Anda di halaman 1dari 10

Varicose Veins

a. Definisi
Varicose veins atau varises berasal dari bahasa latin “varix” yang berarti memutar.
Varises adalah ketika vena superfisial melebar dan berliku-liku akibat kerusakan struktur
dan fungsi katup sehingga terjadi peningkatan tekanan vena dalam jangka waktu lama yang
sering terjadi pada vena saphena ekstremitas bawah atau juga bisa di tempat lain.

b. Etiologi

Dapat diakibatkan karena kelemahan intrinsik dinding vena, tekanan intraluminal tinggi,
defek kongenital dari struktur dan fungsi katup vena, atau adanya fistula arteriovenosa
walaupun jarang.

c. Epidemiologi
- Tampak secara klinis pada 10-20% populasi
- Wanita > pria  tonus wanita lebih lemah dibandingkan laki-laki. Sering juga dikaitkan
dengan kehamilan dan faktor hormonal.
d. Faktor Risiko
- Usia. Risiko varises meningkat seiring bertambahnya usia. Penuaan menyebabkan
inkompetensi pada katup di pembuluh darah yang membantu mengatur aliran darah.
Akhirnya, katup yang inkompeten itu menyebabkan katup membiarkan darah terkumpul
di pembuluh darah bukannya mengalir ke jantung.
- Kolesterol tinggi  venous valvular incompetence
- DVT  Deep venous obstruction
- Gender. Wanita lebih mungkin mengembangkan kondisi tersebut karena tingginya
kadar hormon estrogen.
- Kehamilan. Karena tekanan tinggi pada vena pada saat berdiri. Perubahan hormonal
selama kehamilan juga berperan.
- Riwayat keluarga. Jika anggota keluarga lain menderita varises, kemungkinan besar
juga akan mengalami varises (venous valvular incompetence)
- Obesitas. Kelebihan berat badan memberi tekanan tambahan pada pembuluh darah
(venous hypertension)
- Berdiri atau duduk untuk waktu yang lama. Darah tidak mengalir dengan baik jika
berada dalam posisi yang sama dalam waktu lama  venous hypertension
e. Kategori
1) Primer
- Berasal dari sistem vena superfisial
- Terjadi 2-3 kali lebih sering pada wanita daripada pria
- Setengah dari penderita memiliki riwayat keluarga varises
- Faktor resiko: kehamilan, berdiri terlalu lama, obesitas
- Selama kehamilan atau berdiri lama, tekanan vena yang tinggi di dalam tungkai
dapat menyebabkan varises jika ada kelemahan yang mendasari dinding pembuluh
darah.
- Pada pasien obesitas, jaringan adiposa yang mengelilingi dinding pembuluh kurang
memberikan dukungan struktural pada vena dibandingkan dengan massa otot.
2) Sekunder
- Akibat insufisiensi vena dalam dan vena perforasi yang inkompeten atau adanya
oklusi vena dalam yang menyebabkan kompensasi dilatasi vena superfisial yang
berfungsi secara kolateral
- Dalam kasus seperti ini, darah vena dalam akan dialirkan secara retrograde melalui
saluran perforasi ke vena superfisial, meningkatkan tekanan dan volume
intraluminal dan menyebabkan dilatasi dan pembentukan varises.
f. Gejala
- Pembesaran vena berwarna ungu tua atau biru yang tampak menonjol dan berliku-liku
 gangguan kosmetik
- Nyeri tumpul atau sensasi tertekan setelah berdiri lama. Dapat hilang setelah kaki
dinaikkan
- Kaki terasa berat, terkadang terjadi edema pergelangan kaki yang ringan
- Varises yang luas bisa menyebabkan skin ulcer di dekat pergelangan kaki
- Dapat terjadi trombosis vena superfisial yang berulang karena darah statis dan varises
bisa pecah dan mengalami perdarahan walaupun jarang
- Gejala berkurang saat kaki diangkat secara berkala, tidak berdiri lama, memakai
elastic band
g. Klasifikasi
Menurut klasifikasi Clinical Signs, Etiological Classification, Anatomic Distribution,
Pathophysiological Dysfunction (CEAP) varises vena tungkai dibagi berdasarkan berat
ringan manifestasi klinisnya, yaitu :
- C1  Fase awal mencakup telangiectasis (spider vein) dan reticular vein, biasanya
sekitar pergelangan kaki  considered as “warning veins”
Telangiectasis: dilatasi vena intradermal dengan diameter < 1 mm.
Reticular veins : dilatasi vena subkutan dengan diameter 1-3 mm
Fase awal C1 tidak berhubungan dengan gejala yang spesifik untuk CVI dan merupakan
masalah kosmetik untuk pasien
- C2  perkembangan varicose veins. Merupakan vena subkutan yang inkompeten
dengan diameter > 3 mm. Jika disfungsinya tidak ditangani, diameternya dapat melebar
sampe di titik dimana varicose vein tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang
- C3  ONSET BISA DIESBUT CVI. Ada gejala C1 + C2 + edema di kaki. Biasanya
spontan terlihat saat malam hari, namun akan menetap pada kasus yang tidak tertangani.
Karena ada tekanan tinggi otomatis ada ekstravasasi plasma ke interstitial
- C4  Venous hypertension menyebabkan ekstravasasi eritrosit dan deposisi
hemosiderin di dermal  hiperpigmentasi. Edema kronis juga bisa mengarah ke
dematitis statis, dengan ciri adanya eritema, bersisik/eksema, kadang-kadang gatal.
Biasanya ini salah diagnosis dengan erysipelas/cellulitis

Adanya lipodermatosclerosis akibat proses inflamasi kronis di dermis dan subkutan.


Gejalanya: eritema, indurasi/mengeras, fibrosis, dan pada kasus akut menimbulkan
nyeri. Dapat menjadi peringatan untuk berubah menjadi ulserasi yang mungkin segera
terjadi
- C5  ulser biasanya di malleolus medial. Umumnya dangkal, tepi tidak teratur,
dasarnya jaringan granulasi, adanya eksudat. Ulser yang sudah sembuh sempurna
biasanya tetap membutuhkan perawatan luka yang berkepanjangan
- C6  ulsernya masih aktif
h. Diagnosis
- Anamnesis:
 Riwayat insufisiensi vena (onset terlihatnya pembuluh darah abnormal, onset dari
gejala yang muncul, penyakit vena sebelumnya, adanya riwayat menderita varises
sebelumnya)
 Faktor risiko (riwayat keluarga, trauma pada tungkai, pekerjaan yang membutuhkan
posisi tubuh berdiri yang terlalu lama)
- Pemeriksaan fisik:
 Inspeksi. Inspeksi tungkai dilakukan dari distal ke proksimal dari depan ke
belakang. Vena normalnya terlihat distensi hanya pada kaki dan pergelangan kaki,
jika ditemukan pada regio lain di tungkai biasanya itu merupakan suatu kelainan.
 Palpasi
Anteromedial : menilai keadaan VSM (vena saphena magna)
Lateral : menilai vena nonsaphena yang merupakan cabang kolateral dari VSM
Posterior : menilai keadaan VSP (vena saphena parva).
 Perkusi (Tap Test, cukup jarang dilakukan). Dilakukan untuk mengetahui kedaan
katup vena superficial dengan cara meletakkan satu jari di sephenofemoral junction
(SFJ) yaitu inferio-lateral dari tuberkulus pubis dan “tap” di vena varises. Jika
terdapat thrill di SFJ maka terdapat inkompetensi katup.
 Perthe’s Test. Menilai kemungkinan obstruksi vena dalam. Sebuah tourniquet
dipasang di bagian tengah paha setelah pasien berdiri, dan varises terisi. Pasien
kemudian diinstruksikan untuk berjalan selama 5 menit. Sistem vena dalam yang
paten dan vena perforate yang kompeten memungkinkan vena superfisial di bawah
torniket tetap kolaps. Obstruksi vena dalam mungkin ada jika vena superfisial
semakin membesar saat berjalan.
Jika vena varises kurang terdistensi, maka tidak ada deep venous valvular
insufficiency, sebab otot betis mampu memompa darah dari sistem vena superfisial
ke dalam sistem vena dalam. Hal ini mengindikasi problem dari vena superficial.
Jika vena varises tetap distensi, ada masalah dengan deep venous system, yang
mencegah drainage dari darah dari vena superfisial varises. Pada situasi ini, pasien
juga mengeluhkan nyeri di kaki disebabkan vena hipertensi. Penyebab paling sering
adalah deep vein thrombosis.

 Tes Trendelenburg. Sering dapat membedakan antara pasien dengan refluks vena
superficial dengan pasien dengan inkompetensi katup vena profunda. Saat pasien
berbaring telentang, tungkai diangkat dan pembuluh darah dibiarkan kosong.
Kemudian, tourniquet dipasang di bagian proksimal paha dan pasien diminta untuk
berdiri. Pengisian varises dalam waktu 30 detik menunjukkan bahwa varises
disebabkan oleh insufisiensi vena dalam dan vena perforasi yang tidak kompeten.
Varises primer dengan insufisiensi vena superfisial adalah diagnosis yang
mungkin terjadi jika pengisian ulang vena terjadi segera setelah torniket dilepas.
- Pemeriksaan penunjang
 USG Doppler. Digunakan untuk mengetahui arah aliran darah vena yang mengalami
varises. Normalnya bila katup berfungsi normal tidak akan ada aliran berlawanan
arah katup saat penekanan dilepaskan.
i. Tata Laksana
1) Non-farmakologi
- Pasien mengangkat kaki mereka saat terlentang, menghindari berdiri terlalu lama,
dan memakai stoking kompresi (menyeimbangkan tekanan hidrostatik vena). Untuk
kekuatan kompresi, yang disarankan adalah 20-30 mmHg dan pada kasus yang lebih
parah dapat ditingkatkan menjadi 30-40 mmHg.

- Prosedur ablatif, termasuk skleroterapi, frekuensi radio endovenous atau ablasi laser,
dan pembedahan dapat dipertimbangkan untuk mengobati varises di pasien terpilih
yang memiliki gejala persisten, menderita trombosis vena superfisial berulang, dan /
atau timbulnya kulit ulserasi. Terapi ablatif juga dapat diindikasikan untuk alasan
kosmetik.
- Varises kecil bergejala bisa diobati dengan skleroterapi, di mana cairan sklerotik
disuntikkan ke varises yang terlibat (dinding akan kolaps sehingga tidak bisa
mengangkut darah lagi), kemudian pasien menggunakan stoking kompresi untuk
mencegah dilatasi kembali.

- Endovenous laser treatment. Dilakukan dengan bantuan ultrasonografi untuk


melihat bagian pembuluh darah vena yang melebar. Setelah itu dimasukkan fiber ke
dalam pembuluh vena tersebut dan dengan fiber itu bisa ditentukan titiktitik yang
perlu untuk ditembak dengan laser. Cara ini hampir sama dengan bedah laser, tapi
lebih akurat dalam menentukan bagain pembuluh darah yang perlu ditembak
sehingga mengurangi tingkat kesalahan.
- Terapi bedah biasanya dilakukan apabila varises sudah terlalu besar dan melibatkan
pengangkatan vena secara langsung.
j. Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah varises sepenuhnya. Tetapi meningkatkan sirkulasi dan
tonus otot dapat mengurangi risiko varises.
- Berolahraga. Dengan berjalan, lari, berenang, bersepeda dan treadmill, bisa membantu
pembuluh darah vena memompa darah kembali ke jantung sehingga peredaran darah
lancar.
- Mengubah posisi duduk atau berdiri secara teratur dan menghindari duduk
menyilangkan kaki. Duduk dengan menyilangkan kaki bisa menghambat kelancaran
peredaran darah. Ini bisa mengakibatkan darah tertahan dan menyebabkan varises.
- Menjaga berat badan. Menjaga berat badan tetap ideal akan mengurangi beban kaki
dalam menopang berat tubuh sehingga pembuluh darah tidak bekerja terlalu berat untuk
memompa darah.
k. Komplikasi
Komplikasi varises, meskipun jarang, dapat meliputi:
- Ulkus. Ulkus bisa terbentuk di kulit dekat varises, terutama di dekat pergelangan kaki.
- Penggumpalan darah. Kadang-kadang, pembuluh darah yang berada dalam di kaki
membesar. Dalam kasus seperti itu, kaki yang terkena bisa menjadi nyeri dan bengkak.
- Perdarahan. Kadang-kadang, pembuluh darah yang sangat dekat dengan kulit bisa
pecah. Ini biasanya hanya menyebabkan perdarahan kecil.
l. Prognosis
Tidak ada obat untuk varises. Bahkan setelah operasi pengangkatan, kekambuhan sering
terjadi. Berbeda dengan sistem vena dalam, bekuan di vena superfisial jarang mengalami
emboli sehingga risiko emboli paru jarang terjadi. Varises yang tidak diobati mencerminkan
estetika yang buruk dan inilah alasan utama mengapa kebanyakan orang mencari
pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai