Anda di halaman 1dari 7

VERMES DAN MOLLUSCA

Oleh :
Nama : Rahma Adilah
NIM : B1A015074
Rombongan :V
Kelompok :5
Asisten : Elly Wulandari

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang


bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang
tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan bentuk
Mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter
dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang
panjangnya lebih dari 18 m seperti cumi-cumi raksasa. Mollusca hidup secara heterotrof
dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air
tawar, di laut dan didarat. Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasit (Suwignyo,
2005).
Anggota filum Mollusca antara lain remis, tiram, cumi-cumi, octopus, dan siput.
Ciri umum yang dimiliki Mollusca adalah tubuhnya bersimetris bilateral, tidak
bersegmen, kecuali Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor
kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot
yang secara umum digunakan untuk begerak, dinding tubuh sebelah dorsal meluas
menjadi satu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium. Fungsi mantel
adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi
insang (Hala, 2007).
Vermes (cacing) terbagi atas tiga kelompok phylum, yakni: Platyhelminthes,
Nemathelmnthes dan Annelida. Phylum Nematelmnthes merupakan hewan dalam
bentuk silinder yang memanjang. Hewan-hewan yang tergolong dalam phylum ini
mempunyai sifat yang berkembang lebih maju secara evolusi bila dibandingkan dengan
cacing pipih. Phylum Platyhelminthes ini terbagi atas 9.000 spesies. Pemberian nama
pada organisme ini adalah sangat tepat sesuai dengan jumlah kelompok besar hewan ini
pada umumnya hampir menyerupai pita. Hewan ini berbentuk simetris bilateral dengan
sisi kiri dan kanan, permukaan dorsal dan ventral, dan juga posterior dan anterior.
Phylum Annelida merupakan cacing dari phylum bersegmen, artinya tubuhnya terdiri
atas satuan berulang-ulang. Tubuhnya membentuk simetri bilateral. Phylum hewan ini
telah ditemukan 8.900 spesies serta terbagi atas tiga kelas (Kimball, 1999).

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara Porifera dan Cnidaria adalah sebagai berikut:


1. Mengenal berberapa anggota Phylum Platyhelminthes, Annelida dan Moluska.
2. Mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota
Phylum Platyhelminthes, Annelida, dan Moluska.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Platyhelminthes adalah hewan yang memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu
ekstoderm, mesoderm, dan endoderm. Tubuh Platyhelminthes simetris bilateral dengan
bentuk pipih. Diantara hewan simetris bilateral, Platyhelminthes memiliki tubuh yang
paling sederhana (Jutje, 2006). Platyhelminthes (cacing pipih) terdiri dari beragam
kelompok acoelomate dan organisme triploblastik. metazoa ini terdiri dari empat besar
kelas monofiletik yaitu Cestoda (endoparasit cacing pita), Monogenea (bentuk
ektoparasit) dan Trematoda (endoparasitic flukes) serta paraphyletic 'Turbellaria'
(spesies yang hidup bebas) (Geyer et al., 2013).
Filum Platyhelminthes memiliki tanda-tanda karakteristik, yaitu :
1. Simetris bilateral, dinding badan terdiri atas 3 (tiga) lapisan, yaitu: ektoderma,
mesoderma, dan entoderma, tubuh tidak bersegmen, pipih.
2. Epidermis lunak dan bercilia atau tertutup oleh cuticula dan dengan alat pengisap
atau kait untuk melekatkan diri pada hospes.
3. Alat pencernaan masih merupakan systema gastrovasculare.
4. Mempunyai jaringan otot; rongga-rongga di antara alat-alat dalam terisi oleh massa
jaringan mesodermal, tidak mempunyai rongga badan (acelom).
5. Tidak mempunyai skeleton, systema cardiovasculare, dan alat respirasi.
6. Organa excretoria terdiri atas sel-sel berbulu getar (solenocyt) atau protonephridia
yang berhubungan dengan saluran-saluran ekskresi.
7. Susunan saraf terdiri atas 2 (dua) ganglia atau cincin saraf yang terletak di ujung
anterior (di daerah kepala) dan 1 sampai 3 pasang berkas-berkas transversal.
8. Bersifat hermaphrodit, fertilisasi internal, telur-telur mikroskopis, berkembang
secara langsung maupun dengan satu stadium larva atau lebih, reproduksi monogoni
terdapat pada beberapa bentuk (Levine, 1995).
Platyhelminthes dibagi ke dalam empat kelas : Tubellaria (cacing yang sebagian
besar adalah cacing pipih yang hidup bebas), Monogenea, Trematoda (atau fluke), dan
Cestoidea (cacing pita). Cacing pipih parasit (terutama monogenea, trematoda, dan
cacing pita) terkenal karena penyakit yang disebabkan oleh beberapa spesies yang
tergolong cacing pipih, dan banyak cacing pipih memainkan peranan penting dalam
struktur dan fungsi ekosistem (Campbell, 2003).
Tubellaria (cacing getar) memiliki ciri-ciri umum, yaitu : pada permukaan tubuh
turbellaria banyak terdapat bulu getar, habitatnya bebas di air tawar. Saluran pencernaan
terdiri dari muulut, faring, dan usus. Sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan
melalui mulut. Turbellaria memiliki alat yang perka terhadap rangsang cahaya, yaitu
sepasang bintik mata berwarna merah. Reproduksi secara seksual terjadi melalui
perkawinan silang dan terjadi pada siang pendek dan udara dingin. Reproduksi secara
aseksual terjadi melalui regenerasi dan terjadi pada siang panjang dan udara panas.
Contoh Turbellaria adalah Planaria. Cacing ini hidup di air yang jernih, dibalik batu,
atau pada tumbuhan air. Planaria sangat peka terhadap pencemaran sehingga dapat
digunakan sebagai penunjuk (indikator) adanya pencemaran. Planaria memiliki daya
regenerasi yang tinggi (Dwisang, 2008).
Monogenea dan Trematoda (sering disebut fluke) hidup sebagai parasit di dalam
atau pada hewan lain. Banyak di antaranya memiliki penghisap untuk menempelkan diri
ke organ internal atau permukaan luar inangnya, dan semacam kulit keras yang
membantu melindungi parasit itu sendiri. Organ reproduksi mengisi hampir keseluruhan
bagian interior cacing ini. Sebagai suatu kelompok, cacing trematoda memparasiti
banyak sekali jenis inang, dan sebagian besar spesies memiliki siklus hidup yang
kompleks dengan adanya pergiliran tahap seksual dan aseksual. Banyak trematoda
memerlukan suatu inang perantara atau intermedia tempat larva akan berkembang
sebelum menginfeksi inang terakhirnya (umumnya vertebrata), tempat cacing dewasa
hidup. Sebagai contoh, trematoda yang memparasiti manusia menghabiskan sebagian
dari sejarah hidupnya di dalam bekicot. Sebagian besar dari monogenea adalah parasit
eksternal pada ikan. Siklus hidupnya relatif sederhana, dengan larva bersilia dan
berenang bebas yang memulai suatu infeksi pada inang. Meskipun monogenea secara
tradicional telah disejajarkan dengan trematoda, beberapa bukti-bukti struktural dan
kimiawi menyarankan bahwa mereka lebih dekat hubungannya dengan cacing pita
(Campbell, 2003).
Cacing pita (Cestoda) adalah kelas keempat dari cacing pipih (Platyhelminthes).
Tubuh Cestoidea pada kepala anterior (scolex) terdapat tambatan kait atau mirip kait
sebagai perangkat untuk mencengkeram (menghisap) di anterior dari intestina di
skoletks (kepala), di mana cacing melewati sebagian besar kehidupan dewasanya. Di
belakang kepalanya terdapat segmen yang dikenal sebagai proglottids. Setiap proglottid
berisi (memiliki) struktur reproduksi (kelamin jantan dan betina). Cacing pita tidak
memiliki saluran pencernaan dan sistem saraf sederhana. Cacing pita dengan pita
proglottids panjang yang sangat cocok untuk keberadaan parasit (Fried, 1990).
Filum Annelida merupakan cacing yang berbentuk cincin kecil. Cacing-cacing
yang termasuk dalam filum ini tubuhnya bersegmen-segmen. Mereka hidup di dalam
tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air tawar. Pada umumnya Annelida hidup
bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa bersifat komensal pada hewan-hewan
akuatik, dan ada juga yang bersifat parasit pada vertebrata. Annelida di samping
tubuhnya bersegmen-segmen, juga tertutup oleh kultikula yang merupakan hasil sekresi
dari epidermis; sudah mempunyai sistem nervosum, sistem kardiovaskula tertutup, dan
sudah ada rongga badan atau celom (Radiopoetro, 1996).
Annelida menguasai komunitas cacing yang hidup di pantai laut. Mereka dapat
dikenal dari tubuhnya yang panjang dan bergelang-gelang. Setiap gelang atau ruas
terkait dengan satu kompartemen atau ruang di dalam tubuhnya. Organ-organ yang sama
terdapat di masing-masing ruas. Filum Annelida terdiri dari lima kelas, yakni: kelas
Chaetopoda, yakni Annelida yang hidup di laut, air tawar dan di darat, dengan ruas-ruas
tubuh yang kelihatan nyata. Kelas Archiannelida, cacing kecil tanpa bulu-kaku atau
tanpa parapodia. Kelas Hirudinea, lintah, hidup di darat dan di laut. Tubuhnya pipih atas
bawah dengan sebuah prostomium. Kelas Gephyrea, cacing Annelida tanpa ruas, bulu
kaku dan parapodia. Kelas Myzostomaria, cacing parasit pada Echinodermata
(Rohmimohtarto, 2007).
Moluska merupakan salah satu penyusun ekosistem laut yang mempunyai
keanekaragaman spesies tinggi dan menyebar di berbagai habitat laut. Kehidupan
moluska secara umum dipengaruhi oleh kualitas perairannya, antara lain jenis substrat,
habitat, kekeruhan, pH, suhu, salinitas, kandungan oksigen terlarut dan polutan
(Sukawati et al., 2017). Hewan-hewan yang termasuk filum Mollusca memiliki tubuh
lunak, tidak bersegmen, dengan ciri tubuh bagian anterior adalah kepala, sisi ventral
berfungsi sebagai kaki muskuler, dan massa visera terdapat pada sisi dorsal. Keadaan
tubuh yang lunak itu yang merupakan dasar pemberian nama filum ini; mollusca dari
kata mollis artinya lunak. Termasuk di dalam filum ini antara lain tiram, kerang, cumi-
cumi, siput air, siput darat dan lain-lain (Brotowidjoyo, 1995).
Sifat-sifat khusus filum Mollusca yang berlaku sampai sekarang, dengan
memisahkan teritip, Brachiopoda dan Tunicata keluar dari filum ini, adalah adanya
pembagian tubuh, suatu basis kepala-kaki yang menampung massa visera (visceral
mass). Kepala dianggap berbeda nyata dengan alat-alat pengindera seperti mata dan
tentakel. Kakinya berupa telapak kaki yang lebar untuk melata dan mendorong hewan
ini dengan gerakan otot atau gerakan bulu getar atau dengan kedua-duanya. Massa visera
dikelilingi oleh lipatan yang menutupi di sebelah atas yang dinamakan mantel
(Rohmimohtarto, 2007).
Mollusca dibagi menjadi lima kelas yaitu Amphineura, Gastropoda, Scaphopoda,
Cephalopoda dan Pelychopoda. Amphineura memiliki tubuh simetri bilateral, sering
dengan sebuah eksoskeleton yang disusun dari delapan buah lembaran-lembaran
transversal dari bahan kapur atau kalsium karbonat dan sejumlah pasangan-pasangan
lembaran insang (Sastrodinoto, 1998). Gastropoda memiliki tubuh asimetris dan
biasanya eksoskeleteon terputar seperti spiral. Scaphopoda memiliki eksoskeleton dan
pallium yang menyerupai tabung. Cephalopoda memiliki tubuh simetris bilateral dan
memiliki lengan-lengan yang dilengkapi dengan alat gerak sedangkan Pelychopoda
tubuh simetri bilateral da mempunyai cangkang setangkup dan sebuah mantel.
(Brotowidjoyo, 1995).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan yaitu bak preparat, pinset, kaca pembesar, mikroskop
cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet (gloves), masker dan alat tulis.
Bahan yang digunakan beberapa specimen hewan Phylum Platyhelminthes,
Annelida, dan Mollusca.
B. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum identifikasi dan klasifikasi hewan


avertebrata adalah:
1. Karakter pada spesimen diamati, digambar, dan mdieskripsikam berdasarkan ciri
morfologi.
2. Spesimen diidentifikasi menurut kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi dibuat secara sederhana berdasarkan karakter yang diamati.
4. Laporan sementara dibuat dari hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Brotowidjoyo. 1995. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.


Campbell, N. A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Dwisang, L. E. 2008. Inti Sari Biologi. Tangerang: Scientific Press.
Fried, H. G. 1990. Biolog: The Study of Living Organism. New Yowk: Mc Graw Hill.
Geyer, K. K., Chalmers, I. W .,MacKintosh, M., Hirst, J. E ., Geoghegan, R., Badets,
M., Brophy, P. M., Brehm, K., & Hoffmann, K. F. 2013. Cytosine Methylation is
a Conserved Epigenetic Feature Found throughout the Phylum Platyhelminthes.
BMC Genomic, 14(462),pp. 1-13.
Hala, Y. 2007. Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press.

Jutje, S. 2006. Zoologi Invetebrata. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Kimball, J. W. 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Erlangga.

Levine, N. D. 1995. Veterinary Protozoology. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta. Erlangga
Rohmimohtarto, K. 2007. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta:
Djambatan
Sastrodinoto, S. 1998. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Sukawati, N. K. A., Restu, I. W., Saraswati, S. A. 2017. Sebaran dan Struktur
Komunitas Moluska di Pantai Mertasari Kota Denpasar, Provinsi Bali.
Journal of Marine and Aquatic Sciences, 4(1),pp. 78-85.
Suwignyo, S. 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai