Anda di halaman 1dari 8

VERMES DAN MOLLUSCA

Oleh :
Nama : Siti Koidah
NIM : B1A017164
Rombongan : II
Kelompok :6
Asisten : Maria Bramastri Susilo

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Invertebrata adalah semua kelompok hewan yang tidak memiliki tulang belakang
atau avertebrata. Hewan invertebrata terbagi atas invertebrata yang yang tersusun oleh
satu sel (uniseluler) dan invertebrata yang tersusun oleh banyak sel (multiseluler).
Invertebrata satu sel (uniseluler) dimana sel itu sendirilah yang mengatur seluruh
aktivitas kehidupanya. Sedangkan, invertebrata banyak sel (multiseluler/metazoa)
aktivitasnya sudah semakin kompleks disebabkan karena sel-selnya telah mengalami
deferensiasi dan spesialisasi membentuk jaringan dan organ tubuh dengan fungsi
tertentu. Hewan invertebrata dibagi menjadi beberapa Phylum, yaitu Protozoa,
Porifera, Coelenterata, Platyhelmintes, Nemathelmintes, Annelida, Mollusca,
Arthropoda, dan Echinordemata. Dalam pembagian kelompok hewan invertebrata,
khususnya Phylum yang tergolong anggota cacing (Vermes) terbagi atas tiga Phylum,
yaitu Phylum Platyhelmithes, Nemathelminthes, dan Annelida (Pechenik, 2000).

Kelompok hewan diploblastik adalah kelompok hewan yang dalam


perkembangan embrionya memiliki 2 (dua) lapis sel yakni lapisan endoderma dan
lapisan ekstoderma. Sedangkan kelompok hewan yang dalam tingkat perkembangan
embrio gennya memiliki 3 (tiga) lapis yaitu lapisan ekstoderma, mesoderma, dan
endoderm dapat disebut hewan triploblastik. Beberapa Phylum dalam kelompok hewan
invertebrata tidak memiliki rongga tubuh, maka disebut dengan hewan aselomata.
Struktur tubuh dan sistem-sistem pada hewan invertebrata berbeda-beda tergantung
pada tingkatan dari kelompok hewan tersebut, semakin tinggi tingkatannya maka
semakin kompleks pula struktur dan sistem tubuhnya (Kimball, 1999).

Mollusca adalah kelompok hewan bertubuh lunak serta tidak memiliki ruas.
Mollusca termasuk kedalam kelompok hewan triploblastik, bilateral simetri,
umummnya memiliki penutup tubuh berupa kalsium karbonat yang dapat menghasilkan
bahan cangkok yang berfungsi sebagai rumah (rangka luar), contoh hewan yang
memiliki cangkang terbuat dari zat kapur misalnya kerang, tiram, siput dan bekicot.
Namun, ada pula Mollusca yang tidak memiliki cangkok atau rumah (rangka luar) yang
terbuat dari zat kapur seperti cumi-cumi, sotong dan gurita. Diperkirakan terdapat 75
ribu jenis Mollusca hingga saat ini, serta 35 ribu jenis ditemukan dalam bentuk fosil.
Habitat hidup Mollusca yaitu pada daerah air asin (laut), air tawar, payau dan beberapa
didarat (Campbell, 2000).
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah :


1. Praktikan mengenal beberapa anggota Phylum Platyhelminthes, Annelida dan
Mollusca.
2. Praktikan mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi
anggota Phylum Platyhelminthes, Annelida dan Mollusca.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pembagian kelompok hewan invertebrata, Phylum yang tergolong


anggota cacing (Vermes) terbagi atas tiga Phylum, yaitu Phylum Platyhelminthes,
Nemathelminthes, dan Annelida. Masing-masing dari ke 3 (tiga) Phylum tersebut
memiliki kriteria khusus pada anggota Phylumnya.
1. Phylum Platyhelminthes
Platyhelminthes (bahasa Yunani, platy = pipih dan helminthes = cacing) (Jasin,
1989). Phylum Platyhelmintes merupakan Phylum yang paling primitif karena anggota
dari phylum Platyhelmintes dapat dengan jelas menggambarkan perubahan-perubahan
dari bentuk nenek moyang planalad dengan bentuk biradial menjadi bentuk bilateral
yang bersifat lebih kompleks ( Sugiarti & Suwignyo, 2005). Platyhelminthes disebut
cacing pipih yang mempunyai tubuh lunak berbentuk pipih seperti pita atau daun.
Beberapa karakter khusus pada Phylum Platyhelminthes yaitu tubuh pipih dan bilateral
simetris, embrio memiliki tiga lapisan lembaga (belum memiliki selom), epidermis
bersifat lunak bersilia atau tertutup lapisan lilin (kutikula), tidak memiliki rongga tubuh
sehingga belum memiliki sistem pencernaan yang sempurna, hanya memiliki mulut
tanpa anus serta alat sekresi yang berupa sel-sel api. Pada Platyhelmintes sudah ada
organ sederhana disebut pharynx yang bersifat muscular ,ocelli, serta alat-alat yang
lebih kompleks seperti organ genitalia dan organ ekskretoria. Namun, sistem
gastrovaskular hanya terdapat satu muara keluar yang berfungsi sebagai mulut maupun
anus (Radiopoetra,1986).
Proses reproduksi terjadi secara internal serta bersifat hermaprodit. Phylum
Platyhelminthes telah memiliki sistem saraf yang terdiri atas sepasang ganglion anterior
yang dihubungkan oleh 1-3 pasang tali saraf memanjang (Prawirohartono, 2005).
Memiliki habitat di air tawar serta di tempat lembab. Anggota Platyhelminthes terbagi
atas 9.000 spesies dan banyak yang hidup sebagai parasit, dibagi dalam 3 kelas yaitu
Kelas Turbelaria, Kelas Trematoda dan Kelas Cestoda (Kimball, 1999).
2. Phylum Nemathelminthes
Phylum Nemathelminthes (nematos = benang dan helminthes = cacing)
sehingga sering disebut cacing gilig. Phylum Nemathelminthes memiliki karakter khas
berupa tubuh tidak beruas-ruas, bentuk tubuh silinder memanjang, dengan ukuran tubuh
mikroskopis, dan sebagian makroskopis. Tubuh bagian luar ditutupi selapis kutikula.
Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup pada inang dari pada cacing yang
hidup bebas. Phylum Nemathelminthes terbagi menjadi dua kelas, yaitu Kelas
Nematoda dan Kelas Nematomorpha. Kelas Nematoda dapat hidup di mana saja seperti
di air tawar, air asin juga dalam tanah. Sebagian nematoda hidup sebagai parasit dengan
cara hidup di dalam tubuh hewan dan tumbuhan lain (Jasin, 1989).
3. Phylum Annelida
Phylum Annelida (bahasa latin, Annelus = cincin kecil-kecil dan Oidos =
bentuk) karena bentuk Phylum Annelida menyerupai sejumlah besar cincin kecil yang di
untai (Jasin, 1989). Phylum Annelida memiliki ciri khas yaitu bentuk simetri bilateral,
tubuh terbagi atas ruas-ruas yang sama panjang antara sumbu anterior yang disebut
prostomium dan posteriornya disebut pigidium yang terdapat anus. Bagian ruas tubuh
yang sama disebut dengan istilah metamere, somite atau segment. Phylum Annelida
dapat ditemukan di laut, air payau, air tawar dan beberapa di darat. (Sugiarti &
Suwignyo, 2005).
Phylum Annelida adalah kelompok cacing yang berbeda dengan cacing lainnya,
perbedaan ini terletak pada rongga tubuh yang terdapat sekat disebut septum yang
membagi rongga tubuh atas ruas-ruas, dan sistem nervosum yang terdiri atas sepasang
ganglia cerebrales pada tiap segmen, pada ujung dorsal otak berhubungan dengan
berkas saraf medio-ventral yang memanjang sepanjang tubuh, terdapat juga sel-sel
tangoreceptor dan photoreceptor. Tubuh dilapisi oleh kutikula yang licin yang terletak di
atas epitelium yang bersifat glanduler, respirasi dengan menggunakan kulit atau
branchia, pada tiap segmennya juga terdapat sepasang nephridia yang berfungsi sebagai
organ eksresi. Beberapa spesies Phylum Annelida bereproduksi dengan cara membentuk
tunas dan sebagian besar bersifat hermaprodit. Phylum Annelida terbagi atas tiga kelas
yang dibedakan berdasarkan jumlah seta yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea
dan telah ditemukan 8.900 spesies yang (Kimball, 1999).
Phylum Mollusca (bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan bertubuh
lunak. Beberapa kelompok, tubuh lunaknya dilindungi oleh cangkang dan sebagian lagi
tidak bercangkang. Phylum Mollusca tergolong triploblastik selomata dengan ukuran
dan bentuk tubuh yang sangat bervariasi. Misalnya bentuk bulat telur dengan panjang
beberapa milimetir yaitu siput dan cumi-cumi raksasa yang memiliki bentuk torpedo
bersayap dengan panjang lebih dari 18 m. Phylum Mollusca hidup secara heterotrof
dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme. Memiliki tempat
hidup di air tawar, di laut dan didarat serta beberapa ada yang hidup sebagai parasite.
Phylum Mollusca memiliki ciri umum tubuhnya simetris bilateral, tidak bersegmen,
kecuali pada kelompok Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ
reseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh Phylum
Mollusca terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk begerak.
Sedangkan, dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadi sepasang lipatan membentuk
mantel atau pallium yang berfungsi mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga
mantel yang di dalamnya berisi insang (Amin, 1994).
Phylum Mollusca adalah kelompok hewan invertebrata bertubuh lunak yang
dibagi dalam enam kelas yaitu: 1) Aplacophora, 2) Polyplacopora, 3) Bivalvia (kerang),
4) Scapoda, 5) Cephalopoda (cumi-cumi), 6) Gastropoda (keong dan siput) (Safrida,
2014). Sedangkan menurut Tantikamton, et al (2015) Mollusca dibagi menjadi 2 (dua)
Kelas yaitu Bivalvia dan Gastropoda. Phylum Mollusca (Bivalvia dan Gastropoda) dan
Polychaeta merupakan kelompok organisme yang menjadi ciri khas dari komunitas
bentik estuaria, hal ini karena ketiga kelompok tersebut memiliki kemampuan adaptasi
sangat baik terhadap perairan estuaria yang fluktuatif. Kelas Bivalve dan Gastropoda
umumnya memiliki cangkang keras yang memungkinkan untuk bertahan hidup
dibandingkan Crustacea. Sedangkan pada Kelas Bivalvia memiliki kulit yang keras
(cangkang berupa kapur) yang berfungsi sebagai pembatas dalam beradaptasi terhadap
kekeringan (suhu tinggi) dengan cara menutup cangkangnya. Kelas Bivalvia memiliki
sebaran yang luas, bahkan pada lingkungan yang ekstrem karena daya adaptasi yang
tinggi terhadap faktor fisik (substrat, suhu dan salinitas) (Ulfah, et al., 2012).
Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda dibedakan berdasarkan tipe kaki, posisi kaki,
dan tipe cangkang yaitu pada Gastropoda (bahasa latin, gaster =perut, podos=kaki)
adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai kakinya dalam hal bergerak.
Contoh spesies dari Kelas Gastropoda yaitu siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula
javanica), dan bekicot (Achatia fulica) yang memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih
pada bagian ventral tubuhnya. Pada Gastropoda darat terdapat sepasang tentakel
panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang serta memiliki
tentakel pendek yang juga terdapat mata, hanya saja mata pada tentakel pendek ini
berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang,
sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel (Brotowidjojo,
1989).
Phylum Mollusca memiliki berbagai manfaat bagi manusia, seperti dapat
dimanfaatkan sebagai sumber makanan berprotein tinggi, misalnya tiram batu Aemaeba
sp., kerang Anadara sp., kerang hijau Mytilus viridis, Tridacna sp., sotong Sepia sp.
cumi-cumi (Loligo sp), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatina fulica).
Perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pinctada margaritifera) (Jasin, 1992).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah bak preparat, pinset,
kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet (gloves),
masker dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah beberapa spesimen
hewan Platyhelminthes, Nematelminthes, Annelida dan Mollusca.

B. Metode

Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Karakter spesimen berdasarkan ciri-ciri diamati, digambar dan dideskripsikan.
2. Spesimen diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter spesimen yang diamati.
4. Laporan sementara dibuat dari hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Amin, M. 1994. Biologi II. Klaten: Intan Pariwara.


Brotowidjojo, M. D. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
|
Campbell, N. A. 2000. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Avertebrata). Surabaya: Sinar
Wijaya.
Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Kimball, J. W. 1999. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.


Pechenik, J. 2000. Biology of The Invertebrates Four Edition. Mc Graw Hill:
Cambridge University Press.
Radiopoetra. 1986. Zoologi Invertebrata. Jakarta: Erlangga
Safrida. 2014. Pengenalan Struktur Morfologi Dan Anatomi Keong Tutut (Bellamya
Javanica V.D Bush 1844) Sebagai Penunjang Praktikum Materi Invertebrata
Sma Kurikulum 2013. Prosiding Seminar Nasional Basic Science VI. Ambon:
Universitas Pattimura.
Sugiarti & Suwignyo. 2005. Avertebrata Air I. Bogor: Penebar Swadaya.
Tantikamton, K., Nathawut, T., Suwit, J. & Murray, P. 2015. Species Diversity and
Ecological Characteristics of Benthic Macroinvertebrates in the Intertidal Zone
of Satun Province, Thailand and the First Record of Petersenaspis sp. IJAAEE.
2(1), pp. 23-27.
Ulfah, Y., Widianingsih., & Muhammad, Z. 2012. Struktur Komunitas
Makrozoobenthos di Perairan Wilayah Morosari Desa Bedono Kecamatan
Sayung Demak. Journal of Marine Research. 1(2), pp. 188-196.

Anda mungkin juga menyukai