Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PERCOBAAN X
PARAFIN HEWAN

OLEH :

NAMA : WA ODE SITTI MARDHIYAH


STAMBUK : F1D1 18 015
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : EVA INDRASWARI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organ merupakan kumpulan dari beberapa jaringan yang bekerja sama dalam

melaksanakan suatu fungsi tertentu. Fungsi organ berbeda satu sama lainnya karena

bergantung pada jenis jaringan yang menyusunnya. Perbedaan jaringan yang menyusun

suatu organ membuat sel yang membentuknya dapat berbeda komposisinya. Perbedaan

ini disebabkan oleh kebutuhan jaringan-jaringan tersebut yang dapat berbeda berdasarkan

posisi, jenis tugasnya di dalam tubuh, nutrisi apa yang dibutuhkan agar dapat bekerja

secara optimal serta jenis produk apa yang dihasilkannya. Mengetahui bagaimana bentuk

sel tersebut dapat dilakukan dengan mengamati preparat irisan dari jaringan pada organ

yang bersangkutan.

Mikroteknik atau teknik histologi merupakan salah satu cara untuk

mempelajari teknik atau seni untuk mempersiapkan organ, jaringan atau bagian

yang lainnya untuk dapat diamati dan dipelajari. Sediaan yang dibuat dalam

mikroteknik berbahan dasar sel atau jaringan yang berasal dari hewan maupun

tumbuhan. Metode pembuatan preparat pada sediaan permanen dapat dilakukan

melalui beberapa cara, diantaranya yaitu sediaan utuh, sediaan ulas dan sediaan

irisan. Pembuatan preparat sediaan irisan umumnya dibuat melalui metode preparat

permanen seperti metode parafin.

Metode parafin merupakan suatu metode pembuatan preparat dengan melakukan

penanaman jaringan pada blok parafin agar dapat menghasilkan preparat jaringan hewan

ataupun jaringan tumbuhan yang tipis. Metode parafin merupakan cara pembuatan

preparat permanen yang menggunakan parafin sebagai media pengirisan dengan

tebal irisan kurang lebih mencapai 6-8 mikron. Langkah-langkah penting dalam
metode ini antara lain  fiksasi, pencucian, dehidrasi, penjernihan, embedding,

penyayatan (section), penempelan, pewarnaan, dan penutupan. Praktikum

pembuatan preparat dengan metode parafin ini bertujuan untuk mengetahui cara

pembuatan preparat dengan metode parafin dan mengamati bentuk organ tertentu yang

sudah diamati setipis mungkin. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perlu

dilakukan praktikum Parafin Hewan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana komponen penyusun

jaringan atau organ yang disayat setebal 6 mikron?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang akan dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengetahui

mempelajari komponen penyusun jaringan atau organ yang disayat setebal 6 mikron.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh pada praktikum ini adalah dapat mengetahui mempelajari

komponen penyusun jaringan atau organ yang disayat setebal 6 mikron.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Histoteknik

Histoteknik atau teknik histologi merupakan ilmu atau seni

mempersiapkan organ, jaringan atau bagian jaringan untuk dapat diamati dan

ditelaah. Pengamatan dan penelaahan biasanya dilakukan dengan bantuan

mikroskop sebab struktur jaringan secara terperinci pada dasarnya sangat kecil

dan tidak memungkinkan untuk dilihat dengan mata telanjang. Selain dilekatkan

pada kaca preparat, spesimen biasanya dilindungi atau ditutupi dengan kaca atau

plastik yang tipis dan tembus pandang. Sajian histologi yang dibuat harus dapat

memberikan gambaran tentang bentuk dan besar serta susunan sel yaitu inti sel

dan sitoplasma, badan inklusi (glikogen, tetesan lemak, pigmen dan sebagainya),

susunan serat jaringan ikat, otot dan lain sebagainya sesuai dengan gambaran

jaringan tubuh dalam kondisi hidup. Sajian yang baik dapat membantu dalam

memahami struktur histologi jaringan tubuh sesuai dengan kondisi tubuh yang

sebenarnya pada waktu hidup (Safrida, 2012).

B. Jaringan Hewan

Jaringan pada hewan dibedakan atas empat jenis utama, yaitu jaringan

epitel, ikat, saraf dan otot. Keempat jaringan tersebut berbeda satu sama lainnya,

tetapi saling mendukung. Jaringan epitel misalnya tersusun atas sel-sel yang

dikemas rapat dan melapisi permukaan-permukaan tubuh, sehingga dikenal

sebagai jaringan yang berfungsi sebagai sawar (barrier). Jaringan ikat merupakan

jaringan yang mempunyai banyak bentuk, tetapi dicirikan sebagai matriks


ekstraseluler tempat sel-selnya berada. Jaringan saraf ialah jaringan yang terdiri

atas neuron atau sel-sel saraf, sedangkan jaringan otot ialah adalah jaringan

kontraktil (Pratiwi, 2009).

C. Testis

Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval agak gepeng,

dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter 2,5 cm. Testis berada di dalam

skrotum yang merupakan rongga yang memisahkan testis dengan epididimis

yang disebut tunika vaginalis. Testis merupakan tempat terjadinya

spermatogenesis dan produksi steroid teks pada jantan. Darah dipasok ke testis

melalui arteri testikular yang berasal dari aorta di bawah arteri renalis. Arteri

testikular berakhir pada pleksus vaskular yang padat disebut pleksus

pampiniformis (Muntiha, 2001).

D. Parafin

Parafin adalah bahan utama pembuatan lilin. Bahan ini merupakan

residu dari minyak bumi yang biasanya dijual dalam bentuk padat. Ada dua

jenis parafin yang beredar di Indonesia, yaitu parafin lokal dan parafin impor.

Parafin lokal bertekstur lembek dan berwarna kekuningan, sementara parafin

impor relatif berwarna putih bening dan mempunyai tingkat kepadatan yang

tinggi. Pembuatan sampel preparat dengan metode parafin sebaiknya

menggunakan parafin impor, walaupun harganya jauh lebih mahal daripada

parafin lokal (Pratiwi, 2015).


E. Metode Parafin

Pembuatan sediaan histologis dengan metode parafin diawali dengan

memfiksasi sampel, lalu dilakukan dehidrasi dan berturut-turut dibersihkan

dengan satu sesi larutan dalam kurun waktu 23 jam. Langkah selanjutnya

adalah dibloking dengan parafin cair, kemudian didinginkan dan akhirnya

dipotong dengan mikrotom setipis mungkin. Preparat kemudian diwarnai

sebelum dilakukan penempelan. Preparat yang telah diwarnai kemudian

direndam dalam alkohol bertahap, lalu dibersihkan dalam xylol (Suwiti, 2010).

Pembuatan preparat diawali dengan pengambilan organ dari hewan

dan difiksasi dengan Bouin selama 24 jam. Sampel dipotong kecil dan

didehidrasi di dalam seri larutan alkohol dengan konsentrasi bertingkat makin

pekat (70% sampai 100%) selama 24 jam. Sampel selanjutnya dijernihkan

dengan xylol selama 6 jam. Setelah proses penjernihan dilakukan embedding

dengan parafin yang telah dicairkan pada 58 – 60 ºC selama 6 jam.

Selanjutnya blok parafin dipotong serial pada ketebalan 5 µm dengan

menggunakan mikrotom. Potongan tersebut dimasukkan dalam air hangat dan

dipindahkan ke atas slide kaca. Sediaan selanjutnya diwarnai dengan teknik

pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Dalam pewarnanaan sediaan setelah

dihilangkan parafinnya dan xylol yang tesisa dihilangkan dengan menggunakan

kertas filter dan berturut-turut dicelupkan beberapa kali ke dalam alkohol 96%,

90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 30%, akuades, dan dimasukan dalam Ehrlich’s

hematoxylin selama 3-7 detik. Proses selanjutnya sediaan dicuci dengan air

mengalir selama 10 menit. Selanjutnya dicelupkan ke akuades, alkohol 30%,


50%, 60%, 70% beberapa kali celupan lalu dimasukkan dalam eosin Y 1-2%

dalam alkohol 70% selama 1-2 menit. Setelah itu dicelupkan ke alkohol 70%,

80%, 90%, 96% beberapa celupan, lalu dikeringkan di antara kertas filter dan

dimasukkan ke dalam xylol selama 10 menit. Selanjutnya sediaan ditetesi

dengan entelan dan ditutup dengan cover glass dan diberi label. (Mulyono dkk,

2009).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, tanggal 27 November 2019 – 9

Desember 2019, Pukul 16.00 WITA – Selesai dan bertempat di Laboratorium

Biologi Unit Zoologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan Kegunaan


No Nama Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Ovarium Mencit (Mus Sebagai objek Pengamatan
musculus) dan Testis Tikus
(Rattus novergicus)
2. Bensin Untuk membius objek pengamatan
3. Alkohol 70 %, Alkohol 80 %, Sebagai larutan dehidrasi, hidrasi dan
Alkohol 90 %, Alkohol 96 %, dealkoholisasi organ
Alkohol absolute 1, Alkohol 30
%, Alkohol 40 %, Alkohol 50 %
dan Alkohol 60 %
4. Toluol Sebagai larutan dealkoholisasi

5. Parafin cair Sebagai larutan infiltrasi


6. Parafin padat Sebagai larutan untuk penanaman organ
7. Aquadest Untuk mencuci organ
8. Larutan bouin Sebagai larutan fiksatif
9. Hematoksilin dan Eosin-Y Sebagai larutan pewarna
10. Tissue Untuk membersikan alat
11. Kapas Sebagai medium bensin saat membius hewan
12. Canada balsam Sebagai perekat
C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan


No Nama Alat Kegunaan
1 2 3
1. Toples Sebagai wadah untuk membius objek pengamatan
2. Botol balsam Sebagai tempat perendaman organ
3. Botol rollfilm Sebagai wadah larutan pewarna
4. Botol Gelap Sebagai wadah larutan
5. Pipet tetes Untuk memindahkan larutan
6. Alat bedah Untuk membedah objek pengamatan
7. Cutter/silet Untuk menyayat parafin organ
8. Bakul Sebagai wadah penanaman organ
9. Holder Untuk merekatkan parafin organ
10. Oven Untuk mencairkan parafin
11. Kaca objek Untuk meletakan hasil sayatan organ parafin
12. Kaca Penutup Untuk menutup objek pengamatan
13. Slide warmer Untuk mengeringkan preparat parafin organ
14. Freezer (kulkas) Untuk membekukan parafin organ
15. Mikroskop Untuk mengamati organ parafin hasil sayatan
16. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Narkose (pembiusan) dengan menggunakan bensin.

2. Membedah tikus (Rattus novergicus) dengan mengambil organ testis dan

membedah mencit (Mus musculus) dengan mengambil organ ovarium.

3. Memasukan organ dalam larutan NaCl 0,9 %.

4. Memasukkan organ kedalam botol balsam yang berisi larutan bouin selama 48

jam.

5. Mencuci organ dengan alkohol 70 % selama 2 × 45 menit.

6. Dehidrasi menggunakan :

 Merendam organ dalam alkohol 70 % selama 1 jam.


 Merendam organ dalam alkohol 80 % selama 1 jam.

 Merendam organ dalam alkohol 90 % selama 12 jam.

 Merendam organ dalam alkohol 96 % selama 1 jam.

 Merendam organ dalam alkohol absolute selama 1 jam.

7. Melakukan dealkoholisasi dengan merendam organ menggunakan toluol

selama 12 jam.

8. Infiltrasi dalam oven dengan suhu 57-600C.

 Merendam organ dalam toluol : parafin perbandingan 1:1 selama 45 menit.

 Merendam organ dalam toluol : parafin perbandingan 2:4 selama 45 menit.

 Merendam organ dalam toluol : parafin perbandingan 3:6 selama 45 menit.

9. Tahap embedding (penanaman organ dalam parafin) adalah sebagai berikut :

a. Menyiapakan bakul-bakul untuk tempat penanaman organ.

b. Melehkan parafin yang masih berbentuk padat.

c. Memasukkan parafin yang telah dilelehkan kedalam bakul hinggah

setengah sampai membentuk substrat bagi organ.

d. Memasukkan organ kedalam substrat yang telah terbentuk.

e. Tuangkan kembali parafin cair sampai menutupi semua organ.

10. Memasukkan parafin organ kedalam freezer agar dapat membeku.

11. Menyayat parafin organ yang setipis mungkin, kemudian letakkan diatas kaca

objek.

12. Tahap Pewarnaan sebagai berikut :

a. Meneteskan xylol ke kaca objek, selama 15 menit kemudian tarik

menggunakan tissue.
b. Hidrasi dengan menggunakan alkohol bertingkat :

 Alkohol absolute selama 1 menit

 Alkohol 96 % selama 1 menit

 Alkohol 90 % selama 1 menit

 Alkohol 80 % selama 1 menit

 Alkohol 70 % selama 1 menit

 Alkohol 60 % selama 1 menit

 Alkohol 50 % selama 1 menit

 Alkohol 40 % selama 1 menit

 Alkohol 30 % selama 1 menit

c. Pewarnaan menggunakan hemaktosilin selama 10 menit

d. Cuci dengan aquades selama 10 menit

e. Meneteskan kembali :

 Alkohol 30 % selama 1 menit

 Alkohol 50 % selama 1 menit

 Alkohol 60 % selama 1 menit

 Alkohol 70 % selama 1 menit

f. Meneteskan Eosyn-Y selama 2 menit

g. Membilas dengan alkohol bertingkat :

 Alkohol 70 % selama 1 menit

 Alkohol 80 % selama 1 menit

 Alkohol 90 % selama 1 menit


13. Meneteskan xylol ke kaca objek selama 15 menit

14. Mounting dengan menggunakan Canada balsam.

15. Keringkan diatas slide warmer dengan suhu 420C selama 2 hari.

16. Amati dibawah mikroskop.


DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, A., Ristiyanto dan Soesanti, H., 2009, Karakteristik Histopatologi


Hepar Tikus Got Rattus norvegicus Infektif Leptospira sp., Jurnal
Vektora, 1(2): 86

Muntiha, M., 2001, Teknik Pembuatan Preparat Histopatologi dari Jaringan


Hewan dengan Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (H&E), Balai
Penelitian Veteriner, Bogor.

Pratiwi, H. C. dan Manan, A., 2015, Teknik Dasar Histologi pada Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy), Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 7(2):
153-154

Safrida, 2012, Deteksi Senyawa Mukopolisarida dengan Pewarnaan Alcian Blue


pada Ovarium dan Uterus Tikus Putih Rattus norvegicus, Jurnal Jesbio,
1(1): 25-26

Suwiti, N. K., 2010, Deteksi Histologik Kesembuhan Luka pada Kulit Pasca
Pemberian Daun Mengkudu (Morinda Citrofilia Linn), Jurnal
Veteriner, 2 (1): 4

Anda mungkin juga menyukai