Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PERCOBAAN I
PREPARAT APUSAN (SMEAR PREPARATION)

OLEH :

NAMA : WA ODE SITTI MARDHIYAH


STAMBUK : F1D1 18 015
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : EVA INDRASWARI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Apusan merupakan salah satu metode untuk membuat sediaan preparat.

Metode Smear atau apus dilakukan dengan cara mengoles atau membuat

selaput tipis dari bahan yang berupa cairan atau bukan cairan diatas kaca

objek. Metode ini dipakai untuk pembuatan preparat apusan darah,

spermatozoa, apusan vagina dan cairan tubuh lainnya. Sediaan apusan yang

dibuat harus sangat tipis sehingga bentuk dari sel dapat terlihat dengan jelas di

bawah mikroskop.

Darah dan sperma merupakan jenis sel yang dapat dibuat dengan metode

apus. Preparat apusan sperma biasa digunakan untuk melihat struktur morfologi

dari sel sperma. Preparat apusan darah digunakan dalam diagnosis infeksi parasit

dalam darah misalnya parasit malaria. Preparat apusan darah dan sperma yang

dibuat termasuk dalam preparat yang sifatnya semi permanen bahkan terkadang

hanya digunakan untuk sekali pengamatan.

Metode apusan merupakan metode pembuatan preparat yang sederhana

dan banyak dilakukan. Teknik pembuatan perparat dengan metode apusan ini

bertujuan untuk memperoleh gambaran bentuk sel yang jelas sehingga sel

tersebut dapat dengan mudah untuk diketahui dan diamati. Pembuatan preparat

baik preparat apus maupun preparat lainnya diperlukan kehati-hatian dan

ketelitian agar diperoleh hasil yang sesuai keinginan. Berdasarkan uraian diatas

maka perlu dilakukan praktikum yang berjudul Preparat Apus (Smear Preparation

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara membuat film darah tipis untuk mempelajari korpuskula

darah?

1. Bagaimana pembuatan apusan vagina?

2. Bagaimana pembuatan apusan sperma?

C. Tujuan Pratikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini yaitu :

1. Untuk mengetahui cara membuat film darah tipis untuk mempelajari

korpuskula darah.

3. Untuk mengetahui cara pembuatan apusan vagina.

4. Untuk mengetahui cara pembuatan apusan sperma.

D. Manfaat Pratikum

Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu :

1. Dapat mengetahui cara membuat film darah tipis untuk mempelajari

korpuskula darah.

5. Dapat mengetahui cara pembuatan apusan vagina.

6. Dapat mengetahui cara pembuatan apusan sperma.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Preparat Apus (Smear preparation)


Metode apus adalah suatu metode dalam mikroteknik yang digunakan

untuk membuat preparat dengan cara mengapus atau mengoleskan bahan berupa

cairan atau bukan cairan diatas kaca objek untuk mendapatkan lapisan yang tipis

sehingga dapat diamati dibawah mikroskop. Jenis jaringan yang dapat dibuat

dengan metode apus adalah darah, limfa, cairan sumsum tulang belakang, semen

jantan dan sediaan air seni. Ketebalan film yang dihasilkan dalam pembuatan

preparat apusan darah penting untuk diperhatikan untuk memberikan gambaran

yang jelas akan morfologi sel darah. Film darah yang dibuat diusahakan setipis

mungkin, kemudian difiksasi dengan metanol dan dilakukan pewarnaan

(Afriansyah, 2016).

B. Apusan Darah

Sediaan apus darah berarti meng”apus”kan (spread) darah di atas kaca

objek. Preparat apusan darah digunakan untuk mendeteksi penyakit malaria akibat

parasit Plasmodium vivax. Pembuatan preparat apusan darah tepi secara manual,

teknisi pemula sulit untuk mengatur volume darah yang akan dibuat apusan darah

tepi. Proses membuat apusan darah diawali proses fiksasi dengan methanol dan

proses pewarnaan dengan pewarna giemsa. Proses pewarnaan yang menggunakan

konsentrasi giemsa yang kurang tepat dapat menyebabkan apusan darah yang

diperoleh kurang bagus (Yuniastutik, 2019).

C. Apusan Sperma

Morfologi spermatozoa dapat diamati pada sediaan apusan sperma.

Preparat apusan sperma dibuat dengan cara sperma dikering anginkan pada kaca
objek setipis mungkin. Apusan sperma kemudian difiksasi dengan dicelupkan ke

dalam larutan metanol selama 5 menit kemudian di keringkan. Kaca objek berisi

apusan sperma kemudian dimasukan ke dalam larutan safranin 1% selama 5

menit. Preaparat apusan kemudian dibilas dengan aquades dan dikering anginkan.

Hasil preparat apusan akan menunjukan morfologi dari spermatozoa dibawah

mikroskop (Wuwungan, 2017).

D. Apusan Vagina

Metode ulas vagina atau vaginal smear adalah cara kualitatif yang dapat

memberikan gambaran histologi pada sel epithelium skuamosa yang diambil dari

vagina hewan. Metode preparat apus dapat digunakan untuk mengamati periode

estrus pada hewan betina. Siklus estrus sangat berkaitan erat dengan perubahan

kadar hormon estrogen, sehingga kadar dan efeknya dapat digunakan untuk

mengamati siklus estrus pada hewan betina. Sel epitel dipilih karena letaknya

dipermukan vagina, sehingga diperkirakan sel ini yang akan mendapat efek

pertama ketika terjadi perubahan kadar estrogen (Suci, 2015).

E. Pewarnaan Preparat Apus

Pewarnaan dalam pembuatan preparat apusan digunakan untuk

memperjelas morfologi preparat yang diamati. Metode pewarnaan yang digunakan

dalam pembuatan preparat diantaranya pewarnaan Romanowsky yaitu pewarnaan

Wright, Giemsa, Wright-Giemsa, Leishman, May-Grundwald dan pewarnaan

Jenner. Pewarna Romanowsky mengandung pewarna kationik atau basa seperti

azure B yang dapat memberikan warna biru-ungu atau biru pada inti sel,

nukleoprotein, granula basofil dan granula neutrofil, dan pewarna anion atau asam
menggunakan eosin Y dapat memberikan warna merah atau oranye pada eritrosit

dan granula eosinofil serta mewarnai inti sel (Ardina, 2018).

III. METODE PRAKTIKUM


A. Waktu danTempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 25 September 2019 pukul

12:40-15:00 WITA dan bertempat di Laboratorium Biologi Unit Zoologi,

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetauan Alam, Universitas

Halu Oleo, Kendari.


B. Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan
No Alat Kegunaan
1 Mikroskop Untuk mengamati preparat apusan
2 Kaca objek Untuk media mengapus objek
3 Kaca penutup Untuk menutup kaca objek
4 Jarum Frankle Untuk menusuk jari agar darah keluar
5 Stopwatch Untuk mengukur waktu dalam pengamatan
6 Pipet tetes Untuk mengambil larutan
7 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
8 Kamera Untuk mendokumentasikan

C. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan
No Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Darah manusia Sebagai objek pengamatan
2. Mencit (Mus musculus) Sebagai objek pengamatan
3. Tikus putih (Rattus novergicus) Sebagai objek pengamatan
4. Alkohol 70% Untuk mensterilkan objek pengamatan
5. Kapas Untuk membersihkan objek
6. Cotton bud Untuk membuat apusan pada kaca objek
7. Tissue Untuk membersihkan alat dan bahan
8. NaCl 0,9% Sebagai larutan fisiologis
9. Klorofom Sebagai bahan bius pada hewan uji

Tabel 2. Lanjutan
1 2 3
10. Aquadest Untuk menjernihkan dan membilas sisa alkohol
dan pewarna pada kaca preparat apus
11. Giemsa 3% dan 20% Untuk mewarnai preparat
12. Kertas label Untuk memberi label pada kaca objek

D. Prosedur Kerja
a. Preparat Apus Darah

Prosedur kerja pada pembuatan preparat apus darah adalah sebagai

berikut:

1. Membersihkan jari dengan alkohol 70%, kemudian mengambil sampel

darah dengan jarum frankle, sebelumnya mengurut jari agar darah mudah

keluar.
2. Meneteskan darah yang keluar pada tissue, lalu tetes beruikutnya pada

kaca objek.
3. Mengapus darah dengan menggunakan kaca objek lain dengan

membentuk sudut 45. Menarik kaca objek dengan kuat dan cepat hingga

terbentuk apusan yang tipis.


4. Mengeringkan film darah dan meneteskan larutan fiksasi menggunakan

alkohol absolut selama 30 menit.


5. Meneteskan larutan giemsa 3% dan membiarkannya selama 3 menit.
6. Membilas preparat dengan aquades dan mengeringkannya.
7. Mengamati apusan darah di bawah mikroskop dan membuat dokumentasi.

b. Preparat Apus Vagina

Prosedur kerja pada pembuatan preparat apus vagina adalah sebagai

berikut:

1. Memanaskan aquades atau NaCl 0,9 % sampai suhu 37°C.


2. Memasukkan cotton bud ke dalam aquade atau NaCl 0,9% yang sudah

dipanaskan.
3. Memasukkan cotton bud tersebut ke dalam lubang vagina dan memutarnya

secara perlahan.
4. Mengoleskan atau mengapus cotton bud pada kaca objek.
5. Meneteskan alkohol absolut kemudian diamkan selama 30 menit dan

mengeringkannya di udara.
6. Meneteskan giemsa 20% selama satu menit.
7. Membilas dengan air mengalir dan mengeringkannya selama 10 menit.
8. Mengamati apusan vagina di bawah mikroskop dan membuat

dokumentasi.
c. Preparat Apus Sperma

Prosedur kerja pada pembuatan preparat apus sperma adalah sebagai

berikut:

1. Memasukkan tikus di dalam toples kemudian membiusnya dengan

menggunakan klorofom.
2. Membedah tikus dengan kemudian mengambil bagian cauda

epididmisnya.
3. Menetekan cauda epididimis pada NaCl 0.9% yang terlebih dahulu sudah

dipanaskan.
4. Memecah atau mengurai cauda epididimis menggunakan gunting bedah,

agar spermatozoanya dapat keluar.


5. Mengambil cairan NaCl 0,9% yang telah mengandung suspensi

spermatozoa dengan pipet tetes kemudian meneteskannya pada kaca objek.


6. Meneteskan metanol setelah dikeringkan selama 20 menit.
7. Meneteskan larutan giemsa 20% selama 20 menit, setelah kering kemudian

membilas preparat dengan aquades.


8. Mengamati apusan darah dibawah mikroskop dan membuat dokumentasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3, 4, 5, dan 6.

a. Apusan Sperma
Hasil pengamatan apusan sperma dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Hasil Pengamatan Apusan Sperma


No Gambar
Keterangan
. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
1 2 3 4
1. Apusan Sperma
1 1. Kepala sperma
(Caput)
2. Leher sperma
2 (Corpus)
3. Ekor sperma
(Caudal)
3

(Sudarti, 2019)

Pengamatan preparat apusan sperma dilakukan dengan menggunakan

hewan percobaan berupa tikus putih (Rattus rattus norvegicus). Tikus putih

(Rattus rattus norvegicus) terlebih dahulu di bius dengan kloroform. Tikus yang

telah terbius kemudian dibedah diatas papan bedah dan diambil Cauda

epididimisnya. Cauda epididmis dimasukan ke dalam NaCl 0,9% yang

sebelumnya telah dipanaskan sampai suhu 350C. Pemanasan NaCl bertujuan agar

suhu larutan NaCl sesuai dengan suhu yang dibutuhkan oleh sperma ketika berada

dalam tubuh tikus. Cauda epididimis kemudian dipotong-potong sampai hancur

didalam larutan NaCl agar sel spermanya keluar. Larutan NaCl yang mengandung

cauda epididimis yang telah dihancurkan kemudian diteteskan diatas kaca objek.

Kaca objek di keringkan lalu dilakukan fiksasi dan pewarnaan baru kemudian

diamati dibawah mikroskop.

Hasil pengamatan preparat sel sperma tikus putih (Ratus rattus

novergicus) penampakan yang dapat dilihat secara mikrokopis yakni kepala


(Caput), leher (Corpus), ekor (Caudal) dan tudung ekor. Materi genetik sperma

terletak dibagian kepala (caput). Kepala sperma mengandung akrosom yang

berfungsi untuk menembus dinding ovarium dan pada akrosom terdapat enzim

akrosin, CPE dan hylurodinase. Leher sperma (Corpus) mengandung banyak

organel sel berupa apparatus golgi dan mitokondria yang berfungsi untuk

memberikan energi pada sperma dan sentriol yang berperan untuk pembelahan

awal. Ekor (Caudal) berfungsi untuk menggerakkan sperma. Bagian ekor ini

seperti baling baling yang akan terus berputar dan membuat sperma akan terus

bergerak. Tudung ekor bersama dengan ekornya untuk menggerakkan sperma.

b. Apusan Vagina
Hasil pengamatan apusan vagina dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Apusan Vagina
Gambar
No Gambar Pengamatan Gambar Literatur Keterangan

2 3 4
1
1 Apusan vagina
1. Leukosit
1 2. Epitel berinti
2

Fase Metetrus (Suci, 2015)

Pengamatan pada preparat apusan vagina dilakukan dengan menggunakan

mencit (Mus muscullus). Apusan vagina diambil dengan menggunakan cotton bud

yang sudah dioleskan NaCl 0,9 % lalu diapus diatas kaca objek dan diberi

pewarnaan lalu diamati dibawah mikroskop. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa mencit (Mus mucullus) berada difase metestrus. Fase ini di tandai dengan

adanya leukosit dan epitel berinti. Metestrus adalah fase dalam siklus birahi yang

terjadi segera setelah estrus selesai dan terjadi peningkatan leukosit atau sel darah

putih. Gejala yang dapat dilihat dari luar tidak terlihat nyata, namun pada

umumnya masih didapatkan sisa gejala estrus. Fase ini menunjukan serviks telah

menutup. Kelenjar serviks merubah sifat hasil sekresinya dari cair menjadi kental.

Lendir kental ini berfungsi sebagai sumbat lumen serviks.

c. Apusan Darah
Hasil pengamatan apusan darah dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Apusan Darah
Gambar
No Keterangan
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
1 2 3 4
1. Apusan Darah
1. Eritrosit
2. Leukosit
1 3. Neutrofil
4. Limfosit
2

3
4
(Dafrosa, 2014)

Pengamatan preparat apusan darah dilakukan dengan menggunakan

apusan darah jari manusia. Jari terlebih dahulu disterilkan menggunakan alkohol

untuk menghindari infeksi bakteri. Jari ditusuk menggunakan jarum frankel

diteteskan di kaca objek diratakan dan dikeringkan lalu diberi pewarnaan dan

diamati. Pengamatan tersebut terlihat eritrosit atau sel darah merah yang

berbentuk seperti cakram dan memiliki pigmen. Sel darah merah berwarna merah

karena mengandung hemoglobin. Hemoglobin berperan mengikat oksigen

sehingga membentuk oksihemoglobin, leukosit atau sel darah putih memiliki satu

inti sel dan memiliki bentuk yang tidak tetap serta trombosit atau keping-keping

darah yaitu fragmen sel-sel yang dihasilkan oleh sel-sel besar.

d. Apusan Malaria
Hasil Pengamtan apusan malaria dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengamatan Apusan Malaria
Gambar
No Keterangan
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
1 2 3 4
1
Apusan Parasit 1. Eritrosit
Malaria 1 2. Leukosit

(Fadrul, 2015)

Pengamatan yang dilakukan pada apusan darah parasit malaria pembuatan

preparatnya sama dengan apusan darah hanya saja yang ingin di amati adalah

parasit darah. Hasil pengamatan yang dilakukan tidak terdapat parasit darah ini

menunjukkan bahwa keadaan darah tidak ada penyakit. Jika darah terdapat parasit

maka akan terlihat eritrosit dan pigmen plasmodium malaria. Eritrosit atau sel

darah merah berfungsi untuk mengedarkan oksigen keseluruh sel dan jaringan

tubuh, plasmodium malaria bentuknya seperti cincin dengan sitoplasma besar

dengan inti yang besar.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa
1. Pembuatan apusan darah dan parasit darah dengan menggunakan jari yang

sudah dicuci denga alkohol, menggunakan jarum frangkel darah pertama


dibuang dan tetesan darah berikutnya diteteskan dikaca objek diratakan atau di

urai lalu diberi pewarnaan dan dikeringkan.


2. Pembuatan apusan sperma dengan cara mengambil di cauda epididymis,

direndam di larutan NaCl 0,9 % yang telah di oven dengan suhu 35 0C. Cauda

epididymis dipotong potong sampai hancur, menetaskan cauda epididymis

yang telah hancur pada Hemasitomelter dan membuat prepart apusnya.


3. Pembuatan apusan vagina dengan cara menggunakan cotton bud yang sudah

dioleskan NaCl 0,9 % lalu di masukkan dalam vagina mencit dan kemudian di

ulas diatas kaca objek diratakan. Setelah itu dikeringkan dan dilakukan

pewarnaan.
B. Saran

Saran yang diajukan pada praktikum ini adalah sebaiknya laboratorium

perlu memperhatikan masalah ketersediaan dan kelayakan alat-alat di

laboratorium karena hal ini sangat berpengaruh terhadap jalannya praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah, A.M., 2016, Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Preparat Apusan


Darah Tepi Terhadap Hasil Makroskopis dan Morfologi Sel Darah Merah
(Erythrocite), Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan.
Universitas Muhamadiyah, Semarang.

Ardina, R. dan Rosalinda, S., 2018, Morfologi Eosinofil pada Apusan Darah Tepi
Menggunakan Pewarnaan Giemsa, Wright dan Kombinasi Wright-Giemsa,
Jurnal Surya Medika, 3(2): 1-2

Suci, N.E., 2015, Histologi Hasil Ulas Vagina dan Waktu Siklus Estrus Mencit
(Mus musculus, L.) Setelah Pemberian Monosodium Glutamat (MSG),
Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu
Oleo, Kendari.
Wuwungan, C., Edwin D.Q. dan Defny, S.W., 2017, Kualitas Spermatozoa Tikus
Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus L.) setelah Pemberian Ekstrak
Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) Jurnal PHARMACON, 6(3): 327

Yuniastutik, T., 2019, Penentuan Konsentrasi Pewarna Giemsa, Waktu dan Suhu
Inkubasi pada Aktifitas Fagositosis Ikan Lele (Clarias Sp.) yang Diinfeksi
Bakteri Aeromomonas Hydrophila dan Vibrio Harveyi, Jurnal Teknologi
dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela), 2(1): 53

Anda mungkin juga menyukai