Anda di halaman 1dari 29

SEL ADAPTASI, SEL

INJURY, KEMATIAN SEL


 Sel merupakan partisipan aktif di dalam
lingkungannya. Sel selalu menyesuaikan struktur
dan fungsinya untuk mengakomodir perubahan dan
stress ekstraseluler
 Normalnya, sel berada pada stase stabil yang
dikenal dengan istilah homoestasis.

 Bilamana sel terkena suatu stress fisiologis atau


stimuli patologis, ia dapat beradaptasi pada stase
stabil yang baru dengan tetap mempertahankan
viabilitas dan fungsinya→ SEL ADAPTASI
Respon sel adaptif

 hipertropi, hiperplasi, atropi, metaplasia

 Bilamana kemampuan adaptive sel berlebih atau stress


eksternal yang besar maka akan menjadi sel jejas
(injury cell).

 Dalam batasan jejas tertentu bersifat reversible dan sel


kembali ke kondisi awal, namun apabila stress ekstraseluler
bersifat berat, persisten, dan berlangsung dalam onset yang
cepat maka akan timbul jejas ireversibel yang berujung pada
kematian sel (cell death).
Tahapan respon seluler terhadap stress
dan stimulus jejas
ADAPTASI SEL TERHADAP STRESS

 Adaptasi ialah perubahan reversibel yang menyangkut


jumlah, ukuran, aktivitas metabolik atau fungsi sel atas
respon terhadap perubahan lingkungannya.
Terdapat 2 jenis adaptasi, yaitu:

1) Adaptasi Fisiologis
Menununjukkan respon sel terhadap stimulasi normal oleh hormone
atau mediator kimia endogen (contoh : pembesaran uterus selama
proses kehamilan yang dipengaruhi oleh hormon)
2) Adaptasi Patologis
Respon sel terhadap stres dengan memodulasi struktur dan
fungsinya untuk menghindari jejas. Proses adaptasi ini dapat
terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu: hipertropi, hiperplasi,
atropi, dan metaplasia.
Hipertropi

 Penambahan ukuran sel dan organ, sering terjadi pada sel


dengan beban kerja yang berlebih. Dipengaruhi oleh
faktor pertumbuhan yang diproduksi sebagai respon atas
stress mekanis atau stimulus yang lain. Terjadi pada
jaringan yang selnya memiliki kapasitas terbatas untuk
membelah.
 Contoh : hipertropi otot jantung, apabila stres tidak
segera dihilangkan, maka akan berakibat pada
pembesaran ventrikel dan terjadinya gagal jantung.
Hiperplasia

 Penambahan jumlah sel sebagai respon terhadap hormon,


dan faktor pertumbuhan lainnya. Terjadi pada jaringan
yang selnya mampu membelah atau jaringan dengan sel
stem (sel punca) yang banyak.

 Contoh : hiperplasia yang terjadi pada lapisan epithelium


kulit pada host yang terinfeksi virus Humanpapilloma Virus
(HPV) sehingga membentuk kutil kulit (skin warts). Pada
banyak kasus, hiperplasia patologis merupakan lokasi
strategis munculnya kanker.
Atropi

 Pengurangan jumlah sel dan ukuran organ yang


disebabkan penurunan suplai nutrisi atau karena
organ tersebut tidak digunakan. Terjadi karena
pengurangan sintesis building block seluler dan
perusakan organela seluler.
Metaplasia

 Perubahan fenotip dari sel yang terdiferensiasi


sebagi respon terhadap iritasi kronis yang
membuat sel dapat bertahan dr stres dengan
lebih baik. Terjadi karena alterasi pola
diferensiasi jarinan sel stem, dapat berefek pada
penurunan fungsi atau peningkatan kemungkinan
terjadinya transformasi ke keganasan.
Perubahan intraseluler yang
berhubungan dengan jejas reversibel
1) Perubahan plasma membrane, seperti: blebbing, blunting,
distorsi mikrovili, dan pelonggaran perlekatan interseluler
2) Perubahan mitokondria : terlihat membesar, terdapat
densitas yang kaya fisfolipid
3) Terdapat dilasi reticulum endoplasma dengan terlepasnya
ribosom serta disosiasi polysome
4) Terdapat perubahan nucleus: penggumpalan kromatin
5) Sitoplasma mengandung masa fisfolipid, yang dikenal
dengan sebutan myelin figure, yang berasal dari rusaknya
membrane sel.
Beberapa hal yang menyebabkan
terjadinya cell injury
 Hipoksia
 Agen kimia
 Agen infeksi
 Reaksi immunologis
 Faktor genetis
 Ketidakseimbangan nutrisi
 Agen fisik
 Penuaan
CELL INJURY dan CELL DEATH

 Jejas sel terjadi apabila sel mendapat tekanan


yang sangat hebat sehingga sel tersebut tidak
sanggup lagi untuk beradaptasi atau ketika sel
normal terpapar agen perusak dari abnormalitas
intrinsik (misal di dalam DNA atau protein).
Sel Injury reversible

 Pada tahap awal jejas, perubahan fungsional dan


morfologi sel bersifat reversibel bila stimulus dihilangkan.
Walapun pada stase ini terdapat abnormalitas fungsional
dan struktural yang signifikan, namun jejas tersebut tidak
sampai berlanjut sebagaikerusakan membrane sel dan
disolusi nuclear.
Cell death

 Dengan kerusakan yang berlanjut, jejas sel


menjadi irreversible. Pada tahap ini, sel tidak
dapat memperbaiki diri dan mati. Terdapat dua
tipe kematian sel, yaitu nekrosis dan apoptosis.

 Perbedaan kedua tipe kematian sel ini terletak


pada mekanisme, morfologi, dan peran mereka di
dalam perjalanan penyakit, dan fisiologi.
Skema terjadinya nekrosis
Skema terjadinya Apotosis
Tabel 1. Tabel perbedaan Nekrosis dan Apoptosis
No NEKROSIS APOPTOSIS

1 Melibatkan sekelompok sel Kematian sel per sel

2 Membran sel kehilangan Membran sel akan mengalami penonjolan-


integritasmembran penonjolan keluar tanpa disetai hilangnya
integritas membran

3 Sel akan terlihat membengkak untuk Sel terlihat menciut dan akan emmebentuk
kemudian mengalami lisis badan apoptosis

4 Terjadi kebocoran lisosom Lisosom utuh

5 Kromatinnya bergerombol dan terjadi Kromatin sel terlihat bertambah kompak dan
agregasi membentuk massa padat yang uniform
No NEKROSIS APOPTOSIS
6 Terdapat respon peradangan yang Tidak terlihat adanya sel-sel radang
nyata di sekitar sel yang di ekitar sel yang mengalammi
mengalami nekrosis apoptosis
7 Tidak dimakan oleh makrofag Dimakan oleh sel yang berdekatan
atau berbatasan langsung dengannya
dan beberapa makrofag

8 Enzim-enzim mengalami Terjadi aktivasi enzim spesifik untuk


perubahan atau inaktivasi. transduksi sinyal dan eksekusi

9. Fragmentasi terjadi secara Rejadi DNA fragmentasi nonrandom


random sehingga jika DNA yang diekstrak dari
sel yang mengalami apoptosis
dielektroporesis dengan agarose akan
terlihat gambaran seperti tangga
(DNA ladder)
NEKROSIS
 Nekrosis merupakan tipe kematian sel yang sering ditemukan
dengan ciri cellular swelling, denaturasi dan koagulasi
protein, dan organelle breakdown

 Sel nekrosis menunjukkan warna lebih eosinophil karena


hilangnya warna basophil yang dihasilkan oleh RNA pada
sitoplasma, serta meningkatnya pengikatan eosin oleh
protein intrasitoplasmik yang rusak.

 Memiliki karakteristik : perubahan di sitoplasma dan nukleus


1. Pada sitoplasma terdapat peningkatan eosinophilia
2. Pada nukleus
 Kariolisis
 basofilia
dan kromatin nampak memucat.Perubahan ini
merupakan refleksi aktivitas DNA-ase akibat derajat
keasaman (pH) sel yang menurun
 Pyknosis
 Inti
sel berkerut, pada keadaan ini DNA tampak menjadi
padat, masa basophil menjadi padat, dann berkerut
 Karioreksis
 Inti
sel yang piknosis mengalami fragmentasi atau sebagian
yang piknosis terfragmentasi, dan dalam 1-2 hari nucleus
pada sel yang mati akan menghilang seluruhnya.
APOPTOSIS
 Apoptosis adalah mekanisme kematian sel yang
terprogram yang penting dalam berbagai proses
biologi.

 Berbeda dengan nekrosis, yang merupakan bentuk


kematian sel sebagai akibat sel yang terluka akut,
Apoptosis terjadi dalam proses yang diatur
sedemikian rupa yang secara umum memberi
keuntungan selama siklus kehidupan suatu
organisme
Fungsi apoptosis:
1. Sel yang rusak atau terinfeksi
 Apoptosis dapat terjadi secara langsung ketika sel yang
rusak tidak dapat diperbaiki lagi atau terinfeksi oleh
virus.
 Keputusan untuk melakukan apoptosis dapat berasal
dari sel itu sendiri, dari jaringan di sekitarnya, atau
dari sel yang merupakan bagian system imun.
 Jika kemampuan sel untuk berapoptosis rusak atau jika
insiasi apoptosis dihambat, sel yang rusak dapat terus
membelah tanpa batas, berkembang menjadi kanker.
2. Respon terhadap stress atau kerusakan DNA
 Kondisi stress sebagaimana kerusakan DNA sel yang
disebabkan senyawa toksik atau pemaparan sinar ultraviolet
atau radiasi ionisasi (sinar gamma atau sinar x) , dapat
menginduksi sel untuk memulai proses apoptosis.

3. Homeostasis
 Homeostasis adalah suatu keadaan keseimbangan dalam
tubuh organisme yang dibutuhkan organisme hidup untuk
menjaga keadaan internalnya dalam batas tertentu.
Homoestasis tercapai saat tingkat mitosis (proliferasi) dalam
jaringan seimbang dengan kematian sel.
Mekanisme Apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara
garis besarnya apoptosis dibagi menjadi 4 tahap:
1) Adanya sinyal kematian (penginduksi apoptosis)
2) Tahap integrase atau pengaturan (transduksi sinyal,
induksi gen apoptosis yang berhubungan, dll)
3) Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi DNA,
pembongkaran sel, dll)
4) Fagosistosis.
 Apoptosis tidak memerlukan suatu proses transkripsi atau
translasi. Sinyal yang menginduksi apoptosis bisa berasal
dari ekstraseluler dan intraseluler.
 Sinyal ekstraseluler contohnya: hormon. Hormon tiroksin
menginduksi apoptosis.
 Apoptosis juga dipicu oleh kurangnya sinyal yang
dibutuhkan sel untuk bertahan hidup seperti growth
factor.
 Sel berhubungan dengan sel yang berdekatan juga bias
memberkan sinyal untuk apoptosis.
 Sinyal intraseluler misalnya radiasi ionisasi, kerusakan
karena oksidasi radikal bebas, dan gangguan pada siklus
sel.
Gambar 4. Skema Apoptosis
 Kedua jalur penginduksi tersebut bertemu di dalam sel,
berubah menjadi family protein pengeksekusi utama yang
dikenal sebagai caspase. Sel yang berbeda memberikan
respon yang berbeda terhadap penginduksi apoptosis.

Target caspase:
a) Memadatkan inti sel
b) Memadatkan dan membagi-bagi sitoplasma ke dalam
selaput ikat badan apoptosis
c) Rusaknya kromosom ke dalam fragmen yang berisi
berbagai nukleosom.
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai