Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“SISTEM REPRODUKSI PADA HEWAN”

Tugas Terstruktur Mata Kuliah


REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI HEWAN

Oleh,
KELOMPOK: V

1. DINA LIANI HARAHAP (0310172067)


2. JULIANA PANE (0310172084)
3. SRI RAHAYU (031017)
4. MITA MUTIA (031017)
5. SHAFIRA HANA MARSHA (0310172083)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan anugerah
dan kasih sayang, petunjuk dan kekuatannya yang telah diberikan pada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SISTEM
REPRODUKSI PADA HEWAN”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin Kami tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Yang akan memberikan manfaat di
kemudian hari guna kemajuan ilmu pengetahuan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Medan, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................................
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................
1.3 Tujuan Masalah ..............................................................................................
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Reproduksi Serta Jenis-Jenis Reproduksi ....................................
2.2 Mekanisme Reproduksi Pada Kelas Aves .....................................................
2.3 Mekanisme Reproduksi Pada Kelas Mamalia Dan Amfibi ……………..…
2.4 Mekanisme Reproduksi Pada Kelas Pisces dan Reptilia..………….............
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................
3.2 Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk melangsungkan kehidupan yang kekal dari suatu organisme maka
sebelum ia mati, organisme tersebut akan membentuk penggantinya yang serupa
dengan organisme yang digantikan itu.
Reproduksi merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat penting.
Tanpa kemampuan tersebut, suatu jenis hewan akan punah. Oleh karena itu, perlu
dihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan mempertahankan jenis suatu
hewan. Proses pembentukan individu baru inilah yang disebut reproduksi
(Urogenital).
Reproduksi dapat terjadi secara generative atau vegetative. Reproduksi
secara vegetative tidak melibatkan proses pembentukan gamet, sedangkan
reproduksi generative diawali dengan pembentukan gamet. Di dalam gamet
terkandung unit hereditas (faktor yang diturunkan) yang disebut gen. gen berisi
sejumlah besar kode informasi hereditas yang sebenarnya, yang terletak pada DNA.
Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran
reproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamlia) dan organ kopulatoris (pada
hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina terdiri atas
sepasang ovarium pada beberapa hanya satu) dan sdaluran reproduksi betina. Pada
mamlia yang dilengkapi organ kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu.
Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup,
perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya
perbedaan pada proses fertilisasi. Misalnya hewan akuatik pada umumnya
melakukan fertilisasi di luar tubuh (fertilisasi eksternal), sedangkan hewan darat
melakukan fertilisasi di dalam tubuh (fertilisasi internal).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Reproduksi, Serta Apa Saja Jenis-Jenis Reproduksi Pada
Vertebrata?
2. Bagaimana Mekanisme Reproduksi Pada Kelas Aves?
3. Bagaimana Mekanisme Reproduksi Pada Kelas Mamalia Dan Amfibi?
4. Bagaimana Mekanisme Reproduksi Pada Kelas Pisces Dan Reptilia?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk Mengetahui Pengertian Reproduksi Dan Jenis-Jenis Reproduksi Pada
Vertebrata
2. Untuk Mengetahui Mekanisme Reproduksi Pada Kelas Aves.
3. Untuk Mengetahui Mekanisme Reproduksi Pada Kelas Mamalia Dan
Amfibi
4. Untuk Mengetahui Mekanisme Reproduksi Pada Kelas Pisces Dan Reptilia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reproduksi


Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar tidak punah. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk
hidup sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami
dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses
reproduksi dapat berlangsung. Reproduksi merupakan salah satu kemampuan
hewan yang sangat penting. Tanpa kemampuan tersebut, suatu jenis hewan akan
punah. Oleh karena itu, perlu dihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan
mempertahankan jenis suatu hewan. Proses pembentukan individu baru inilah yang
disebut reproduksi (Urogenital).1

Reproduksi dapat terjadi secara generative (cara kawin) atau vegetative (tidak
kawin). Reproduksi secara vegetative tidak melibatkan proses pembentukan gamet,
sedangkan reproduksi generative diawali dengan pembentukan gamet. Di dalam
gamet terkandung unit hereditas (faktor yang diturunkan) yang disebut gen. gen
berisi sejumlah besar kode informasi hereditas yang sebenarnya, yang terletak pada
DNA.

1) Jenis-Jenis Reproduksi pada Vertebrata


Hewan vertebrata yaitu hewan yang bertulang belakang. Memiliki struktur
tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hewan Invertebrata.
Vertebrata hanya dapat berkembang biak secara kawin (seksual), yaitu melalui
peleburan antara ovum dan spermatozoid. Pembuahan pada vertebrata dapat terjadi
di luar tubuh maupun di dalam tubuh. Bila terjadi di luar tubuh disebut fertilisasi
eksterna, misalnya pada ikan dan katak. Bila pembuahannya terjadi di dalam tubuh
disebut fertilisasi interna. Misalnya pada reptilia, burung, dan hewan menyusui.

1
Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. Malang :Universitas Brawijaya
Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti
dengan terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang
akan berkembang menjadi embrio. Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara
eksternal atau secara internal.

1. Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh


hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air.
Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi (katak).
2. Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di
dalam tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa
kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina.
Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial),
misalnya hewan dari kelompok reptil, aves.
2) Perkembangbiakan pada vertebrata dapat dibedakan diatas:
1) Ovipar (bertelur), ialah hewan yang meletakkan telur di luar tubuhnya.
Embrio berkembang di dalam telur dan memperoleh sumber makanan dari
cadangan makanan dalam telur. Misalnya ikan, burung, amfibia, dan

sebagian reptilia.

Gambar contoh hewan ovipar

2) Ovovivipar (bertelur-beranak), ialah hewan yang menghasilkan telur, dan


embrio berkembang dalam telur. Pembeda dengan ovipar adalah kelompok
hewan ovovivipar tidak mengeluarkan telurnya dari dalam tubuh. Jadi
embrio tetap tumbuh di dalam telur tetapi tetap berada di dalam tubuh induk.
Saat menetas dan keluar dari tubuh induknya tampak seperti melahirkan.
Misalnya, ikan Hiu, kadal, dan beberapa jenis ular.

Gambar contoh hewan ovovivipar


3) Vivipar (beranak), ialah hewan yang melahirkan anaknya. Embrio
berkembang di dalam tubuh induknya dan mendapatkan makanan dari
induknya dengan perantaraan plasenta (ari-ari). Misalnya, manusia dan
hewan menyusui lainnya.

Gambar contoh hewan vivipar


Campbell, Reece-Mitchell (edisi kelima-jilid 3)

2.2 Reproduksi Pada Aves


Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung
tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini
dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium
kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium
dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung
oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan
terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk
ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat
perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan
dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan
membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas
dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang
baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta
perlu dibesarkan dalam sarang.

Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung


tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini
dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
1) Sistem Genitalia Jantan.
a. Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin,
terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin
ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan
epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-
burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah
gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen
berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus
ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian
menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter
ketika masuk kloaka.
2) Sistem Genitalia Betina.
a. Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang
kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya
panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi
menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian
terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh
fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin,
selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus
atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur.

3) Proses Festilisasi
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium
kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium
dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung
oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan
terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk
ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat
perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan
dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan
membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas
dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang
baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta
perlu dibesarkan dalam sarang.
4) Fungsi bagian-bagian telur aves :
a. Titik embrio --> bagian yang akan berkembang menjandi embrio
b. Kuning telur --> cadangan makanan embrio
c. Kalaza --> menjaga goncangan embrio
d. Putih telur --> menjaga embrio dari goncangan
e. Rongga udara --> cadangan oksigen bagi embrio
f. Amnion --> Amnion adalah semacam membran/selaput yang melindungi embrio
dalam telur. Yang memiliki amnion telur adalah reptilia, unggas, dan mamalia
sehingga ketiga kelas ini disebut “amniota”. Amnion telur tidak terdapat pada ikan
dan amphibia, sehingga dua kelas ini disebut “anamniota”.

2.3 Sistem Reproduksi Mamalia


Mamalia merupakan hewan vertebrata yang muncul pada zaman
mesosoikum dan saat ini mendiami seluruh relung muka bumi mulai dari daratan,
lautan, sepanjang pantai, danau, sungai, bawah tanah, pohon dan bahkan di udara
yang tersebar mulai dari daerah kutub sampai daerah tropis (Sukiya, 2005).
Sebutan mamalia sendiri berasal dari keberadaan glandula ( kelenjar )
mamae pada tubuh mereka yang berfungsi sebagai penyuplai susu sebagai sumber
makanan anaknya. Seperti yang telah diketahui bahwa mamalia betina menyusui
anaknya dengan memanfaatkan keberadaan kelenjar tersebut. Walaupun mamalia
jantan tidak menyusui anaknya, bukan berarti mereka tidak memiliki kelenjar
mamae. Semua mamalia memiliki kelenjar mamae, tetapi pada mamalia jantan
kelenjar ini tidaklah berfungsi sebagaimana pada mamalia betina. Sebagaimana
yang telah Allah jelaskan dalam firmannya pada Qs. Al Mu’minun ayat 21 :

Dan Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat


pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang
ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah
yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan (Qs.Al
Mu’minun :21 ).

Mamalia bersifat endothermis karena memiliki pusat pengatur panas tubuh


(homoiothermous) (Sukiya, 2005).

1) Ciri-ciri umum mamalia diantaranya adalah:


1. Tubuh umumnya tertutup rambut, kulit berkelenjar.
2. Pada betina terdapat kelenjar mammae (glandula mammae) yang tumbuh baik.
3. Cranium dengan dua occipital condyle, mulut umumnya bergigi.
4. Diagfragma yang menventilasi paru-paru.
5. Mempunyai kantung amniotik.
6. Gigi umumnya terbagi menjadi empat tipe yaitu gigi seri, gigi taring, gigi
premolar, dan gigi molar.
7. Lubangtelingaluarumumnyamemilikidauntelinga yang kenyal.
8. Kolumna vertebralis dengan linia wilayah yaitu : serviks, toraks, sakral dan
caudal.
9. Mempunyai empat anggota gerak kecuali golongan cetacean.
10. Jantung ada empat ruang.
11. Respirasi hanya dengan paru-paru.
12. Terdapat dua belas pasang saraf kranialis.
13. Suhu tubuh endotermis (homoiotermis).
14. Jantan dengan organ kopulasi (penis), fertilisasiinternal.
2) Ciri-ciri khusus mamalia :
1. Beberapa jenis mamalia mempunyai kelenjar lain misalnya kelenjar bau dan
kelenjar pipi.
2. Memiliki kantung pada mamalia marsupialia.
3. Memiliki alat gerak yang berupa dua pasang tungkai, sepasang tungkai
belakang dan sepasang tangan, atau sepasang tungkai depan yang menyerupai
sirip, atau alat gerak yang menyerupai sayap.
4. Anggota gerak depan dapat bermodifikasi untuk berlari, menggali lubang,
berenang, dan terbang.
5. Pada jari-jarinya terdapat kuku, cakar, atau tracak.Pada kulit terdapat banyak
kelenjar minyak dan kelenjar keringat.

Mamalia pada umumnya merupakan hewan yang melahirkan (vivipar),


kecuali pada kelas monotremata misalnya Platypus (paruh bebek) yang ofipar
(bertelur). Reproduksi pada mamalia dilakukan secara seksual dan pembuahan
selalu terjadi didalam tubuh (internal). Telur yang telah di buahi (zigot)akan
berkembang menjadi embiro didalam rahim (uterus). Embiro tersebut di beri
makan oleh tubuh induknya melalui plasenta. Alat reproduksi di bedakan atas:
3) Alat Reproduksi Jantan
Alat reproduksi janatan terdiri dari 2 buah testes yang terletak didalam skrotum.
Didalam testes terdapat saluran-saluran seminifer (seminiferous tubeles) yang
berfungsi menghasilkan sperma. Sperma ini akan di simpan didalam
epididimis, yang dihubungkan kedalam seminal vesicle oleh suatu saluran
sperma yang disebut Vas deferens. Selanjutnya melalui kelenjar prostat
(glandula prostata) diteruskan keseluruh ejakulasi. Dari sini akan diteruskan
lagi keseluruh uretra dan berakhir pada lubang pembuangan yang terletak
didalam alat kopulasi yang di sebut penis.
4) Alat Reproduksi Betina
Alat reproduksi betina terdiri dari 2 buah ovarium (indum telur). Sel telur akan
masak didalam folikel graaf (Graafian vollicle) ovarium ini melalui
infundibulum akan di hubungkan ke dalam uterus (rahim) oleh saluran
falompian (fallopian tube) atau saluran telur. Dari uterus melalui bagian servik
akan di teruskan di dalam vagina.
Vivipar (hewan beranak), yaitu hewan yang embrionya berkembang dan
mendapat makanan di dalam uterus (rahim) induk betina. Contohnya adalah
kucing. Perkembangbiakkan pada kucing hanya terjadi melalui proses seksual.
Yang dimaksud pembiakan seksual adalah bertemunya dua sel yang disebut dengan
proses pembuahan. Kehamilan pada kucing berkisar 63 hari. Anak kucing terlahir
buta dan tuli. Mata mereka baru terbuka pada usia 8-10 hari. Anak kucing akan
disapih oleh induknya pada usia 6-7 minggu dan kematangan seksual dicapai pada
umur 10-15 bulan. Kucing dapat mengandung 4 janin sekaligus karena rahimnya
memiliki bentuk yang khusus dengan 4 bagian yang berbeda (Boolootian, 1979).
Pada kucing jantan terdapat dua testis yang berada pada kantong yang
dibungkus oleh kulit yang disebut skrotum. Keduanya terletak disebelah organ
kopulasi yaitu penis. Sperma berjalan dari masing-masing testis kedalam tabung
kecil yang melilit disebut epididimis. Sperma kemudian masuk kedalam saluran
sperma atau vas deverens yang membawa kedalam rongga perut dan terbuka
kedalam uretra dan ditransfer ke betina oleh penis. Didasar uretra adalah kelenjar
prostate, disepanjang uretra terdapat sepasang kelenjar boulbouretral (cowper).
Sekresi dari kelenjar-kelenjar ini adalah untuk ditambahkan ke spermatozoa,
membuat subtrat semen lebih cair dan menetralisi keasaman hasil dari lintasan urin
pada uretra (Boolootian, 1979).
Saluran-saluran kelamin berpangkal pada testis dan menyambung ke uretra
yang kemudian menjadi bagian dari penis dan merupakan jalan bersama
spermatozoa dengan urine serta sekresi kelenjar-kelenjar kelamin. Kelenjar-
kelenjar kelamin terletak pada atau disekitar saluran-saluran kelamin dan
bermuara ke dalam uretra. Sistem reproduksi pada anjing dan kucing secara
anatomik berhubungan dengan saluran pengeluaran urin yang terdiri dari ginjal dan
vesika urinaria, serta saluran-salurannya, sehingga seluruh sistem ini disebut
traktus urogenitalis (Brotowijoyo, 1989).
Spermatikus (spermatic cord), yang terletak di bagian leher skrotum dan
terdiri atas arteri spermatik dalam yang berkelok-kelok di bagian atas testis, vena
spermatik dalam yang muncul dari plexus pampiniformis, merupakan anyaman di
seke liling arteri spermatik. Plexus pampiniformis membentuk bundelan spermatic
cord dan muncul dari beberapa vena yang meninggalkan kepala testis. Bagian
lain dari funikulus spermatikus adalah saraf otonomik dari ginjal dan plexus
mesenteric dari belakang, pembuluh limfe dan otot kremaster dalam yang
membungkus bagian-bagian tersebut di atas. Semua komponen teresbut terdapat di
dalam lapisan viseral tunika vaginalis sedang duktus deferens lewat sendiri di
tengah-tengah mesorchium (Jasin, 1984).
Sistem reproduksi pada betina terdiri atas ovarium, saluran kelamin dan
alat penggantungnya. Saluran kelamin terdiri dari: tuba fallopii (oviduk), tanduk
rahim (kornua uteri), badan rahim (korpus uteri), leher rahim (servik uteri), vagina
dan vulva. Sistem reproduksi pada betina tidak hanya menerima sel-sel telur yang
diovulasikan oleh ovarium dan membawa sel-sel telur tersebut ke tempat implantasi
yaitu rahim, tetapi juga menerima sperma dan membawanya ke tempat fertilisasi
yaitu tuba fallopii (Jasin, 1984).

Ovarium dan bagian saluran kelamin dari sistem reproduksi tidak


berhubungan satu dengan yang lain dan melekat pada dinding tubuh dipertautkan
oleh alat penggantungnya. Ovarium menerima suplai darah dan suplai saraf
melalui hilus yang juga melekat pada uterus. Tuba fallopii berada di dalam lipatan
mesosalping, sedangkan mesosalping melekat pada ligamen ovarium. Ligamen
ini melanjutkan diri ke ligamen inguinal, yang homolog dengan gubernakulum
testis. Bagian lain ligamen ini membentuk ligamen bulat pada uterus yang
kemudian melebarkan diri dari uterus ke daerah inguinal (Jasin, 1984).

2.3.1 Sistem Reproduksi Amphibi


Amfibi ialah suatu hewan yang secara taksonomi tersebut
dikelompokkan kedalam suatu kelas Amphibia. Secara Umum amfibi atau juga
amfibia itu bisa diberikan pengertian yaitu sebagai hewan bertulang belakang
(vertebrata), dan berdarah dingin (poikiloterm), serta berkaki empat (tetrapoda)
yang bisa hidup di dua alam, yakni yaitu didalam air dan juga bisa hidup didaratan.
1) Ciri – Ciri Umum Pada Amfibi
1. Tubuh terdiri atas kepala, badan, dan dua pasang kaki
2. Pada mulut terdapat gigi dan lidah yang dapat dijulurkan
3. Jantung terdiri atas dua serambi dan satu bilik
4. Alat gerak berupa dua pasang untuk berjalan atau berenang
5. Mata memiliki kelopak yang dapat digarakkan
6. Mimiliki kulit yang selalu basah dan berkelenjar
7. Tidak memiliki sisik

Amfibi membuahi telur mereka dalam dua cara, yaitu fertilisasi eksternal
dan fertilisasi internal. Fertilisasi eksternal, digunakan oleh sebagian besar katak
dan kodok, dimana jantan memegang betina dalam pose yang disebut amplexus.
Dalam amplexus, sperma jantan di rilis diatas telur betina saat mereka diletakkan.
Terlalu berisiko adalah metode yang digunakan oleh banyak salamander dimana
deposito paket sperma jantan yang disebut spermatophore diletakan ke tanah.
Betina kemudian menariknya ke kloakanya di mana fertilisasi terjadi secara
internal. Sebaliknya, caecilian dan katak ekor menggunakan fertilisasi internal
seperti reptil, burung dan mamalia. Deposito sperma jantan langsung ke kloaka
betina melalui organ intromittent.
Kelompok amphibia yang berkembangbiak secara ovipar (bertelur) yaitu
misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak betina dan katak jantan tidak
memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak juga terjadi di luar tubuh. Pada saat
kawin, katak betina dan katak jantan akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan
akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina.
Kemuidan katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang
dikeluarkan katak betina diselaputi oleh selaput telur atau membran vitelin.
Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung
oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui saluran telur atau oviduk.
Dekat opangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang
menggembung yang disebut kantung telur atau uterus. Oviduk katak betina terpisah
dengan ureter (saluran kemih). Oviduk berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan
menyusul mengeluarkan sperma. Soperma yang dihasilkan oleh testis yang
berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam saluran sperma (vas deferens). Vas
deferens katak jantan bersatu dengan ureter (saluran kemih). Dari vas deferens
sperma bermuara di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan
diselimuti oleh cairan kental, sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan
telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu.
Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernafas dengan insang dan melekat
pada tumbuhan air dengan alat isap. Makanannya berupa pitoplankton sehingga
berudu tahap awal merupakan herbivor. Berudu awal berkembang lebih lanjut dari
herbivor menjadi karnivor atau insektivor (pemakan serangga). Bersamaan dengan
itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai
tertutup. Selanjutnya, celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah tiga bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis.
Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani muncul ke
permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak
bernafas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang
berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya
lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.

2.4 Sistem Reproduksi Pisces


Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas air tawar
yang memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah
perikanan dunia, terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat
dinegara – negara yang sedang berkembang. Ikan nila dikenal dengan tilapia yang
merupakan ikan bukan asli perairan Indonesia tetapi jenis ikan pendatang yang
diintroduksikan ke Indonesia dalam beberapa tahap. Meskipun demikian, ikan ini
ternyata dengan cepat berhasil dengan cepat menyebar keseluruh pelosok Tanah
Air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup popular. Begitu populernya ikan nila
sehingga saat ini dapat dengan mudah ditemukan. Secara resmi ikan nila
(Oreochromis niloticus) didatangkan oleh Balai Penelitian Air Tawar pada tahun
1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan
kepada petani Indonesia 2

2
Suyanto. Biologi Perikanan. (Yogyakarta :Yayasan Pustaka Nusantara,2003), hlm 34
Untuk membedakan antara jantan dan betina dapat dilihat melalui bentuk
dan alat kelamin yang ada pada bagian tubuh ikan. Ikan jantan memiliki sebuah
lubang kelamin yang bentuknya memanjang dan menonjol. Berfungsi sebagai alat
pengeluaran sperma dan air seni. Warna sirip memerah, terutama pada saat matang
gonad. Ikan betina memiliki dua lubang kelamin di dekat anus, berbentuk seperti
bulan sabit dan berfungsi untuk keluarnya telur. Lubang yang kedua berada di
belakang saluran telur dan berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya
air seni 3

Gambar: Alat kelamin jantan dan betina pada pisces

Pematangan kematangan gonad dilakukan dengan kedua cara, yang pertama


cara histologi dilakukan dilaboratorium, yang kedua cara pengamatan morfologi
yang dapat dilakukan dilaboratorium dan dapat pula dilakukan di lapangan, dari
penelitian secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih
jelas dan mendetail, sedangkan hasil pengamatan secara morfologi tidak akan
sedetail cara histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan para peneliti.
Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara
morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan gonad
ikan betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan
diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma
yang terdapat di dalam testes.

3
Hasni.Pembenihan dan Pemasaran Pada Ikan. (Jakarta Penebar Swadaya, 2008), hlm 55
Pada ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan
mempunyai testis. Baik indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada
rongga perut di sebelah kandung kemih dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan
sangat menentukan kedewasaan ikan. Kedewasaan ikan meningkat dengan makin
meningkatnya fungsi gonad Ikan Nila umumnya mempunyai sepasang gonad,
terletak pada bagian posterior rongga perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan
nila bertelur dan sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah
fertilasi di luar tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan
itu berada, kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur
tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva.
Larva tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya
digunakan sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupannya4

Gambar: Struktur anatomi Ikan Nila

Organ reproduksi ikan dinamakan gonad. Pada ikan jantan gonad disebut
dengan testis, pada ikan betina disebut dengan ovarium.

 Testis (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya memanjang


(longitudinal) pada umumnya berpasangan. Beratnya bisa mencapai 12 %
atau lebih dari bobot tubuhnya. Kebanyakan testis berwarna putih atau
kekuningan.
 Ovarium berbentuk longitudinal. Letaknya internal dan biasanya berjumlah
sepasang. Jika dalam keadaan matang ovarium bisa mencapai 30-70% dari

4
Abbas, Djarijah Siregar. (Pakan Ikan Alami.Yogyakarta: Kansius, 1996), hlm 24
berat tubuhnya. Warnanya pun berbeda-beda, sebagian besar berwarna
keputih-putihan dan menjadi kekuning-kuningan pada waktu matang.
Kematangan testis dan ovarium dipengaruhi oleh umur, spesies dan, ukuran
Mekanisme pembuahan pada ikan nila adalah secara eksternal, ikan betina
tidak mengeluarkan telur yang bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang
tidak akan berkembang lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum
tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka.
Saat akan bertelur, ikan betina mencari tempat yang rimbun oleh tumbuhan air atau
diantara bebatuan di dalam air. Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga
mengeluarkan sperma dari testis yang disalurkan melalui saluran urogenital
(saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui kloaka, sehingga
terjadi fertilisasi didalam air.
Peristiwa ini terus berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat
pada tumbuhan air atau pada celah-celah batu. Telur-telur yang telah dibuahi
tampak seperti bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas
dalam waktu 24 – 40 jam. Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan
pertamanya dari sisa kuning telurnya, yang tampak seperti gumpalan di dalam
perutnya yang masih jernih. Dari sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa
saja yang dapat bertahan hidup. Sedangkan pada ikan yang pembuahannya secara
internal, seperti hiu dan pari. Sel telur tetap dihasilkan oleh ovarium kemudian
menuju oviduk untuk dibuahi dan selanjutnya akan melekat pada uterus hewan
betina5
2.4.1 Pengertian Reptil
Reptilia adalah kelompok hewan yang hidupnya bergerak dengan cara
merayap,oleh karena itu disebut juga sebagai hewan melata. Reptilia juga
merupakan sekelompok hewan dari vertebrata yang tempat hidupnya menyesuaikan
di tempat kering sehingga proses penandukan kulit atau disebut proses cornification
dimaksudkan untuk menjaga agar tidak banyak kehilangan cairan tubuh6.
Reptil (binatang melata, atau dalam bahasa Latin "reptans" artinya 'melata' atau
'merayap') adalah kelompok hewan vertebrata berdarah dingin dan memiliki sisik

5
Hasni.Pembenihan dan Pemasaran Pada Ikan. (Jakarta Penebar Swadaya, 2008), hlm 57
6
A. Chaeri, dkk. 2008. Struktur Hewan. Artikel: http://repository.ut.ac.id/4298/1/BIOL4212-
M1.pdf. Hal: 1.12
yang menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda (hewan dengan empat tungkai)
dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik.
Sekarang ini mereka menghidupi setiap benua kecuali Antartika. Mayoritas reptil
adalah ovipar (bertelur) meski beberapa spesies Squamata bersifat vivipar
(melahirkan). Reptil vivipar memberi makan janin mereka menggunakan sejenis
plasenta yang mirip dengan mamalia. Ukuran reptil bervariasi, dari yang berukuran
hingga 1,6 cm (tokek kecil, Sphaerodactylus ariasae) hingga berukuran 6 m dan
mencapai berat 1 ton (buaya air asin, Crocodylus porosus)7.
Reptil memiliki kulit bersisik tanpa kelenjar, bulu, rambut atau kelenjar susu
seperti pada mamalia (Goin, Goin, dan Zug, 1978). Tidak seperti ikan, sisik reptil
tidak saling terpisah. Warna kulit beragam, dari warna yang menyerupai
lingkungannya sampai warna yang membuat reptil mudah terlihat. Semua reptil
tidak memiliki telinga eksternal (Halliday dan Adler, 2000). Pada sebagian besar
reptil terdapat perbedaan antara jantan dan betina yaitu pada ukuran dan bentuk,
maupun warna tubuh dewasa (Halliday dan Adler, 2000)8.
Sebagai satwa ektotermal, reptil tersebar pada berbagai macam habitat. Jenis-
jenis reptil dapat hidup di laut, perairan tawar, gurun, bahkan pegunungan.
Penyebaran reptil sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari yang mencapai daerah
tersebut (Halliday dan Adler, 2000)9.
Adapun ciri-ciri anatomi reptilia yang hidup sekarang akan dibahas secara
umum berdasarkan struktur tubuhnya, yaitu sebagai berikut10:
a. Padaintegumen dan endoskeleton,
pada hewan kelompok reptilia mempunyai integumen yang umumnya tidak
mengandung kelenjar keringat. Pada chelonia mempunyai glandula axillari
singuinalis yang berbau spesifik, juga pada crocodilia mempunyai glandula
analis yang menghasilkan bau yang spesifik untuk menarik lawan jenisnya.
Sedang pada sebagian besar ular pada bagian ventralnya ditutup oleh squamae
bentuknya besar-besar dan tersusun transversal, tetapi pada beberapa jenis kadal

7
https://www.wikiwand.com/id/Reptil
8
Endarwin Wempy. 2006. Skripsi: Keanekaragaman Jenis Reptil Dan Biologi Cyrtodactylus Cf
Fumosusdi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung – Bengkulu. Bogor: Ipb. Hal: 23
9
Loc. Cit
10
A. Chaeri, dkk. 2008. Struktur Hewan. Artikel: http://repository.ut.ac.id/4298/1/BIOL4212-
M1.pdf. Hal: 1.33- 1.35
squamanya mengalami perkembangan khusus menjadi bentuk, seperti spina.
Endoskeleton dari sebagian reptilia mempunyai centra vertebrae yang
mempunyai tipeprocela. Sistem ototnya bila dibandingkan dengan kelompok
hewan amphibia, sistem otot pada reptilia lebih komplek. Tetapi yang khusus
pada kelompok hewan reptilia adalah mempunyai carapace,yaitu lapisan kulit
pada bagian dorsal dan lapisan plastron pada bagian ventral.
b. Pada sistem pencernaan makanan atau systema digestorium,umumnya pada
hewan reptilia tidak terjadi pencernaan makanan dalam mulut. Tetapi walaupun
tidak terjadi pencernaan dalam mulut pada hewan-hewan reptilia terrestrial,
khususnya pada ular mempunyai glandula supra orbitalis dan glandula infra
orbitalis yang aktif. Pada umumnya gigi-gigi pada reptilia bentuknya padat,
panjang dan runcing,melengkung kuat sehingga berbentuk,seperti alat
pencengkeram yang tajam. Pada ular mempunyai kelenjar racun yang
merupakan modifikasi dari kelenjarparotis atau glandula labialis superior.
Kelenjar ini mengeluar-kan sekret karena adanya kontraksi dari otot capito
mandibularis superficialis. Lidah atau lingua bentuknya pipih dan bercabang dua
yang melekat pada dasar cavumoris. Pada buaya khususnya yang hidup di air
bagian belakang dari lidah terdapat suatu lipatan transversal. Biasanya bagian ini
bila ditekanakan menutup sehingga bagian cavum oris terpisah dengan pharynx
sehingga hewan ini walaupun hidup di air paru-parunya tidak kemasukan air. Di
belakang pharynx terdapat oesophagus yang menghubungkan ke arah
ventriculus. Pada ventriculus ini terdiri atas bagian fundus bentuknya agak bulat
dan pylorus yang bentuknya kecil. Bagian ini berhubungan dengan bagian
intestinum tenueatau usus halus dan intestinum crasumatau usus besar yang
biasanya disebut rectum.Di antara kedua bagian intestinum tersebut terdapat
coicum yang sangat pendek dan rectum bermuara pada cloaca.
c. Pada system peredaran darah yang memegang peranan penting adalah cor
atau jantung yang terletak dibagian antero-ventral dari rongga dada. Jantung
reptilia dibagi menjadi dua bagian yaitu atrium dan satu bagian
ventriculus,kecuali pada kelompok crocodilia dan alligator, jantung terdiri dari
4 bagian. Sinus venosus pada sebagian besar reptilia telah bergabung dengan
atrium dextrum sehingga bagian tersebut merupakan bagian dari atrium
dextrum,kecuali pada bangsa kura-kura masih terlihat adanya sinusvenosus.
Darah dari vena masuk kedalam jantung melalui sinus venosus, atrium dextra,
ventriculum dextra,kemudian arteri pulmonalis dari paru-paru. Selanjutnya
darah kembali masuk ke bagian atrium sinestra, kemudian ke ventriculum
sinestra.
d. Pada system pernapasan, udara masuk melalui naresexterna, kemudian
masuk ke dalam nares interna. Pada hewan reptilian yang hidup di air
mempunyai alat yang disebut vellum, kemudian melalui glotis menuju ke larynx.
Larynx terbentuk dari tulang rawan yang biasanya dilengkapi dengan pita suara.
Selanjutnya organ tersebut berhubungan dengan trachea, pada trachea ini akan
bercabang menjadi dua buah bronchi yang masing-masing menuju ke paru-paru.
e. Systema urogenitalis pada reptilia dilengkapi oleh organ,seperti ren atau
ginjal yang mempunyai tipe metanephros. Pada kelompok crocodilia, ular dan
beberapa bangsa kadal tidak mempunyai vesica urin aria (kantong kemih).Tetapi
pada jenis kadal besar, yaitu Sphenodon dan Chelonia mempunyai satu buah
vesica urin aria yang berhubungan dengan cloaca dan berfungsi juga sebagai alat
pernapasan tambahan. Bangsa ular dan bangsa kadal mempunyai ovarium yang
sacculer bentuknya tidak simetris, tetapi pada kelompok kura-kura dan
crocodilian mempunyai ovarium yang bentuknya padat. Oviduct pada reptilian
langsung bermuara pada coelom melalui ostea, sedang pada sphenodon,kura-
kura dan crocodilia, bagian atas dari oviduct mempunyai kelenjar yang
menghasilkan albumen.

1) System Reproduksi Reptile


Sistem Genitalia Jantan
 Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan,berjumlah
sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular, salah
satu testis terletak lebih ke depan dari padayang lain. Testis akan membesar
saat musim kawin.
 Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran
reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolfdekat
testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk
duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferous testis dengan
epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada
kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki
kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek11.

Sistem Genitalia Betina


 Ovaium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagianpermukaannya
benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventralkolumna vertebralis.
 Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anteriorterbuka
ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posteriorbermuara di
kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anteriormenghasilkan albumin
yang berfungsi untuk membungkus sel telur,kecuali pada ular dan kadal.
Bagian posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur12.

2) Proses Perkawinan Reptile


Siklus Reproduksi

11
Purnamasari Risa, Dwi Rukma Santi. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya: Program Studi
Arsitektur Uin Sunan Ampel. Hal: 63- 64
12
Purnamasari Risa, Dwi Rukma Santi. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya: Program Studi
Arsitektur Uin Sunan Ampel. Hal: 64
Pada hewan vertebrata umumnya siklus reproduksi merupakan rantaian
proses yang dimulai dengan dewasa kelamin (pubertas) dimana terjadi pematangan
gamet berupa spermatogenesis pada jantan dan siklus estrus (fase follikular dan fase
luteal) pada betina, perkawinan yang bertujuan membuahi gamet betina (ovum)
oleh gamet jantan (spermatozoa), kebuntingan, melahirkan anakan dan
perkembangan anakan hingga dewasa kelamin. Dewasa kelamin pada ular sanca
pada umur antara 2-4 tahun dengan panjang tubuh pada jantan antara 2,1-2,7 meter
dan betina 3,4 meter (Mexico 2000). Ular sanca di penangkaran mencapai dewasa
kelamin dengan panjang tubuh antara 2,0-2,5 meter pada jantan dan 3,0 meter pada
betina. Namun, umur pubertas ular yang kurang asupan makanan dapat lebih
terlambat. Perilaku gelisah dan menolak makan merupakan gambaran ular betina
yang sedang berahi di penangkaran. Ular-ular yang tetap makan pada masa berahi,
persentase produksi anakan yang sehat akan lebih tinggi. Pola perilaku menjelang
masa kawin sangat penting diamati, sebagai peringatan dan langkah dalam
mempersiapkan perjodohan karena pada masa ini ular akan sangat agresif13.
Adapun fase perilaku kawin pada ular antara lain:
 Fase pengejaran. Pada fase ini jantan akan mengejar betina yang sudah siap
kawin. Betina akan berjalan pelan di depan jantan. Kemudian jantan akan
menjulurkan lidahnya ke seluruh tubuh betina dan bergerak erotis sangat
pelan dan menggunakan spursnya untuk merangsang sambil menaiki
betinanya. Jika usaha jantan ditolak, maka betina akan pergi meninggalkan
jantan;
 Fase pencarian ekor. Fase ini betina akan mengangkat ekornya, sehingga
ekor jantan akan bergerak mengelilingi ekor betina untuk mencari
kloakanya. Jantan juga menggunakan spursnya untuk membantu betina
mengangkat ekor ketika betina menolak untuk mengangkatnya;
 Fase penjajaran. Berikutnya jantan menyejajarkan ekornya dengan ekor
betina sehingga kloakanya bertemu. Sekali lagi, spurs pada jantan
digunakan untuk menyejajarkan ekor pasangan ini;

13
Matswapati Dwi. 2009. Skripsi: Biologi Reproduksi Ular Sanca Batik (Phyton Reticulatus).
Bogor: Ipb. Hal: 18-19
 Fase intromisi (gambar 1). Ketika betina sudah memberi tanda bahwa dia
menerima jantan, maka jantan akan memasukkan salah satu bagian
hemipenisnya ke dalam kloaka betina.

Gambar 1

Penggunaan spurs oleh jantan terlihat pada ketiga fase awal. Jantan akan
memasukan spurs pada kulit di antara sisik dan spurs akan bergetar 1-2 kali tiap
detiknya untuk merangsang betina (Murphy et al. 1978). Ular tidak memiliki suara
seperti katak yang memilki nyanyian dalam perilaku kawinnya, hanya beberapa
spesies yang memiliki desisan akan tetapi hanya digunakan sebagai peringatan
untuk predator dan mangsanya (Goin et al. 1911). Pada penangkaran, modifikasi
dari suhu lingkungan dan photoperiod (intensitas pencahayaan) menunjukkan
aktivitas perkawinan (Frye 1991a). Berarti, suhu lingkungan dan photoperiod dapat
menginduksi dari siklus reproduksi.
Ular sanca bunting selama 4,5 bulan. Selama masa kebuntingan, induk ular
akan mencari lokasi sarang yang cocok dan optimal untuk perkembangan telur-
telurnya. Setelah meletakkan telur-telurnya, induk ular sanca akan mengeraminya.
Induk ular yang telah bunting akan memilih lokasi dengan mikrohabitat yang
optimal bagi kebuntingan dan telur-telur yang dieraminya (Ross dan Marzec 1990).
Berbeda dengan keadaan di penangkaran, penangkar harus dapat memodifikasi
kandang agar mirip habitatnya sehingga ular tetap dapat nyaman untuk berkembang
biak.
Jumlah telur yang dapat dihasilkan induk ular sanca batik di penangkaran
dalam satu kali reproduksi antara 15-50 butir, ukurannya tergantung kapasitas induk
dan jumlah telur yang akan dihasilkan. Produksi telur pada saat ovulasi dipengaruhi
secara hormonal.
Semua induk ular sanca memberikan kehangatan / panas untuk telur-
telurnya dengan cara mengeraminya, walaupun masa mengerami tidak penuh waktu
hingga telur menetas. Mereka menghangatkan telur-telur dengan menaikkan suhu
eksternal sampai 5 0C dengan membuat gesekan dari kontraksi otot-otot perut.
Fenomena kenaikan suhu pengeraman oleh induk benar-benar terjadi dan telah
didemonstrasikan di laboratorium sebagai satwa ektothermik (Mehrtens 1987).
Suhu inkubasi telur antara 31–33 0C dan lama pengeraman antara 86–95 hari (Ross
dan Marzec 1990). Di penangkaran, suhu yang diatur pada 30 0C dengan
menggunakan inkubator dengan lama inkubasi 2,5 bulan. Beberapa spesies
meninggalkan sarang telurnya untuk minum dan istirahat sejenak. Kira-kira
seminggu sebelum telur-telur tersebut menetas, para induk meninggalkan sarang
telurnya. Ini menunjukan sifat soliter yang dimiliki ular secara umum. Akan tetapi,
proses mengerami telur diatas menunjukan kasih sayang yang diberikan induk
kepada calon generasi pelestari spesiesnya yang sangat besar yang sama dilakukan
dengan burung / unggas, bahkan untuk setingkat satwa primitif14.

Gambar Pengeraman telur oleh induk ular sanca batik

Suhu pengeraman pada reptil, termasuk ular, dapat mempengaruhi proses


pembentukan gonad atau penentuan jenis kelamin. Pengaruh ini dikontrol oleh
E2dalam perkembangan embrional ular (Ieau dan Dorizi 2004). Pada pengeraman
dengan inkubator (di penangkaran), diperlukan bahan-bahan pelengkap seperti;

14
Matswapati Dwi. 2009. Skripsi: Biologi Reproduksi Ular Sanca Batik (Phyton Reticulatus).
Bogor: Ipb. Hal:30- 31
vermiculite, sphagnum moss, tanah, kertas koran dan batu kerikil. Selain suhu,
kelembaban inkubasi juga merupakan faktor penting terhadap daya tahan telur. Jika
suhu dan kelembaban inkubasi telur tidak optimal akan berefek kematian pada telur
atau terjadi anomali anakan yang menetas (Ross dan Marzec 1990). Telur-telur
yang dihasilkan oleh induk akan dierami bersamaan, telur-telur tersebut akan saling
berdekatan. Dalam penangkaran tercatat bahwa telur yang terpisah dari
komunitasnya akan menjadi infertil. Dapat disimpulkan bahwa, ukuran dan jumlah
telur yang dapat dihasilkan oleh induk sanca batik tergantung kapasitas dari induk.
Sedangkan kemampuan daya tahan telur-telur, tergantung dari suhu dan
kelembaban inkubasi.
Ketika masa menetas tiba, induk telah pergi meningggalkan sarangnya dan
proses perobekan cangkang telur dilakukan sendiri oleh anakan-anakan yang akan
lahir. Anakan yang pertama menetas akan menstimulasi telur-telur untuk menetas.
Gambar anakan yang baru menetas dari telur disajikan pada Gambar

Anakan ular sanca yang baru menetas (Neonate) hasil penangkaran, terlihat vermiculite sebagai
alas dalam incubator

Anakan ular sanca yang baru menetas rentan untuk dapat bertahan hidup
jika proses pengeraman belum sempurna. Sebagai contoh, telur ular yang kurang
masa pengeramannya (antara 1 minggu), embrio yang tumbuh di dalamnya akan
kekurangan pigmentasi (Ross dan Marzec 1990)15.

15
Matswapati Dwi. 2009. Skripsi: Biologi Reproduksi Ular Sanca Batik (Phyton Reticulatus).
Bogor: Ipb. Hal: 36
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar tidak punah. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk
hidup sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami
dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses
reproduksi dapat berlangsung. Reproduksi merupakan salah satu kemampuan
hewan yang sangat penting. Tanpa kemampuan tersebut, suatu jenis hewan akan
punah. Oleh karena itu, perlu dihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan
mempertahankan jenis suatu hewan. Proses pembentukan individu baru inilah yang
disebut reproduksi (Urogenital).
Perkembangbiakan pada vertebrata dapat dibedakan diatas a) Ovipar (bertelur),
ialah hewan yang meletakkan telur di luar tubuhnya. Embrio berkembang di dalam
telur dan memperoleh sumber makanan dari cadangan makanan dalam telur.
Misalnya ikan, burung, amfibia, dan sebagian reptilia. b) Ovovivipar (bertelur-
beranak), ialah hewan yang menghasilkan telur, dan embrio berkembang dalam
telur. Pembeda dengan ovipar adalah kelompok hewan ovovivipar tidak
mengeluarkan telurnya dari dalam tubuh. Jadi embrio tetap tumbuh di dalam telur
tetapi tetap berada di dalam tubuh induk. Saat menetas dan keluar dari tubuh
induknya tampak seperti melahirkan. Misalnya, ikan Hiu, kadal, dan beberapa jenis
ular. c) Vivipar (beranak), ialah hewan yang melahirkan anaknya. Embrio
berkembang di dalam tubuh induknya dan mendapatkan makanan dari induknya
dengan perantaraan plasenta (ari-ari). Misalnya, manusia dan hewan menyusui
lainnya.

3.2 Saran
Pemakalah berharap akan ada pengembangan materi bagi pembaca setelah
membaca makalah kami. Menemukan informasi baru yang tidak ada di makalah
kami. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Djarijah Siregar. Pakan Ikan Alami.Yogyakarta: Kansius, 1996

A. Chaeri, dkk. 2008. Struktur Hewan. Artikel:


http://repository.ut.ac.id/4298/1/BIOL4212-M1.pdf.

Boolootian, R. A. (1979). ZOOLOGY: An Introduction to The Study of Animals.


New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Brotowijoyo, M. D. (1989). Zoolgy Dasar. Jakarta: Erlangga.

Endarwin Wempy. 2006. Skripsi: Keanekaragaman Jenis Reptil Dan Biologi


Cyrtodactylus Cf Fumosusdi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Lampung – Bengkulu. Bogor: Ipb.

Hatijah, dkk. 2010. Perbandingan Sistem Reproduksi Vertebrata (Makalah). Tidak


Diterbitkan.

Hasni.Pembenihan dan Pemasaran Pada Ikan. Jakarta Penebar Swadaya, 2008

Jasin, M. (1984). Sitematika Hewan Vertebrata dan Avertebrata. Surabaya: Sinar


Wijaya Surabaya.

Matswapati Dwi. 2009. Skripsi: Biologi Reproduksi Ular Sanca Batik (Phyton
Reticulatus). Bogor: Ipb

Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. Malang :Universitas Brawijaya

Purnamasari Risa, Dwi Rukma Santi. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya: Program
Studi Arsitektur Uin Sunan Ampel

Sukiya. (2005). Biologi Vertebrata. Malang: UM Press.

Suyanto. Biologi Perikanan. Yogyakarta :Yayasan Pustaka Nusantara. 2003

https://www.wikiwand.com/id/Reptil

Anda mungkin juga menyukai