Anda di halaman 1dari 36

SISTEM REPRODUKSI PADA HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan,

Dosen Pengampu :
Dea Diella., S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 1

Anisya Dwi Putri 202154025


Alfira Eka Putri 202154026
Rido Ismail Nurfadillah 202154040
Sela Siti Delianti 202154085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt. Karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Reproduksi Pada
Hewan” Untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Fisiologi Hewan, Jurusan Pendidikan
Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi. Shalawat beserta
salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya dan tabi’in tabi’atnya.
Makalah ini penulis susun dengan tujuan untuk memperdalam materi Fisiologi Hewan
khususnya tentang sistem saraf pada hewan. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan
makalah ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dea Diella., S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Fisiologi
Hewan, Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siiwangi.
2. Orang tua yang telah memberikan do’a dan dukungan kepada penulis dalam
bimbingan penyusunan makalah dan
3. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari akan adanya kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
umumnya bagi pembaca.

Tasikmalaya, 17 Maret 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...2
C. Tujuan Makalah……………………………………………………………………..2
D. Manfaat Makalah……………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Reproduksi………………………………………………………3

B. Sistem Reproduksi Seksual dan Aseksual Pada Hewan…………………………….3


C. Proses Fisiologi Sistem Reproduksi Hewan Inertebrata……………………………10
D. Proses Fisiologi Sistem Reproduksi Hewan Vertebrata……………………………18
E. Perbedaan Sistem Reproduksi Hewan Invertebrata dan Vertebrata………………..31

BAB III PENUTUP


A. Simpulan…………………………………………………………………………... 32
B. Saran………………………………………………………………………………..32

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Biologi adalah ilmu mengenai kehidupan. Objek kajian biologi sangat luas dan
mencakup semua makhluk hidup. Karenanya dikenal berbagai cabang biologi yang
mengkhususkan diri pada setiap kelompok organisme. Salah satu yang dipelajari
dalam ilmu biologi adalah sistem reproduksi.
Secara garis besar, reproduksi pada makhluk hidup bertujuan untuk menambah
jumlah populasi spesiesnya. Selain itu, fungsi reproduksi ini juga untuk menjaga
dan mempertahankan populasi serta menghasilkan generasi selanjutnya. Reproduksi
merupakan suatu proses biologi yang dilakukan oleh organisme untuk
memperbanyak keturunan. Melalui proses perkembangbiakan tersebut, induk akan
memindahkan materi genetik pada anaknya. Reproduksi membutuhkan keterlibatan
dua individu yang biasanya dilakukan dua jenis kelamin yang berbeda. Secara
umum reproduksi dibedakan menjadi dua yaitu reproduksi seksual dan aseksual.
Pada reproduksi seksual menggunakan alat atau organ seksual berupa sel kelamin
jantan dan sel kelamin betina, sedangkan pada reproduksi aseksual, tidak
menggunakan alat/organ seksual. Pada manusia memiliki sistem reproduksi secara
seksual sedangkan pada hewan memiliki sistem reproduksi secara seksual dan
aseksual.
Reproduksi membutuhkan keterlibatan dua individu yang biasanya dilakukan
dua jenis kelamin yang berbeda. Secara umum reproduksi dibedakan menjadi dua
yaitu reproduksi seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual menggunakan
alat/organ seksual berupa sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, sedangkan pada
reproduksi aseksual, tidak menggunakan alat/organ seksual. Pada manusia memiliki
sistem reproduksi secara seksual sedangkan pada hewan memiliki sistem reproduksi
secara seksual dan aseksual.
Suatu organisme dikelompokkan ke dalam organisme hidup ketika memenuhi
syarat sebagai organisme hidup, di antaranya adalah dapat bereproduksi. Reproduksi
adalah kemampuan suatu organisme untuk berkembang biak atau memperbanyak
keturunan dengan tujuan untuk menjaga kelangsungan hidup (survive). Reproduksi
juga merupakan cara mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua organisme
untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya. Meskipun sistem reproduksi tidak

1
berkontribusi langsung pada keseimbangan dan pertahanan hidup dalam suatu
habitat, tetapi proses reproduksi berperan penting dalam siklus kehidupan semua
organisme. Proses reproduksi merupakan cara untuk menentukan keberlangsungan
siklus keturunan dan pewarisan genetik dari individu kepada keturunannya.
Oleh sebab itu, pada makalah ini akan dibahas tentang sistem reproduksi pada
hewan secara rinci. Penulisan makalah ini diharapkan agar pembaca dapat
mengetahui sistem reproduksi pada hewan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana perbandingan reproduksi seksual dan aseksual pada hewan?
2. Bagaimana proses fisiologi sistem reproduksi hewan invertebrata?
3. Bagaimana proses fisiologi sistem reproduksi hewan vertebrata?
4. Bagaimanana perbedaan sistem reproduksi hewan invertebrate dan vertebrata?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diperoleh tujuan
penyusunan makalah ini:
1. Untuk memahami perbandingan reproduksi seksual dan aseksual pada hewan.
2. Untuk memahami proses fisiologi sistem reproduksi hewan invertebrata.
3. Untuk memahami proses fisiologi sistem reproduksi hewan vertebrata.
4. Untuk memahami perbedaan sistem reproduksi hewan invertebrata dan
vertebrata.
D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dan sangat diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai sarana penambah pengetahuan dan wawasan keilmuan
khususnya mengenai fisiologi hewan dalam sistem reproduksi pada hewan.
2. Pembaca, sebagai media informasi mengenai sistem reproduksi pada hewan
yang dapat membekali pembaca dalam hal perhatian terhadap hewan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Reproduksi

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan


yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis
agar tidak punah. Bayangkan apabila ada suatu organisme yang tidak melakukan
reproduksi, tentu saja akan menganggu keseimbangan alam. Pada rantai makanan,
bayangkan jika salah satu mata rantai tersebut hilang. Tentu akan tidak seimbang
proses alam ini. Yang akan menghancurkan sebuah ekosistem,atau bahkan peradaban.

Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran


reproduksi jantan, kelenjar seks aksesoris (pada mamalia) dan organ kopulatoris (pada
hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina terdiri atas
sepasang ovarium pada beberapa hanya satu) dan saluran reproduksi betina. Pada
mamalia yang dilengkapi organ kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu. (Tenzer,
2003:19).

B. Sistem Reproduksi Seksual dan Aseksual Pada Hewan


Berdasarkan awal terbentuknya individu baru, proses reproduksi dibedakan
menjadi reproduksi aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual adalah proses
memperbanyak organisme tanpa melalui proses pertemuan antara dua macam gamet
jantan (spermatozoa) dan betina (oosit atau ovum atau sel telur). Reproduksi aseksual
terjadi pada organisme prokariotik, yaitu organisme yang sederhana yang tidak
memiliki membran inti. Materi genetiknya tersimpan di dalam kromosom yang
terletak di sitoplasma yang dikenal dengan sebutan nukleoida.
Berbagai cara reproduksi secara aseksual, di antaranya adalah proses
reproduksi melalui pemisahan atau pembelahan sel menjadi dua anak sel baru
(pembelahan biner) dan masing-masing sel dapat tumbuh menjadi individu dewasa,
misalnya pada bakteri, amoeba, paramaecium, dan ganggang hijau-biru (Cyanophyta).
Reproduksi aseksual lainnya melalui cara fragmentasi yaitu potongan tubuh bisa
menjadi individu baru, misalnya cacing planaria (cacing pipih) serta cara
partenogenesis yaitu berkembangnya sel telur menjadi individu baru tanpa didahului
oleh peleburan dengan spermatozoa, misalnya kutu daun, kutu air, dan beberapa

3
invertebrata lainnya. Pada beberapa kelompok serangga, ada yang perbanyakan
dirinya melalui partenogenesis (sel telur yang tidak difertilisasi).
Namun ada juga hewan yang perbanyakan diri melalui pertumbuhan kuncup
yang menempel pada tubuh induknya. Kuncup tersebut akan tumbuh dan berkembang
menjadi individu baru, misalnya pada Hydra dan Cnidarian.
Reproduksi seksual adalah proses perbanyakan diri melalui perkawinan atau
pertemuan dua sel gamet (jantan dan betina). Sel gamet jantan dan betina tidak selalu
dihasilkan oleh individu yang berbeda dalam satu spesies, namun ada pula yang
dihasilkan oleh satu individu (hermafrodit). Pada reproduksi ini menghasilkan
individu diploid (2n) (masing-masing ”n” berasal dari gamet jantan dan betina).
Individu baru sebagai hasil reproduksi tersebut, dimulai dari awal terbentuknya gamet
(gametogenesis), baik gamet jantan (spermatogenesis) maupun gamet betina
(oogenesis) dalam gonad.
Kemampuan reproduksi ini berlangsung ketika dua gamet yang berbeda
tersebut melebur menjadi satu membentuk satu sel yang disebut zigot. Zigot akan
tumbuh dan berkembang menjadi embrio sebagai bakal terjadinya individu baru. Pada
proses reproduksi ini akan menghasilkan embrio yang secara genetik berbeda dengan
sel induk atau genetiknya separuh berasal dari induk jantan dan separuh dari induk
betina. Hal ini berbeda dengan reproduksi aseksual, di mana pemisahan atau
pembelahan sel terjadi secara mitosis. Sebuah proses di mana kromosom dalam inti
sel yang digandakan terlebih dahulu sebelum sel membelah. Setelah kromosom
membagi dan membentuk dua sel baru, setiap sel baru memiliki inti dengan jumlah
dan jenis kromosom yang sama dengan sel induknya. Hanya melalui sistem
reproduksi, materi genetik yang kompleks setiap spesies dapat bertahan di dunia ini.

1. Reproduksi Aseksual Invertebrata (Vegetatif)

Reproduksi aseksual terjadi tanpa proses peleburan sel gamet, umumnya


terjadi pada hewan tingkat rendah. Individu baru muncul dari bagian tubuh induk.
Sifat individu yang terbentuk dari reproduksi aseksual adalah 100% mirip dengan
induk. Gambar dibawah ini memperlihatkan cara berkembang biak secara aseksual
pada hewan invertebrata.

4
Gambar 1. Reproduksi Amoeba
Dari gambar diatas terlihat jelas bahwa pembelahan sel dimulai dengan
pembelahan inti sel kemudian diikuti oleh pembagian sitoplasma dan selaput sel
menjadi dua bagian yang memisah. Selanjutnya pembelahan sel menghasilkan dua
individu baru yang sama seperti induknya, yang disebut juga dengan pembelahan
biner. Pembelahan biner merupakan proses yang melibatkan pembelahan
kromosom secara mitosis sehingga menghasilkan dua sel anakan yang memiliki
jumlah kromosom yang samadengan kromosom induk.
Pada hewan yang masih primitif, jaringan yang menghasilkan sel gamet
tersusun menyebar. Jaringan ini terdiri atas sejumlah lokus yang berfungsi untuk
perbanyakan sel kelamin. Mekanisme reproduksi aseksual (vegetatif) yang beraneka
ragam membuat hewan mampu menghasilkan keturunan yang identik secara cepat
meliputi :
a) Fragmentasi
Fragmentasi merupakan pemisahan salah satu bagian tubuh yang kemudian dapat
tumbuh dan berkembang menjadi individu baru. Bagi hewan untuk dapat
bereproduksi dengan cara ini, fragmentasi harus disertai dengan regenerasi.
Regenerasi merupakan pertumbuhan kembali bagian tubuh yang hilang.
Contohnya Planaria sp.

Gambar 2. Fragmentasi Planaria sp

5
b) Tunas (budding)
Tunas (budding) merupakan pembentukan tonjolan pada salah satu tubuh hewan dan
dapat berkembang menjadi individu baru. Keturunan contohnya hewan Acropora
sp dan Euspongia sp.

Gambar 3. Perkembangbiakan Hydra Dengan Tunas

c) Pembelahan (Fission)
Fission merupakan pembelahan sel induk dan hasilnya akan berkembang menjadi
individu baru. Fisi dibedakan menajadi dua yaitu pembelahan biner contohnya
pada bakteri dan pembelahan multiple yaitu pada virus.

Gambar 4. Pembelahan pada Amoeba

d) Sporulasi

Sporulasi yaitu dengan dibentuknya spora pada sel induk dan akhirnya spora akan
berkembang menjadi individu baru. Contohnya pada Plasmodium sp,.
e) Phartenogenesis
Phartenogenesis yaitu terbentuknya individu baru melalui sel telur yang tanpa
dibuahi. Hewan dewasa yang dihasilkan melalui phartenogenesis seringkali
haploid, dan sel-selnya tidak mengalami meiosis dalam pembentukan telur-telur
baru. Contohnya lebah madu jantan, semut jantan, dan belalang. Sedangkan
paedogenesis yaitu terbentuknya individu baru langsung dari larva/nimpa.
Contohnya pada class Trematoda / cacing isap.

6
Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang terjadi daripada tumbuhan.
Biasanya reproduksi aseksual merupakan suatu alternatif dan bukan pengganti dari
reproduksi seksual. beberapa invertebrata, misalnya ,cacing pipih (Planaria sp)
berkembang biak dengan cara fragmentasi. Fragmentasi merupakan pemutusan bagian
tubuh. Setelah tumbuh mencapai ukuran normal, Planaria sp secara spontan terbagio-
bagi menjadi beberapa bagian. Setiap bagian berkembang menjadi dewasa dan proses
tersebut akan terulang kembali.
Invertebrata lain melakukan reproduksi aseksual dengan cara pertunasan
(budding). Pertunasan merupakan proses terbentuknya tunas kecil (yang serupa
induknya) dari tubuh induk. Keturunan berkembang sebagai tunas pada badan induk.
Pada beberapa spesies, seperti pada Obelia, tunas tesebut tetap terikat pada induk
hingga menyebabkan terjadinya koloni koral. Pertunasan juga dijumpai pada hewan
parasit, contohnya cacing pita (Taenia solium).

2. Reproduksi Seksual Invertebrata (Generatif)

Sebagian besar inverterbrata melakukan reproduksi secara seksual. Reproduksi


seksual dicirikan dengan penyatuan gamet (fertilisasi), yaitu sperma dan ovum.
Fertilisasi invertebrata sering dijumpai pada cacing tanah yang bersifat hermafrodit
(satu individu menghasilkan sperma dan ovum. Reproduksi seksual pada hewan
invertebrata dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa phartenogenesis, sel telur tanpa dibuahi
dapat tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut
jantan.

b. Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami. Konjugasi


ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat reproduksinya misalnya
paramecium.

Gambar 5. Konjugasi Paramencium

7
Tahapan konjugasi pada Paramecium adalah :
1. Dua paramecium saling berdekatan lalu saling menempel. Kemudian terjadi dua
sel saling menempel pada bagian mulut sel. Membran sel pada sel yang saling
menempel tersebut melebar dan berbentuk suatu saluran.
2. Pada bagian masing-masing sel terdapat mikronukleus diploid (2n) yang
membelah secara meiosis menjadi 4 mikronuklues haploid (n), sedangkan
makronukleusnya tidak ,mengalami perubahan.
3. Selanjutntya, masing-masing 4 mikronuklues haploid (n), disetiap sel membelah
secara mitosis menjadi 8 mikronukleus (n)
4. 8 mikronukleus (n) yang terbentuk, 7 mikronukleus hancur, sehingga setiap sel
hanya memiliki 1 mikronukleus dan 1 makronukleus.
5. Terjadi saling tukar menukar mikronukleus, yaitu mikronukleus pindah ke sel lain
dan sebaliknya. Mikronukleus yang saling tukar menuykar tersebut melebur
dengan mikronukleus yang 8 tidak pindah. Jadi, setelah hasil peleburan itu, setiap
sel memiliki mikronukleus diploid.
6. Setiap sel yang telah memiliki mikronukleus diploid (2n), selnya pisah dan
konjugasi berakhir, kemudian 1mikronukleus membelah secara mitosis
menghasilkan 2 mikronukleus.
7. Salah satu dari 2 mikronukleus itu tumbuh menjadi makronukleus, sehingga setiap
sel memilki mikronukleus dan 1 makronukleus.

Namun pada kenyataanya, tidak ada siklus reproduksi paramecium yang


spesifik seperti pada proses konjugasi tersebut. Dalam kondisi yang menguntungkan,
paramecium bisa mengalami perkembangbiakan aseksual minimal tiga kali sehari.
Selain meningkatkan laju pertumbuhan dengan konjugasi, beberapa strain
paramecium juga membentuk hubungan simbiosis dengan bakteri dan alga. Hubungan
simbiosis ini dapat meningkatkan kelangsungan hidup bagi paramecium.

a. Anisogami yaitu peleburan dua sel kelamin yang tidak sama besarnya. Misalnya
peleburan makrogamet dan palsmodium, dan peleburan sperma dengan ovum di
dalam rahim.
b. Fusi persatuan atau peleburan dua macam gamet yang belum dapat dibedakan
jenisnya
c. Isogami merupakan persatuan dua macam gamet yang memiliki bentuk dan ukuran
yang sama.

8
d. Oogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki ukuran dan bentuk yang
tidak sama.
3. Reproduksi Seksual Vertebrata
Reproduksi vertebrata terjadi secara generatif (seksual) yaitu suatu proses
perkembangbiakan yang dicirikan dengan adanya penyatuan dari sel- sel germinatif
yaitu sel benih dari jantan dan sel benih dari betina sehingga terbentuk individu baru.
Pada individu golongan tinggi, sel germinatif dihasilkan oleh organ yang disebut
gonad. Sel spermatozoa dihasilkan oleh testes sedangkan sel telur (ovum) dihasilkan
oleh ovarium. Peristriwa penyatuan antara sel benih jantan (spermatozoa) dan sel
benih betina (ovum) disebut dengan fertilisasi yang menghasilkan zigot. Zigot akan
tumbuh dan berkembang menjadi embrio sebagai bekal terjadinya individu baru. Pada
proses reproduksi ini akan menghasilkan embrio yang secara genetik berbeda dengan
sel induk atau separuh genetiknya berasal dari induk jantan dan separuh dari induk
betina.
Hal ini berbeda dengan reproduksi aseksual, dimana pemidahan atau
pembelahan sel terjadi secara mitosis. Sebuah proses dimana kromosom dalam inti sel
digandakan terlebih dahulu sebelum membelah. Setelah kromosom membagi dan
membentuk dua sel baru, setiap sel baru memiliki inti dengan jumlah dan jenis
kromosom yang sama 9 dengan sel induknya. Hanya melalui sistem reproduksi,
materi genetik yang kompleks setiap spesies dapat bertahan di dunia ini. Fertilisasi
dibedakan sebagai berikut :
a) Fertilisasi eksternal
Fertilisasi eksternal merupakan proses pembuahan dimana sel telur dan sel
sperma dilepaskan secara bebas oleh masing-masing si betina dan si jantan (di
dalam air) kemudia terjadi penggabungan yang terjadi di dalam air. Fertilisasi
eksternal memerlukan suatu lingkungan dimana sebuah telur dapat berkembang
tanpa kekeringan atau cekaman panas. Maka fertilisasi jenis tersebut terjadi
hampir secara eksklusif dihabitat yang lembab.
b) Fertilisasi Internal
Fertilisasi Internal yaitu proses pembuahan melalui kopulasi sehingga sel
benih benih jantan dipindahkan kedalam saluran alat kelamin betina yang sudang
matang mengandung sel telur, kemudian terjadi penggabungan dan menghasilkan
zygot. Fertilisasi internal umumnya menghasilkan lebih sedikit zigot, tetapi hal
tersebut bisa diimbangi oleh perlindungan yang lebih besar pada embrio dan

9
pemeliharaan dan pengawasan yang lebih besar atas anak oleh induk. Jenis utama
perlindungan meliputi cangkang telur yang resisten, perkembangan embrio di
dalam saluran reproduksi induk betina, dan pemeliharaan telur dan keturunan oleh
induk.
Perkembangbiakan seksual terdapat dalam beberapa bentuk:
1) Ovivar
Merupakan perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan si betina
dan si jantan melepaskan sel benihnya diluar tubuh dan fertilisasi terjadi diluar
tubuh, tidak terjadin kopulasi dan sel telur yang dilepas di luar tubuh sangat
permiabel.
2) Ovovivipar
Perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan si betina melepaskan
sel telur ke dalam saluran reproduksinya, sehingga terjadi kopulasi,
pembuahan terjadi di dalam saluran kelamin betina. Sel telur tidak permiabel
diluar tubuh induknya. Individu yang terbentuk untuk sementara berada di
dalam alat kelamin betina, setelah umur embrio cukup untuk dilahirkan, maka
pertumbuhan selanjutnya terjadi diluar saluran kelamin betina.
3) Vivipar
Perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan si betina melepaskan
sel telurnya di dalam saluran reproduksinya, terjadi kopulasi, fertilisasi terjadi
di dalam saluran kelamin 10 betina. Indiviodu yang terbentuk mengadakan
perkembangan dan pertumbuhan di dalam saluran reproduksi betina sampai
dilahirkan.
C. Proses Fisiologi Sistem Reproduksi Hewan Invertebrata
1. Reproduksi Protozoa

Gambar 6. Reproduksi Protozoa.

10
Protozoa memiliki dua cara dalam berkembang biak, yaitu dilakukan secara
aseksual maupun seksual. Reproduksi secara Aseksual dilakukan dengan cara
membelah diri menjadi dua atau banyak, dan pertunasan (budding), eksternal atau
internal. Pembelahan menjadi dua dapat terjadi secara melintang atau membujur,
sedangkan pembelahan menjadi banyak biasanya dimulai dari inti sel, kemudian
diikuti pembelahan individu
Protozoa air tawar yang hidup secara bebas sebagian besar memiliki
kemampuan untmempertahankan diri terhadap kondisi lingkungan yang buruk dan
ekstrim, salah satu caranya yaitu dengan membentuk siste (cyst) yang tahan terhadap
kekeringan, dingin atau panas. Sebagian spesies protozoa air tawar dilindungi oleh
selubung sebagai rumah atau cangkang yang terbuat dari selulosa atau fosfoprotein,
misalnya pada Arcella.
2. Reproduksi Porifera

Gambar 7. Reproduksi Porifera


Filum porifera memiliki dua sifat yaitu monosious (hermafrodit) dan diosious.
Reproduksi porifera terbagi atas dua cara yaitu: perkembangbiakan seksual dan
aseksual.
a. Perkembangbiakan seksual
Pada cara ini belum dilakukan dengan menggunakan alat kelamin khusus baik
ovum maupun spermatozoid. Adapun ovum atau spermatozoid yang berkembang
melalui sel-sel amubosit khusus disebut dengan arkeosit. Mesoglea merupakan
istilah dari ovum yang belum atau telah dibuahi oleh sel spermatozoid yang tetap

11
tinggal di dalam tubuh induknya. Zigot akan mengadakan pembelahan secara
berulang, setelah terjadinya pembuahan sampai pada akhirnya membentuk larva
berambut getar yang disebut juga dengan amphiblastula yang akan tiba di
lingkungan eksternal, ia akan berenang-renang mencari lingkungan yang dapat
menjamin kelangsungan hidup dengan rambut getarnya yang kaya dengan O2 dan
zat-zat makanan.
Larva porifera ini selanjutnya akan berubah menjadi parenchymula. Jika
parenchymula menemukan tempat yang sesuai untuk melekatkan diri, ia akan
menempel pada sebuah objek tertentu dan kemudian akan muncul sebagai individu
baru.
b. Perkembangbiakan Aseksual
Secara aseksual, perkembangbiakan ini dapat dilakukan dengan:
• Memisahkan diri dari induknya dan hidup sebagai individu baru dengan
membentuk tunas atau kuncup ke arah bagian luar.
• Pada umumnya porifera yang hidup di air tawar melakukan cara dengan
membentuk kuncup ke arah dalam sebagai penyesuaian diri terhadap
lingkungan yang kurang menguntungkan baginya.
3. Reproduksi Coelenterata

Gambar 8. Reproduksi Coelenterata


Reproduksi pada Coelenterata terjadi secara seksual dan aseksual. Di mana
reproduksi seksualnya terjadi pada stadium polip sedangkan reproduksi aseksualnya
terjadi pada stadium medusa. Pada stadium polip, perkembang biakkannya dilakukan
dengan cara pertunasan (budding), pembelahan atau pencabikan telapak kaki. Pada
perkembangbiakan ini, suatu tunas terjadi dari dinding tubuh yang menonjol keluar
diikuti perluasan rongga gastrovaskuler. Berbeda dari stadium polip, pada stadium

12
medusa sel telur atau sel sperma sebagian besar dihasilkan dari sel interstisial yang
mengelommpok sehingga membentuk ovari atau testis.
Pada Aurelia aurita memiiliki organ kelamin terpisah dan proses fertilisasinya
terjadi di dalam rongga enteron betina. Zigot yang merupakan hasil peleburan dari
ovum dengan spermatozoid selanjutnya akan dikeluarkan dari dalam tubuh betina
melalui mulutnya dan berkembang menjadi planula. Planula ini akan mengembara,
yang kemudian akan mengikatkan diri pada suatu substrat di dasar laut. Pada saat itu
rambutrambut getarnya akan lepas dan tumbuh menjadi polip baru yang disebut
skipistoma. Apabila telah mencapai ukuran maksimal, skipistoma akan mengalami
strobilasi. Selanjutnya, ruas-ruas strobila yang telah tua akan melepaskan diri dan
berenang-berenang bebas untuk hidup menjadi uburubur/medusa muda dan
selanjutnya menjadi dewasa.

4. Reproduksi Platyhelminthes

Gambar 9. Sistem Reproduksi Platyhelminthes


Platyhelminthes merupakan hewan yang menghasilkan 2 macam gamet. Alat
penghasil gamet betina adalah ovum, saluran ovum, dan kelenjar kuning telur.
Sedangkan alat penghasil gamet jantan adalah testis, pori genetalia dan penis.
5. Reproduksi Nemathelminthes

Gambar 10 . Nemathelminthes.

13
Alat reproduksi betina tersusun atas ovarium, oviduct (saluran telur, tempat
terjadinya fertilisasi), uterus (rahim), ovipar (tempat penampungan telur), vagina dan
vulva (lubang atau muara vagina). Cacing betina dewasa dapat bertelur 100.000 –
200.000 butir per hari, yang terdiri dari telur yang sudah dibuahi dan yang tidak
dibuahi. Telur yang dibuahi besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron, yang tidak dibuahi
90 x 40 mikron. Nemathelminthes biasanya bereproduksi secara seksual, melalu
fertilisasi internal. Pada kebanyakan spesies, jenis kelaminnya terpisah dan betina
berukuran lebih besar daripada jantan.
Nemathelminthes biasanya bereproduksi secara seksual, melalu fertilisasi
internal. Pada kebanyakan spesies, jenis kelaminnya terpisah dan betina berukuran
lebih besar daripada jantan, ascaris lumbricoides dewasa hidup endoparasit di dalam
intestinum tenue manusia (manusia sebagai hospes defenitif dan sebagai hospes
tunggal). Kopulasi terjadi di dalam usus dan ovum dibuahi di dalam oviduct cacing
betina. Tiap ovum dilapisi oleh chitin. Ovum yang dibuahi (mengandung zygot) akan
kelur bersama-sama dengan feses hospes. Jika ovum sampai di air atau tanah yang
kondisinya 15 cocok (adaptif) maka dalam waktu 2-3 minggu zigot didalam ovum
akan menjadi embrio. Jika ovum yang mengandung embrio tertelan oleh manusia
bersama air atau makanan, maka didalam usus hospes ovum akan menetas dan
keluarlah larva (panjang 0,2 – 0,3 mm). Larva akan berkembang menjadi cacing
dewasa.
6. Reproduksi Anelida
Anelida adalah salah satu hewan yang multiseluler dan berbentuk simetris
bilateral. Anelida juga memiliki tubuh yang lunak berbentuk silindris atau gilig dan
juga beruas-ruas. Semua Anelida akan berkembang biak secara seksual. Fertilisasi
terjadi di dalam tubuh (internal) dan ada yang terjadi di luar tubuh (eksternal).
Anelida ada yang bersifat hermaprodith dan ada yang berkelamin terpisah. Maksud
Anelida bersifat hemaprodith adalah masing-masing individu memiliki kelamin betina
dan alat kelamin jantan.
Dalam taksonomi, kedudukan cacing Annelida lebih tinggi daripada cacing
pipih dan cacing giling karena ia telah memiliki rongga tubuh yang terbentuk dengan
sengaja (euselom). Umumnya, cacing ini diesis dan bereproduksi secara seksual.

14
\

Gambar 11. Perkembangbiakan Anelida


Pada beberapa kelompok Polychaeta, ia melakukan epitoki (epitoky) berupa
pemutusan segmen tubuh bagian posteriornya (disebut: epitok/epitoke) dari bagian
anterior (disebut atok/atoke). Segmen epitoke berisi gamet-gamet yang telah masak.
Gamet-gamet kemudian keluar dari segmen, gamet jantan membuahi gamet betina
diperairan laut. Jadi, fertilisasi berlangsung eksternal. Pada beberapa spesies,
pertunasan secara aseksual terjadi ketika proses epitoki berlangsung.
Berbeda dengan Polychaeta, semua cacing Oligochaeta adalah hermafroditik.
Beberapa segmen tubuhnya menghasilkan gamet-gamet, pertukaran gamet dilakukan
oleh dua individu cacing yang berkawin, fertilisasi biasanya internal. Telur-telur yang
telah dibuahi, kemudian akan dibungkus oleh kokon (cocoon) yang disekresi oleh
satuan beberapa segmen yang telah bermodifikasi yang disebut klitelum (clitellum).
Dalam kurun waktu tertentu, cacing-cacing muda kemudian muncul dari kokon. Jadi,
daur
hidup cacing Oligochaeta ini tanpa melalui stadium larva. Beberapa spesies
yang hidup di darat bahkan melakukan partenogenesis, ketika telur berkembang
menjadi individu baru tanpa pembuahan. Reproduksi aseksual biasanya dilakukan
oleh cacing Oligochaeta perairan tawar dengan cara pembelahan transversal kemudian
masing-masing potongan beregenerasi. Kelompok cacing Annelida yang lain adalah
cacing Hirudinea. Ia juga bersifat hermafroditik, fertilisasinya internal. Pada
Hirudinea ini tidak dikenal adanya reproduksi aseksual.
7. Reproduksi Mollusca
Mollusca adalah hewan yang bertubuh lunak dan tidak memliki ruas. Achatina
fulica memiliki bersifat hermafrodit, namun untuk fertilisasi dibutuhkan spermatozoa
dari individu lain, sebab spermatozoa dari induk yang sama tidak bisa membuahi sel

15
telur. Ova dan spermatozoa dibentuk bersama-sama di ovotestis. Ovotestis berupa
kelenjar kecil berwarna putih kemerahan, yang terletak melekat diantara kelenjar
pencernaan (hepatopankreas, di apek dari massa viscera).

Gambar 12. Reproduksi Mollusca


Saluran yang terdapat pada ovotestis yaitu;
a. Duktus hermaproditikus (persatuan saluran halus pada ovotestis)
b. Spermaviduk, tersusun atas dua saluran,yaitu:
a) Saluran telur (oviduk), berakhir di vagina dan
b) Saluran semen (vasdeferens), berakhir di penis.

Vagina dan penis memiliki hubungan terbuka dengan suatu ruangan, yaitu;
atrium genital yang memiliki lubang keluar (=porus genitalis). Walaupun beberapa
gastropoda adalah partenogenesis, umumnya moluska adalah diesis dan bereproduksi
secara seksual saja.
Beberapa gastropoda lainnya dan beberapa bivalvia adalah hermafrodit
protandri. Reproduksi aseksual pada moluska tidak dikenal. Fertilisasi eksternal biasa
dikenal pada Pelecypoda/Bivalvia, Aplacophora, dan Polyplacophora. Beberapa
kelompok moluska lainnya melakukan fertilisasi secara internal, misalnya pada
Cephalopoda. Hewan jantannya memiliki lengan yang telah bermodifikasi yang
disebut hektokotilus (hectocotylus). Lengan ini berguna untuk mentransfer sperma
(spermatofora / spermatophores) ke lubang oviduk (bukaan kelamin) hewan
betinanya.

16
8. Sistem Reproduksi Arthropoda
Pola reproduksi Arthropoda adalah hewan diesis. Reproduksi pada Arthropoda
umumnya dilakukan secara seksual. Beberapa spesies Insecta dan Branchiopoda
melakukan partenogenesis (reproduksi aseksual) karena ketiadaan hewan jantannya di
alam.

Gambar 13. Perkembangbiakan Arthropoda


Pada udang jantan, dua pasangan kaki renang (pleopod) yang paling depan
bermodifikasi menjadi gonopod, organ ini berfungsi menyalurkan sperma ketika
berkawin. Pasangan pleopod pada udang betinanya selain berfungsi untuk berenang,
juga untuk tempat melekatnya telur-telur yang telah dibuahi sebelum menetas menjadi
larva (benur).
Alat reproduksi pada Insecta jantan terdiri dari dua buah testes tempat dimana
spermatozoa berkembang. Masing-masing testes dihubungkan oleh vas deferen yang
akan bersatu membentuk saluran ejakulasi yang terbuka kepermukaan dorsal dari
bagian subgenital. Alat reproduksi betina terdiri dari dua buah ovarium yang terdiri
dari sejumlah tabung-tabung telur yang disebut ovarioles. Ovarioles-ovarioles ini
pada bagain posterior (belakang) melekat pada oviduk (saluran telur). Dua buah
oviduk dibagain dasar akan bersatu membentuk vagina pendek, diteruskan ke lubang
genital yang terdapat diantara ovipositor dibagian ujung dari pada perut. Didaerah
vagina terdapat seminal reseptakel yang akan menerima sperma ketika terjadi
perkawinan dan dilepaskan jika sel telur dibuahi.
9. Sistem Reproduksi Echinodermata
Ada beberapa jenis echinodermata yang memiliki saluran reproduksi sederhana.
Dimana reproduksi fertilisasi berlangsung eksternal. Echinodermata bereproduksi dengan cara

17
seksual, yang melibatkan individu jantan dan individu betina yang terpisah dengan cara
melepaskan gamet – gametnya ke air.
Reproduksi aseksual biasa dilakukan beberapa spesies Asteriodea dan
Ophiuroidea. Beberapa spesies Holthuroidea menunjukkan replikasi aseksual. Dalam
proses replikasi ini, secara berkala tubuhnya membelah transversal, dan tiap-tiap
belahan akan beregenerasi membentuk individu baru. Hal ini membuktikan bahwa
Echinodermata masih memiliki kemampuan regenerasi yang besar.

Gambar 14. Reproduksi Echinodermata


Umumnya kelompok Echinodermata adalah hewan yang diesis, reproduksinya
seksual dan fertilisasinya eksternal. Simetri larvanya bilateral; hal inilah yang
menyebabkan Echinodermata termasuk ke dalam golongan Bilateria.
D. Proses Fisiologi Sistem Reproduksi Hewan Vertebrata
1. Sistem Reproduksi Pisces
a. Sistem Genital Jantan
Ikan jantan alat reproduksinya terdiri atas (Purnama, R., & Santi and Rachman
2018) :
• sepasang testis, yang menghasilkan sel kelamin jantan (sperma)
berbentukbulat telur. Testis sebelah kanan lebih tinggi bila dibandingkan
dengantestis sebelah kiri.
• epididimis,
• vas deferens, saluran sperma yang keluar dari testis’
• ginjal,
• saluran kencing
• kloaka

18
Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak
dibawah tulang belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-
lipatan,serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit).
Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat terjadi
perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju celah/
lubang urogenital. Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah
rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar.
Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus. Saluran reproduksi, pada
Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan menjadi duktus
aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut ductus
deferen. Bahkan posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula
seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan
bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem
reproduksi menuju kloaka secara terpisah.
Proses fertilisasi/pembuahan pada ikan ada 2 cara, yakni pembuahan di dalam
(internal fertilization) dan pembuahan di luar (external fertilization). Namun
demikian kebanyakan jenis ikan melakukan pembuahan diluar (external
fertilization). Ikan yang melakukan pembuahan diluar disebut ikan jenis ovipar.
Ikan jenis ovipar mengeluarkan telur dari dalam tubuhnya untuk dibuahi oleh “si
jantan”. Proses pembuahan sel telur (oosit) oleh sel sperma berlangsung diluar
tubuh ikan dimana sperma memasuki sel telur melalui sebuah lubang yang disebut
dengan mikrofil. Umumnya hanya satu sperma yang dapat masuk ke dalam
sebuah sel telur. Oosit yang telah dibuahi oleh sel sperma disebut zigot.
Sebaliknya ikan yang melakukan pembuahan di dalam disebut ikan jenis
ovovivipar. Ikan jenis ini berkembang biak dengan cara melahirkan. Pembuahan
terjadi di dalam tubuh ikan betina (internalfertilization).
Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina, kemudian melahirkan anak
yang sudah berwujud mirip dengan induknya. Ikan yang berkembangbiak secara
ovovivipar adalah ikan dari famili Poecilidae, seperti platy, guppy, dan molly.
Kelangsungan hidup anakan memang baik, tetapi jumlah anakan yang dihasilkan
setiap kelahiran tidak dapat banyak karena daya dukung induk terbatas (seperti
padahalnya manusia).Proses kawinnya ikan didahului dengan pematangan sel-sel
telur pada betina dan sel-sel sperma dalam testis pada ikan jantan. Selanjutnya
proses kawin(spawning) pada ikan ini berlangsung secara alamiah/insting.

19
b. Sistem Genetalia Betina
• Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada
anteri rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya
ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah
sepasang.
• Ovary pada ikan terdiri dari banyak telur. Setiap jenis ikan memiliki
ukuran telur sendiri, ada yang besar dan ada yang kecil. Ukuran telur akan
menentukan jumlah telur yang dimiliki oleh seekor induk. Ikan yang
memiliki ukuran telur besar contohnya ikan Nila dan Arwana, akan
memiliki jumlah telur yang lebih sedikit dibanding dengan ikan yang
ukuran telurnya kecil seperti ikan Cupang dan Mas.Hal ini disebabkan
oleh kapasitas yang dimiliki si induk untuk menampung telur. Ukuran telur
ikan banyak ditentukan oleh ukuran kuning telurnya. Makin besar kuning
telur makin besar pula peluang embrio untuk bertahan hidup.
• Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada
anteriorrongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya
ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah
sepasang.
• Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya
berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre.
Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran
selanjutnya pada uterus yangbermuara di kloaka. Pada Teleostei punya
oviduk pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian
posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak memiliki
kloaka.

20
Gambar 15. Alat reproduksi ikan a) betina dan b) jantan.
2. Sistem Reproduksi Ampibi
a. Sistem Genetalia Jantan
• Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan
oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di
bagian posterior rongga abdomen.
• Saluran reproduksi. Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan
membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat
kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar
membentuk vesikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula
seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen
merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke
medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari
dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-
kadang masih jelas dijumpai.

21
Gambar 16.Alat reproduksi ampibi jantan
b. Sistem genetalia Betina
• Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan
lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupun
korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan
pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
• Saluran reproduksi, oviducts merupakan saluran yang berkelok-kelok.
Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum)
dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah
kaudal mengadakan pelebaran yang disebut ductus mesonefrus. Dan
akhirnya bermuara di kloaka.

Gambar 17. Alat reproduksi ampibi betina


c. Pembuahan Eksternal
Sistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secara eksternal
artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada

22
pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena
kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara
internal. Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita
membedah katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan
berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya, itu merupakan ovarium
yang penuh berisi sel telur, jumlahnya mencapai ribuan. Pada katak betina juga
ditemukan semacam lekukan pada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat
”pegangan” bagi katak jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini diimbangi
oleh katak jantan dengan adanya struktur khusus pada kaki depannya, yaitu berupa
telapak yang lebih kasar. Fungsinya untuk erat katak betina ketika terjadi
fertilisasi
3. Sistem Reproduksi Reptil
a. Sistem Genetalia Jantan
• Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan,berjumlah
sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular,
salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan
membesar saat musim kawin.
• Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran
reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf
dekat testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus
membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferustestis
dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktusdeferen.
Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan
memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek.

Gambar 18. Alat reproduksi reptil jantan

23
b. Sistem Genetalia Betina
• Ovaium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya
benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna vertebralis.
• Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior
terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara
di kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan
albumin yang berfungsi untuk membungkus sel telur,kecuali pada ular dan
kadal. Bagian posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang
kapur.

Gambar 19. Alat reproduksi reptil betina


4. Sistem Reproduksi Aves
Kelompok burung termasuk hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak
memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan
dengan cara saling menempelkan kloaka.
a. Sistem Genetalia Jantan

• Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya


licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada
musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan
spermatozoa.
• Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan
epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada
burungburung kecil, duktus eferen bagian distal yang sangat panjang
membentuk duktus aferen yang berdilatasi membentuk duktus ampula
yang bermuara dikloaka sebagai duktus ejakulatori. Duktus eferen
berhubungan dengan epididimis yang kecil dengan ureter ketika masuk
kloka.

24
Gambar 20. Alat reproduksi aves jantan
b. Sistem Genetalia Betina

• Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya
yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
• Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, dan
dibagi menjadi beberapa bagian- bagian anterior adalah infundibulum yang
punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium
yang dikelilingi oleh fimbre- fimbre. Di posterionya adalah magnum yang
akan mensekresikan albumin, selanjutnya istimus yang mengsrkresikan
fimbre. Di Posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan
albumin, selanjutnya Istimus akan mensekresikan membran sel telur dalam
dan luar.

Gambar 21. Alat reproduksi aves betina


c. Proses Fertilisasi
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium
kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium
dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung
oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka.

25
Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan
bermuara di kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat
sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak
mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang
telah dibuahi sperma akan dikeliingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur
dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu
pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan
memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru
menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta
perlu dibesarkan dalam sarang.
5. Sistem Reproduksi Mammalia
a. Sistem Genetalia Jantan
Fungsi respoduksi esensial jantan (Sherwood, Lauralee. Klandorf 2013) adalah
sebagai berikut:
• Produksi sperma (spermatogenesis) terus menerus dalam jumlah besar,
karena hanya sebagian kecil yang bertahan dalam perjalanan berbahaya ke
tempat pembuahan, dan banyak spermatozoa mungkin diperlukan untuk
meruntuhkan penghalang yang mengelilingi gamet betina (oosit).
• Pengiriman sperma ke betina.
Pada sebagian besar mamalia, organ penghasil sperma, yaitu
testis,ditangguhkan di luar rongga perut dalam kantung yang tertutup kulit,
skrotum, yang terletak di dalam sudut antara pelengkap posterior (inferior).
Sistem reproduksi jantan dirancang untuk mengantarkan sperma ke saluran
reproduksi wanita dalam kendaraan cair, air mani, yang kondusif untuk
kelangsungan hidup sperma. Pada mamalia, sekresi dari kelenjar seks aksesori
laki-laki utama, vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbourethral
memberikan sebagian besar cairan mani. Penis adalah organ yang digunakan
untuk menyimpan air mani pada betina.
Sperma keluar dari testis mamalia melalui vasa efferentia, epididimis, duktus
(vas) deferens, saluran ejakulasi, dan uretra,yang terakhir adalah saluran yang
membentang sepanjang penis. Alih-alih epididimis, pada burung vasa efferentia
menghantarkan sperma dari testis ke duktus epididimis pendek yang dilanjutkan
sebagai vas deferens, di mana akhirnya membuka ke area yang membesar sebelum

26
memasukikloaka. Baik vas deferens dan daerah yang membesar berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sperma. Kurangnya kelenjar aksesori mamalia, burung
memperoleh cairan mani daritubulus seminiferusdanvasa efferentia.

Gambar 22. Alat reproduksi mamalia jantan


b. Sistem Reproduksi Mammalia Betina
Peran betina dalam reproduksi seringkali lebih rumit daripada peran jantan,
terutama jika melibatkan pembuahan internal. Struktur utama saluran reproduksi
betina pada reptil termasuk burung dan mamalia meliputi vagina, leher rahim,
rahim, saluran telur,dan alat kelamin luar dengan ekstensi internal. Ini
danovariumterletak di dalam rongga panggul dan perut Fungsi reproduksi wanita
yang penting meliputi(Sherwood, Lauralee. Klandorf 2013):
• Produksi sel telur (oogenesis) dan ovulasi diovarium ( meskipun
pengelolaan oosit yang berovulasi tergantung pada spesies).
• Penerimaan sperma.
• Pengangkutan sperma dan ovum ke tempat yang sama untuk pemupukan
(pembuahan).
• Melahirkan anak muda (proses kelahiran) pada hewan vivipar, atau
bertelur pada hewan ovipar.
• Memberi makan keturunan dengan produksi susu (laktasi) pada mamalia.
Mamalia plasenta dan marsupial memiliki peran tambahan: memberi
makan janin yang sedang berkembang secara internal hingga dapat
bertahan hidup di dunia luar (kehamilan,atau kehamilan) melalui aplasenta

27
struktur vaskular yang memasok nutrisi ke janin sebagai ganti produk
limbah yang dihasilkan oleh janin.

Gambar 23. Alat reproduksi mammalia betina


Oviduk (Saluran tuba pada mamalia) menangkap ovum saat ovulasi
dan berfungsi sebagai tempat pembuahan jika pembuahan terjadi secara
internal. Pada beberapa vertebrata, saluran telur dilapisi dengan sel
sekretori dan bersilia, yang menyediakan lingkungan yang cocok untuk
ovum dan membantu mengangkut spermatozoa. Bagian dari setiap tuba
mamalia yang berdekatan dengan ovariumnya masing-masing
mengembang membentuk infundibulum, tipis, struktur berbentuk corong
menangkap sel telur setelah dilepaskan dari ovarium. "Penangkapan" telur
melibatkan partisipasi aktif dari infundibulum dan bukan hanya proses
pasif dimana telur disalurkan ke saluran telur. Infundibulum ditutupi
dengan proyeksi seperti jari yang disebut fimbriae, yang berfungsi
menyebabkan infundibulum tergelincir di atas permukaan ovarium saat
ovulasi, meningkatkan kemungkinan “menangkap” oosit.
Hasil pembuahan disebut sebagai embrio (zigot sebelum pembelahan
sel) selama perkembangan awal saat diferensiasi jaringan berlangsung.
Demarkasi terbaik adalah pembentukan sistem organ dan plasenta yang
berfungsi pada mamalia plasenta. Di luar waktu ini, ciri-ciri mamalia yang
sedang berkembang dapat dilihat dan embrio, yang sekarang disebut janin,
terhubung ke ibu melalui plasenta selama masa kehamilan.
Juga pada mamalia, berdinding tebal, ronggarahim berfungsi sebagai

28
struktur pelindung dan nutrisi untuk menjaga janin. Variasi yang cukup
besar ada di antara spesies sehubungan dengan organisasi anatomi saluran
telur dan rahim. Di antara mamalia ada tiga struktur anatomi uterus yang
berbeda:rahim simpleks (primata) dengan tubuh uterus tunggal, yaitu
rahim bicornuate (anjing, kuda betina, sapi) dengan tubuh rahim kecil dan
dua tanduk rahim atau cornua, dan rahim dupleks (marsupial, kelinci),
dengan dua kanal serviks yang memisahkan setiap tanduk rahim ke dalam
kompartemen yang berbeda. Korpus relatif besar pada kuda betina, kurang
luas pada sapi dan domba, dan kecil pada anjing dan babi sementara pada
beberapa spesies, seperti tikus dan kelinci, tidak ada tubuh rahim.
Bagian kaudal uterus adalah serviks, yang menonjol ke dalam vagina.
Itu kanal serviks,lubang kecil tunggal, berfungsi sebagai tempat
pengendapan semen pada beberapa spesies atau sebagai jalur bagi sperma
yang disimpan di vagina anterior untuk masuk ke dalam rahim pada
spesies lain. Selama kehamilan mamalia, serviks secara efektif menutup
bukaan luar rahim, menghasilkan lendir kental yang mencegah masuknya
benda asing ke dalam rahim. Serviks menjadi sangat melebar selama
persalinan, karena serviks berfungsi sebagai jalan keluarnya janin dari
rahim ke vagina.
Vagina, tabung berotot dan dapat diperluas yang menghubungkan
rahim ke lingkungan luar, terutama merupakan organ kopulasi dan
berfungsi sebagai wadah sperma. Alat kelamin luar wanita secara kolektif
disebut sebagaivulvapada mamalia. Pada manusia dan monyet Dunia
Lama, dua pasang lipatan kulit, yaitulabia minora dan labia majora,
mengelilingi lubang vagina dan uretra secara lateral. Pada mamalia,
klitoris, struktur ereksi yang terdiri dari jaringan yang sebanding dengan
glans penis, terletak di ujung anterior lipatan labia minora. Pekerjaan
terbaru oleh Helen O'Connell dan rekan telah menunjukkan bahwa klitoris
manusia jauh lebih besar daripada yang ditunjukkan secara tradisional,
karena sebagian besar massanya tetap tersembunyi di dalam, terdiri dari
umbi internal yang besar dan sangat vaskular yang mengelilingi uretra dan
vagina. Umbi ini membesar selama hubungan seksual, mungkin untuk
menutup uretra untuk mencegah infeksi, untuk menopang dinding vagina
selama penetrasi penis, dan/atau untuk meningkatkan sinyal kenikmatan.

29
c. Proses Fertilisasi Pada Sapi

Pada saat sperma mencapai ovum, sperma menembus cumulus oophorus


karena aksi enzyme hyaluronidase dari akrosom hingga mencapai zona pellucida.
Selanjutnya nucleus sperma memproses mantel sitoskeletal (perinuclear theca)
yang mengandung oocyte activating factor. Perinuclear theca inilah yang
kemudian berperan dalam proses aktivasi oocyte. Secara normal hanya satu
sperma yang dapat menembus zona pellucida (membuahi oocyte), akan tetapi jika
terdapat kasus dimana oocyte dibuahi oleh lebih dari satu sperma (jarang terjadi)
proses ini disebut polyspermy.
Setelah terjadinya fusi (penyatuan) sperma dengan ovum, kandungan dari
kortikal granulosa yang ada pada ovum dilepaskan ke dalam area perivitelline
(proses ini dikenal dengan reaksi kortikal), dimana zona pellucida menjadi
terkunci sehingga tidak bisa lagi ditembus oleh sperma. Proses ini yang
menjelaskan mengapa setiap oocyte hanya dapat dibuahi oleh satu spermatozoa.

Fusi antara sperma dan sel membrane ovum mulai terjadi saat kepala setengah
bagian kepala serma menembus zona pellucida. Kepala sperma tertelan oleh ova
dan ekor sperma terlepas. Membran nucleus sperma terlepas dan cromatin dari
sperma masuk ke dalam sitoplasma ova. Penetrasi yang terjadi karena proses
fertilisasi ini menstimulasi dimulainya pembelahan meiosis kedua dari oocyte dan
ekstrusi polar body kedua. Fertilisasi selesai dengan terjadinya fusi dari sel sperma
yang haploid dengan pronucleus ovum atau yang disebut sebagai syngamy.

30
E. Perbedaan Sistem Reproduksi Hewan Invertebrata dan Vertebrata

NO PERBEDAAN REPRODUKSI REPRODUKSI ASEKSUAL


VERTEBRATA (VEGETATIF)
(GENERATIF)
1 Pembentukan Gamet Terjadi pembentukan gamet Tidak terjadi pembentukan
jantan dan gamet betina gamet jantan dan gamet betina
2 Unit Reproduksi Sel-sel germinatik Sel somatik
3 Pembuahan Terjadi pembuahan/fertilisasi Tidak terjadi
(Fertilisasi) pembuahan/fertilisasi
4 Induk Terdiri dari 2 induk (jantan dan Terdiri dari 1 induk
betina)
5 Sifat Keturunan Sifat keturunan yang dihasilkan Sifat keturunan yang dihasilkan
merupakan perpaduan dari identik dengan induknya
induknya
6 Jumlah Keturunan Keturunan yang dihasilkan Keturunan yang dihasilkan
jumlahnya banyak dan variatif jumlahnya sedikit dan tidak
variatif
7 Jenis – Jenis Vivipar, Ovipar, dan Fragmentasi, Tunas (Budding),
Ovovivipar Pembelahan (Fission),
Sporulasi, Phartenogenesis
8 Alat Reproduksi Sangat memerlukan alat Tidak memerlukan organ
reproduksi jantan dan alat reproduksi
reproduksi betina

31
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Sistem reproduksi yaitu proses biologis individu organisme baru di produksi,


cara, dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua makhluk hidup. Cara
reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis yaitu reproduksi secara seksual dan
reproduksi secara aseksual. Pada reproduksi seksual menggunalan alat kelamin jatan
dan betina, sedangkan pada reproduksi aseksual tidak menggunakan organ seksual,
maka proses perkembangbiakannya menggunakan organ tubuh. Sistem reproduksi
pada invertebrata secara seksual dan aseksual. Sistem reproduksi pada invertebrata
secara aseksual meliputi, fragmentasi, tunas, fisi (pembelahan sel), sporulasi,
Phartenogenesis, Phaedogenesis. Sistem reproduksi invertebrata secara seksual
meliputi, tanpa pembuahan dan dengan pembuahan (konjugasi dan anisogami).
Reproduksi vertebrata terjadi secara generatif (seksual) yaitu suatu proses
perkembangbiakan yang dicirikan dengan adanya penyatuan dari sel-sel germinatif
yaitu sel benih dari jantan dan sel benih dari betina sehingga terbentuk individu baru.
Perkembangbiakan seksual terdapat dalam beberapa bentuk yaitu fertilisasi eksternal
dan fertilisasi internal. Hewan vertebrata dibedakan menjadi beberapa kelas yaitu
pisces, reptilia, mamalia, amfhibi, aves.

B. Saran
Penulis tentunya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan semakin berkembangnya teknologi,
penulis berharap topik dalam makalah ini dapat dikembangkan lagi dengan referensi
yang lebih terkini agar lebih banyak yang memahai mengenai sistem reproduksi
terutama pada hewan invertebrat dan vertebrata.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtiyas, C. (2021) ‘Sistem Reproduksi Manusia Dan Hewan’, in PhD Thesis.


Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampunf, pp. 11–71.
Campbell. 2004. Biologi. Jakarta. Erlangga

Hayati, Alfiah. 2019. Biologi Reproduksi Ikan. Surabaya. Airlangga University Press
Purnama, R., & Santi, D. R., and Tahar Rachman. 2018. 113 Program Studi Arsitekstur
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fisiologi Hewan.
RAHMADINA. (2019). “ TAKSONOMI INVERTEBTRATA”.
http://repository.uinsu.ac.id/9138/1/MODUL%20AJAR%20TAKSONOMI%2
0INVERTEBRATA.pd.( 16- Maret -2023)
Sherwood, Lauralee. Klandorf, Hillar. Yancey H.Paul. 2013. Brooks/Cole Cengage Learning
Animal Physiology From Genes to Organisms Second Edition. www.cengagebrain.com.

33

Anda mungkin juga menyukai