Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ZOOLOGI INVERTEBRATA

TENTANG
MEMAHAMI SISTEMATIKA, MORFOLOGI DAN ANATOMI
PHYLUM NEMATODA

Oleh :
Kelompok : XIII
IRMA WILNA : 200104046

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah Filum Nematoda.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima
kasih.

ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................2
A. Pengertian Nematoda...............................................................................2
B. Morfologi Nematoda...............................................................................2
C. Fisiologi Nematoda.................................................................................3
D. Klasifikasi Nematoda...............................................................................4
BAB III PENUTUP........................................................................................7
A. Kesimpulan..............................................................................................7
B. Saran........................................................................................................7
DAFTARPUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sering melihat apa yang namanya hewan. Hewan merupakan sekelompok
organisme yang digolongkan dalam Kingdom Animalia yang merupakan mahluk
hidup di bumi ini. Hewan diklasifikasikan menjadi vertebrata dan avertebrata.
Vertebrata merupakan jenis hewan yang bertulang belakang seperti ikan, burung,
katak, buaya, lumba – lumba, dan lain sebagainya. Sedangkan avertebrata adalah
kebalikan dari vertebrata, yaitu hewan yang tidak bertulang belakang seperti
cacing, teripang, ubur – ubur, serangga, dan lain sebagainya.
Selain itu, hewan – hewan yang tak bertulang belakang atau hewan avertebrata
digolongkan dalam beberapa filum. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya
akan menyusun sebuah makalah tentang filum Nematoda yang merupakan salah
satu filum avertebrata.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Nematoda?
2. Apa saja morfologi dari filum Nematoda?
3. Apa saja klasifikasi dari filum Nematoda?
4. Bagaimana fisiologi dari filum nematode?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Nematoda
2. Untuk mengetahui morfologi dari filum Nematoda
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari filum Nematoda
4. Untuk mengetahui fisiologi dari filum Nematoda

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nematoda

Filum Nematoda dahulu dikenal dengan nama Aeschelminthes atau


Nemathelminthes, akan tetapi filum tersebut sudah usang dan sekarang
menggunakan istilah resmi Nematoda. Dalam Bahasa Indonesia, Nematoda
dikenal dengan sebutan cacing gilik, yang berarti kecil dan bulat panjang. Filum
ini sangat beraneka ragam dengan habitat yang beragam pula.

Saat ini sebanyak 25.000 spesies cacing gilik telah dikenali, dan diperkirakan
jumlah spesiesnya (termasuk yang belum dikenali) dapat mencapai 1.000.000
spesies. Filum ini beranggotakan banyak spesies cacing yang hidup sebagai
parasit pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Bahkan, manusia merupakan
inang dari sedikitnya 50 spesies cacing ini.

B. Morfologi Nematoda
Ciri-ciri utama Nematoda adalah bentuk tubuhnya yang gilik (bulat
memanjang) dan tidak bersegmen. Anggota filum Nematoda merupakan hewan
yang memiliki tiga lapisan embrionik (triploblastik), namun belum memiliki
selom sejati. Selom pada cacing ini merupakan selom semu
atau pseudoselom sehingga Cacing gilik adalah hewan triploblastik
pseudoselomata. Tubuhnya berbentuk simetris bilateral, sehingga merupakan
kelompok Bilateria.

Pada perkembangan embrionya, mulut pada embrio cacing gilik terbentuk


terlebih dahulu daripada anus, sehingga hewan ini termasuk dalam
kelompok Protostomia. Nematoda juga merupakan kelompok hewan yang
melepaskan lapisan kulit eksternal keras seiring dengan pertumbuhan mereka,
lapisan ini disebut kutikula. Kelompok yang menggugurkan kutikula ini disebut
dengan Ecdysozoa.

2
Cacing gilik termasuk ke dalam kelompok Ecdysozoa. Nama ini berasal dari
kata ecdysis yang berarti molting atau yang biasa kita kenal dengan berganti kulit.
Tubuh Nematoda terbungkus dengan lapisan kutikula tebal yang fleksibel; lapisan
ini akan “rontok” dan berganti dengan lapisan baru secara periodik. Nematoda
parasit setidaknya berganti kulit empat kali selama hidupnya.
C. Fisiologi Nematoda
1. Sistem Saraf
Saraf Nematoda berada di sepanjang tubuhnya pada permukaan dorsal,
ventral, dan lateral. Tali saraf ini berada di bawah kutikula dan di antara sel-sel
otot. Saraf dorsal bertanggung jawab mengatur motorik, saraf lateral mengatur
sensorik, kemudian saraf ventral yang memiliki ukuran paling besar
mengkombinasikan kedua fungsi tersebut. Sistem saraf adalah tempat satu-
satunya pada tubuh Cacing gilik yang memiliki silia. Silia-silia tersebut semuanya
non-motil dan memiliki fungsi sensorik. Pada ujung anterior, saraf-saraf tersebut
bercabang-cabang dan membentuk saraf padat berbentuk cincin yang mengelilingi
faring. Cincin saraf inilah yang memiliki fungsi sebagai otak.
2. Sistem Respirasi dan Ekskresi
Cacing gilik tidak memiliki organ respirasi khusus, pertukaran oksigen dan
karbondioksida pada hewan ini terjadi melalui kutikula. Sisa nitrogen juga
diekskresikan dalam bentuk amonia melalui dinding tubuhnya tanpa
menggunakan organ yang spesifik. Namun, struktur yang mengekskresikan garam
dan menjaga regulasi osmosis biasanya lebih kompleks. Dalam hal ini (pada
kebanyakan anggota filum Nematoda), terdapat saluran ekskresi yang terhubung
pada pori-pori.
3. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan Nematoda sudah berkembang dengan baik dan mereka
memiliki sumber makanan yang berbeda-beda. Pada spesies karnivora, cacing ini
dapat memiliki alat pencabik yang bernama stylet. Stylet ini digunakan untuk
menusuk mangsanya. Pada spesies yang lain, stylet dapat berongga dan digunakan
untuk menghisap cairan dari tanaman dan hewan. Makanan kemudian masuk ke
dalam mulut akibat daya hisap yang dihasilkan oleh kontraksi otot faring, lalu

3
masuk menuju usus. Hewan ini tidak memiliki lambung, sehingga makanan
langsung menuju usus untuk dihancurkan dan diserap nutrisinya. Sisa pencernaan
kemudian dibuang melalui anus.
4. Sistem Transportasi
Pada Cacing gilik, organ-organ internal (termasuk organ reproduksi), berada
dalam pseudoselom. Nutrisi diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan dalam
pseudoselom. Dengan kata lain, cacing gilik tidak memiliki sistem transportasi
(atau sirkulasi).
5. Sistem Reproduksi

Sebagian besar spesies pada filum Nematoda memiliki kelamin terpisah


sehingga dapat dibedakan antara individu jantan dan individu betina
(disebut gonokoris). Individu jantan dan betina memiliki bentuk yang berbeda,
biasanya cacing gilik jantan berukuran lebih kecil dari yang betina. Kemudian
ekor dari individu jantan berbentuk seperti kait, sedangkan yang betina lurus.
Reproduksi biasanya terjadi secara seksual, namun ada juga spesies hermaprodit
yang membuahi sendiri. Pada cacing gilik yang hidup bebas, telur menetas
menjadi larva yang memiliki penampakan yang sama dengan individu dewasa.
Tapi pada cacing gilik parasit, siklus hidupnya biasanya jauh lebih rumit
(melibatkan pertukaran inang satu dengan yang lain). Individu dewasa pada
beberapa spesies terdiri dari sel-sel yang jumlahnya tetap. Jumlah sel ini sama
antara satu individu dengan individu lain pada spesies yang sama. Fenomena ini
disebut dengan eutely. Oleh karena itu, Nematoda merupakan subjek penelitian
yang penting bagi studi genetik.

D. Klasifikasi Filum Nematoda

Klasifikasi filum Nematoda masih mengalami perdebatan dan masih terus


diteliti. Perdebatan hubungan filogenetik dan sistematik dari filum ini terjadi
karena pengetahuan yang minim dari banyak jenis anggota filum Nematoda.
Secara tradisional (1998) Nematoda terbagi menjadi dua kelas:

1. Kelas Adenophorea

4
2. Kelas Secernentea

Akan tetapi penelitian tahun 2002, menyatakan setidaknya ada empat kelas,
yaitu:

1. Kelas Chromadorea
2. Kelas Enoplea
3. Kelas Secernentea
4. Kelas Dorylaimea

Secernentea adalah kelas utama dari Nematoda.

Berikut ini adalah anggota filum Nematoda yang dapat menginfeksi manusia:

Ascaris lumbricoides

Necator Americanus

5
Wuchereria bancrofti

Brugia malayi

Berdasarkan temuan para ahli anggota filum nematoda sebagian besar merugikan
manusia karena bersifat parasit, baik di dalam tubuh manusia maupun mahkluk
hidup lainnya (tumbuhan). Beberapa Contoh anggota nematoda yang parasit pada
manusia :

o Ascaris lumbricoides/ cacing perut

o Ancylostoma duodenale ( cacing tambang di Asia/Afrika )

o Necator americanus ( cacing tambang Amerika )

o Oxyuris vermicularis ( cacing kremi )

o Filaria branchofti ( cacing filarial ), penyebab kaki gajah / elephantiasis

o Trichinella spiralis ( cacing otot )

Contoh anggota yang parasit pada tanaman :

o Heterodera radicicola

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filum Nematoda dahulu dikenal dengan nama Aeschelminthes atau
Nemathelminthes, akan tetapi filum tersebut sudah usang dan sekarang
menggunakan istilah resmi Nematoda. Ciri-ciri utama Nematoda adalah bentuk
tubuhnya yang gilik (bulat memanjang) dan tidak bersegmen. Anggota filum
Nematoda merupakan hewan yang memiliki tiga lapisan embrionik (triploblastik).
Tubuhnya berbentuk simetris bilateral, sehingga merupakan kelompok Bilateria.
Saraf Nematoda berada di sepanjang tubuhnya pada permukaan dorsal,
ventral, dan lateral. Cacing gilik tidak memiliki organ respirasi khusus, pertukaran
oksigen dan karbondioksida pada hewan ini terjadi melalui kutikula. Sistem
pencernaan Nematoda sudah berkembang dengan baik dan mereka memiliki
sumber makanan yang berbeda-beda. Pada Cacing gilik, organ-organ internal
(termasuk organ reproduksi), berada dalam pseudoselom. Nutrisi diedarkan ke
seluruh tubuh melalui cairan dalam pseudoselom. Sebagian besar spesies pada
filum Nematoda memiliki kelamin terpisah sehingga dapat dibedakan antara
individu jantan dan individu betina (disebut gonokoris). Reproduksi biasanya
terjadi secara seksual, namun ada juga spesies hermaprodit yang membuahi
sendiri.
Nematoda terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas adenophorea dan kelas
secernentea. Akan tetapi penelitian tahun 2002, menyatakan setidaknya ada empat
kelas, yaitu kelas Chromadorea, kelas Enoplea, kelas Secernentea, dan kelas
Dorylaimea.
B. Saran
Sesungguhnya makalah kami ini pastilah tidak luput dari kesalahan. Oleh
karenanya kami sungguh sangat mengharapkan kritik dan saran dari segala pihak
yang dapat lebih membangun kami lagi. Terimakasih

7
DAFTAR PUSTAKA

Brown, 1997. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta : PT Gramedia, Edisi ketiga

Dachlan, Y, 2004. Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran, Surabaya :

Airlangga University Press Endang I. dr. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi.

Bandung.

Citra Aditya Bakti Gandahusa, Sriasi, 1998. Parasitologi Kedokteran. Jakarta :

Balai Pustaka Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Garcia, L, 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Margono S. S. Dr. Prof. 2003. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Balai Pustaka

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi ketiga

Rasyaf M. 1994. Manajemen Peternakan Ayam Kampung. Yogyakarta:

Kanisius Soedarto, 1995. Helmintologi Kedokteran. Jakarta : EGC, Cetakan 1

Anda mungkin juga menyukai