibat proses eksfoliasi ataupun migrasi sel

(Rahmawati, 2018).
J.Sel Epitel

Sel-sel epithel mukosa mulut terdiri dari empat lapisan mulut berturut-turut dari

yang paling dalam ke permukaan, yaitu lapisan germinativum atau basalis, lapisan

spinosum, lapisan granulosum dan lapisan corneum. Stratum basalis terdiri dari selapis

sel berbentuk kubus yang berbatasan dengan lamina propia dan menganduk sel-sel induk

yang secara kontinyu bermitosis dan anak selnya dikirmkan ke lapisan yang lebih

superficial. Stratum spinosum terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk bulat atau oval dan

mempunyai karakteristik sel yang mulai matang. Stratum granulosum terdiri dari

beberapa lapis sel yang lebih gepeng dan lebih matang dari stratum spinosum dan

mengandung banyak granula keratohialin yang merupakan bakal sel keratin

(Puspitawati, 2003).

K. Ciri-Ciri Sel Epitel

Ciri-ciri dari sel epitel, yaitu kumpulan sel-sel yang tersusun saling

berlekatan dengan materi interselular, terkait dengan jaringan di bawahnya

melalui struktur membrane basalis, sel-sel epitel disatukan oleh bahan perekat dan

proses mekanik, avaskular tidak ada pembuluh darah dalam jaringan epitel. Sel

epuitel terdapat lapisan sel yang menyelimuti dan melapisi permukaan luar organ

dalam (endotelium), bagian dalam organ (mesotelium) dan permukaan paling luar

dari tubuh (epidermis). Sel-sel epitel tersusun rapat sehingga terdapat rongga antar

sel. Sel-sel tersebut menempel pada sebuah lapisan yang disebut membrane basal.

Membran basal berfungsi menyokong jaringan epitel yang ada di atasnya.

(Ferdinand dan Ariebowo, 2016).


L. Metode Pewarnaan Supravital

Metode pewarnaan supravital merupakan suatu metode untuk

mendapatkan sediaan dari sel atau jaringan yang hidup. Zat warna yang biasa

dipakai untuk pewarnaan supravital adalah jenus green, neutral red, methylen blue

dengan konsentrasi tertentu. Preparat supravital merupakan preparat yang bersifat

sementara sehingga harus segera diamati dengan mikroskop setelah pembuatan

preparat tersebut selesai. Sel epitel mukosa mulut terdiri dari empat lapisan

berturut-turut dari yang paling dalam ke permukaan, yaitu lapisan germinativum

atau basalis, lapisan spinosum, lapisan granulosum dan lapisan corneum

(Kuncorojakti, 2014).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 15 November 2019 pada

pukul 07.30- 09.30 WITA. Bertempat di Laboratorium Biologi Unit Zoologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan kegunaan


No Nama Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Darah Sebagai objek pengamatan
2. Daging sapi Sebagai objek pengamatan
3. Lendir mulut Sebagai objek pengamatan
4. Alkohol 70 % Untuk membersihkan alat
5. Cutton bad Untuk mengapus rongga mulut
6. Giemsa Sebagai larutan pewarna

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 2. Alat dan kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1 2 3
1. Mikroskop Untuk mengamati objek pengamatan
2. Kaca Preparat Sebagai media tempat objek pengamatan
3. Pipet tetes Untuk mengambila larutan
4. Pisau bedah Untuk membedah objek pengamatan
5. Papan bedah Sebagai media tempat menyayat objek pengamatan
6. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan
7. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

a. Apusan Darah

1. Mengambil sampel darah menggunakan jarum frankel, teteskan darah

yang keluar pada kaca objek pada tetesan kedua

2. Mengapus dengan menggunakan kaca objek lain dengan sudut 45º

3. Mengeringkan darah dan fiksasi menggunakan alkohol absolute selama

30 menit dan ditetesi larutan giemsa 3% selama 3 menit

4. Mencuci menggunakan aquades dan keringkan

5. Mengamati dibawah mikroskop

b. Mukosa Mulut

1. Ujung cotton bad disterilkan dengan menggunakan alkohol

2. Menggeruk selaput lendir dengan menggunakan cotton bad

3. Mengoleskan selaput lendir di atas kaca objek

4. Pewarnaan giemsa selama

5. Mengamati di bawah mikroskop

c. Jaringan Otot

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Menyiapkan mikroskop

2. Menyayat setipis mengkin dan letakkan di atas kaca objek

3. Meneteskan alkohol selama 1-5 menit

4. Membersihkan dengan aquades


5. Mengamati penampang preparat di bawah mikroskop

6. Mendokumentasikan hasil pengamatan

7. Memberi keterangan pada bagian-bagian otot yang tampak


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3. Hasil pengamatan preparat


No. Gambar Pengamatan Gambar Literatur Keterangan
1 2 3 4
1.
1 1. Basofil
2. Limfosit
2 3. Monosit
3 4. Neutrofil

4
Sel Darah
2.
1 1. Tepi sel
2 2. Sitoplasma
3. Inti sel
3 (Nucleus)
4. Sel epitel
4
Mukosa Mulut

3.
1. Serat
1 2. Inti Sel
(Nucleus)
2

Otot Lurik

B. Pembahasan

Preparat adalah proses pembuatan maupun penyiapan sesuatu menjadi

tersedia. pembuatan apusan darah ini menggunakan suatu metode yang disebut

metode oles atau metode smear yang merupakan suatu sediaan dengan jalan
mengoles atau membuat selaput film dan substansi yang berupa cairan atau bukan

cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi,

diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup, untuk melihat struktur sel darah

dengan menggunakan mikroskop cahaya pada umumnya dibuat sediaan apus

darah. Sediaan apus darah ini tidak saja untuk mempelajari bentuk masing-masing

sel darah, tetapi juga dapat digunakan untuk menghitung perbandingan antara

masing-masing jenis sel darah.

Pengamatan apusan darah dilakukan dengan cara mengambil sampel darah

menggunakan jarum frankel, kemudian diteteskan darah yang keluar pada kaca

objek pada tetesan kedua, mengapusnya dengan menggunakan kaca objek lain

dengan sudut 45º, setelah itu mengeringkan darah dan memfiksasinya

menggunakan alkohol absolute selama 30 menit dan ditetesi larutan giemsa 3%,

kemudian keringkan dan mengamatinya di bawah mikroskop. Berdasarkan hasil

pengamatan apusan darah terlihat sel basofil, limfosit, monosit dan neutrofil.

Basofil adalah jenis sel darah putih yang berbentuk butiran kasar hitam

dan kebiruan yang terletak di dalam sitoplasma. Sel darah putih basofil berfungsi

untuk melawan benda-benda asing yang menyerang tubuh, mencegah pembekuan

darah dan mengatasi reaksi alergi. Limfosit merupakan salah satu dari beberapa

jenis leukosit yang berukuran kecil dan memiliki fungsi terkait reaksi imunitasi.

Ciri-ciri dari limfosi antara lain, memiliki ukuran yang kecil, bentuk oval atau

bulat, memiliki pergerakan terbatas, berinti satu sel dengan warna ungu,

sitoplasma sedikit dan berwarna biru muda dan tidak memiliki granula. Limfosit

berfungsi untuk mengenali adanya antigen yang masuk ke tubuh, mencari sel-sel
tubuh yang terinfeksi antigen dan menghancurkan antigen dengan bahan kimia

beracun.

Monosit adalah salah satu dari leukosit yang menjadi bagian dari sistem

kekebalan tubuh. Monosit dapat dikenal dengan warna inti dan diproduksi di

dalam sumsum tulang dari sel punca haematopoetik yang disebut monoblas.

Monosit memiliki jumlah sedikit di dalam sitoplasma. Monosit dapat

meninggalkan aliran darah dan masuk ke jaringan lain dalam tubuh dan berubah

menjadi makrofag, setalh menjadi makrofrag jaringan, monosit melakukan

fagositosis atau memakan sel mati serta menyerang mikroorganisme dikarenakan

monosit berukuran besar. Neutrofil adalah jenis sel darah putih yang paling

banyak dalam tubuh yang beredar di dalam aliran darah. Neutrofil berukuran

sedang yang memiliki banyak inti sel yang tidak beraturan dan memiliki berbagai

fungsi di dalam sel. Neutrofil menempal pada dinding pembuluh darah yang

berfungsi untuk menghalangi infeksi atau kuman yang masuk ke dalam darah

melalui luka.

Pengamatan mukosa mulut dilakukan dengan cara cotton bad di sterilkan

menggunakan alkohol 70%, kemudian megeruk selaput lendir dengan

menggunakana cotton bad dan mengolesnya pada kaca objek yang telah diberi

pewarnaan. Pewarnaan yang digunakan yaitu giemsa yang berfungsi untuk

mewarnai sel-sel yang diamati di bawah mikroskop agar terlihat jelas atau

kontraks, setelah itu mengamatinya di bawah mikroskop.

Berdasarkan hasil pengamatan preparat mukosa mulut merupakan

epithelium pipih dengan bentuk bulat. Pengamatan di bawah mikroskop sel-sel


epitel berwarna biru agak keunguan. Nukleus sel epitel berwarna lebih kuat

menjadi lebih biru karena nukleus bersifat asam akan terwarna oleh pewarna basa

yaitu giemsa, pada pengamatan sel masih dalam bentuk asalnya, tidak terjadi

plasmolisis atau krenasi karena menggunakan zat warna netral seperti hitam atau

putih.

Menurut Puspitawati, 2003 menyatakan bahwa, sel-sel epitel mukosa

mulut terdiri dari empat lapisan berturut-turut dari yang paling dalam ke

permukaan yaitu lapisan germinativum atau basalis, lapisan spinosum, lapisan

granulosum dan lapisan corneum. Preparat mukosa mulut hanya dapat dilihat

bentuk selnya dengan menggunakan mikroskop dimana dalam pembuatan

preparat ini ditemukan hasil pengamatan bahwa sel epitelium terwarna dengan

baik, warna inti lebih terwarna kuat dibandingkan sitoplasma sehingga terlihat

kontras. Sel epithelium tipis, meski banyak sel yang masih bertumpuk-tumpuk

tetapi masih ada sel yang tidak bertumpuk-tumpuk sehingga masih dapat diamati

dengan jelas, warna sitoplasma sel transparan sehingga mudah dibedakan dengan

inti sel. Sitoplasma adalah bagian sel yang terbungkus membran sel. Sel eukariota

pada sitoplasma adalah bagian non-nukleus dari protoplasma. Sitoplasma terdapat

sitoskeleton, berbagai organel dan vesikuli, serta sitosol yang berupa cairan

tempat organel melayang-layang di dalamnya.

Menurut Santosos, dkk., 2013 menyatakan bahwa, sel-sel Epitel rongga

mulut tersusun dari sel squamos bertingkat, mirip dengan epitel squamous

bertingkat yang ditemukan di bagian tubuh lain, yaitu memiliki aktivitas turn over

yang dimulai dari sel basalis. Turn over atau indeks maturasi adalah perbandingan
antara sel basal-parabasal, sel intermediet, dan sel superfisial. Sel basalis yang

matur akan berdiferensiasi menjadi sel intermediet, kemudian akan berdiferensiasi

lagi menjadi sel superfisial. Sel superfisial adalah lapisan terluar dari epitel dan

yang paling mudah terlepas dari permukaan. Ketebalan mukosa bukal mencapai

40-50 lapisan sel, yaitu sekitar 500-800 µm4 .

Preparat mukosa mulut hanya dapat dilihat bentuk selnya menggunakan

mikroskop di mana dalam pembuatan preparat ini ditemukan hasil pengamatan

bahwa sel epithelium terwarna dengan baik, warna inti terwarna dengan kuat

dibandingkan sitoplasma sehingga terlihat kontraks. Sel epithelium tipis, meski

banyak sel yang tidak bertumpuk-tumpuk sehingga masih dapat diamati dengan

jelas. Warna sitoplasma sel transparan sehingga mudah dibedakan dengan inti sel.

Pengamatan pada otot lurik yang terdapat pada daging sapi. Otot lurik

adalah otot yang apabila dilihat dengan mikroskop akan terlihat seperti gambaran

lurik-lurik. Otot lurik melekat pada rangka sehingga ada yang menyebutnya otot

rangka. Otot lurik bekerja secara sadar menurut kehendak dan gerakannya tidak

teratur sehingga disebut otot sadar, bergaris melintang terdiri atas berkas-berkas

sel silindris sangat panjang dan berinti banyak. Inti banyak tersebut disebabkan

oleh persatuan mioblas embrionik berinti tunggal. Nukleus bujur telur biasanya

ditemukan di bagian perifer sel, yaitu di bawah membran sel.

Pengamatan pada preparat otot lurik terlihat adanya nukleus (inti sel) yang

berfungsi sebagai pengkoordinir seluruh kegiatan sel atau berfungsi untuk

mengatur semua kegiatan sel dan menjadi pusat semua kegiatan. Menurut

Rahmatullah dan Lesmana, 2005 menyatakan bahwa serat otot rangka serupa satu
sama lainya, otot rangka merupakan jaringan yang sangat heterogen , yang

tersusun dari serat-serat yang berbeda dalam hal aktivitas miosin ATP ase,

kecepatan kontraksi dan banyak yang lainnya. Serat-serat otot rangka dibedakan

menjadi dua jenis yaitu serabut tipe I dan serabut tipe II. Otot tipe I disebut otot

merah karena memiliki banyak mioglobin otot ini responnya lambat dan memiliki

masa laten yang panjang, dapat berkontraksi pada saat yang lama dan berfungsi

untuk mempertahankan sikap tubuh, otot ini banyak ditemukan pada daerah

punggung. Otot tipe II disebut otot putih karena sedikit mengandung mioglobin,

otot ini memiliki lama kontraksi yang singkat dan khusus untuk gerakan halus dan

terampil, otot tangan banyak mengandung serat tipe II dan umumnya digolongkan

kedalam otot-otot putih.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah cara membuat

apusan darah adalah dilakukan dengan cara mengambil sampel darah

menggunakan jarum frankel, kemudian diteteskan darah yang keluar pada kaca

objek pada tetesan kedua, mengapusnya dengan menggunakan kaca objek lain

dengan sudut 45º, setelah itu mengeringkan darah dan memfiksasinya

menggunakan alkohol absolute selama 30 menit dan ditetesi larutan giemsa 3%,

kemudian keringkan dan mengamatinya di bawah mikroskop. Cara membuat

preparat mukosa mulut adalah dilakukan dengan cara cotton bad di sterilkan

menggunakan alkohol 70%, kemudian megeruk selaput lendir dengan

menggunakana cotton bad dan mengolesnya pada kaca objek yang telah diberi

pewarnaan. Pewarnaan yang digunakan yaitu giemsa yang berfungsi untuk

mewarnai sel-sel yang diamati di bawah mikroskop agar terlihat jelas atau

kontraks, setelah itu mengamatinya di bawah mikroskop. Pengamatan jaringan

otot dilakukan dengan cara menyayat setipis mengkin dan letakkan di atas kaca

objek, meneteskan alkohol selama 1-5 menit, kemudian embersihkan dengan

aquade, mengamati penampang preparat di bawah mikroskop,

mendokumentasikan hasil pengamatan dan memberi keterangan pada bagian-

bagian otot yang tampak.


B. Saran

Saran yang diajukkan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan asisten lebih teliti lagi dalam memeriksa Laporan maupun TP

serta lebih memperhatikan praktikannya.

2. Diharapkan kepada seluruh praktikan agar kompak dalam mencari bahan dan

membersihkan laboratorium setelah praktikum.

3. Diharapkan pada Laboratorium untuk memperlengkap lagi alat-alatnya.


DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto, E., 2011, Pengenalan Penyakit Darah pada Citra Darah menggunakan
Logika Fuzzy, Jurnal JITIKA, 5(2): 1

Ardina, R. dan Rosalinda, S., 2018, Morfologi Eosinofil pada Apusan Darah Tepi
menggunakan Pewarnaan Giemsa, Wright dan Kombinasi Wright-Giemsa,
Jurnal Surya Medika, 3(2): 6

Campbell., Reece dan Mitchell., 2004, Biologi Edisi Kelima-Jilid 3, Erlangga,


Jakarta.

Ferdinand, F. dan Ariebowo, M., 2016, Biologi, Visindo, Medan.

Fried, G. H dan Hademenos, G. J., 2015, Biologi Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.

Harijati, L., Samino, S., Indriyani, S. dan Soewondo A., 2017, Mikroteknik Dasar,
UB Press, Malang.

Kuncorojakti, S., 2014, Evaluasi Pewarnaan Toluidine Blue untuk Identifikasi Sel
Mast Jaringan Ikat dari Preparat Blok Parafin Kulit Tipis Anjing, Jurnal
Veterinaria Medika, 7(2): 121
Lailiani, N., 2017, Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Tekanan Darah
Penderita Hipertensi di Wilayah Puskesmas Tambak Wedi Surabaya,
Skripsi, Universitas Muhammmadiyah Surabaya, Surabaya.

Pearce, E.C., 2017, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta.

Puasa, R., 2017, Studi Perbandingan Jumlah Parasit Malaria menggunakan


Variasi Waktu Pewarnaan pada Konsentrasi Giemsa 3 % di Laboratorium
Rsud Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate, Jurnal Riset Kesehatan, 6(2): 2-3

Puspitawati, R., 2003, Struktur Makroskopik dan Mikroskopik Jaringan Lunak


Mulut, Jurnal Kedokteran Gigi, 3(1): 463

Rahmatullah dan Lesmana, S.I., 2005, Perbedaan Pengaruh Pemberian


Strenghthening Exercise Jenis Kontraksi Concentric dengan Eccentric
terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Biceps Brachii, Jurnal Fisioterapi
Indonesia, 5(2): 20

Rahmawati, A., Tofrizal., Yenita dan Nurhajjah, S., 2018, Gambaran Sitologi
Eksfoliatif pada Apusan Mukosa Mulut Murid SD Negeri 13 Sungai Buluh
Batang Anai Padang Periaman, Jurnal Kesehatan Andalasi, 7(2): 247
Santoso, D., Titien, I. dan Kusuma, WM. P., 2013, Pengaruh Pemakaian Breket
terhadap Maturasi Sel Epitel Mukosa Bukal pada Pasien Anak Periode
Gigi Bercampur, Jurnal, Kedokteran Gigi, 4(4): 249

Sarifin, G., 2010, Kontraksi Otot dan Kelelahan, Jurnal ILARA, 1(2): 58

Wangko, S., 2014, Jaringan Otot Rangka (Sistem Membran dan Struktur Halus Unit
Kontraktil), Jurnal Biomedik, 6(3): 27

Anda mungkin juga menyukai