Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

TOPIK SISTEM REPRODUKSI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Fisiologi Hewan
Dosen Pengampu:
Elga Araina, S.Si, M.Pd.

Disusun oleh:
KELOMPOK 4
KELASA

1. Hana Pitrasari Sitopu (193010209003)


2. Maria Elbrigita Yohana (193010209004)
3. Bella Rutari (193010209007)

4. Syari Alviaqomah (193010209015)


5. Windy Melanie (ACD 118 054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKANMIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITASPALANGKARAYA
2022
KATAPENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan atas Rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “SISTEM REPRODUKSI HEWAN
VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA”. Makalah ini penulis ajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Fisiologi Hewan”.
Penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
“Fisiologi Hewan” Ibu Elga Araina, S.Si, M.Pd., sehingga makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaaan, baik materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga makalah ini bisa
mencapai kesempurnaan sebagaimana mestinya.Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membaca khususnya terhadap penulis. Atas kritik dan saran yang
diberikan penulis ucapkan terima kasih.

Palangkaraya,27 April 2022

Penulis

1
DAFTARISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. LatarBelakang..........................................................................................................
B. RumusanMasalah.....................................................................................................
C. TujuanMasalah.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
A. Pengertian Sistem Reproduksi.................................................................................
B. Mekanisme Reproduksi……………………………………………………………
C. Mengetahui Susunan Fungsional Organ Pada Hewan.............................................
D. Spermatogenesis dan oogenesis...............................................................................
E. Reproduksi Pada Hewan Invertebrata ( Kelas Arthropoda) dan Hewan Vertebrata
( Kelas Mamalia )…………………………………………………………………...

BAB III PENUTUP..............................................................................................................


A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reproduksi merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat penting.Tanpa


kemampuan tersebut, suatu jenis hewan akan punah. Oleh karena itu, perludihasilkan
sejumlah besar individu baru yang akan mempertahankan jenis suatuhewan. Proses
pembentukan individu baru inilah yang disebut reproduksi(Urogenital).Reproduksi dapat
terjadi secara generative atau vegetative. Reproduksisecara vegetative tidak melibatkan
proses pembentukan gamet, sedangkanreproduksi generative diawali dengan pembentukan
gamet. Di dalam gametterkandung unit hereditas (faktor yang diturunkan) yang disebut gen.
gen berisisejumlah besar kode informasi hereditas yang sebenarnya, yang terletak pada
DNA.
Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluranreproduksi jantan,
kelenjar seks asesoris (pada mamlia) dan organ kopulatoris (padahewan-hewan dengan
fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina terdiri atassepasang ovarium pada beberapa
hanya satu) dan sdaluran reproduksi betina. Padamamlia yang dilengkapi organ kelamin
luar (vulva) dan kelenjar susu.
Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup,perkembangan
anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanyaperbedaan pada proses
fertilisasi. Misalnya hewan akuatik pada umumnyamelakukan fertilisasi di luar tubuh
(fertilisasi eksternal), sedangkan hewan daratmelakukan fertilisasi di dalam tubuh
(fertilisasi internal).Bagi hewan yang melakukan fertilisasi internal dilengkapi dengan
adanyaorgan kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma
dariorganisme jantan ke betina

3
B. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem reproduksi?
2. Bagaimana mekanisme reproduksi?
3. Apa saja susunan fungsional organ pada hewan?
4. Apa yang dimaksud dengan spermatogenesis dan oogenesis?
5. Bagaimana sistem reproduksi pada hewan invertebrata (kelas Arthropod) dan
hewan vertebrata ( kelas mamalia )?
C. TujuanMasalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem reproduksi
2. Untuk mengetahui mekanisme reproduksi
3. Untukmengetahui susunan fungsional organ pada hewan
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan spermatogenesis dan oogenesis
5. Untuk mengetahui sistem reproduksi pada hewan invertebrata ( kelas Arthropoda)
dan hewan vertebrata( kelas mamalia )

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PengertianSistem Reproduksi
Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan. Tanpa
melakukan reproduksi, tak satu spesies pun didunia ini yang mampu hidup lestari, begitu
pula dengan hewan baik betina maupun jantan. (Anonymous.2009 ). Reproduksi hewan
jantan adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu.
Setelah mengalami dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan
proses reproduksi dapat berlangsung baik ternak jantan maupun betina.
Sistem reproduksi atau sistem genital adalah sistem organ seks dalam organisme
yang bekerja sama untuk tujuan reproduksi seksual. Banyak zat non-hidup seperti cairan,
hormon, dan feromon juga merupakan aksesoris penting untuk sistem reproduksi.Tidak
seperti kebanyakan sistem organ, jenis kelamin dari spesies yang telah terdiferensiasi
sering memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan ini memungkinkan untuk
kombinasi materi genetik antara dua individu, yang memungkinkan untuk kemungkinan
kebugaran genetik yang lebih besar dari keturunannya.Sistem reproduksi yang
melibatkan organ-organ reproduksi pada makhluk hidup digunakan untuk berkembang
biak atau melakukan reproduksi, dengan tujuan untuk melestarikan jenisnya agar tidak
punah.
Hewan dapat bereproduksi hanya secara aseksual atau seksual, atau bisa bergantian
melakukan kedua modus tersebut. Banyak invertebrata dapat bereproduksi secara
aseksual dengan cara pembelahan, pertunasan, gemula, fragmentasi dan regenerasi.
Hewan yang bereproduksi secara seksual harus mempunyai sistem yang menghasilkan
dan mengirimkan gamet dari satu jenis kelamin ke gamet dengan jenis kelamin lain yang
berbeda. Sistem reproduksi tersebut sangat beraneka ragam. Sistem yang paling
sederhana bahkan sama sekali tidak memiliki gonad yang jelas.
Sistem reproduksi yang paling kompleks mempunyai banyak kumpulan saluran atau
kelenjar asesoris yang membawa dan melindungi gamet dan embrio yang sedang
berkembang. Diantara vertebrata, beberapa genera ikan, amfibia, dan kadal bereproduksi
secara eksklusif melalui suatu bentuk kompleks partenogenesis. Reproduksi seksual
menghadirkan permasalahan tertentu bagi hewan yang tidak berpindah-pindah, hewan
yang bersarang dalam lubang di dalam tanah, atau bagi parasit, yang kesulitan dalam
menemukan lawan jenis. Satu penyelesaian terhadap permasalahan ini adalah

5
hermafroditisme, di mana masing-masing individu mempunyai sistem reproduksi jantan
maupun betina. Jenis lain dari hermafroditisme pada hewan ialah hermafroditisme
sekuensial, di mana suatu individu mengubah jenis kelaminnya selama masa hidupnya.
Pada beberapa spesies hewan tersebut, ada yang bersifat protogini dan protandri.

B. Mekanisme Reproduksi
Reproduksi pada hewan dapat terjadi secara seksual maupun aseksual. Reproduksi
seksual dicirikan dengan bersatunya gamet jantan dan betina melalui proses fertilisasi
atau singami. Akan tetapi, kadang-kadang pertemuan gamet tersebut tidak terjadi. Hal
ini tampak pada peristiwa parthenogenesis. Dalam peristiwa parthenogenesis, individu
baru terbentuk dari telur atau sperma tanpa peran serta sel benih dari lawan jenisnya.
Meskipun demikian, hewan partenogenetik hanya dapat berkembang dari telur.
Parthenogenesis pada hewan dapat diamati pada insekta tertentu, contohnya lebah
madu dan beberapa jenis tawon lainnya. Telur lebah madu yang tidak dibuahi akan
berkembang menjadi jantan haploid.
Dalam peristiwa lainnya, sperma mengaktivasi ovum untuk membelah, tetapi tidak
ikut menyumbangkan materi genetic. Peristiwa ini disebut ginogenesis. Dalam
ginogenesis, embrio hanya membawa kromosom induk betina. Kebalikan dari
peristiwa ginogenesis adalah androgenesis.Dari uraian di atas, dapat dipahami adanya
reproduksi pada tingkat individu, yang dapat terjadi melalui proses menetas atau lahir.
Proses reproduksi juga dapat terjadi pada tingkat sel, seperti pembelahan biner yang
terjadi pada protozoa, yang mengalami pembelahan sel secara mitosis. Namun masih
dapat diamati reproduksi pada tingkat yang lebih khusus lagi yaitu di tingklat
molekuler. Contoh peristiwa reproduksi yang terjadi pada tingkat molekuler misalnya
proses membuat salinan DNA, yang mengawali proses pembelahan mitosis. Jadi,
pembelahan di tingkat molekul merupakan bentuk proses reproduksi yang paling awal.
Diantara vertebrata, beberapa genera ikan, amfibia dan kadal bereproduksi secara
ekslusif melalui suatu bentuk kompleks partenogenesis yang melibatkan penggandaan
kromosom setelah meiosis untuk menciptakan “zigot” diploid. Sebagai contoh,
terdapat sekitar 15 spesies kadal whiptail yang bereproduksi secara eksklusif melalui
partenogenesis. Tidak ada jantan pada spesies ini, tetapi kadal itu meniru perilaku
percumbuan dan perkawinan yang khas pada spesies yang bereproduksi secara seksual
dengan genus yang sama.

6
Pola reproduksi yang menakjubkan lainnya adalah hermafroditisme sekuensiul, dimana
suatu individu mengubah jenis kelaminnya selama masa hidupnya. Pada beberapa
spesies, hewan hermafrodit sekuensial bersifat protogini (protogynous, betina dulu
baru berganti menjadi jantan) misalnya ikan karang wrasse, sementara spesies lain
bersifat protandri (protandrous, jantan dulu baru berganti menjadi betina) misalnya
tiram.
C. Mengetahui Susunan Fungsional Organ Pada Hewan
Pada hewan yang masih primitif, jaringan yangmenghasilkan sel gamet
tersusun menyebar (difus). Jaringan initerdiri atas sejumlah sel lokus yang berfungsi
untuk perbanyakansel kelamin. Pada hewan yang perkembangannya sudah
lebihmaju, bentuk dan lokasi gonad sudah lebih jelas, terletak simetrisbilateral, dan
biasanya merupakan organ berpasangan. Kadang-kadang salah satu gonad mengalami
degenerasi,seperti yang ditemui pada burung betina. Pada hewan ini, ovarium yang
berkembang hanya bagian kiri, sedangkan burung jantantetap memiliki sepasang
testis.Ovarium dan testis merupakan organ penghasil gamet yangterbentuk melalui
gametogenesis. Gamet dihasilkan dari selkhusus, yaitu sel benih primordial, yang
terdapat dalam gonad(ovarium atau testis). Gamet ini selanjutnya akan
berkembangmenjadi sel benih.
D. Spermatogenesis dan Oogenesis
1. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukkan sperma (gamet jantan) yang terjadi
dalam testis tepatnya pada tubulus seminirfus. Testis mamalia tersusun atas ratusan
tubulus seminiferus, yang merupakan bagian terpenting dalam proses pembentukan
sperma. Pada bagian yang terdekat dengan dinding tubulus seminiferus terdapat
spermatogonia, yang merupakan sel diploid pembentuk sperma yang belum
terdiferensiasi.
Selama proses spermatogenesis, spermatogonia akan berkembang biak dengan cara
membelah, menghasilkan spermatosit primer, spermatosit sekunder, dan akhirnya
spermatid. Spermatid akan mengalami proses diferensiasi dan pemasakan (maturasi)
sehingga akhirnya terbentuk sperma atau spermatozoon haploid (memiliki jumlah
kromosom setengah dari jumlah kromosom spermatogonia). Diferensiasi spermatid
menjadi spermatozoon berlangsung di dekat lumen tubulus, yaitu dalam sel sertoli. Jika
telah masak, spermatozoon akan dilepakan ke lumen tubulus seminiferus.
Bentuk sel sperma pada berbagai hewan bervariasi, tetapi pada prinsipnya dapat

7
dibedakan menjadi bagian kepala, bagian tengah, dan ekor. Pada kepala sperma bagian
paling depan terdapat akrosoma, yang mengandung enzim untuk melisiskan bungkus telur
(pada sperma manusia enzim tersebut dinamakan hialuronidase). Di pusat kepala sperma
terdapat inti sperma, yang menyimpan sejumlah kode/informasi genetic yang akan
diwariskan kepada keturunannya. Di belakang kepala sperma terdapat bagian tengah
sperma (sering disebut leher) yang banyak menyimpan mitokondria. Mitokondria sangat
penting dalam pembentukkan ATP, yang merupakan sumber energy bagi sperma.
Sementara, bagian ekor sangat diperlukan untuk membantu pergerakan sperma.
Proses pembentukkan sperma (spermatogenesis) dikendalikan oleh hormon.
Informasi tentang proses pengendalian spermatogenesis oleh hormone banyak diperoleh
dari hasil studi pada mamalia. Diferensiasi spermatid menjadi spermatozoon
(spermiogenesis) berlangsung di dalam sel sertoli. Sel sertoli merupakan sel berukuran
besar yang berperan sangat penting antara lain dalam menyediakan makanan bagi calon
sperma yang sedang berkembang dan menyingkirkan sel sperma yang mati. Oleh karena
itu, sel ini juga sering disebut sebagai sel perawat atau nurse cells. Kerja sel sertoli
dirangsang oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar
pituitari bagian depan.
Pengeluaran FSH dirangsang oleh GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), yaitu
hormone pelepas gonadotropin dari hipitalamus. Gonadotropin pada manusia meliputi
FSH dan LH. Pada mulanya, FSH merangsang sel spermatogonia untuk membelah secara
mitosis beberapa kali, dan diakhiri dengan pembelahan meiosis sehingga dihasilkan
spermatid yang bersifat haploid. Diduga, FSH juga merangsang sel Sertoli untuk
melepaskan zat tertentu yang dapat merangsang dimulainya spermiogenesis (diferensiasi
spermatid menjadi sperma).
Spertmatogenesis yang terjadi pada vertebrata yang lebih rendah pada dasarnya sama
dengan proses yang terjadi pada manusia. Namun, di antara kelas vertebrata terdapat
perbedaan struktur testis. Testis mamalia, burung, reptile, dan amfibi anura
memperlihatkan komponen tubulus seminiferus berbentuk tubular (saluran/pipa), yang
berselang-seling dengan sekumpulan sel interstitial. Sementara, testis amfibi urodela dan
ikan tersusun atas lobus atau lobules yang masing-masing mengandung sejumlah besar
kista seluler.
2. Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukkan gamet betina (ovum) yang terjadi dalam
ovarium. Proses ini ditandai dengan adanya perubahan oogonium menjadi oosit (calon

8
ovum) yang akan mengalami pemasakan sehingga menjadi ovum yang siap dibuahi.
Selama perkembangan oosit, vitelogenesis. Vitelus yang disintesis akan ditimbun di
ooplasma sebagai cadangan makanan bagi embrio yang akan berkembang kelak. Adanya
timbuna vitelus dalam ovum (pada ooplasma) menyebabkan oosit bertambah besar.
Pada akhir oogenesis, oosit mengalami pembelahan meiosis atau sering disebut
pembelahan pemasakan, yang akan menghasilkan ovum haploid, yaitu ovum yang
memiliki kromosom setengah dari jumlah kromosom sel induk (n-kromosom). Akan
tetapi, proses meiosis tersebut pada umumnya tidak berlangsung hingga tuntas dan
berhenti pada meiosis tahap pertama. Oleh karena itu, pada saat diovulasikan, ovum (oosit)
masih mengandung dua perangkat kromosom dan belum bersifat haploid.
Proses penyelesaian pembelahan meiosis pada ovum akan terjadi jika ada rangsang
berupa pemasukan sperma ke ovum. Jadi, meiosis tahap dua baru terselesaikan pada saat
sperma masuk kedalam ovum, tepatnya ketika inti sperma baru sampai di sitoplasma,
sebelum terjadi pertemuan antara inti sperma dan inti ovum. Pada saat inti sperma bertemu
dengan inti ovum, pembelahan meiosis tahap dua sudah berlangsung, sehingga ovum
benar-benar telah menjadi ovum haploid dan telah siap dibuahi. Pada vertebrata rendah,
misalnya ikan, pertumbuhan oosit, vitelogenesis, dan ovulasi juga dipacu oleh hormone
gonadotropin.
Proses pemasakan telur (ovum) yang terjadi pada mamalia telah dipahami dengan
lebih baik daripada pemasakan telur yang terjadi pada hewan lain. Proses pemasakna telur
pada hakikatnya merupakan peristiwa yang membentuk siklus. Siklus pemasakan telur
pada kebanyakan mamalia disebut siklus estrus, sedangkan siklus pada primate disebut
siklus menstrual. Kedua siklus tersebut memperlihatkan adanya perbedaan.
Pada hewan yang mengalami siklus estrus, selama satu siklus hewan betina siap
menerima hewan jantan untuk kawin hanya dalam waktu yang singkat yaitu pada masa
ovulasi. Selain itu, dinding saluran reproduksi pada akhir siklus tidak mengalami
disintegrasi dan tidak luruh sehingga tidak ada pendarahan. Siklus estrus terdiri atas empat
tahap/fase yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus, dan melestrus. Tahapan/ fase estrus yang
dialami hewan dapat dikenali dari gambaran sel yang diperoleh melalui hasil apus vagina.
Reproduksi dapat dipengaruhi oleh factor dalam yaitu saraf dan hormone dan juga
oleh berbagai faktor luar seperti suhu lingkungan, makanan, dan fotoperiodisitas.
Pembentukan individu baru secara generative diawali dengan adanya pembentukkan
gamet, pembuahan, dan proses perkembangan embrio sehingga individu baru akan muncul
melalui proses kelahiran atau penetasan. Mamalia memelihara hewan muda dengan

9
memproduksi air susu, yang proses pembentukkannya dikendalikan pleh saraf dan
hormon. Masa pemberian air susu kepada mamalia muda dinamakan masa laktasi.
Proses reproduksi merupakan proses yang membentuk siklus dengan gejala yang
mudah diamati, terutama pada hewan betina.kebanyakan mamalia betina mengalami siklus
estrus, tetapi primate mengalami siklus menstrual. Hormone yang mengendalikan proses
reproduksi dinamakan hormone gonadotropin, yang pada umumnya dapat dibedakan
menajdi dua yaitu LH dan FSH. Kedua hormone tersebut dihasilkan dari kelenjar pituitary
bagian depan dan pengeluarannya dikendalikan oleh Gn-RH dari hipotalamus.

E. Reproduksi Pada Hewan Invertebrata ( Kelas Arthropoda) dan Hewan Vertebrata


(Kelas Mamalia )

 Reproduksi Pada Hewan Invertebrata ( Kelas Arthropoda)


Walaupun beragam tampilannya, organ reproduksi serangga memiliki struktur dan
fungsi yang sama dengan organ reproduksi pada vertebrata: testis pada jantan
menghasilkan sperma dan ovarium pada betina menghasilkan telur. Kedua jenis gamet 
ini haploid dan uniseluler, tetapi telur biasanya memiliki volume yang  jauh lebih besar
dari pada sperma (Meyer, 2009).
Setiap  sistem reproduksi dapat bervariasi dalam bentuk (misalnya gonad dan kelenjar
aksesori), posisi (misalnya tambahan kelenjar aksesori), dan jumlah (misalnya tabung
ovarium atau testis, atau organ penyimpanan sperma) antara kelompok serangga yang
berbeda, dan kadang-kadang bahkan di antara spesies yang berbeda dalam genus
(Gullan  and Cranston,  2005).
1. Alat reproduksi serangga jantan

Sistem reproduksi serangga jantan terdiri atas sepasang testis yang terletak di ujung
belakang abdomen. Setiap testis mengandung unit-unit fungsional yang disebut folikel
dimana sperma dihasilkan. Sperma matang yang keluar dari testis melewati  saluran
10
pendek yang disebut vas efferentia dan mengumpul di ruang penyimpan (vesikula
seminalis yang disebut Saluran vas deferens keluardarivesikulaseminalis,
bergabungsatusama lain di sekitar pertengahan tubuh, dan membentuk saluran ejakulasi
atau ejaculatory duct tunggal yang mengarah keluar dari tubuh melalui organ kelamin
jantan yang disebut aedeagus, Terdapat Satu atau lebih pasangan kelenjar aksesoriatau
accessory glands, biasanya berhubungan dengan sistem reproduksi jantan, yaitu organ-
organ sekretori yang terhubung dengan sistem reproduksi melalui saluran pendek
beberapa mungkin menempel dekat testis atau vesikula seminalis, yang lainnya 
mungkin berhubungan dengan saluran ejakulasi.

2. Alat reproduksi serangga betina

Sistem reproduksi serangga betina terdiri atas sepasang ovarium. Setiap ovarium terbagi
menjadi unit-unit fungsional yang disebut ovariol yaitu tempat telur dihasilkan. Satu
ovarium dapat mengandung puluhan ovariol, umumnya letaknya sejajar satu sama lain.
Telur matang meninggalkan ovarium melalui saluran telur lateral  atau lateral oviducts.
Pada sekitar pertengahan tubuh, salurantelur lateral ini bergabung untuk membentuk
common oviduct yang membuka keruang alat kelamin yang disebut bursa copulatrix.
Kelenjar aksesori betina (accessory glands) memasok pelumas untuk sistem reproduksi
dan mengeluarkan kulit telur kaya protein (chorion) yang mengelilingi seluruh telur.
Kelenjar ini biasanya dihubungkan dengan saluran kecil kesaluran telur umum atau
bursa copulatrix.
Selama kopulasi, jantan menyimpan spermatophore di bursa copulatrix. Kontraksi
peristaltik menyebabkan spermatophore masukkedalam spermatheca betina, yaitu
sebuah ruang kantong penyimpanan sperma. 
Kelenjar spermathecal atau spermathecal gland memproduksi enzim untuk mencerna

11
lapisan protein spermatophore dan nutrisi (untuk mempertahankan sperma sementara
berada dipenyimpanan). Sperma dapat hidup di spermatheca selama berminggu-
minggu, bulan, atau bahkan bertahun-tahun.

 Telur dan Proses Fertilisasi


Telur yang matang diletakkan, dan bentuknya beragam mulai dari yang pipih,
bulat telur (oval), seperti tong sampai bulat. Sebagian besar telur bagian terbesar
telur terisi oleh kuning telur (yolk) atau deutoplasma (deutoplasm), sitoplasma dan
inti hanya menempati bagian kecil dari telur. Kuning telur mengandung
karbohidrat, protein dan lipida. Protein adalah bagian yang terbanyak.  Sitoplasma
terdapat di sekitar inti (sitoplasma inti) dan sekitar tepi kuning telur (periplasma
atau sitoplasma korteks = cortical cytoplasm).  Telur dapat terbungkus oleh dua
membran: membran vitelin yang merupakan membran sel telur dan korion
(chorion) atau kulit telur.
Korion berfungsi seperti kutikula pada serangga betinanya, melindungi
terhadap gangguan fisik, terhadap penguapan air, dan juga untuk ventilasi
(pernapasan) telur. Telur-telur jenis serangga tertentu yang diletakkan di tempat
lembab dapat menyerap air dari lingkungannya.

Spermatozoa dapat masuk ke dalam telur melalui satu atau lebih saluran
khusus disebut mikropil, yang merupakan perforasi, pada korion yang terdapat di
bagian tertentu dari telur. Pembuahan telur terjadi setelah ovulasi, dimulai dengan
transfer sperma dari serangga jantan ke serangga betina di dalam sistem
reproduksinya pada waktu kopulasi.Sperma yang ditransfer itu bebas atau dalam
spermatofor. Spermatofor biasanya diletakkan dalam bursa kopulatriks atau
vagina, jarang  di dalam spermateka. Spermatozoa, apapun kondisinya waktu
ditransfer ke serangga betina akhirnya berkumpul di spermateka. 
Proses pembuahan adalah sebagai berikut:
a.  pelepasan sejumlah spermatozoa dari spermateka.Spermateka Kantung
sperma pada serangga betinaSpermateka berfungsi memproduksi bahan likat
untuk menempelkan telur.
b. masuknya spematozoa ke dalam telur melalui mikropil (micropyle),mikropil
adalah saluran khusus untuk memasukkan sperma kedalam sel telur.
c. fusi pronuklei telur dan spermatozoa menjadi zigot.Penentuan kelamin (seks)

12
pada serangga seksual tergantung dari keseimbangan antara gen-gen sifat
jantan dan gen-gen sifat betina. Pada sebagian besar kelompok serangga
jantan adalah heterogamet dan betina homogamet.
Pada serangga primitif, pejantan meletakkan spermatozoa pada suatu substrat,
kadang-kadang dilindungi oleh struktur tertentu, dan kemudian mencumbu si
betina untuk mengambil spermatozoa tersebut dan dimasukkan ke dalam bukaan
organ kelaminnya. Capung dan laba-laba memasukkan langsung spermatozoa ke
dalam struktur kopulasi sekunder, yang kemudian digunakan untuk membuahi
betina. Serangga yang lebih maju memiliki organ khusus untuk memasukkan
spermatozoa langsung ke saluran reproduksi betina.

 Pembiakan Partenogenetik
Hampir semua serangga adalah biseksual: organ reproduksi atau organ seks
jantan dan betina masing-masing terdapat pada individu yang berbeda. Berbagai
spesies serangga dari kelompok berbeda (misalnya famili Aphididae (Hemiptera)
dan famili-famili dari subordo Apocrita (Hymenoptera)) dapat berbiak
partenogenetik (tanpa ada pembuahan telur), misalnya pada lebah.
Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina memproduksi
sel telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi. Partenogenesis dapat
kita lihat pada kutu daun, lebah, kutu air, dan beberapa invertebrata lainnya.

 Embriogenesis (Perkembangan Embrio)


Embriogenesis mencakup perkembangan sejak terjadinya zigot dan keluarnya
individu yang sudah berkembang penuh dari telur. Proses individu keluar dari
telur ini disebut penetasan atau eklosi (eclosion).  Morfogenesis adalah
perkembangan sejak terjadi zigot sampai menjadi serangga dewasa.
Embriogenesis antara kelompok-kelompok serangga beragam, ulasan umumnya
dapat disajikan sebagai berikut.
Lapisan sel pertama yang terbentuk adalah blastoderm, yang terdiri dari lapis
tunggal sel-sel, yaitu blastomer. Proses terbentuknya blastomer berbeda pada satu
jenis binatang dengan jenis yang lainnya, hal ini berhubungan dengan banyaknya
bahan kuning telur di dalam telur.  Namun pada sebagian besar serangga, telurnya
mempunyai bahan kuning telur yang banyak.  Pada kebanyakan serangga nukleus
yang berfungsi dengan sitoplasmanya, berperilaku seperti individu sel dan

13
membelah diri (cleavage) secara mitosis.  Nukleus-nukleus baru yang terjadi
bergerak ke daerah tepi telur dan membentuk blastoderm. Selama proses itu
berlangsung, tiap nukleus membentuk sel lengkap dengan selaput selnya.
Sel-sel hasil pembelahan di atas sebagian tetap di bagian kuning telur, atau
sebagian yang sudah di tepi kembali ke kuning telur; sel-sel ini disebut vitofag
(vitellophages) atau sel-sel kuning telur (yolk cells).  Vetelofag ini berperan dalam
pencernaan awal kuning telur, sehingga memudahkan pengasimilasian oleh sel-sel
embrio lain.
Pada waktu bersamaan terjadinya blastoderm, beberapa sel hasil pembelahan
berubah menjadi sel-sel lembaga (germ cells) yang nantinya berkembang menjadi
gamet atau sel-sel reproduktif pada tahap larva tua, pupa atau dewasa.
Setelah pembentukan blastoderm selesai, sel-sel pada satu sisi telur berubah
bentuk menjadi kolumnar (columnar) (artinya seperti tiang besar) sepanjang garis
tengah-longitodinal telur, ke arah dua sisi dari garis ini sel-sel itu secara berurutan
kurang kolumnar, akhirnya bersatu dengan sel-sel blastoderm yang tersisa, yang
cenderung menjadi pipih (sequamous).  Daerah yang menebal dari blastoderm
terdiri dari sel-sel kolumnar itu adalah pita lembaga (germ band), yang kemudian
memanjang dan berkembang menjadi embrio.  Sel-sel lain ikut dalam
pembentukan selaput atau membran ekstraembrio.  Pada sebagian besar serangga
lipatan pada daerah di luar pita lembaga tumbuh ke arah atas pita lembaga,
nantinya bertemu sepanjang garis tengah longitudinal.  Lapis luar dan dalam dari
satu lipatan bersatu dengan lapis yang sama dan lipatan lainnya.  Lipatan dalam
membentuk amnion (amnion) di sekeliling embrio yang berkembang dan lapis
luar membentuk serosa yang mengelilingi kuning telur, ammon dan embrio.  Pada
beberapa serangga selaput ekstraembrio terbentuk dari invaginasi (Apterigota)
atau involusi embrio (Odonata, beberapa Orthoptera dan Homoptera).
Pada waktu pembentukan ammnion dan serosa, terjadi juga proses gastrulasi,
yang dimulai dengan invaginasi (melekuk ke dalam) bagian bawah (venter) pita
lembaga.  Nantinya invaginasi itu mendatar ke arah keluar dan pinggir-pinggir
luarnya bertemu dan bersatu membentuk pita longitudinal dari sel-sel (lapis dalam
atau mesentoderm) yang dikelilingi oleh lapis luar, disebut ektoderm.  Tipe lain
pembentukan lapisan dalam ialah mengendapnya pita longitudinal bawah ke
dalam kuning telur, yang kemudian tertumbuhi oleh sel-sel pita lembaga yang
tertinggal.  Tipe yang lain lagi, lapisan dalam itu berkembang dari proliferasi pita

14
lembaga.  Kemudian lapisan dalam berkembang menjadi dua pita longitudinal
lateral (mesoderm) dan untingan tengah (median strands) dengan massa sel pada
ujung anterior dan posterior.  Untingan tengah bagian massa sel di kedua ujungnya
akan menjadi endorm.
Pada tahap perkembangan ini -yaitu mulai adanya mesoderm dan endorm -
terjadi alur-alur melintang sehingga embrio terbagi-bagi menjadi satu seri ruas-
ruas, 20 jumlahnya.  Segmentasi atau peruasan ini adalah proses bertahap
(gradual), mulai dari bagian depan dan berlanjut ke belakang.  Pada saat yang
sama terjadi juga evaginasi ektoderm, yang membentuk berbagai embelan
(appendages) tubuh.  Apabila segementasi embrio itu telah sempurna dan semua
dasar-awal (rudiments) dari embelan telah terbentuk, bagian-bagian embrio yang
akan membentuk ketiga tagmata tubuh serangga sudah dapat terlihat.  Setelah
pembentukan tiga lapis lembaga (germ layers) (endorm, mesoderm, ektoderm),
masing-masing berkembang lebih lanjut yang nantinya membentuk berbagai
jaringan dan organ-organ.  Proses ini disebut organogenesis.
Otot-otot, jantung dan aorta (pembuluh dorsal, jaringan lunak dan organ
reproduksi berasal dari perkembangan mesoderm.  Mesenteron adalah
endodermal, sedang stomodeum dan proktodeum ektodermal, otak, sistem saraf,
sistem trakea dan integumen juga ektodermal.

 Strategi Reproduksi
Perkembangan embrio pada serangga dapat dikelompokkan dalam tiga tipe utama,
yaitu :
1. Ovipar
Serangga betina meletakkan telur yang telah matang baik dibuahi maupun
tidak. Perkembangan embrio terjadi diluar tubuh induknya dan embrio
memperoleh makanan dari kuning telur. Kebanyakan serangga memiliki
perkembangan ovipar.
2. Vivipar
 

Pada perkembangan vivipar serangga betina tidak meletakkan telur tapi


melahirkan larva atau nimfa muda dalam bentuk individu yang tidak
terbungkus kulit telur (korion) . Perkembangan embrio berlangsung dalam
tubuh induknya dan embrio memperoleh makanan langsung dari tubuh
induknya.

15
3. Ovovivipar
Telur mengandung cukup kuning telur untuk memberi makan embrio yang
sedang berkembang dan diletakkan oleh induknya segera setelah menetas.
Istilah ovovivipar juga digunakan untuk serangga-serangga yang meletakkan
telur yang mengandung embrio yang telah berkembang (telur telah siap
menetas).
Istilah larvipar, nimfipar dan pupipar, menunjuk pada bentuk individu baru yang
dilepas oleh induknya.  Lalat Tachinidae ada yang larvipar, kutudaun di daerah panas adalah
nimfipar, sedang lalat tse-tse (Glossina spp., Muscidae) adalah pupipar.  Pada lalat tse-tse ini
keturunan baru dilahirkan dalam fase larva yang sudah siap berpupa, sehingga hanya dalam
beberapa jam setelah dilepas oleh induknya sudah menjadi pupa.
Selain ketiga tipe utama di atas, serangga juga memiliki beberapa tipe perkembangan embrio
yang lain, yaitu :
a. Pada poliembrioni setiap telur yang sedang berkembang dapat membelah secara
mitosis dan menjadi beberapa sampai banyak embrio. Tipe perkembangan ini
biasanya terdapat pada Hymenoptera. Telur pada serangga polimbrioni berbeda dari
serangga non-poliembrioni, sebagai berikut:
1. telurnya sangat kecil,
2. tidak ada kuning telur,
3. karion, jika ada, sangat tipis dan permeabel.
b. Paedogenesis, Serangga pradewasa memiliki alat kelamin yang telah matang dandapat
menghasilkan keturunan. Beberapa jenis Coleoptera memiliki perkembangan
paedogenesis.
c. Parthenogenesis, Sel telur berkembang menjadi embrio tanpa mengalami
pembuahan. Partenogenesis dapat terjadi pada serangga ovipar maupun vivipar.Pada
lebahmadu hasil parthenogenesis menghasilkan lebah jantan (drone) sedangkan jika
ada fertilisasi akan menjadi lebah betina.

 Peletakan Telur dan Eklosi


Peletakan telur (oviposition) terjadi setelah telur matang dan terjadi ovulasi.  Telur
umumnya diletakkan di tempat-tempat yang sesuai untuk kehidupan keturunan.  Telur
dapat diletakkan dalam kelompok atau satu-satu, tergantung spesiesnya.  Organ atau
struktur untuk peletakan telur dapat terdiri dari embelan-embelan khusus yang membentuk
alat peletak telur atau ovipositor, atau abdomen dimodifikasi demikian rupa sehingga

16
dapat dijulurkan seperti tabung sehingga berfungsi sebagai ovipositor.  Struktur ini umum
disebut ovitubus dan dapat ditemui pada trips (Thysanoptera), lalat (Diptera) dan lainnya. 
Ovipositor itu tereduksi atau tidak ada pada ordo-ordo berikut: Odonata, Plecoptera,
Mellophaga, Anoplura, Ceoleoptera dan ordo-ordo panorpoid (Mecoptera).
Telur diletakkan secara beragam, beberapa serangga menyatukan telurnya secara
pasif, misalnya pada Plasmida (walkingstick), yang lain menempelkan telur pada
substratnya satu-satu atau dalam kelompok.  Jenis-jenis Vrysopidae (Neuroptera)
meletakkan telur dengan tungkai yang kaku yang panjang; telur terdapat di ujung tangkai. 
Berbagai jenis serangga (belalang lapangan, belalang sembah, lipas) meletakkan telur
dalam paket, disebut ooteka atau paket telur; dalam satu paket terdapat banyak telur. 
Bahan untuk melekatkan telur atau untuk pembuatan paket berasal dari kelenjar penyerta
(accessory glands).
Serangga parasitoid menggunakan ovipositornya untuk "menyuntikkan" telurnya
dalam tubuh inangnya, pada serangga akuatik telurnya diliputi oleh bahan gelatin. 
Serangga-serangga yang memarasit mamalia kerapkali meletakkan telur pada rambut-
rambut inangya.
Eklosi (eclosion) adalah proses penetasan atau keluar dari telur; kadang-kadang diartikan
sebagai munculnya imago dari fase pradewasa. Eklosi umumnya melibatkan penegukan
(swallowing) cairan amnion dan difusi udara ke dalam telur.  Masalah pada eklosi adalah
peretakan korion dan lapisan embrio lain serta melepaskan diri dari telur.
Retakan dapat terjadi pada permukaan telur secara tidak teratur atau pada garis yang
lemah.  Pada beberapa serangga pelemahan lapisan embrio terjadi karena kerja ensim.
Berbagai struktur mungkin terlibat dalam meretakkan korion, yang dapat berbentuk duri
(spines) atau pundi-pundi (bladder) yang eversibel (eversible) atau melibatkan kekuatan
ekspansi dari bagian tubuh, karena kontraksi, yang dibantu oleh penegukan cairan amnion
dan udara (lihat di atas). Beberapa serangga seperti pada Lepidoptera larva menggerigit
kulit telur untuk keluar.

17
 Reproduksi Pada Hewan Vertebrata (Kelas Mamalia)
Sistem Reproduksi Sapi jantan terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan
kelenjar asesoris.

Sistem Reproduksi Dalam


1. Testis
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir
(skrotum). Testisberjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di
bagian tubuh sebelah kiri dankanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh
suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos. Fungsi testis
secara umum merupakan alat untuk memproduksi spermadan hormon
kelamin jantan yang disebut testoteron .
2. Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari
epididimis, vasdeferens ,saluran ejakulasi danuretra.
a. Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang
keluar daritestis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan
kiri. Epididimisberfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
sperma sampai sperma menjadimatang dan bergerak menuju vas
deferens.
b. Vas deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran
lurus yangmengarah ke atas dan m erupakan lanjutan dari epididimis.

18
Vas deferens tidakmenempel pada testis dan ujung salurannya terdapat
di dalam kelenjar prostat. Vasdeferens berfungsi sebagai saluran tempat
jalannya sperma dari epididimis menujukantung semen atau kantung
mani (vesikula seminalis).
c. Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan
kantung semendengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan
sperma agar masuk kedalam uretra.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam
penis. Uretraberfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari
kantung semen dan saluranuntuk membuang urin dari kantung kemih.
e. Kelenjar Acsesoris.
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi
penambahanberbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar
asesoris. Getah-getah iniberfungsi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris
merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula
seminalis,kelenjar prostat dan kelenjar Cowper
f. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan
kelenjarberlekuk-lekuk yang terletak di belakang kantung kemih.
Dinding vesikulaseminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan
sumber makanan bagisperma.
g. Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian
bawah kantungkemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang
mengandung kolesterol, garamdan fosfolipid yang berperan untuk
kelangsungan hidup sperma. h. Kelenjar Cowper Kelenjar Cowper
(kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannyalangsung
menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat
alkali (basa).

19
Sistem reproduksi luar pada sapi jantan terdiri dari penis dan skrotum.
1. Penis
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga
yangterletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa.
Satu rongga lagiberada di bagian bawah yang berupa jaringan spons
korpus spongiosum yangmembungkus uretra. Uretra pada penis
dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak
mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung sarafperasa. Bila ada
suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darahsehingga
penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
2. Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi
testis. Skrotumberjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum
kiri. Di antara skrotum kanan danskrotum kiri dibatasi oleh sekat yang
berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi
untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut danmengendur.
Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari
penerusanotot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini
bertindak sebagai pengatursuhu lingkungan testis agar kondisinya
stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan
suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendahdaripada suhu
tubuh.

Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus
seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal
dengan melaluiproses pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana bertujuan
untuk membentu spermafungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus
seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan
epiteliumgerminal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat
spermatogenesis. Pintalan-pintalantubulus seminiferus terdapat di dalam
ruang-ruang testis (lobulus testis). Satutestis umumnya mengandung sekitar
250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri darisejumlah besar sel epitel

20
germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia(spermatogonium =
tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar selsel epitel
tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah
untukmemperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi
melalui tahaptahapperkembangan tertentu untuk membentuk sperma.Pada
tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran
epitelgerminal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A
membelah secaramitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah
beberapa kali membelah, selselini akhirnya menjadi spermatosit primer yang
masih bersifat diploid. Setelah melewatibeberapa minggu, setiap spermatosit
primer membelah secara meiosis membentuk duabuah spermatosit sekunder
yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder kemudianmembelah lagi secara
meiosis membentuk empat buah spermatid. Spermatid merupakancalon
sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung
23kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi
menjadispermatozoa (sperma).
Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika
spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel
epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan
terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor. Kepala sperma terdiri dari
sel berinti tebal dengan hanyasedikit sitoplasma. Pada bagian membran
permukaan di ujung kepala sperma terdapatselubung tebal yang disebut
akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase danproteinase yang
berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum. Pada ekor sperma
terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma
banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi
untukpergerakan sperma. Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya
pengaruh sel-sel sertoli yangmemiliki fungsi khusus untuk menyediakan
makanan dan mengatur prosesspermatogenesis.

21
SistemReproduksi
Wanita
Organ
sistemreproduksiwanitate
bagimenjadidua, yaitu
organ luar
(genitalia externa) dan
(genitalia interna).
Genitalia externa yaitu
vulva, perineum, dan
kelenjar susu.
Fungsinyasebagai
jalanmasukspermakedala
mtubuhwanita dan
pelindung organ
kelamindalam
22
dariorganismepenyebabin
feksi.
Vulva mengacu pada
bagian-bagian yang
terlihatdariluar: mons
pubis, labia
majora, labia minora,
klitoris,
pembukaanuretra,
pembukaan vagina,
dan
perineum.
Mons pubis
adalahjaringan lemak
yang mengelilingitulang
pubis.
23
Jaringaninimengandungk
elenjaruntukmengeluarka
nminyakdengan
feromon, yang
meningkatkandayatarikse
ksual.
Labia mayor
merupakanpintugerbang
yang melindungi organ
reproduksiwanitabagianlu
arlainnya.
Sesuainamanya, organ
iniberukuran
besar. Pada labia
mayor,

24
terdapatkelenjarkeringat
dan sebaceous, yang
memproduksicairanlubrik
asi.
Saatseorangperempuanm
emasuki masa
pubertas, labia mayor
akanmulaiditumbuhi oleh
rambutkemaluan.
Labia minor terletak
di sebelahdalam labia
mayor, dan
mengelilingi
pembukaan vagina
sertauretra (saluran yang

25
membawa urine
darikandung
kemih, keluartubuh).
Bentuk dan ukuran organ
inidapatberbeda pada tia

Sistem Reproduksi Sapi betina terdiri alat / organ eksternal dan internal,
sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai
vagina) : fungsi kopulasiInternal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum,
transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.

Sistem Reproduksi Dalam


1. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
monspubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium

26
urethraeexternum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
2. Mons pubis/mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.Pada masa pubertas
daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
3. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyakmengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada
pria.Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di
bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
4. Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut.Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
5. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,
dancorpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.Homolog
embriologik dengan penis pada pria.Terdapat juga reseptor androgen pada
clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujungserabut saraf, sangat sensitif.
6. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labiaminora.Berasal dari sinus urogenital.Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu
orificiumurethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii
kanan-kiri danduktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat
fossa navicularis.
7. Introitus/ orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan
tipisbermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.Hymen normal
terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapatberbentuk bulan
sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibatcoitus atau trauma
lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidakberaturan dengan
robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himenpostpartum disebut
parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa selaput darayang robek yang
tampak pada wanita pernah melahirkan / para.Hymen yang abnormal,
misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata)menutup total lubang
vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul dirongga genitalia

27
interna.
8. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri
dibagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di
sekitarcervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix
posterior,dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral
dan dindingdorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah
mengikuti siklushaid. Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus
pada haid, untuk jalanlahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).Bagian atas
vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas
dalam s ecara klinis yaitu fornicesanterior, posterior dan lateralis di sekitar
cervix uteri.Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di
sekitar 1/3anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus
vaginal.

9. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas
ototototdiafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).Perineal
body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.Perineum
meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

Sistem Reproduksi Luar


1. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum
(serosa).Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan
nutrisikonseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus
danpembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.Terdiri dari corpus,
fundus,cornu, isthmus dan serviks uteri.
2. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus
dinding dalamvagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen
utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin.

28
3. Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum latumuteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium
berupa otot polos tiga lapis(dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal,
anyaman dan sirkular), serta dalamlapisan endometrium yang melapisi dinding
cavum uteri, menebal dan runtuh sesuaisiklus haid akibat pengaruh
hormonhormon ovarium. Posisi corpus intraabdomenmendatar dengan fleksi
ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
4. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang
kirikanan.Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh
darah dan saraf.Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam
pembentukan dan pematanganfolikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal
primordial di lapisan terluar epital ovariumdi korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid(estrogen oleh
teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum
pascaovulasi).Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui
perlekatan fimbriae.Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat
ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang
aorta abdominalis inferiorterhadap arteri renalis.

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Reproduksi merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat
penting.Tanpa kemampuan tersebut, suatu jenis hewan akan punah. Oleh
karena itu, perludihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan
mempertahankan jenis suatuhewan. Proses pembentukan individu baru
inilah yang disebut reproduksi (Urogenital).Reproduksi dapat terjadi secara
generative atau vegetative.
2. Reproduksi pada hewan dapat terjadi secara seksual maupun aseksual.
Reproduksi seksual dicirikan dengan bersatunya gamet jantan dan betina
melalui proses fertilisasi atau singami. Akan tetapi, kadang-kadang
pertemuan gamet tersebut tidak terjadi. Hal ini tampak pada peristiwa
parthenogenesis.
3. Pada hewan yang masih primitif, jaringan yangmenghasilkan sel
gamet tersusun menyebar (difus). Jaringan initerdiri atas sejumlah sel lokus
yang berfungsi untuk perbanyakansel kelamin.
4. Spermatogenesis adalah proses pembentukkan sperma (gamet jantan) yang
terjadi dalam testis tepatnya pada tubulus seminirfus. Oogenesis adalah
proses pembentukkan gamet betina (ovum) yang terjadi dalam ovarium.
5. Sistem Reproduksi Sapi jantan terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar
asesoris. Sistem Reproduksi Sapi betina terdiri alat / organ eksternal dan internal,
sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai vagina) : fungsi
kopulasiInternal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst,
implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.

B. Saran
Kami sebagai penyusun, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
pada sumber yang dapat dipertanggung-jawabkan nantinya. Sistem Saraf pada hewan
Amphibia merupakan suatu kesatuan yang sangat kompleks, hendaknya membutuhkan
pemahaman yang sangat mendetail untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

30
DAFTARPUSTAKA

Arsih, Fitri. 2012. Fisiologi Hewan. Padang : UNP Press.


Anonim. 2014. Reproduksi Pada Hewan. Diakses dari ( Biologimediacentre.com/system-
reproduksi-1-reproduksi-pada-hewan/) pada tanggal 27 April 2022.
Campbell. 2004. Biologi Jilid 5. Jakarta : Erlangga.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Prasad, S.N. and Vasantika Kahsyap. 1991. A Textbook of Vertebrata Zoologi13th edition.
New Delhi: Wiley Eastern Limited
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Malang : IKIP Malang.
Suntoro, Susilo H., Djalal Tanjung Harminani. 1993. Anatomi dan Fisiologi Hewan.
Universitas Terbuka, Jakarta: Depdikbud.

31
32

Anda mungkin juga menyukai