MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan,
Dosen Pengampu :
Dea Diella., S.Pd., M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 1
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...2
C. Tujuan Makalah……………………………………………………………………..2
D. Manfaat Makalah……………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Reproduksi………………………………………………………3
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Biologi adalah ilmu mengenai kehidupan. Objek kajian biologi sangat luas dan
mencakup semua makhluk hidup. Karenanya dikenal berbagai cabang biologi yang
mengkhususkan diri pada setiap kelompok organisme. Salah satu yang dipelajari
dalam ilmu biologi adalah sistem reproduksi.
Secara garis besar, reproduksi pada makhluk hidup bertujuan untuk menambah
jumlah populasi spesiesnya. Selain itu, fungsi reproduksi ini juga untuk menjaga
dan mempertahankan populasi serta menghasilkan generasi selanjutnya. Reproduksi
merupakan suatu proses biologi yang dilakukan oleh organisme untuk
memperbanyak keturunan. Melalui proses perkembangbiakan tersebut, induk akan
memindahkan materi genetik pada anaknya. Reproduksi membutuhkan keterlibatan
dua individu yang biasanya dilakukan dua jenis kelamin yang berbeda. Secara
umum reproduksi dibedakan menjadi dua yaitu reproduksi seksual dan aseksual.
Pada reproduksi seksual menggunakan alat atau organ seksual berupa sel kelamin
jantan dan sel kelamin betina, sedangkan pada reproduksi aseksual, tidak
menggunakan alat/organ seksual. Pada manusia memiliki sistem reproduksi secara
seksual sedangkan pada hewan memiliki sistem reproduksi secara seksual dan
aseksual.
Reproduksi membutuhkan keterlibatan dua individu yang biasanya dilakukan
dua jenis kelamin yang berbeda. Secara umum reproduksi dibedakan menjadi dua
yaitu reproduksi seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual menggunakan
alat/organ seksual berupa sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, sedangkan pada
reproduksi aseksual, tidak menggunakan alat/organ seksual. Pada manusia memiliki
sistem reproduksi secara seksual sedangkan pada hewan memiliki sistem reproduksi
secara seksual dan aseksual.
Suatu organisme dikelompokkan ke dalam organisme hidup ketika memenuhi
syarat sebagai organisme hidup, di antaranya adalah dapat bereproduksi. Reproduksi
adalah kemampuan suatu organisme untuk berkembang biak atau memperbanyak
keturunan dengan tujuan untuk menjaga kelangsungan hidup (survive). Reproduksi
juga merupakan cara mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua organisme
untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya. Meskipun sistem reproduksi tidak
1
berkontribusi langsung pada keseimbangan dan pertahanan hidup dalam suatu
habitat, tetapi proses reproduksi berperan penting dalam siklus kehidupan semua
organisme. Proses reproduksi merupakan cara untuk menentukan keberlangsungan
siklus keturunan dan pewarisan genetik dari individu kepada keturunannya.
Oleh sebab itu, pada makalah ini akan dibahas tentang sistem reproduksi pada
hewan secara rinci. Penulisan makalah ini diharapkan agar pembaca dapat
mengetahui sistem reproduksi pada hewan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana perbandingan reproduksi seksual dan aseksual pada hewan?
2. Bagaimana proses fisiologi sistem reproduksi hewan invertebrata?
3. Bagaimana proses fisiologi sistem reproduksi hewan vertebrata?
4. Bagaimanana perbedaan sistem reproduksi hewan invertebrate dan vertebrata?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diperoleh tujuan
penyusunan makalah ini:
1. Untuk memahami perbandingan reproduksi seksual dan aseksual pada hewan.
2. Untuk memahami proses fisiologi sistem reproduksi hewan invertebrata.
3. Untuk memahami proses fisiologi sistem reproduksi hewan vertebrata.
4. Untuk memahami perbedaan sistem reproduksi hewan invertebrata dan
vertebrata.
D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dan sangat diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai sarana penambah pengetahuan dan wawasan keilmuan
khususnya mengenai fisiologi hewan dalam sistem reproduksi pada hewan.
2. Pembaca, sebagai media informasi mengenai sistem reproduksi pada hewan
yang dapat membekali pembaca dalam hal perhatian terhadap hewan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
invertebrata lainnya. Pada beberapa kelompok serangga, ada yang perbanyakan
dirinya melalui partenogenesis (sel telur yang tidak difertilisasi).
Namun ada juga hewan yang perbanyakan diri melalui pertumbuhan kuncup
yang menempel pada tubuh induknya. Kuncup tersebut akan tumbuh dan berkembang
menjadi individu baru, misalnya pada Hydra dan Cnidarian.
Reproduksi seksual adalah proses perbanyakan diri melalui perkawinan atau
pertemuan dua sel gamet (jantan dan betina). Sel gamet jantan dan betina tidak selalu
dihasilkan oleh individu yang berbeda dalam satu spesies, namun ada pula yang
dihasilkan oleh satu individu (hermafrodit). Pada reproduksi ini menghasilkan
individu diploid (2n) (masing-masing ”n” berasal dari gamet jantan dan betina).
Individu baru sebagai hasil reproduksi tersebut, dimulai dari awal terbentuknya gamet
(gametogenesis), baik gamet jantan (spermatogenesis) maupun gamet betina
(oogenesis) dalam gonad.
Kemampuan reproduksi ini berlangsung ketika dua gamet yang berbeda
tersebut melebur menjadi satu membentuk satu sel yang disebut zigot. Zigot akan
tumbuh dan berkembang menjadi embrio sebagai bakal terjadinya individu baru. Pada
proses reproduksi ini akan menghasilkan embrio yang secara genetik berbeda dengan
sel induk atau genetiknya separuh berasal dari induk jantan dan separuh dari induk
betina. Hal ini berbeda dengan reproduksi aseksual, di mana pemisahan atau
pembelahan sel terjadi secara mitosis. Sebuah proses di mana kromosom dalam inti
sel yang digandakan terlebih dahulu sebelum sel membelah. Setelah kromosom
membagi dan membentuk dua sel baru, setiap sel baru memiliki inti dengan jumlah
dan jenis kromosom yang sama dengan sel induknya. Hanya melalui sistem
reproduksi, materi genetik yang kompleks setiap spesies dapat bertahan di dunia ini.
4
Gambar 1. Reproduksi Amoeba
Dari gambar diatas terlihat jelas bahwa pembelahan sel dimulai dengan
pembelahan inti sel kemudian diikuti oleh pembagian sitoplasma dan selaput sel
menjadi dua bagian yang memisah. Selanjutnya pembelahan sel menghasilkan dua
individu baru yang sama seperti induknya, yang disebut juga dengan pembelahan
biner. Pembelahan biner merupakan proses yang melibatkan pembelahan
kromosom secara mitosis sehingga menghasilkan dua sel anakan yang memiliki
jumlah kromosom yang samadengan kromosom induk.
Pada hewan yang masih primitif, jaringan yang menghasilkan sel gamet
tersusun menyebar. Jaringan ini terdiri atas sejumlah lokus yang berfungsi untuk
perbanyakan sel kelamin. Mekanisme reproduksi aseksual (vegetatif) yang beraneka
ragam membuat hewan mampu menghasilkan keturunan yang identik secara cepat
meliputi :
a) Fragmentasi
Fragmentasi merupakan pemisahan salah satu bagian tubuh yang kemudian dapat
tumbuh dan berkembang menjadi individu baru. Bagi hewan untuk dapat
bereproduksi dengan cara ini, fragmentasi harus disertai dengan regenerasi.
Regenerasi merupakan pertumbuhan kembali bagian tubuh yang hilang.
Contohnya Planaria sp.
5
b) Tunas (budding)
Tunas (budding) merupakan pembentukan tonjolan pada salah satu tubuh hewan dan
dapat berkembang menjadi individu baru. Keturunan contohnya hewan Acropora
sp dan Euspongia sp.
c) Pembelahan (Fission)
Fission merupakan pembelahan sel induk dan hasilnya akan berkembang menjadi
individu baru. Fisi dibedakan menajadi dua yaitu pembelahan biner contohnya
pada bakteri dan pembelahan multiple yaitu pada virus.
d) Sporulasi
Sporulasi yaitu dengan dibentuknya spora pada sel induk dan akhirnya spora akan
berkembang menjadi individu baru. Contohnya pada Plasmodium sp,.
e) Phartenogenesis
Phartenogenesis yaitu terbentuknya individu baru melalui sel telur yang tanpa
dibuahi. Hewan dewasa yang dihasilkan melalui phartenogenesis seringkali
haploid, dan sel-selnya tidak mengalami meiosis dalam pembentukan telur-telur
baru. Contohnya lebah madu jantan, semut jantan, dan belalang. Sedangkan
paedogenesis yaitu terbentuknya individu baru langsung dari larva/nimpa.
Contohnya pada class Trematoda / cacing isap.
6
Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang terjadi daripada tumbuhan.
Biasanya reproduksi aseksual merupakan suatu alternatif dan bukan pengganti dari
reproduksi seksual. beberapa invertebrata, misalnya ,cacing pipih (Planaria sp)
berkembang biak dengan cara fragmentasi. Fragmentasi merupakan pemutusan bagian
tubuh. Setelah tumbuh mencapai ukuran normal, Planaria sp secara spontan terbagio-
bagi menjadi beberapa bagian. Setiap bagian berkembang menjadi dewasa dan proses
tersebut akan terulang kembali.
Invertebrata lain melakukan reproduksi aseksual dengan cara pertunasan
(budding). Pertunasan merupakan proses terbentuknya tunas kecil (yang serupa
induknya) dari tubuh induk. Keturunan berkembang sebagai tunas pada badan induk.
Pada beberapa spesies, seperti pada Obelia, tunas tesebut tetap terikat pada induk
hingga menyebabkan terjadinya koloni koral. Pertunasan juga dijumpai pada hewan
parasit, contohnya cacing pita (Taenia solium).
a. Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa phartenogenesis, sel telur tanpa dibuahi
dapat tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut
jantan.
7
Tahapan konjugasi pada Paramecium adalah :
1. Dua paramecium saling berdekatan lalu saling menempel. Kemudian terjadi dua
sel saling menempel pada bagian mulut sel. Membran sel pada sel yang saling
menempel tersebut melebar dan berbentuk suatu saluran.
2. Pada bagian masing-masing sel terdapat mikronukleus diploid (2n) yang
membelah secara meiosis menjadi 4 mikronuklues haploid (n), sedangkan
makronukleusnya tidak ,mengalami perubahan.
3. Selanjutntya, masing-masing 4 mikronuklues haploid (n), disetiap sel membelah
secara mitosis menjadi 8 mikronukleus (n)
4. 8 mikronukleus (n) yang terbentuk, 7 mikronukleus hancur, sehingga setiap sel
hanya memiliki 1 mikronukleus dan 1 makronukleus.
5. Terjadi saling tukar menukar mikronukleus, yaitu mikronukleus pindah ke sel lain
dan sebaliknya. Mikronukleus yang saling tukar menuykar tersebut melebur
dengan mikronukleus yang 8 tidak pindah. Jadi, setelah hasil peleburan itu, setiap
sel memiliki mikronukleus diploid.
6. Setiap sel yang telah memiliki mikronukleus diploid (2n), selnya pisah dan
konjugasi berakhir, kemudian 1mikronukleus membelah secara mitosis
menghasilkan 2 mikronukleus.
7. Salah satu dari 2 mikronukleus itu tumbuh menjadi makronukleus, sehingga setiap
sel memilki mikronukleus dan 1 makronukleus.
a. Anisogami yaitu peleburan dua sel kelamin yang tidak sama besarnya. Misalnya
peleburan makrogamet dan palsmodium, dan peleburan sperma dengan ovum di
dalam rahim.
b. Fusi persatuan atau peleburan dua macam gamet yang belum dapat dibedakan
jenisnya
c. Isogami merupakan persatuan dua macam gamet yang memiliki bentuk dan ukuran
yang sama.
8
d. Oogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki ukuran dan bentuk yang
tidak sama.
3. Reproduksi Seksual Vertebrata
Reproduksi vertebrata terjadi secara generatif (seksual) yaitu suatu proses
perkembangbiakan yang dicirikan dengan adanya penyatuan dari sel- sel germinatif
yaitu sel benih dari jantan dan sel benih dari betina sehingga terbentuk individu baru.
Pada individu golongan tinggi, sel germinatif dihasilkan oleh organ yang disebut
gonad. Sel spermatozoa dihasilkan oleh testes sedangkan sel telur (ovum) dihasilkan
oleh ovarium. Peristriwa penyatuan antara sel benih jantan (spermatozoa) dan sel
benih betina (ovum) disebut dengan fertilisasi yang menghasilkan zigot. Zigot akan
tumbuh dan berkembang menjadi embrio sebagai bekal terjadinya individu baru. Pada
proses reproduksi ini akan menghasilkan embrio yang secara genetik berbeda dengan
sel induk atau separuh genetiknya berasal dari induk jantan dan separuh dari induk
betina.
Hal ini berbeda dengan reproduksi aseksual, dimana pemidahan atau
pembelahan sel terjadi secara mitosis. Sebuah proses dimana kromosom dalam inti sel
digandakan terlebih dahulu sebelum membelah. Setelah kromosom membagi dan
membentuk dua sel baru, setiap sel baru memiliki inti dengan jumlah dan jenis
kromosom yang sama 9 dengan sel induknya. Hanya melalui sistem reproduksi,
materi genetik yang kompleks setiap spesies dapat bertahan di dunia ini. Fertilisasi
dibedakan sebagai berikut :
a) Fertilisasi eksternal
Fertilisasi eksternal merupakan proses pembuahan dimana sel telur dan sel
sperma dilepaskan secara bebas oleh masing-masing si betina dan si jantan (di
dalam air) kemudia terjadi penggabungan yang terjadi di dalam air. Fertilisasi
eksternal memerlukan suatu lingkungan dimana sebuah telur dapat berkembang
tanpa kekeringan atau cekaman panas. Maka fertilisasi jenis tersebut terjadi
hampir secara eksklusif dihabitat yang lembab.
b) Fertilisasi Internal
Fertilisasi Internal yaitu proses pembuahan melalui kopulasi sehingga sel
benih benih jantan dipindahkan kedalam saluran alat kelamin betina yang sudang
matang mengandung sel telur, kemudian terjadi penggabungan dan menghasilkan
zygot. Fertilisasi internal umumnya menghasilkan lebih sedikit zigot, tetapi hal
tersebut bisa diimbangi oleh perlindungan yang lebih besar pada embrio dan
9
pemeliharaan dan pengawasan yang lebih besar atas anak oleh induk. Jenis utama
perlindungan meliputi cangkang telur yang resisten, perkembangan embrio di
dalam saluran reproduksi induk betina, dan pemeliharaan telur dan keturunan oleh
induk.
Perkembangbiakan seksual terdapat dalam beberapa bentuk:
1) Ovivar
Merupakan perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan si betina
dan si jantan melepaskan sel benihnya diluar tubuh dan fertilisasi terjadi diluar
tubuh, tidak terjadin kopulasi dan sel telur yang dilepas di luar tubuh sangat
permiabel.
2) Ovovivipar
Perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan si betina melepaskan
sel telur ke dalam saluran reproduksinya, sehingga terjadi kopulasi,
pembuahan terjadi di dalam saluran kelamin betina. Sel telur tidak permiabel
diluar tubuh induknya. Individu yang terbentuk untuk sementara berada di
dalam alat kelamin betina, setelah umur embrio cukup untuk dilahirkan, maka
pertumbuhan selanjutnya terjadi diluar saluran kelamin betina.
3) Vivipar
Perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan si betina melepaskan
sel telurnya di dalam saluran reproduksinya, terjadi kopulasi, fertilisasi terjadi
di dalam saluran kelamin 10 betina. Indiviodu yang terbentuk mengadakan
perkembangan dan pertumbuhan di dalam saluran reproduksi betina sampai
dilahirkan.
C. Proses Fisiologi Sistem Reproduksi Hewan Invertebrata
1. Reproduksi Protozoa
10
Protozoa memiliki dua cara dalam berkembang biak, yaitu dilakukan secara
aseksual maupun seksual. Reproduksi secara Aseksual dilakukan dengan cara
membelah diri menjadi dua atau banyak, dan pertunasan (budding), eksternal atau
internal. Pembelahan menjadi dua dapat terjadi secara melintang atau membujur,
sedangkan pembelahan menjadi banyak biasanya dimulai dari inti sel, kemudian
diikuti pembelahan individu
Protozoa air tawar yang hidup secara bebas sebagian besar memiliki
kemampuan untmempertahankan diri terhadap kondisi lingkungan yang buruk dan
ekstrim, salah satu caranya yaitu dengan membentuk siste (cyst) yang tahan terhadap
kekeringan, dingin atau panas. Sebagian spesies protozoa air tawar dilindungi oleh
selubung sebagai rumah atau cangkang yang terbuat dari selulosa atau fosfoprotein,
misalnya pada Arcella.
2. Reproduksi Porifera
11
tinggal di dalam tubuh induknya. Zigot akan mengadakan pembelahan secara
berulang, setelah terjadinya pembuahan sampai pada akhirnya membentuk larva
berambut getar yang disebut juga dengan amphiblastula yang akan tiba di
lingkungan eksternal, ia akan berenang-renang mencari lingkungan yang dapat
menjamin kelangsungan hidup dengan rambut getarnya yang kaya dengan O2 dan
zat-zat makanan.
Larva porifera ini selanjutnya akan berubah menjadi parenchymula. Jika
parenchymula menemukan tempat yang sesuai untuk melekatkan diri, ia akan
menempel pada sebuah objek tertentu dan kemudian akan muncul sebagai individu
baru.
b. Perkembangbiakan Aseksual
Secara aseksual, perkembangbiakan ini dapat dilakukan dengan:
• Memisahkan diri dari induknya dan hidup sebagai individu baru dengan
membentuk tunas atau kuncup ke arah bagian luar.
• Pada umumnya porifera yang hidup di air tawar melakukan cara dengan
membentuk kuncup ke arah dalam sebagai penyesuaian diri terhadap
lingkungan yang kurang menguntungkan baginya.
3. Reproduksi Coelenterata
12
medusa sel telur atau sel sperma sebagian besar dihasilkan dari sel interstisial yang
mengelommpok sehingga membentuk ovari atau testis.
Pada Aurelia aurita memiiliki organ kelamin terpisah dan proses fertilisasinya
terjadi di dalam rongga enteron betina. Zigot yang merupakan hasil peleburan dari
ovum dengan spermatozoid selanjutnya akan dikeluarkan dari dalam tubuh betina
melalui mulutnya dan berkembang menjadi planula. Planula ini akan mengembara,
yang kemudian akan mengikatkan diri pada suatu substrat di dasar laut. Pada saat itu
rambutrambut getarnya akan lepas dan tumbuh menjadi polip baru yang disebut
skipistoma. Apabila telah mencapai ukuran maksimal, skipistoma akan mengalami
strobilasi. Selanjutnya, ruas-ruas strobila yang telah tua akan melepaskan diri dan
berenang-berenang bebas untuk hidup menjadi uburubur/medusa muda dan
selanjutnya menjadi dewasa.
4. Reproduksi Platyhelminthes
Gambar 10 . Nemathelminthes.
13
Alat reproduksi betina tersusun atas ovarium, oviduct (saluran telur, tempat
terjadinya fertilisasi), uterus (rahim), ovipar (tempat penampungan telur), vagina dan
vulva (lubang atau muara vagina). Cacing betina dewasa dapat bertelur 100.000 –
200.000 butir per hari, yang terdiri dari telur yang sudah dibuahi dan yang tidak
dibuahi. Telur yang dibuahi besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron, yang tidak dibuahi
90 x 40 mikron. Nemathelminthes biasanya bereproduksi secara seksual, melalu
fertilisasi internal. Pada kebanyakan spesies, jenis kelaminnya terpisah dan betina
berukuran lebih besar daripada jantan.
Nemathelminthes biasanya bereproduksi secara seksual, melalu fertilisasi
internal. Pada kebanyakan spesies, jenis kelaminnya terpisah dan betina berukuran
lebih besar daripada jantan, ascaris lumbricoides dewasa hidup endoparasit di dalam
intestinum tenue manusia (manusia sebagai hospes defenitif dan sebagai hospes
tunggal). Kopulasi terjadi di dalam usus dan ovum dibuahi di dalam oviduct cacing
betina. Tiap ovum dilapisi oleh chitin. Ovum yang dibuahi (mengandung zygot) akan
kelur bersama-sama dengan feses hospes. Jika ovum sampai di air atau tanah yang
kondisinya 15 cocok (adaptif) maka dalam waktu 2-3 minggu zigot didalam ovum
akan menjadi embrio. Jika ovum yang mengandung embrio tertelan oleh manusia
bersama air atau makanan, maka didalam usus hospes ovum akan menetas dan
keluarlah larva (panjang 0,2 – 0,3 mm). Larva akan berkembang menjadi cacing
dewasa.
6. Reproduksi Anelida
Anelida adalah salah satu hewan yang multiseluler dan berbentuk simetris
bilateral. Anelida juga memiliki tubuh yang lunak berbentuk silindris atau gilig dan
juga beruas-ruas. Semua Anelida akan berkembang biak secara seksual. Fertilisasi
terjadi di dalam tubuh (internal) dan ada yang terjadi di luar tubuh (eksternal).
Anelida ada yang bersifat hermaprodith dan ada yang berkelamin terpisah. Maksud
Anelida bersifat hemaprodith adalah masing-masing individu memiliki kelamin betina
dan alat kelamin jantan.
Dalam taksonomi, kedudukan cacing Annelida lebih tinggi daripada cacing
pipih dan cacing giling karena ia telah memiliki rongga tubuh yang terbentuk dengan
sengaja (euselom). Umumnya, cacing ini diesis dan bereproduksi secara seksual.
14
\
15
telur. Ova dan spermatozoa dibentuk bersama-sama di ovotestis. Ovotestis berupa
kelenjar kecil berwarna putih kemerahan, yang terletak melekat diantara kelenjar
pencernaan (hepatopankreas, di apek dari massa viscera).
Vagina dan penis memiliki hubungan terbuka dengan suatu ruangan, yaitu;
atrium genital yang memiliki lubang keluar (=porus genitalis). Walaupun beberapa
gastropoda adalah partenogenesis, umumnya moluska adalah diesis dan bereproduksi
secara seksual saja.
Beberapa gastropoda lainnya dan beberapa bivalvia adalah hermafrodit
protandri. Reproduksi aseksual pada moluska tidak dikenal. Fertilisasi eksternal biasa
dikenal pada Pelecypoda/Bivalvia, Aplacophora, dan Polyplacophora. Beberapa
kelompok moluska lainnya melakukan fertilisasi secara internal, misalnya pada
Cephalopoda. Hewan jantannya memiliki lengan yang telah bermodifikasi yang
disebut hektokotilus (hectocotylus). Lengan ini berguna untuk mentransfer sperma
(spermatofora / spermatophores) ke lubang oviduk (bukaan kelamin) hewan
betinanya.
16
8. Sistem Reproduksi Arthropoda
Pola reproduksi Arthropoda adalah hewan diesis. Reproduksi pada Arthropoda
umumnya dilakukan secara seksual. Beberapa spesies Insecta dan Branchiopoda
melakukan partenogenesis (reproduksi aseksual) karena ketiadaan hewan jantannya di
alam.
17
seksual, yang melibatkan individu jantan dan individu betina yang terpisah dengan cara
melepaskan gamet – gametnya ke air.
Reproduksi aseksual biasa dilakukan beberapa spesies Asteriodea dan
Ophiuroidea. Beberapa spesies Holthuroidea menunjukkan replikasi aseksual. Dalam
proses replikasi ini, secara berkala tubuhnya membelah transversal, dan tiap-tiap
belahan akan beregenerasi membentuk individu baru. Hal ini membuktikan bahwa
Echinodermata masih memiliki kemampuan regenerasi yang besar.
18
Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak
dibawah tulang belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-
lipatan,serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit).
Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat terjadi
perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju celah/
lubang urogenital. Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah
rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar.
Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus. Saluran reproduksi, pada
Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan menjadi duktus
aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut ductus
deferen. Bahkan posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula
seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan
bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem
reproduksi menuju kloaka secara terpisah.
Proses fertilisasi/pembuahan pada ikan ada 2 cara, yakni pembuahan di dalam
(internal fertilization) dan pembuahan di luar (external fertilization). Namun
demikian kebanyakan jenis ikan melakukan pembuahan diluar (external
fertilization). Ikan yang melakukan pembuahan diluar disebut ikan jenis ovipar.
Ikan jenis ovipar mengeluarkan telur dari dalam tubuhnya untuk dibuahi oleh “si
jantan”. Proses pembuahan sel telur (oosit) oleh sel sperma berlangsung diluar
tubuh ikan dimana sperma memasuki sel telur melalui sebuah lubang yang disebut
dengan mikrofil. Umumnya hanya satu sperma yang dapat masuk ke dalam
sebuah sel telur. Oosit yang telah dibuahi oleh sel sperma disebut zigot.
Sebaliknya ikan yang melakukan pembuahan di dalam disebut ikan jenis
ovovivipar. Ikan jenis ini berkembang biak dengan cara melahirkan. Pembuahan
terjadi di dalam tubuh ikan betina (internalfertilization).
Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina, kemudian melahirkan anak
yang sudah berwujud mirip dengan induknya. Ikan yang berkembangbiak secara
ovovivipar adalah ikan dari famili Poecilidae, seperti platy, guppy, dan molly.
Kelangsungan hidup anakan memang baik, tetapi jumlah anakan yang dihasilkan
setiap kelahiran tidak dapat banyak karena daya dukung induk terbatas (seperti
padahalnya manusia).Proses kawinnya ikan didahului dengan pematangan sel-sel
telur pada betina dan sel-sel sperma dalam testis pada ikan jantan. Selanjutnya
proses kawin(spawning) pada ikan ini berlangsung secara alamiah/insting.
19
b. Sistem Genetalia Betina
• Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada
anteri rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya
ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah
sepasang.
• Ovary pada ikan terdiri dari banyak telur. Setiap jenis ikan memiliki
ukuran telur sendiri, ada yang besar dan ada yang kecil. Ukuran telur akan
menentukan jumlah telur yang dimiliki oleh seekor induk. Ikan yang
memiliki ukuran telur besar contohnya ikan Nila dan Arwana, akan
memiliki jumlah telur yang lebih sedikit dibanding dengan ikan yang
ukuran telurnya kecil seperti ikan Cupang dan Mas.Hal ini disebabkan
oleh kapasitas yang dimiliki si induk untuk menampung telur. Ukuran telur
ikan banyak ditentukan oleh ukuran kuning telurnya. Makin besar kuning
telur makin besar pula peluang embrio untuk bertahan hidup.
• Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada
anteriorrongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya
ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah
sepasang.
• Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya
berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre.
Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran
selanjutnya pada uterus yangbermuara di kloaka. Pada Teleostei punya
oviduk pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian
posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak memiliki
kloaka.
20
Gambar 15. Alat reproduksi ikan a) betina dan b) jantan.
2. Sistem Reproduksi Ampibi
a. Sistem Genetalia Jantan
• Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan
oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di
bagian posterior rongga abdomen.
• Saluran reproduksi. Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan
membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat
kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar
membentuk vesikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula
seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen
merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke
medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari
dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-
kadang masih jelas dijumpai.
21
Gambar 16.Alat reproduksi ampibi jantan
b. Sistem genetalia Betina
• Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan
lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupun
korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan
pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
• Saluran reproduksi, oviducts merupakan saluran yang berkelok-kelok.
Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum)
dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah
kaudal mengadakan pelebaran yang disebut ductus mesonefrus. Dan
akhirnya bermuara di kloaka.
22
pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena
kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara
internal. Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita
membedah katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan
berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya, itu merupakan ovarium
yang penuh berisi sel telur, jumlahnya mencapai ribuan. Pada katak betina juga
ditemukan semacam lekukan pada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat
”pegangan” bagi katak jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini diimbangi
oleh katak jantan dengan adanya struktur khusus pada kaki depannya, yaitu berupa
telapak yang lebih kasar. Fungsinya untuk erat katak betina ketika terjadi
fertilisasi
3. Sistem Reproduksi Reptil
a. Sistem Genetalia Jantan
• Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan,berjumlah
sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular,
salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan
membesar saat musim kawin.
• Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran
reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf
dekat testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus
membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferustestis
dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktusdeferen.
Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan
memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek.
23
b. Sistem Genetalia Betina
• Ovaium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya
benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna vertebralis.
• Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior
terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara
di kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan
albumin yang berfungsi untuk membungkus sel telur,kecuali pada ular dan
kadal. Bagian posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang
kapur.
24
Gambar 20. Alat reproduksi aves jantan
b. Sistem Genetalia Betina
• Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya
yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
• Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, dan
dibagi menjadi beberapa bagian- bagian anterior adalah infundibulum yang
punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium
yang dikelilingi oleh fimbre- fimbre. Di posterionya adalah magnum yang
akan mensekresikan albumin, selanjutnya istimus yang mengsrkresikan
fimbre. Di Posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan
albumin, selanjutnya Istimus akan mensekresikan membran sel telur dalam
dan luar.
25
Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan
bermuara di kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat
sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak
mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang
telah dibuahi sperma akan dikeliingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur
dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu
pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan
memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru
menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta
perlu dibesarkan dalam sarang.
5. Sistem Reproduksi Mammalia
a. Sistem Genetalia Jantan
Fungsi respoduksi esensial jantan (Sherwood, Lauralee. Klandorf 2013) adalah
sebagai berikut:
• Produksi sperma (spermatogenesis) terus menerus dalam jumlah besar,
karena hanya sebagian kecil yang bertahan dalam perjalanan berbahaya ke
tempat pembuahan, dan banyak spermatozoa mungkin diperlukan untuk
meruntuhkan penghalang yang mengelilingi gamet betina (oosit).
• Pengiriman sperma ke betina.
Pada sebagian besar mamalia, organ penghasil sperma, yaitu
testis,ditangguhkan di luar rongga perut dalam kantung yang tertutup kulit,
skrotum, yang terletak di dalam sudut antara pelengkap posterior (inferior).
Sistem reproduksi jantan dirancang untuk mengantarkan sperma ke saluran
reproduksi wanita dalam kendaraan cair, air mani, yang kondusif untuk
kelangsungan hidup sperma. Pada mamalia, sekresi dari kelenjar seks aksesori
laki-laki utama, vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbourethral
memberikan sebagian besar cairan mani. Penis adalah organ yang digunakan
untuk menyimpan air mani pada betina.
Sperma keluar dari testis mamalia melalui vasa efferentia, epididimis, duktus
(vas) deferens, saluran ejakulasi, dan uretra,yang terakhir adalah saluran yang
membentang sepanjang penis. Alih-alih epididimis, pada burung vasa efferentia
menghantarkan sperma dari testis ke duktus epididimis pendek yang dilanjutkan
sebagai vas deferens, di mana akhirnya membuka ke area yang membesar sebelum
26
memasukikloaka. Baik vas deferens dan daerah yang membesar berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sperma. Kurangnya kelenjar aksesori mamalia, burung
memperoleh cairan mani daritubulus seminiferusdanvasa efferentia.
27
struktur vaskular yang memasok nutrisi ke janin sebagai ganti produk
limbah yang dihasilkan oleh janin.
28
struktur pelindung dan nutrisi untuk menjaga janin. Variasi yang cukup
besar ada di antara spesies sehubungan dengan organisasi anatomi saluran
telur dan rahim. Di antara mamalia ada tiga struktur anatomi uterus yang
berbeda:rahim simpleks (primata) dengan tubuh uterus tunggal, yaitu
rahim bicornuate (anjing, kuda betina, sapi) dengan tubuh rahim kecil dan
dua tanduk rahim atau cornua, dan rahim dupleks (marsupial, kelinci),
dengan dua kanal serviks yang memisahkan setiap tanduk rahim ke dalam
kompartemen yang berbeda. Korpus relatif besar pada kuda betina, kurang
luas pada sapi dan domba, dan kecil pada anjing dan babi sementara pada
beberapa spesies, seperti tikus dan kelinci, tidak ada tubuh rahim.
Bagian kaudal uterus adalah serviks, yang menonjol ke dalam vagina.
Itu kanal serviks,lubang kecil tunggal, berfungsi sebagai tempat
pengendapan semen pada beberapa spesies atau sebagai jalur bagi sperma
yang disimpan di vagina anterior untuk masuk ke dalam rahim pada
spesies lain. Selama kehamilan mamalia, serviks secara efektif menutup
bukaan luar rahim, menghasilkan lendir kental yang mencegah masuknya
benda asing ke dalam rahim. Serviks menjadi sangat melebar selama
persalinan, karena serviks berfungsi sebagai jalan keluarnya janin dari
rahim ke vagina.
Vagina, tabung berotot dan dapat diperluas yang menghubungkan
rahim ke lingkungan luar, terutama merupakan organ kopulasi dan
berfungsi sebagai wadah sperma. Alat kelamin luar wanita secara kolektif
disebut sebagaivulvapada mamalia. Pada manusia dan monyet Dunia
Lama, dua pasang lipatan kulit, yaitulabia minora dan labia majora,
mengelilingi lubang vagina dan uretra secara lateral. Pada mamalia,
klitoris, struktur ereksi yang terdiri dari jaringan yang sebanding dengan
glans penis, terletak di ujung anterior lipatan labia minora. Pekerjaan
terbaru oleh Helen O'Connell dan rekan telah menunjukkan bahwa klitoris
manusia jauh lebih besar daripada yang ditunjukkan secara tradisional,
karena sebagian besar massanya tetap tersembunyi di dalam, terdiri dari
umbi internal yang besar dan sangat vaskular yang mengelilingi uretra dan
vagina. Umbi ini membesar selama hubungan seksual, mungkin untuk
menutup uretra untuk mencegah infeksi, untuk menopang dinding vagina
selama penetrasi penis, dan/atau untuk meningkatkan sinyal kenikmatan.
29
c. Proses Fertilisasi Pada Sapi
Fusi antara sperma dan sel membrane ovum mulai terjadi saat kepala setengah
bagian kepala serma menembus zona pellucida. Kepala sperma tertelan oleh ova
dan ekor sperma terlepas. Membran nucleus sperma terlepas dan cromatin dari
sperma masuk ke dalam sitoplasma ova. Penetrasi yang terjadi karena proses
fertilisasi ini menstimulasi dimulainya pembelahan meiosis kedua dari oocyte dan
ekstrusi polar body kedua. Fertilisasi selesai dengan terjadinya fusi dari sel sperma
yang haploid dengan pronucleus ovum atau yang disebut sebagai syngamy.
30
E. Perbedaan Sistem Reproduksi Hewan Invertebrata dan Vertebrata
31
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Penulis tentunya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan semakin berkembangnya teknologi,
penulis berharap topik dalam makalah ini dapat dikembangkan lagi dengan referensi
yang lebih terkini agar lebih banyak yang memahai mengenai sistem reproduksi
terutama pada hewan invertebrat dan vertebrata.
32
DAFTAR PUSTAKA
Hayati, Alfiah. 2019. Biologi Reproduksi Ikan. Surabaya. Airlangga University Press
Purnama, R., & Santi, D. R., and Tahar Rachman. 2018. 113 Program Studi Arsitekstur
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fisiologi Hewan.
RAHMADINA. (2019). “ TAKSONOMI INVERTEBTRATA”.
http://repository.uinsu.ac.id/9138/1/MODUL%20AJAR%20TAKSONOMI%2
0INVERTEBRATA.pd.( 16- Maret -2023)
Sherwood, Lauralee. Klandorf, Hillar. Yancey H.Paul. 2013. Brooks/Cole Cengage Learning
Animal Physiology From Genes to Organisms Second Edition. www.cengagebrain.com.
33