Anda di halaman 1dari 13

TUGAS STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN

SISTEM REPRODUKSI BELALANG

DISUSUN OLEH

WENNY JOHANIS

22150022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

KUPANG

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Maha pengasih dan Maha Penyanyang, Karena telah
melimpahkan rahmatnya berupa kesehatan dan pengetahuan kepada saya sehingga makalah
ini yang berjudul “SISTEM REPRODUKSI SERANGGA” bisa dapat terselesaikan dengan
baik dan sesuai dengan waktu yang di tentukan. Adapun makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Fisiologi Hewan yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa. Selain dari
pada itu tugas ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang pentingnya memahami sistem
indera yang ada pada manusia. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan sebab semua kebenaran datangnya
hanya dari Tuhan yang Maha Esa sang pemberi kehidupan, Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak baik Pak dosen ataupun pembaca agar dalam penulisa makalah selanjutnya bisa lebih
baik lagi, karena dalam kehidupan, manusia berperan sebagai makhluk sosial yang artinya
manusia hidup bersama sama saling membutuhkan dan hidup berdasarkan moral, estetika,
etis dan dinamis yang sangat bergantung pada pendidikan.Selanjutnya saya mengucapkan
limbah terimakasih yang sebesar besarnya kepada Bapak Alan Charis Sabuna, S.Si.,MS
selaku dosen mata kuliah yang sudah membimbing saya dalam penulisan makalah dari awal
sampai akhir. Ucapan terimasakasih juga di sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan tugas ini. Harapan besar saya semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

LATAR BELAKANG...........................................................................................................4

RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................4

TUJUAN................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

PENGERTIAN SERANGGA................................................................................................5

ALAT REPRODUKSI SERANGGA....................................................................................6

PROSES REPRODUKSI SERANGGA................................................................................9

BAB III PENUTUP..................................................................................................................16

KESIMPULAN....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belalang adalah hewan yang termasuk dalam filum arthropoda, kelas insekta dan dalam
ordo Orthoptera. Serangga ini dikenal dengan ciri-ciri seperti tubuh yang ramping, kepala
yang cenderung vertikal, dan sayap yang kebanyakan tegak lurus ketika sedang istirahat.
Belalang dapat ditemukan di berbagai habitat, termasuk padang rumput, hutan, gurun, dan
daerah tropis ( Prakoso, 2022).

Belalang memainkan peran yang sangat penting dalam ekosistem. Secara umum,
mereka dapat berperan sebagai pemakan organisme mati atau bangkai, mengurai bahan
organik menjadi bentuk yang lebih sederhana. Sebagai pemangsa detritus, mereka membantu
menjaga keseimbangan hewani dan nabati dalam ekosistem. Selain itu, belalang juga dapat
menjadi pemakan organ tumbuhan hidup dan mati serta menjadi predator alami bagi berbagai
kelompok serangga lainnya, membantu mengendalikan populasi serangga hama. Di sisi lain,
belalang memberikan manfaat bagi manusia, terutama sebagai komoditas pangan yang kaya
protein dan lemak, mengandung asam amino esensial yang bermanfaat untuk tubuh. Tidak
hanya itu, belalang juga berperan sebagai polinator, membantu penyerbukan tumbuhan.
Meskipun beberapa spesies dapat menjadi hama di pertanian, secara keseluruhan, belalang
dan ordo Orthoptera lainnya sangat penting dalam menjaga kestabilan ekosistem hutan.
Dengan perannya yang beragam, belalang menjadi bagian integral dalam dinamika ekologi
dan keberlanjutan lingkungan (Rosyanda & Budijastuti, 2021).

Belalang termasuk ke dalam hewan avertebrata yaitu hewan tidak bertulang belakang
yang berkembangniak secara seksual. Belalang juga seperti kebanyakan serangga, melakukan
proses reproduksi seksual dengan individu jantan dan betina terpisah sehingga
memungkinkan terjadinya peleburan sel ganet jantan dan sel gamet betina atau proses
pembuahan ( Purba, 2021).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan sistem reproduksi pada belalang?


2. Apa saja alat reproduksi pada belalang?
3. Bagaimana proses reproduksi pada belalang ?
C. TUJUAN

1. Menetahui pengertian sistem reproduksi pada belalang


2. Mengetahui alat reproduks pada belalang
3. Mengetahui cara/ fisiologi reproduksi pada belalang

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SISTEM REPRODUKSI PADA BELALANG

Reproduksi pada belalang terjadi secara seksual, dengan individu jantan, individu
jantan dan betina terpisah. Proses reproduksi dimulai dengan kawin antara belalang jantan
dan betina. Belalang jantan biasanya menggunakan alat khusus, seperti alat serenading atau
gerakan tubuh tertentu, untuk menarik perhatian belalang betina. Setelah menarik perhatian
betina, belalang jantan dan betina berpartisipasi dalam kopulasi. Pada saat ini, sperma dari
belalang jantan ditransfer ke dalam tubuh belalang betina betina disebut spermateka
(spermatheca).

B. ALAT REPRODUKSI BRLALANG

a) Alat reproduksi belalang jantan


Alat kelamin jantan pada belalang terdiri atas beberapa bagian :

1) Testis

Testis umumnya terletak di bawah atau di atas usus dan di dekat garis tengah. tubuh.
Biasanya setiap testis terdiri dari sejumlah saluran atau folikel testis. Jumlah folikel bisa
sangat bervariasi pada beberapa serangga seperti terdapat satu folikel pada Coleoptera: 2
folikel pada kutu; dan terdapat lebih dari 100 pada belalang. Folikel yang tidak terpisah
sempurna terdapat pada Lepidoptera, serta testis dengan folikel tunggal yang tidak terbagi,
seperti pada Diptera. Testis juga dapat terdiri dari serangkaian lobus yang masing-masing
memiliki beberapa folikel.

Dinding folikel terdiri dari epitel tipis yang berada di atas membran basal dan epitel
tersebut terdiri dari 2 lapisan sel. Folikel diikat bersama oleh selubung peritoneum, dan
terkadang kedua testis terikat menjadi satu pada beberapa Hymenoptera dan Lepidoptera,
serta kedua testis dapat menyatu sepenuhnya membentuk satu struktur median pada beberapa
Lepidoptera.

2) Vas deferens

Dari setiap folikel testis terdapat vas efferens yang halus dan pendek, serta terhubung
dengan vas deferens. Vas deferens merupakan sebuah tabung dengan epitel pembatas yang
cukup tebal, membran basal dan lapisan otot melingkar di luarnya. Vas deferens yang menuju
ujung distal saluran ejakulasi umumnya melebar membentuk vesikula seminalis.
3) Saluran ejakulasi

Saluran ejakulasi pada jantan terletak di bagian belakang tubuh dan terhubung dengan
vesika seminalis. Vesika seminalis adalah kantung yang berisi cairan yang mengandung
nutrisi dan enzim yang diperlukan untuk memelihara sperma. Ketika serangga jantan
melakukan kopulasi, sperma akan dikeluarkan dari testis melalui saluran deferens dan masuk
ke dalam vesika seminalis. Setelah itu, sperma akan dikeluarkan dari vesika seminalis melalui
saluran ejakulasi dan menuju ke dalam tubuh serangga betina. Saluran ejakulasi pada
beberapa Orthoptera terdiri dari saluran atas dan bawah yang dihubungkan melalui corong.
Lumen bagian atas saluran merupakan celah vertikal yang dibatasi secara lateral oleh epitel
kolumnar. Lumen saluran bawah berbentuk lingkaran dan bermuara ke kantung ejakulasi dan
kantung spermatofor.

4) Kelenjar aksesori

Kelenjar aksesori bermuara ke vas deferens atau ujung distal saluran ejakulasi yang
berasal dari ectodermal (ektadenia) yang membuka ke dalam saluran ejakulasi, pada beberapa
serangga lain terdapat kelenjar aksesori yang berasal dari mesodermal (mesadenia). Jumlah
kelenjar aksesori cukup bervariasi, pada Apterygota dan beberapa Diptera tidak mempunyai
kelenjar tambahan, serta Orthoptera memiliki kelenjar aksesori dalam jumlah yang banyak.

b. Alat reproduksi belalang betina


Ada beberapa bagian alat reproduksi belalang betina :

1. Ovarium

Ovarium adalah organ reproduksi betina yang terdapat pada serangga. Ovarium adalah
tempat sel telur diproduksi. Terdapat dua tipe dasar ovarium pada serangga yaitu panoistik
dan meroistik. Pada ovarium panoistik, sel telur berkembang secara langsung dari oosit yang
berasal dari germarium. Pada ovarium meroistik, sel perawat atau trofosit memberikan
kandungan pada oosit yang sedang berkembang. Pada ovarium telotrofik, sel perawat tetap
berada di dalam germarium, sedangkan pada ovarium polytrofik, sel perawat tetap
berhubungan erat dengan oosit yang sedang berkembang yang tertutup di dalam folikel.

2. Vagina

Vagina adalah ruang genital pada betina serangga yang terletak di belakang saluran
telur. Vagina mungkin tidak dapat dibedakan secara struktur dari saluran telur median, tetapi
ujung anteriornya, dan posisi gonopore yang sebenarnya, ditandai dengan penyisipan
spermatheca. Seringkali vagina berkembang untuk membentuk kantong, bursa kopulatrix.
Pada Diptera vivipar, bagian anterior ruang membesar untuk membentuk rahim, tempat
perkembangan larva terjadi. Pada betina Lepidoptera ditrysian, vagina memiliki dua lubang
reproduksi, yaitu oviporus dan vulva, yang terhubung dengan saluran telur
oleh saluran sperma.

3. Kelenjar aksesori

Kelenjar aksesori adalah kelenjar yang terdapat pada sistem reproduksi belalang betina.
Kelenjar aksesori sering kali menghasilkan zat untuk melekatkan telur ke substratum selama
oviposisi dan oleh karena itu sering disebut kelenjar koleterial. Pada beberapa serangga,
kelenjar ini menghasilkan ootheca yang melindungi telur setelah oviposisi. Kelenjar aksesori
pada belalang menghasilkan bilik-bilik yang dihasilkan oleh sekresi kelenjar aksesori dan
setiap ruang berisi satu telur. Kelenjar aksesori pada serangga terdiri dari massa tubulus
bercabang yang dilapisi kutikula dan sel-sel kelenjar berbeda di berbagai bagian kelenjar.

4. Kelenjar spermathecal
Spermatheca adalah organ penyimpanan sperma pada belalang serangga. Spermatheca
berasal dari ektodermal dan dilapisi oleh kutikula. Biasanya terdiri dari kantong penyimpanan
dengan saluran berotot. Isi spermatheca diketahui mengandung beberapa protein dan
termasuk kompleks karbohidrat-protein. Fungsi dari sekresi ini mungkin menyediakan nutrisi
untuk sperma selama penyimpanan dan/atau mungkin berkaitan dengan aktivasi sperma,
ketika sel telur memasuki ruang genital, ia akan merangsang mekanoreseptor yang memicu
kontraksi otot- otot di sekitar spermatheca sehingga sperma diekspresikan ke dalam sel telur.

C. PROSES REPRODUKSI BELALANG

Proses reproduksi belalang diawali dengan pembentukan sel sperma dan sel telur, proses
perkawinan (kopulasi) sampai kepada proses pembuahan sel telur, sebagai berikut (Imran &
Alfaningsih, 2021).

1. Pembentukan sel sperma dan sel telur

a. Pembentukan sel sperma ( Spermatozoa).

Sperma diproduksi di dalam testis dengan dua komponen utama, kepala dan ekor pada
sperma yang sudah matang. Kepala sperma terdiri dari akrosom yang berisi materi genetik
esensial dalam inti. Ekor sperma terdiri dari aksoncem serta mitokondria yang menyediakan
energi untuk bergerak.

Proses pembentukan sperma dimulai dengan produksi kista sperma di folikel testis.
Setiap folikel terdapat germarium tempat sel germinal membelah untuk menghasilkan
spermatogonia. Spermatogonia yang berkembang kemudian menjadi tertutup dalam kista.
Biasanya, beberapa spermatogonia ada dalam satu kista, dan setidaknya ada dua sel yang
mengelilingi kista tersebut. Spermatogonia baru yang belum berkembang mendorong kista ini
ke arah bawah, sehingga terbentuk gradien perkembangan dari yang muda di bagian distal ke
yang lebih tua di bagian basal.

Gradien ini sering dipecah menjadi 3 area berbeda:

1. Zona 1 Zona pertumbuhan di mana spermatogonia primer, yang tertutup kista,


membelah dan bertambah besar untuk membentuk spermatosit.
2. Zona II - Zona pematangan dan reduksi dimana setiap spermatosit mengalami 2
pembelahan meiosis untuk menghasilkan spermatid.
3. Zona III Zona transformasi di mana spermatid berkembang menjadi spermatozoa,
suatu proses yang dikenal sebagai spermiogenesis.

b. Pembentukan sel telur (Oogenesis)

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur atau ovum pada serangga betina. Proses
ini terjadi di dalam ovarium dan melibatkan beberapa tahapan, yaitu:

`1. Tahap Oogonium (sel induk)

Oogonium mengalami pembelahan mitosis dan berkembang menjadi oosit primer.


Oosit primer merupakan sel yang akan menjadi dasar dari sel telur. Tahap ini penting karena
sel-sel telur yang dihasilkan oleh betina sepanjang hidupnya sudah ditentukan sejak ia
dilahirkan. Oosit primer akan mengalami sejumlah tahap pembelahan selama hidupnya.

2.Tahap pembelahan meiosis I dari oosit primer

Proses ini menghasilkan dua sel anak yang berbeda ukuran, yaitu oosit sekunder (sel
yang lebih besar dan akan menjadi sel telur matang) dan sel polar (sel yang lebih kecil dan
tidak berperan dalam pembuahan).

3. Tahap pembelahan melosis II dari oosit sekunder

Proses ini menghasilkan satu sel telur matang yang siap untuk dibuahi dan satu sel
polar tambahan. Sel telur matang memiliki nukleus yang mengandung kromosom lengkap
untuk pembentukan embrio setelah pembuahan.

4. Sel telur matang dilepaskan dari ovarium dan memasuki tuba falopi

Proses ini berperan dalam pembentukan embrio yang akan berkembang menjadi
individu baru. Proses oogenesis diatur oleh hormon estrogen dan progesterone, serta
dipengaruhi oleh factor umur, nutrisi, dan lingkungan.

2. Ovulasi
Ovulasi pada belalang adalah proses pelepasan sel telur dari ovarium ke dalam saluran
telur, di mana sel telur dapat disimpan sementara waktu sebelum dikeluarkan dari tubuh
melalui ovipositor. Proses ini melibatkan pelepasan sel telur dari epitel folikel dan
pemecahan sumbat epitel di pintu masuk ke pedikel.

3. Kopulasi ( perkawinan )

Tahap awal mencakup pengenalan antara jantan dan betina melalui berbagai indera
seperti penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Setelah pasangan yang sesuai ditemukan,
tahap kawin dimulai dengan perilaku seperti tarian atau pengejaran. Mekanisme kopulasi
menjadi fokus utama, di mana sperma dapat diangkut dalam spermatofor atau dikirim
langsung ke saluran reproduksi betina, yang kemudian bergerak menuju lokasi
yang diperlukan.

4. Pembuahan sel telur

Pembuahan sel telur pada belalang adalah proses penyatuan sel telur matang dengan
sperma yang disimpan dalam spermatheca. Proses ini terjadi di dalam ruang genital betina
dan dapat diikuti oleh oviposisi, yaitu pelepasan telur yang telah dibuahi melalui ovipositor.
Tahapan pembelahan sel telur pada serangga bervariasi tergantung pada spesiesnya. Secara
umum, setelah sel telur dibuahi oleh sperma, terjadi pembelahan zigot menjadi dua sel
(blastomer), yang kemudian membelah menjadi empat sel, delapan sel, dan seterusnya dalam
proses yang disebut sebagai pembelahan mitosis.

5. Oviposisi

Oviposisi pada serangga adalah proses pelepasan telur yang telah matang dari tubuh
serangga betina melalui ovipositor, yang terjadi setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan
bergerak melalui saluran telur.
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Belalang mengalami reproduksi seksual dengan kawin antara jantan dan betina,
melibatkan berbagai alat reproduksi yang berperan dalam pembentukan dan penyatuan sel
reproduksi. Proses ini mencakup tahapan pembentukan sel sperma dan sel telur, kopulasi,
pembuahan, dan akhirnya oviposisi.
DAFTAR PUSTAKA

Imran, A & Alfaningsih, F. 2021. Fisiologi Serangga. Fakultas Sains Dan Teknologi.
Universitas Alauddin. Makasar

Prakoso, N. 2022. Taksonomi Invertebrata. Fakultas Tabriyah dan Keguruan. Universitas


Islam Negeri Lampung

Purba, R. 2021. Meningkatkan hasil belajar sisiwa dengan menggunakan model picture and
picture pada mata pelajan IPA tema 6 subtema 1 daur hidup hewan di kelas IV SD
Negeri Rumah Kabanjahe Tahun Pelajaran 2021/2021. Fakultas keguruan dan Ilmu
pendidik. Universitas quality berastagi

Anda mungkin juga menyukai