Anda di halaman 1dari 21

Pendahuluan

• Luka bakar adalah penyebab cedera paling sering keempat di seluruh


dunia dengan 80-90% pasien luka bakar parah menderita luka bakar
tangan.
• Sebuah studi retrospektif yang melibatkan 333 pasien menunjukkan
bahwa 30% luka bakar tangan membutuhkan perawatan operatif.
• Komplikasi yang paling umum dari cedera ini adalah kontraktur bekas luka
yang secara relevan mengurangi fungsi tangan dan kualitas hidup pasien.
• Sepengetahuan kami, belum ada publikasi yang membandingkan opsi
terapi yang disebutkan di atas untuk luka bakar tangan dermal yang
dalam.
Pendahuluan

• Dua pilihan terapeutik yang umum untuk luka bakar tangan dermal dalam
adalah autologous split-thickness skin grafts (STSG) setelah eksisi tangensial
dan aplikasi pengganti kulit sementara Suprathel setelah pengangkatan lepuh
luka bakar.
• Pengganti kulit sintetis Suprathel adalah membran penyerap hidrolitik
mikropori 70-150 μm yang terbuat dari kopolimer asam polilaktat, yang
dapat menyebabkan penyembuhan luka bakar dengan ketebalan parsial.
• Tujuan dari studi klinis retrospektif ini adalah untuk membandingkan hasil
terapi setelah kedua jenis terapi ini dalam hal elastisitas dan perfusi bekas
luka bakar.
Material and Method
• Subjek merupakan pasien dari departemen kami
dengan luka bakar kulit dalam pada tahun 2013-
2018 dan direkrut antara Maret-Desember 2019
(Gambar 1).
• Kriteria inklusi : pasien dengan luka bakar kulit
yang dalam, usia > 18 tahun, mampu
memberikan persetujuan, dan setidaknya satu
tahun sejak penyelesaian satu dari dua atau fig 1. flow diagram

kedua perawatan.
• Kriteria eksklusi : infeksi tangan dan
imunosupresi, serta penggunaan steroid topikal.
Material and Method
•Para peserta diminta untuk melakukan pemeriksaan klinis selama 30-40 menit yang
meliputi:
(a) riwayat medis dari pasien,
(b) penilaian luka bakar subyektif menggunakan skala Vancouver dan POSAS,
(c)pengukuran objektif elastisitas kulit bekas luka dan area kulit sehat masing-
masing menggunakan Cutometer Skin Elasticity Meter MPA 580 (Courage-
Khazaka Electronic GmbH, Cologne, Jerman) dan
(d)pengukuran objektif lokal suplai oksigen pada bekas luka dan area kulit yang
sehat menggunakan perangkat O2C (LEA Medizintechnik GmbH, Gießen,
Jerman).
Penilaian Subjektif Bekas Luka
• VSS  parameter fisik seperti pigmentasi, vaskularisasi, kelenturan, dan
tinggi bekas luka .
• Skala Penilaian Pasien dan Bekas Luka Pengamat (POSAS) terdiri atas : Skala
Penilaian Bekas Luka oleh Pasien (PSAS) dan Skala Penilaian Bekas Luka oleh
Pengamat (OSAS).
• OSAS  penilaian pemeriksa terhadap parameter fisik bekas luka, seperti
vaskularisasi, ketebalan, pigmentasi, kelenturan, luas permukaan, relief.
• PSAS  pendapat pasien mengenai nyeri, pruritus, warna dan kekakuan pada
bekas luka.
• Jumlah OSAS dan PSAS menghasilkan skor total POSAS. Skor tinggi
menunjukkan jaringan parut patologis
Lampiran 1. VSS Lampiran 2. POSAS Observer Lampiran 3. POSAS Patient Scale
Scale
Penilaian Objektif Bekas Luka
• Penilaian elastisitas kulit dilakukan dengan Cutometer Skin Elasticity Meter MPA
(gold standard).
• Tekanan negatif  deformasi mekanis pada kulit. Deformasi ini diukur di dalam
probe dengan sistem optik non-kontak dan ditampilkan sebagai kurva. Bentuk
lekukan tersebut dipengaruhi oleh kandungan kolagen dan elastin pada kulit.
• Parameter pengukuran (semakin dekat dengan 1, semakin elastis):
-- R2 (visko-elastisitas dalam % = Ua/Uf, resistensi terhadap gaya mekanis versus
kemampuan pemulihan)
-- R5 (elastisitas bersih dalam % = Ur/Ue, bagian elastis dari fase hisap versus fase
langsung pemulihan selama fase relaksasi) .
Penilaian Objektif Bekas Luka
• Suplai oksigen lokal dievaluasi menggunakan O2C. Perangkat O2C telah
disetujui pada tahun 2002 untuk pengukuran non-invasif dari parameter
mikrosirkulasi jaringan perfusi darah (Tabel 1).
• Metode pengukurannya menggabungkan spektroskopi laser Doppler untuk
menentukan aliran dan kecepatan darah dan spektroskopi cahaya putih untuk
menentukan saturasi oksigen dan jumlah hemoglobin.

Tablel 1. Parameter mikrosirkulasi


Hasil
• Dilakukan pengukuran pada 50 partisipan setelah terapi suprathel dan 51 partisipan
setelah splitskin graft. Partisipan yang mendapat kedua jenis terapi dimasukkan pada
keduanya.
• Faktor predictor dan komplikasi tercantum pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 3. Prevalensi komorbid dan


komplikasi
Tabel 2. Statistik deskriptif dari prediktor luaran
Hasil
Tabel 4. Hubungan rerata geometri, koefisien variasi, dan rasio (95% CI)


dari nilai R2 terhadap jenis terapi, konsumsi nikotin, terapi kompresi
Nilai R2 setelah kedua terapi tidak berbeda bekas luka, dan jenis kelamin

secara signifikan (Tabel 4).


• Nilai secondary endpoint bekas luka bakar
terhadap area kulit yang sehat setelah
kedua terapi berbeda secara signifikan
Tabel 5. Hubungan rerata geometri, koefisien variasi, dan rasio (95% CI)
pada flow dan velocity (Tabel 5). dari parameter mikrovaskular terhadap jenis terapii

• Skala subjektif menunjukkan hasil yang


setara (Tabel 6).

Tabel 6. Median, kuartil, perbedaan median dan interval kepercayaan


95% yang sesuai dari skor skala bekas luka dalam kaitannya dengan jenis
terapi
Hasil
Hasil
• Analisis subkelompok viskoelastisitas R2
menunjukkan interaksi antara variabel
pengelompokan dan kedua jenis terapi tidak
dapat disimpulkan dengan pasti baik sebelum
maupun setelah penyesuaian.
• Analisis SO2 yang disesuaikan menunjukkan
nilai SO2 yang lebih rendah secara statistik, 9%
lebih rendah, setelah STSG dibandingkan
dengan pengobatan Suprathel.
• Rata-rata geometris lainnya lebih berbeda Tabel 7. Efek pengobatan pada rasio parameter yang diperiksa dalam
ACOVA tanpa efek acak dengan penyesuaian terapi kompresi bekas luka,
tanpa signifikansi statistik (Tabel 7). konsumsi nikotin, usia, lokalisasi palmar atau dorsal bekas luka bakar,
dan interaksi usia dengan merokok dan lokalisasi
Diskusi : Elastisitas
• Bagian dermis yang digantikan dengan split-skin graft mengembangkan
kontraktur sekunder dan kehilangan elastisitasnya selama masa
penyembuhan.
• Elastisitas kulit setelah penggunaan Suprathel bergantung dengan durasi
penyembuhan luka dan kemungkinan terbentuknya hipertrofi parut.
Luka bakar memerlukan lebih dari 10 – 14 hari untuk sembuh, dan
dikaitkan dengan risiko terbentuknya jaringan patologis yang lebih
tinggi.
• Sebuah studi prospektif pada tahun 2009 menunjukkan penyembuhan
yang lebih lama setelah penggunaan Suprathel disbanding dengan STSG.
Diskusi : Elastisitas
• Uji noninferiority prospektif pada tahun 2013 mengevaluasi skor VSS,
skor POSAS, dan nilai elastisitas kulit bekas luka bakar satu tahun
setelah STSG atau penggunaan Suprathel. Noninferiority dikonfirmasi
hanya untuk skor POSAS.
• Kulit permukaan dorsal tangan lebih tipis dan rentan terbentuk
jaringan parut hipertrofi.
• Luka bakar dalam di daerah sendi dan jaringan dapat menyebabkan
kontraktur dan gangguan fungsi.
Diskusi : Elastisitas
• Tindakan operasi dini untuk luka bakar (72 jam setelah cedera) dan
terapi kompresi bekas luka dapat mencegah pembentukan jaringan
parut hipertrofik.
• Koreksi bekas luka bakar setelah perawatan nonoperatif tidak
memperbaiki fungsi tangan karena kemungkinan kontraktur struktur
anatomi yang sudah terjadi.
• Hasil studi ini tidak menemukan perbedaan yang signifikan untuk nilai
R2 dan R5 antara kedua jenis terapi. Namun berdasarkan pengalaman
peneliti, kulit individu yang diobati dengan Suprathel tampak tidak stabil
dan rentan retak pada periode awal setelah penyembuhan selesai.
Diskusi : Parameter perfusi mikrosirkulasi dan skor skala bekas
luka

• Faktor risiko yang dilaporkan untuk pembentukan bekas luka


hipertrofik adalah kulit gelap, bayi dan remaja, jenis kelamin
perempuan, predisposisi genetik, luka bakar dalam terutama di leher
atau lengan, waktu penyembuhan yang lama, dan transplantasi
cangkok kulit yang menyatu
• Bekas luka bakar hipertrofi setelah STSG menunjukkan hiperemia dan
peningkatan aliran darah dibandingkan dengan kulit normal.
• POSAS dan VSS berkorelasi dengan penilaian objektif bekas luka bakar
dengan suction cutometry, waktu penyembuhan, dan kualitas bekas
luka bakar.
Diskusi : Parameter perfusi mikrosirkulasi dan skor skala bekas
luka

• Analisis SO2 yang sudah disesuaiakna menunjukkan nilai SO2 yang


lebih rendah secara statistic setelah STSG dibandingkan dengan
penggunaan Suprathel.
• SO2 mewakili saturasi oksigen kapiler-vena dan menunjukkan
keseimbangan antara pengiriman oksigen dan konsumsi dalam
jaringan.
• Selain itu, tidak ada perbedaan signifikan lebih lanjut mengenai
parameter perfusi mikrosirkulasi dan skor skala bekas luka yang
ditemukan.
Diskusi : Kelebihan dan kekurangan
•Keuntungan STSG : waktu penyembuhan yang lebih singkat dan akibatnya risiko
pembentukan parut patologis yang lebih rendah dan elastisitas kulit yang lebih
baik.
•Kerugian STSG : morbiditas sisi donor, kehilangan darah intraoperatif, serta
komplikasi operasi umum lainnya. Selain itu, hasil pasien dalam hal ini bergantung
pada keahlian ahli bedah.
•Keuntungan Suprathel : tidak adanya morbiditas sisi donor dan komplikasi operasi
umum lainnya, tingkat infeksi luka yang rendah dan pengurangan rasa sakit selama
penggantian balutan .
• Suprathel adalah pilihan terapi alternatif yang baik untuk luka bakar kulit dalam
pada pasien lanjut usia, sakit kronis, multimorbid, serta pada pasien luka bakar
parah dengan kurangnya situs donor
Keterbatasan dan Kekuatan Penelitian
KETERBATASAN :
• Desain dan ukuran sampel yang relative kecil
• Bias seleksi mungin terjadi karena pasien yang lebih tua, multimorbid, atau pasien
yang kecewa sehingga tidak mau menghadiri pemeriksaan medis.

KEKUATAN :
• Analisis statistic mencakup control untuk berbagai factor perancu potensial seperti
usia, jenis kelamin, terapi kompresi bekas luka, konsumsi nikotin, dan lokasi bekas
luka bakar (palmar atau dorsal).
• Pengukuran dilakukan oleh orang yang sama, konsultan ahli bedah plastic dalam
kondisi yang sama dan sesuai dengan instruksi manual cuometer dan perangkat
OC2.
Kesimpulan
Split-thickness skin graft setelah eksisi tangensial dan penggunaan
Suprathel setelah pengangkatan lepuh luka bakar dapat menjadi pilihan
yang setara untuk perawatan luka bakar kulit tangan yang dalam. Untuk
mendeteksi kemungkinan perbedaan kecil, studi lebih lanjut dengan
sampel yang lebih besar diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai