Anda di halaman 1dari 38

RIZKI ANUGRAH (1401048)

ALIFAH NURUL KHUSNAH (1401004)


DIAN DWI RESTU (1401014)
FERA FEBRYANA (1401017)
LAILATUL QODRIYAH (1401025)
NELVIRA DARA SHANDY (1401032)
RAFIKA RAMADANI (1401039)

S1.IV.A HELMINTHES ( KELOMPOK 6 )


Definisi Helminthes

Cacing/Helminthes adalah Golongan


hewan yang mempunyai banyak sel dan
dengan tubuh yang bentuknya simetris
bilateral

Phylum cacing terbagi atas 2 maacam yaitu :

1) PLATYHELMINTHES
Platyhelminthes terbagi dalam kelas cestoda dan kelas
trematoda
2) NEMAHELMINTHES
Nemathelminthes terbagi dalam kelas nematoda.
PLATYHELMINTHES

Sejarah Platyhelminthes

Platyhelminthes
(Yunani, platy =
pipih, helminthes
= cacing) adalah
cacing berbentuk
pipih,
triploblastik
(memiliki tiga
lapisan
embrionik), dan
aselomata (tidak
berongga tubuh).
Ciri-ciri Platyhelminthes :

1. Bentuk tubuh pipih, simetri bilateral, triploblastik, dan acoelomata.


2. Sistem pencernaan makanan belum sempurna, terdapat mulut dan belum
memiliki anus. Makanan masuk melalui mulut > farink > usus > dan
dikeluarkan melalui mulut.
3. Reproduksi secara generatif dan vegetatif. Secara generatif dilakukan
dengan perkawinan silang atau perkawinan sendiri, karena bersifat hermaprodit
(monoceus). Secara vegetatif dengan fragmentasi dan membentuk generasi
baru (regenerasi).
4. Sistem ekskresi tersusun atas sel-sel bersilia ( flame cells /aster / sel api ).
5. Susunan syaraf terdiri atas 2 ganglia yang berbentuk cincin membentuk
tangga tali.
6. Tubuhnya terdiri atas bagian kepala (anterior), ekor (posterior), bagian
punggung (dorsal), bagian perut (ventral), dan bagian samping (lateral).
7. Belum memiliki sistem respirasi. Masuknya oksigen (O2)dan keluarnya
karbon dioksida (CO2) melalui permukaan kulit.
8. Hidup bebas di air tawar maupun tempattempat lembab
Lanj Platyhelminthes

C Cacing pita hidup parasit di usus vertebrata, misalnya manusia, sapi,


anjing, babi, ayam, dan ikan. Tubuh cacing pita ditutupi oleh kutikula,
tidak memiliki mulut dan alat pencernaan, serta tidak memiliki alat
E indra. Tubuh cacing dewasa terdiri atas kepala (skoleks), leher
pendek (strobilus), dan proglotid. Skoleks dilengkapi alat pengisap
S (sucker) dan alat kait (rostellum) untuk melekat pada organ tubuh inang.
Leher merupakan daerah pertunasan, dengan cara strobilasi
menghasilkan strobilus berupa serangkaian proglotid dengan jumlah
T mencapai 1.000 buah. Proglotid yang paling dekat dengan leher
merupakan proglotid termuda. Semakin jauh dengan leher, proglotid
O semakin berukuran besar dan dewasa. Setiap proglotid memiliki alat
kelamin jantan maupun betina. Pembuahan dapat terjadi dalam satu
proglotid, serta antar proglotid dari individu yang sama maupun yang
D berbeda. Telur yang sudah dibuahi akan memenuhi uterus yang
bercabang cabang, sedangkan organ lainnya berdegenerasi. Proglotid
A yang mengandung telur akan terlepas bersama tinja.
Lanj
Cacing pita termasuk subkelas CESTODA, kelas CESTOIDEA, filum
PLATYHELMINTHES. Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata dan
larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata.

Bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral,
tidak mempunyai alat cerna atau saluran vaskular dan biasanya terbagi dalam segmen-
segmen yang disebut proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduktif jantan dan
betina.

Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut skoleks, yang
dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait. Spesies penting yang dapat menimbulkan
kelainan pada manusia umumnya adalah: Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana,
Echinococcus granulosus, E.multilocularis, Taenia saginata dan Taenia solium.

Manusia merupakan hospes CESTODA ini dalam bentuk :


Cacing dewasa, untuk spesies D.latum, T.saginata, T.solium, H.nana,H.diminuta,
Dipylidium caninum.
Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, T.solium, H.nana, E.granulosus, Multiceps.
Daur Hidup Cestoda
Daur hidup cacing pita membutuhkan satu atau dua inang perantara
Ciri-ciri Cestoda

Bentuk tubuh pipih seperti pita


Tidak bersilia
Tubuh ditutupi oleh kutikula
Memiliki saluran pencernaan makanan
Memiliki skoleks, sucker, dan rostelum
Memiliki dua hospes
Hewan hermaprodite
Mampu melakukan pembuahan sendiri
Bentuk infektif : Systecercus
Sifat Umum

Badan cacing dewasa terdiri atas :


Skoleks, yaitu kepala yang merupakan alat untuk melekat, dilengkapi dengan batil isap
atau dengan lekuk isap.
Leher, yaitu pertumbuhan badan.
Strobila, yaitu badan yang terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid. Tiap
proglotid dewasa mempunyai susunan alat kelamin jantan dan betina yang lengkap;
keadaan ini disebut hermafrodit.
Telur dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus. Embrio di
dalam telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang tumbuh menjadi bentuk
infektif dalam hospes perantara.
Infeksi terjadi dengan menelan larva bentuk infektif
atau menelan telur. Pada CESTODA dikenal dua ordo :

PSEUDOPHYLLIDEA CYCLOPYLLIDEA

Yang termasuk Diphyllobothrium latum


PSEUDOPHYLLIDEA : (Taenia lata, dibothriocephalus
cacing Diphyllobothrium latus, broad tapeworm, fish
latum dan D.mansoni(Diphyllo tapeworm)
bothrium binatang).
CYCLOPYLLIDEA
( cacing pita ikan )

Sejarah : Hospes dan Nama


Cacing pita ikan (fish tapeworm) dikenal sebagai spesies yang Penyakitnya
berbeda sejak tahun 1602 oleh Plater di Switzerland. Dengan Manusia adalah hospes
adanya deskripsi skoleks yang jelas pada tahun 1977 Bannet definitifnya.
dapat membedakan cacing ini dari cacing pita babi T.solium .
Cacing ini pertama kali diperiksa di Amerika oleh Wemland
pada tahun 1858 dan selanjutnya oleh Leidy pada tahun
1879 pada penderita yang mendapat infeksinya di Eropa. Hospes reservoarnya
Perkembangan fokus endemik di Amerika Utara oleh imigran adalah anjing. Kucing
yang terinfeksi pertama kali dilaporkan pada tahun 1906. Ini dan lebih jarang 22
menggambarkan transplantasi parasit dariOld World ke mamalia lainnya, antara
lingkungan baru. lain walrus, singa laut,
Kasus autokron digambarkan di Filipina pada tahun 1935 dan beruang, babi dan
dilaporkan 2 kasus dari 141 penduduk asli di Formosa pada serigala. Parasit ini
tahun 1963. Selain daripada itu ada keadaan endemik di menyebabkan penyakit
Papua Nugini. yang disebut
difilobotriasis
Pic . Cacing pita pada daging ikan
Distribusi Geografik, Morfologi dan Daur Hidup

Distribusi Geografik
Parasit ini ditemukan di Amerika, Kanada, Eropa, daerah danau di
Swis, Rumania, Turkestan, Israel, Mancuria, Jepang, Afrika,
Malagasi, dan Siberia.

Morfologi dan Daur Hidup


Cacing dewasa yang keluar dari usus manusia berwarna gading, panjangnya dapat
sampai 10 m dan terdiri dari 3000 4000 buah proglotid; tiap proglotid mempunyai alat
kelamin jantan dan betina yang lengkap. Telur mempunyai operkulum, berukuran 70 x 45
mikron, dikeluarkan melalui lubang uterus proglotid gravid dan ditemukan dalam tinja.
Telur menetas dalam air. Larva disebut korasidium dan dimakan oleh hospes perantara
pertama, yaitu binatang yang termasuk CEPEPODA seperti Cyplos dan Diaptomus.
Dalam hospes ini larva tumbuh menjadi proserkoid, kemudianCyplops dimakan hospes
perantara kedua yaitu ikan salem dan proserkoid berubah menjadi larva pleroserkoid atau
disebut sparganum. Bila ikan tersebut dimakan hospes definitif, misalnya manusia,
sedangkan ikan itu tidak dimasak dengan baik, maka sparganum di rongga usus halus
tumbuh menjadi cacing dewasa.
Daur Hidup Diphyllobothrium latum
Proserkoid berkembang di rongga badan kopepoda

Proserkoid berkembang dalam otot

Kopepoda yang infektif dimakan ikan air tawar

Proserkoid menembus dinding usus masuk otot ikan

Korasidium menembus alat cerna kopepoda, masuk ke rongga badan

Termakan oleh manusia melalui ikan air tawar mentah atau yang dimasak kurang baik

Skoleks dari plero-serkoid melekat pada mukosa usus, berkembang menjadi cacing dewasa

Kopepoda (Cyclops, Diaptomus) memakan korasidium

Korasidium, larva bersilia menetas dari telur, berenang bebas dalam air

Telur yang belum berkembang keluar bersama tinja masuk dalam air tawar

Cacing dewasa di usus halus manusia


Patologi dan Gejala Klinis

Patologi dan Gejala Klinis


Penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala berat, mungkin hanya gejala
saluran cerna seperti diare, tidak nafsu makan dan tidak enak di perut.
Bila cacing hidup di permukaan usus halus, mungkin timbul anemia
hiperkrommakrositer, karena cacing itu banyak menyerap vitamin B12,
sehingga timbul gejala defisiensi vitamin tersebut. Bila jumlah caccing
banyak, mungkin terjadi sumbatan usus secara mekanik atau terjadi obstuksi
usus, karena cacing-cacing itu menjadi seperti benang kusut.
Diagnosis , Pengobatan , Prognosis

Pengobatan
Penderita diberikan obat Diagnosis
Atabrin dalam keadaan perut kosong, Cara menegakkan diagnosis penyakit
disertai pemberian Na-bikarbonas, ini adalah dengan menemukan telur atau
dosis 0,5 gr. proglotid yang dikeluarkan dalam tinja.
Obat pilihan adalah
Niclosamid (Yomesan), diberikan 4
tablet (2 gram) dikunyah sekaligus
setelah makan hidangan ringan. Obat
lain yang juga efektif adalah
paromomisin, yang diberikan dengan Prognosis
dosis 1 gram setiap 4 jam sebanyak 4 Prognosis difilobotriasis baik,
dosis. Selain daripada itu dapat dipakai walaupun dengan anemia berat, karena
prazikuantel dosis tunggal 10 mgr/kg setelah cacing dikeluarkan anemianya
berat badan. akan sembuh.
Epidemiologi

Penyakit ini di Indonesia tidak


ditemukan tetapi banyak dijumpai di
negara-negara yang banyak makan ikan
salem mentah dan kurang matang.
Banyak binatang seperti anjing, kucing,
dan babi bertindak sebagai hospes
reservoar dan perlu diperhatikan.
Untuk mencegah terjadinya
infeksi, ikan air tawar yang tersangka
mengandung bibit penyakit harus
terlebih dahulu dimasak dengan
sempurna sebelum dihidangkan. Anjing
sebagai hospes reservoar sebaiknya
diberi obat cacing.
Pencegahan
Lanj Platyhelminthes

T
R Cacing daun adalah cacing yang termasuk kelas TREMATODA filum
PLATHYHELMINTHES dan hidup sebagai parasit.
E Pada umumnya cacing ini bersifat hemafrodit cacing Schistosoma,
mempunyai batil isap mulut dan batil isap perut (asetabulum). Spesies
M yang merupakan parasit pada manusia termasuk subkelas DIGENEA,
yang hisup sebagai endoparasit.
A Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitif
cacing trematoda, antara lain: kucing, anjing, kambing, sapi, tikus,
T burung, luak, harimau, dan manusia.
O
D
A
Pic. Trematoda
Lanj

Menurut tempat hidup dewasa dalam tubuh hospes, maka trematoda dapat dibagi
dalam :

Trematoda hati (liver flukes): Clonorchis


sinensis, Opisthorchis felineus, Opisthorchis viverrini danFasciola.
Trematoda usus (intestinal flukes): fasciolopsis buski, ECHINOSTOMATIDAE
dan HETEROPHYLIDEA.
Trematoda paru (lung flukes) : paragonimus westermani.
Trematoda darah (blood flukes): Schistosoma japonicum, Schistosoma
mansoni dan Schistosoma haematobium.
TREMATODA HATI
(Clonorchis sinensis)

Sejarah Hospes dan Nama Distribusi


Cacing ini pertama Penyakit Geografik
kali ditemukan oleh Manusia, kucing, Cacing ini
Mc Connell tahun anjing, beruang ditemukan di
187 di saluran kutub dan babi Cina, Jepang,
empedu pada merupakan hospes Korea dan
seorang Cina di parasit ini. vietnam.
Kalkuta. Penyakit yang Penyakit yang
disebabkannya ditemukan di
disebut Indonesia bukan
klonorkiasis. infeksi
autokton.
Morfologi & Daur Hidup

Cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadang-kadang juga ditemukan


di saluran pankreas. Ukuran cacing dewasa 10 25 mm x 3 5 mm, bentuknya
pipih, lonjong, menyerupai daun. Telur berukuran kira-kira 30 16 mikron,
bentuknya seperti bola lampu pijar dan berisi mirasidium, ditemukan dalam saluran
empedu.
Telur dikeluarkan dengan tinja. Telur menetas bila dimakan keoang air (Bilinus,
Semisulcospira).
Dalam keong air, mirasidium berkembang menjadi sporokista, redia lalu
serkaria. Serkaria keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II, yaitu ikan
(famili CYPRINIDAE). Setelah menembus masuk ke tubuh ikan serkaria
melepaskan ekornya dan membentuk kista di dalam kulit di bawah sisik. Kista ini
disebut metaserkaria.
Perkembangan larva dalam keong air adalah sebagai berikut :
MSRK
Infeksi terjadi dengan makan ikan yang mengandung metaserkaria yang
dimasak kurang matang. Ekskistasi terjadi di duodenum. Kemudian larva masuk di
ductus koledokus, lalu menuju ke saluran empedu yang lebioh kecil dan menjadi
dewasa dalam waktu sebulan. Seluruh daur hidup berlangsung selama tiga bulan.
Patologi & Gejala Klinis

Sejak larva masuk di saluran empedu sampai menjadi dewasa, parasit ni dapat menyebabkan
iritasi pada saluran dan penebalan dinding saluran. Selain itu dapat terjadi perubahan jaringan
hati yang berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut da[at timbul sirosis hati disertai
asites dan edema.
Di Luasnya organ yang mengalami kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang terdapat
di saluran empedu dan lamanya infeksi.

Gejala dapat dibagi menjadi 3 stadium. Pada stadium ringan tidak ditemukan gejala. Stadium
progresif ditandai dengan menurunnya nafsu makan, perut rasa penuh, diare, edema dan
pembesaran hati. Pada stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari
pembesaran hati, ikterus, asites, edema, sirosis hepatis. Kadang-kadang dapat menimbulkan
keganasan dalam hati.
Diagnosis & Pengobatan

Diagnosis ditegakkan dengan


menemukan telur yang berbentuk khas
dalam tinja atau dalam cairan
diagnosis duodenum

Penyakit ini dapat diobati dengan


prazikuantel.
pengobatan
Epidemiologi

Kebiasaan makan ikan yang diolah kurang matang


merupakan faktor penting dalam penyebaran
penyakit. Selain itu cara pemeliharaan ikan dan cara
pembuangan tinja di kolam ikan penting dalam
penyebaran penyakit.

Kegiatan pemberantasan lebih ditujukan untuk


mencegah infeksi pada manusia. Misalnya
penyuluhan kesehatan agar orang makan ikan yang
sudah dimasak dengan baik serta pemakaian jamban
yang tidak mencemari air sungai. Tetapi hal ini agak
lambat diterima oleh masyarakat desa.
Pencegahan
NEMAHELMINTHES

Diantara nematoda usus terdapat


sejumlah spesies yang ditularkan melalui
KELAS NEMATODA tanah dan disebut soil transmitted
helminths yang terpenting bagi manusia
Nematoda usus adalah Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Ancylostoma duodenale,
Manusia merupakan hospes Trichuris trichiura, Strongyloides
beberapa nematoda usus. Sebagian stercoralis dan beberapa
besar nematoda ini menyebabkan spesies Trichostrongilus.
masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Nematoda usus lainnya yang penting
bagi manusia adalah Oxyuris
vermicularis dan trichinella spiralis.
Cacing Tambang
(hookworm)

Ada beberapa spesies cacing


tambang yang penting, Necator americanus (Manusia)
diantaranya:

Ancylostoma braziliense (Kucing,


anjing)

Ancylostoma duodenale (Manusia)

Ancylostoma ceylanicum (anjing,


kucing)

Ancylostoma caninum (anjing, kucing)


Pic.siklus anclo
Lanj

Kedua parasit ini diberi nama cacing


tambang karana pada zaman dahulu
sejarah cacing ini ditemukan di Eropa pada
pekerja pertambangan, yang
belummempunyai fasilitas sanitasi yang
memadai.

Hospes & Hopses parasit ini adalah manusia;


nama cacing ini menyebabkan nekatoriasis dan
ankilostomiasis
penyakit
Morfologi & Daur Hidup

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat
pada mukosa dinding usus. Cacing betina N.americanus tiap hari mengeluarkan telur
kira-kira 9000 butir, sedangkan A.duodenale kira-kira 10.000 butir. Cacing betina
berukuran panjang kurang lebih 1 cm, cacing jantan kurang lebih 0,8 cm. Bentuk
badan N.americanus biasanya menyerupai huruf S,
sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini
besar.N.americanus menyerupai bentuk kitin, sedangkan pada A.duodenale ada dua
pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks.
Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1 1,5 hari,
keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform tumbuh
menjadi larva filariform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7 8
minggu di tanah.
Lanj

Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60 x 40 mikron,


berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat 4 8 sel.
Larva rabditiform panjangnya kira-kira 250 mikron, sedangkan larva
filariform panjangnya kira-kira 600 mikron.
Daur hidup ialah sebagai berikut :
Telur larva rabditiform larva filariform menembus kulit kapiller
darah jantung kanan paru bronkus trakea laring usus halus
Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit.
Infeksi A.duodenale juga mungkin dengan menelan larva filariform.
Patologi & Gejala Klinik

Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis


Stadium larva :
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan
kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan.
Stadium dewasa
Gejala tergantung pada (a) spesies dan jumlah cacing dan (b) keadaan gizi penderita (Fe
dan protein).
Tiap cacing N.americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 0,1
cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08 0,34 cc. Biasanya terjadi anemia hipokrom
mikrositer. Di samping itu juga terdapat eosinofilia. Bukti adanya toksin yang
menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya
berkurang dan prestasi kerja menurun.
Menurut Noerhajati, sejumlah penderita penyakit cacing tambang yang dirawat
di Yogyakarta mempunyai kadar hemoglobin yang semakin rendah bilamana penyakit
semakin berat. Golongan ringan, sedang, berat dan sangat berat mempunyai kadar Hb rata-
rata berturut-turut 11,3 g%, 8,8 g%, 4,8 g% dan 2,6 g%.
Diagnosis & Pengobatan

Diagnosis ditegakkan dengan


menemukan telur dalam tinja segar. Pirantel pemoat
Dalam tinja yang lama mungkin memberikan hasil cukup
ditemukan larva. baik, bilamana digunakan
Untuk membedakan 2 3 hari berturut-turut.
spesies N.americanus dan A.duoden
ale dapat dilakukan biakan tinja
misalnya dengan cara Hadara-Mori.
Epidemiologi

Insidens tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia,


terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan.
Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung
berhubungan dengan tanah, mendapat infeksi lebih dari 70%.
Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai
pupuk kebun (di berbagai daerah tertentu) penting dalam
penyebaran infeksi.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah
gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum
untuk N.americanus 28 32C, sedangkan
untuk A.duodenale lebih rendah (23 25C). Pada
umumnya A.duodenale lebih kuat.
Untuk menghindari infeksi, antara lain ialah dengan
memakai sandal atau sepatu.
Pencegahan
SEKIAN

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai