1) PLATYHELMINTHES
Platyhelminthes terbagi dalam kelas cestoda dan kelas
trematoda
2) NEMAHELMINTHES
Nemathelminthes terbagi dalam kelas nematoda.
PLATYHELMINTHES
Sejarah Platyhelminthes
Platyhelminthes
(Yunani, platy =
pipih, helminthes
= cacing) adalah
cacing berbentuk
pipih,
triploblastik
(memiliki tiga
lapisan
embrionik), dan
aselomata (tidak
berongga tubuh).
Ciri-ciri Platyhelminthes :
Bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral,
tidak mempunyai alat cerna atau saluran vaskular dan biasanya terbagi dalam segmen-
segmen yang disebut proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduktif jantan dan
betina.
Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut skoleks, yang
dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait. Spesies penting yang dapat menimbulkan
kelainan pada manusia umumnya adalah: Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana,
Echinococcus granulosus, E.multilocularis, Taenia saginata dan Taenia solium.
PSEUDOPHYLLIDEA CYCLOPYLLIDEA
Distribusi Geografik
Parasit ini ditemukan di Amerika, Kanada, Eropa, daerah danau di
Swis, Rumania, Turkestan, Israel, Mancuria, Jepang, Afrika,
Malagasi, dan Siberia.
Termakan oleh manusia melalui ikan air tawar mentah atau yang dimasak kurang baik
Skoleks dari plero-serkoid melekat pada mukosa usus, berkembang menjadi cacing dewasa
Korasidium, larva bersilia menetas dari telur, berenang bebas dalam air
Telur yang belum berkembang keluar bersama tinja masuk dalam air tawar
Pengobatan
Penderita diberikan obat Diagnosis
Atabrin dalam keadaan perut kosong, Cara menegakkan diagnosis penyakit
disertai pemberian Na-bikarbonas, ini adalah dengan menemukan telur atau
dosis 0,5 gr. proglotid yang dikeluarkan dalam tinja.
Obat pilihan adalah
Niclosamid (Yomesan), diberikan 4
tablet (2 gram) dikunyah sekaligus
setelah makan hidangan ringan. Obat
lain yang juga efektif adalah
paromomisin, yang diberikan dengan Prognosis
dosis 1 gram setiap 4 jam sebanyak 4 Prognosis difilobotriasis baik,
dosis. Selain daripada itu dapat dipakai walaupun dengan anemia berat, karena
prazikuantel dosis tunggal 10 mgr/kg setelah cacing dikeluarkan anemianya
berat badan. akan sembuh.
Epidemiologi
T
R Cacing daun adalah cacing yang termasuk kelas TREMATODA filum
PLATHYHELMINTHES dan hidup sebagai parasit.
E Pada umumnya cacing ini bersifat hemafrodit cacing Schistosoma,
mempunyai batil isap mulut dan batil isap perut (asetabulum). Spesies
M yang merupakan parasit pada manusia termasuk subkelas DIGENEA,
yang hisup sebagai endoparasit.
A Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitif
cacing trematoda, antara lain: kucing, anjing, kambing, sapi, tikus,
T burung, luak, harimau, dan manusia.
O
D
A
Pic. Trematoda
Lanj
Menurut tempat hidup dewasa dalam tubuh hospes, maka trematoda dapat dibagi
dalam :
Sejak larva masuk di saluran empedu sampai menjadi dewasa, parasit ni dapat menyebabkan
iritasi pada saluran dan penebalan dinding saluran. Selain itu dapat terjadi perubahan jaringan
hati yang berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut da[at timbul sirosis hati disertai
asites dan edema.
Di Luasnya organ yang mengalami kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang terdapat
di saluran empedu dan lamanya infeksi.
Gejala dapat dibagi menjadi 3 stadium. Pada stadium ringan tidak ditemukan gejala. Stadium
progresif ditandai dengan menurunnya nafsu makan, perut rasa penuh, diare, edema dan
pembesaran hati. Pada stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari
pembesaran hati, ikterus, asites, edema, sirosis hepatis. Kadang-kadang dapat menimbulkan
keganasan dalam hati.
Diagnosis & Pengobatan
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat
pada mukosa dinding usus. Cacing betina N.americanus tiap hari mengeluarkan telur
kira-kira 9000 butir, sedangkan A.duodenale kira-kira 10.000 butir. Cacing betina
berukuran panjang kurang lebih 1 cm, cacing jantan kurang lebih 0,8 cm. Bentuk
badan N.americanus biasanya menyerupai huruf S,
sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini
besar.N.americanus menyerupai bentuk kitin, sedangkan pada A.duodenale ada dua
pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks.
Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1 1,5 hari,
keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform tumbuh
menjadi larva filariform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7 8
minggu di tanah.
Lanj