Anda di halaman 1dari 22

FIMOSIS

a) Definisi Femosis adalah prepusium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh adesi alamiah antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat diretraksi. b) Gambaran klinis

Fimosis menyebabkan gangguan aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil, menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi, dan menimbulkan retensi urine. higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis) atau infeksi pada glans dan prepusisium penis (balanopostitis). Kadangkala pasien dibawa berobat oleh orang tuanya karena ada benjolan lunak di ujung penis yang tak lain adalah korpus smegma yaitu timbunan smegma di dalam sakus prepusium. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada di dalamnya. c) Tindakan Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada fimosis, karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder.

Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba diberikan salep deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu. prepusium dapat diretraksi spontan. Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau psostitis harus diberi antibiotika sebelum sirkumsisi.

FIMOSIS Definisi : Prepusium penis yang tidak dapat diretraksi ( ditarik ) ke proksimal sampai ke korona glandis ( Dasar Dasar Urologi, Basuki B. Purnomo )

Etiologi Adesi alamiah antara prepusium dgn glans penis ( Dasar Dasar Urologi, Basuki B. Purnomo )

Faktor resiko Belum sunat Penderita DM yg belum disunat Higienitas kurang Pengetahuan yang kurang Patogenesis Smegma tidak higienisinfeksi adhesi Manifestasi klinis Sulit kencing Pancaran urin mengecil Menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi Retensi urin ( Dasar Dasar Urologi, Basuki B. Purnomo )

Diagnosis Anamesis Ditanyakan gejala2 Pem.fisik Inspeksi Terdapat adhesi Tanda2 peradangan Palpasi Preputium yang menggelembung Teraba suatu cairan Kayak balon Pem.penunjang

DD

Parafimosis Striktur meatus uretra ( Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong )

Komplikasi Postitis Balanitis Balanopostitis

gangren prognosis baik jika tertatalaksana dengan cepat dan baik

Parafimosis
1. Definisi

Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksi sampai di sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada penis dibelakang koronarius. Menarik (retraksi) prepusium ke proksimal biasanya dilakukan pada bersanggama/masturbasi atau sehabis pemasangan kateter. Jika prepusium tidak secepatnya dikembalikan ke tempat semula, menyebabkan gangguan aliran balik vena superfisial sedangkan aliran arteri tetap berjalan normal. Hal ini menyebabkan edema glans penis dirasakan nyeri. Jika dibiarkan bagian penis di sebelah distal jeratan makin membengkak yang akhirnya bisa mengalami nekrosis glans penis.
2. Etiologi Retraksinya berlebihan pada saat senggama yang belum sirkumsisi dan pada pemasangan kateter.

3. Pathogenesis

Menarik

(retraksi)

prepusium

ke

proksimal

biasanya

dilakukan

pada

bersanggama/masturbasi atau sehabis pemasangan kateter. Jika prepusium tidak secepatnya dikembalikan ke tempat semula, menyebabkan gangguan aliran balik vena superfisial sedangkan aliran arteri tetap berjalan normal. Hal ini menyebabkan edema glans penis dirasakan nyeri. Jika dibiarkan bagian penis di sebelah distal jeratan makin membengkak yang akhirnya bisa mengalami nekrosis glans penis. Sumber: Purnomo B.2003.Dasar-Dasar Orologi.Jakarta: CV infomedika. Ed 2

Hipospadia
1. Definisi

Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak glandular hingga perineal. Angka kejadian hipospadia adalah 3,2 dari 1000 kelahiran hidup. Pada hipospadia tidak didapatkan prepusium ventral sehingga prepusium dorsal menjadi berlebihan (dorsal hood) dan sering disertai dengan korde (penis angulasi ke ventral). Kadang-kadang didapatkan stenosis meatus uretra, dan anomali bawaan berupa maldesensus atau. hernia inguinalis. Kejadian seluruh hipospadia yang bersamaan dengan kriporkismus adalah 9%, tetapi pada hipospadia posterior sebesar 32%. Sumber: Purnomo B.2003.Dasar-Dasar Orologi.Jakarta: CV infomedika. Ed 2
2. Etiologi

a. b. c. d.

Produksi androgen abnormal dari testis fetus Kelainan sensitivitas terhadap androgen pada bakal genitalia eksterna Berhentinya stimulasi androgen sebelum waktunya / prematur Kombinasi dari ketiga faktor tersebut

3. Klasifikasi

Berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan koreksi korde, Browne (1936) membagi hipospadia dalam tiga bagian besar, yaitu a. Hipospadi anterior terdiri atas tipe glanular, subkoronal, dan penis distal, b. Hipospadi medius terdiri atas: midshaft, dan penis pro c. Hipospadi posterior terdiri atas: penoskrotal, skrotal, dan perineal.

4. Pathogenesis Congenital ketidak komplitan penggabungan lipatan uretra 5. Gambaran klinis - lubang urethra berada di ventral.. disertai korrde (bengkok ke arah ventral). Prepusium dorsal berlebihan - stenosis meatus uretra - anomali bawaan : maldecensus testis atau hernia inguinalis 6. Diagnosis

7. Penatalaksanaan

Tujuan fungsional operasi hipospadia adalah: a. Kosmetik penis sehingga fungsi miksi dan fungsi seksual normal (ereksi lurus dan pancaran ejakulasi kuat)

b. Penis dapat tumbuh dengan normal. Tahapan-tahapan rekonstruksi adalah: koreksi korde (ortoplasti), membuat neouretra dari kulit penis (uretroplasti), dan membuat glans. Berbagai metode rekonstruksi telah diperkenankan mulai dari metode satu tahap hingga dua tahap. Pilihan metode tergantung dari pengalaman operator. Reparasi hipospadi dianjurkan pada usia pra sekolah agar tidak mengganggu kegiatan belajar pada saat operasi. Perlu diingat bahwa seringkali rekonstruksi hipospadia membutuhkan lebih dari sekali operasi, koreksi ulangan jika terjadi komplikasi. Pada hipospadia posterior dengan disertai testis maldesensus dianjurkan untuk melakukan uretroskopi praoperatif guna melihat kemungkinan adanya

pembesaran utrikulus prostatikus yang mungkin terdapat keraguan jenis kelamin (sexual ambiquity). Sumber: Purnomo B.2003.Dasar-Dasar Orologi.Jakarta: CV infomedika. Ed 2
Komplikasi Bedah Kebocoran uretra Hematom Stenosis meatus externus Fistula urethrocutaneous Striktura uretra Infeksi luka Divertikulum uretra

Epispadia
1. Definisi Merupakan kelainan kongenital yang merupakan bagian dari bladder exstrophy Lubang uretra berada sebelah dorsal penis Jarang : 1 diantara 117.000 kelahiran laki-laki Disertai gangguan fungsi buli-buli dan refluks

2. Etiologi Congenital 3. Klasifikasi Lubang uretra dipuncak kepala penis glandula Penile Phenopubis 4. Pathogenesis Kongeital ??? 5. Gambaran klinis Lubang uretra disepanjang punggung penis 6. Diagnosis PP : radiologi mengetahui tingkat keparahan 7. Penatalaksanaan Bedah sama seperti hipospadia

Priapismus
1. Definisi Gangguan ereksi penis kurang dari 6 jam tanpa diiukuti dengan rangsangan seksual 2. Etiologi Primer Idiopatik (Belum jelas penyebabnya) Sekunder a. Kelainan pembekuan darah (anemi bulan sabit, lekemi, emboli lemak) b. Trauma para perineum atau genitalia c. Gangguan neurogen (pd saat menjalani anastesi regional atau pd penderita paraplegia) d. Penyakit keganasan e. Pemakaian obat-obatan tertentu (alkohol, psikotropik dan antihipertensi)

Pasca injeksi intra cavernosa dg zat vasoaktif 3. Klasifikasi 1. Priapismus iskemik/ Priapismus tipe veno aklusif/low flow - Ditandai dg adanya iskemik/anoksia pada otot polos cavernosa. - Semakin lama ereksi iskemik semakin berat, setelah 3-4 jam ereksi dirasakan sangat sakit. - Setelah 12 jam terjadi edema intertisisal dan kerusakan endotelium sinusoid. - Setelah 24-48 jam terjadi Nekriosis otot polos kavernosa - Lebih dari 48 jam terjadi pembekuan darah dalam kaverne dan terjadi endotel sehingga jaringan-jaringan trabekel kehilangan daya elastisitasnya. - Jika tidak diterapi, dutumesensi setelah 2-4 minggu dan otot polos yang mengalami nekrosis diganti oleh jaringan fibrusa kehilangan kemampuan untuk mempertahankan ereksi maksimal. 2. Priapismus non iskemik/Priapismus tipe arteriel/high flow - Terjadi setelah mengalami suatu trauma pd daerah perineum/setelah operasi rekonstruksi arteri pada disfungsi ereksi. - Prognosisnya lebih baik dari pada iskemik dan ereksi dapat kembali seperti semula.

Perbedaan Priapismus Iskemik dan Non-Iskemik


Low Flow (iskemik), Veno oklusif Pada saat tidur Mula2 ringan sangat nyeri Sangat tegang Hitam <30 mmHg >80 mmHg <7,25 Tidak ada aliran Pembuluh darah utuh High Flow (non-iskemik), Arteriel Setelah trauma Ringan-sedang Tidak tegang Merah >50 mmHg <50 mmHg >7,5 Ada aliran dan fistula Malformasi arterio-vena

Onset Nyeri Ketegangan penis Darah kavernosa Warna pO2 pCO2 pH Collor doppler Arteriografi

Tabel : 3785

4. Gambaran klinis Perbedaan Priapismus Iskemik dan Non-Iskemik


Low Flow (iskemik), Veno oklusif Pada saat tidur High Flow (non-iskemik), Arteriel Setelah trauma

Onset

Nyeri Ketegangan penis Darah kavernosa Warna pO2 pCO2 pH Collor doppler Arteriografi

Mula2 ringan sangat nyeri Sangat tegang Hitam <30 mmHg >80 mmHg <7,25 Tidak ada aliran Pembuluh darah utuh

Ringan-sedang Tidak tegang Merah >50 mmHg <50 mmHg >7,5 Ada aliran dan fistula Malformasi arterio-vena

5. Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan yg teliti diharapkan dapat mengungkap etiologi priapismus. Pada pemeriksaan lokal didapatkan batang penis yang tegang tanpa diikuti oleh keteganagan pada glans penis. Ultrasonografi Doppler dapat mendeteksi adanya pulsasi arteri kavernosa dan analisis gas darah yang diambil intrakavernosa dapat membedakan priapismus jenis iskemik/noniskemik serta liat Tabel ; 3785 6. Penatalaksanaan

a. Pada prinsipnya terapi priapismus adalah secepatnya mengembalikan aliran darah pada korpora kavernosa yang dicapai dengan cara medikamentosa maupun operatif. Sebelum tindakan yang agresif, pasien diminta untuk melakukan latihan dengan melompat-lompat dengan harapan terjadi diversi aliran darah dari kavernosa ke otot gluteus. Pemberian kompres air es pada penis atau enema larutan garam fisiologi dingin dapat merangsang aktivitas simpatik sehingga memperbaiki aliran darah kavernosa. Selain itu pemberian hidrasi yang baik dan anestesi regional pada beberapa kasus dapat menolong. Jika tindakan di atas tidak berhasil mungkin membutuhkan aspirasi, irigasi, atau operasi. b. Aspirasi dan Irigasi Intrakavernosa. Aspirasi darah kavernosa

diindikasikan pada priapismus non iskemik atau priapismus iskemik yang masih baru saja terjadi. Priapismus iskemik derajat berat yang sudah terjadi beberapa hari tidak memberikan respon aspirasi dan irigasi obat ke dalam intrakavernosa; untuk itu perlu tindakan operasi. Aspirasi dkerjakan dengan memakai jarum scalp vein no 21. Aspirasi sebanyak darah

intrakavernosa, kemudian dilakukan instilasi 10-20 g epinefrin atau 100200 g fenilefrin yang dilarutkan dalam 1 ml larutan garam fisiologis setiap 5 menit hingga penis mengalami detumesensi. Aka dilakukan sebelum 24 jam setelah serangan, hampir semua kasus dapat sembuh dengan cara ini. Selain obat-obatan tersebut, dapat pula dipakai instilasi streptokinase pada priapismus yang telah berlangsung 14 hari yang sebelumnya telah gagal dengan instilasi adrenergik. c. Jalan pintas (shunting) keluar dari korpora kavernosa Tindakan ini haras dipikirk-an, terutama pada priapismus veno-oklusi atau yang gagal-setelah terapi medikamentosa; hal ini untuk mencegah timbuInya sindroma kompartemen yang dapat menekan arteria kavernosa dan berakibat iskemia korpora kavernosa. d. Beberapa tindakan pintas itu adalah: (1) pintas korporo-glanular (sesuai yang dianjurkan oleh Winter (1978) atau Al Ghorab), (2) pintas korporospongiosum yaitu dengan membuat jendela yang menghubungkan korpus spongiosum dengan korpus kaverosum penis, dan (3) pintas safenokavernosum dengan membuat anastomosis antara korpus kavernosum dengan vena safena. Sumber: Purnomo B.2003.Dasar-Dasar Orologi.Jakarta: CV infomedika. Ed 2
7. Komplikasi Kerusakn jaringan Disfungsi ereksi Impotensi

Sirkumsisi SIRKUMSISI 1. DEFINISI Adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka

2. TUJUAN

secara agama : sbg pelaksanaan ibadah agama/ritual secara medis : a. menjaga higiene penis dari smegma dan sisa2 urine b. mencegah terjadinya infeksi pada glans atw prepusium penis c. mencegah timbulnya karsinoma penis.

3. KONTRAINDIKASI sirkumsisi ini tdk blh dilakukan pada : a. hipospadia b. epispadia c. korde d. megalouretra e. webbed penis (didapatkan jaringan diantara penis dan rafe skrotum) sedangkan kelainan pembekuan darah (bleeding diarthesis) merupakan kontraindikasi relatif utk tindakan ini.

4. INDIKASI a. Fimosis atw parafimosis b. Balanitis rekuren c. Kondiloma akuminata d. Karsinoma skuamosa pd prepusium

5. PRINSIP DASAR Dalam melakukan sirkumsisi hrs diingat beberapa prinsip dasar yaitu : a. asepsis b. pengangkatan kulit prepusium secara adeluat c. hemostasis yg baik d. kosmetik Sirkumsisi yg dikerjakan pada umur neonatus (<1 bulan) dpt dikerjakan tanpa memakai anestesi sedangkan anak yg lebih besar harus dengan memakai anestesi umum guna menghindari terjadinya trauma psikologis.

6. PERSIAPAN Alat2 yg diperlukan : a. b. c. d. e. kain kasa steril cairan desinfektan (povidon yodium) kain steril utk mempersempit daerah operasi semprit steril beserta jarumnya serta obat anestesi lokal (prokain/lidokain 0,5-1%) suatu set peralatan pembedahan minor

7. TEKNIK a. disinfeksi lapangan operasi dengan povidon yodium

b. daerah operasi ditutup dgn kasa steril c. pada anak yg lbh besar atw dewasa, pembiusan dilakukan memakai anestesi lokal dengan menyuntikkan obat anestesi pd basis penis (pd garis tengah dorsum penis). Obat anestesi disuntikkan secara infiltrasi di bawah kulit dan melingkari basis penis. Kemudian ditunggu beberapa saat dan diyakinkan bahwa batang penis sdh terbius d. jika terdpt fimosis, dilakukan dilatasi (pelebaran) dulu dgn klem sehingga prepusium dpt ditarik ke proksimal. Selanjutnya prepusium dibebaskan dari perlekatannya dengan glans penis dan dibersihkan dari smegma atw kotoran lain. e. Memotong prepusium penis dengan berbagai macam teknik antara lain : (1). Teknik diseksi prepusium atw sleeve, (2). Teknik Gulotin, (3). Teknik Dorsal slit, (4). Dengan mempergunakan alat plastibel atw Gomco. f. Setelah kulit prepusium terlepas dilakukan hemostasis utk merawat perdarahan. Perhatian utama ditujukan pada arteri yg terdpt di frenulum penis. g. Kulit proksimal dan distal dilakukan dengan penjahitan dengan memakai benang yg cepat diserap (plain catgut).

TEKNIK DISEKSI PREPUSIUM Prepusium diretraksi ke proksimal kemudian dibuat 2 buah insisi yg masing2 melingkar dan saling sejajar pd kulit prepusium. Insisi pertama berada 1 cm dari sulkus koronarius dan yg kedua berada beberapa cm disebelah proksimal dari insisi pertama. Kedua insisi dihubungkan dengan insisi longitudinal dan selanjutnya kulit prepusium dipisahkan dari jaringan subkutan hingga terlepas.

TEKNIK GULOTIN Prepusium ditegangkan pd sebelah ventral dan dorsal dengan klem kecil, kemudian dilakukan penjepitan kulit prepusium memakai klem yg lebih besar dengan batas proksimal klem berada disebelah distal dari glans penis. Selanjutnya dilakukan pemotongan kulit prepusium memakai pisau hingga kulit terlepas.

TEKNIK DORSAL SLIT Kulit prepusium disebelah kiri dan kanan ditegangkan ke lateral dengan klem kecil, kemudian prepusium disebelah dorsal dipotong memakai gunting pada garis midline, dari ujung distal ke arah proksimal sampai sulkus koronarius. Selanjutnya dilakukan pemotongan secara melingkar hingga kulit prepusium terlepas. Kulit proksimal dan distal didekatkan dengan penjahitan dengan memakai benang yg cepat diserap (plain catgut).

8. KOMPLIKASI

Sirkumsisi yg dilakukan dengan benar dan perawatan hemostasis yg cermat, hampir tdk menimbulkan penyulit. Secara umum, penyulit yg terjd pada tindakan ini rata2 adalah 0,2-0,5% yg terdiri atas : a. b. c. d. e. f. perdarahan (0,1-35%) infeksi (0,4%) pengangkatan kulit penis tdk adekuat terjdnya amputasi glans penis timbul fistula uretrokutan nekrosis penis

Sirkumsisi yg tergesa2 dan tdk memperhatikan perdarahan yg msh berlangsung menyebabkan perdarahan pasca sirkumsisi. Perdarahan terutama pada arteri frenulum yg ada disebelah ventral penis. Sterilitas yg kurang baik pd saat sirkumsisi dan higiene pasca sirkumsisi yg tdk terjaga menyebabkan infeksi luka operasi. Terjdnya nekrosis penis disebabkan iskemia yg karena infeksi, pemakaian campuran anestesi lokal dengan konsentrasi adrenalin yg terlalu tinggi, dan kain pembungkus (verban) yg terlalu ketat. Dinegara turki dilaporkan oleh Odzemir (1997) bahwa penyulit akibat sirkumsisi 5% disebabkan oleh dokter, 10% tenaga kesehatan selain dokter dan 85% dikerjakan oleh tukang sunat tradisional.

STRIKTUR URETRA
definisi Adalah penyempitan lumen uretra pada dindingnya corpus spongiosum.

etiologi Striktur uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra, dan kelainan bawaan. Infeksi yang paling sering menimbulkan striktura uretra adalah infeksi oleh kuman gonokokus yang telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya. Keadaan ini sekarang jarang dijumpai karena banyak pemakaian antibiotika untuk memberantas uretritis. trauma yang menyebabkan striktura adalah trauma tumpul pd selangkangan, fraktur tulang pelvis, tindakan trans uretra yang kurang hati2

patogenesis Proses radang atau trauma pada uretra akan menyebabkan terbentuknya sikatrik pad uretra.

Jaringan sikatrik pda lumen uretra akan menyebabkan hambatan aliran urin hingga retensi urine

Aliran urin yang terhmbt mencari jalan keluar di tempat lain (di sebelah proksimal striktura)

akhirnya mengumpul di di rongga periuretra

abses periuretra

membentuk fistula uretrokutan

gamabaran klinis

Diagnosis Urepometri kekuatan pancaran miksi Uretrografi Foto bipolar Urinalisis wana,kekurahan,kultur urine, kreatin Untuk mengetahui pola pancaran urin secara objektif, dapat diukur dengan cara sederhana atau dengan memakai alat uroflometri. Derasnya pancaran dapat diukur dengan membagi volume urin

yang dikeluarkan pada saat miksi dibagi dengan lama proses miksi. Kecepatan pancaran pria normal adalah 20 ml perdetik. Jika kecepatan pancaran kurang dari 10 ml perdetik menandakan ada obstruksi. Untuk melihat letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra dibuat foto uretrografi. Lebih lengkap lagi mengenai panjang striktura adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Melihat pembuntuan uretra secara langsung dilakukan melalui urtroskopi yaitu melihat striktura transuretra. Jika diketemukan striktura langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong jaringan fibrotik dengan memakai pisau sachse.

terapi Jika pasien datang karena retensi urin, secepatnya dilakukan sistomi suprapubik untuk mengeluarkan urin. Jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian antibiotika. Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktura uretra adalah: 1. Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya menimbulkan striktura lagi yang lebih berat. Tindakan ini dapat menimbulkan salah jalan (false route) Uretrotomi interna: yaitu memotong jaringan sikatriks uretra dengan pisau Otia atau dengan pisau Sachse. Otis dikerjakan jika belum terjadi striktura total, sedangkan pada striktura yang lebih berat, pemotongan striktura dikerjakan secara visual dengan memakai pisau sachse. Uretrotomi eksterna adalah tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis di antara jaringan uretra yang masih sehat.

2.

3.

Penyulit Obstruksi uretra yang lama menimbulkan stasis urine dan menimbulkan berbagai penyulit di antaranya adalah: infeksi saluran kemih, terbentuknya divertikel uretra/buli-buli, abses periuretra, batu uretra, fistel uretro-kutan, dan karsinoma uretra.

Prognosis Striktura uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah dilakukan observasi selama 1 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.

KELAIANAN TESTIS

Kelainan Testis
Hydrocele
Definisi Hydrocele adalah penumpukan cairan pada selaput yang melindungi testis atau testes.

Etiologi Biasanya penyebabnya tidak diketahui. meskipun begitu, keadannya kadangkala diakibatkan oleh sebuah gangguan testicular (misal, luka, epididymitis, atau kanker).

Gejala Biasanya, hydrocele tidak menyebabkan gejala; hal ini ditemukan sebagai bengkak yang tidak menyakitkan di sekitar testis.

Diagnosa Seorang dokter bisa menyinari lampu terang pada bengkak (transillumination) untuk memastikan diagnose. Ultrasonik bisa mengungkapkan infeksi atau tumor.

Pengobatan Kebanyakan hydrocele tidak membutuhkan pengobatan. Meskipun begitu, operasi pengangkatan kadangkala dilakukan untuk hydrocele yang tidak biasa besarnya.

Orkitis
Definisi Orkitis adalah suatu peradangan pada salah satu atau kedua testis (buah zakar). Etiologi Virus yang paling sering menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps). Faktor resiko untuk orkitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah:

Faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah: -ganti pasangan

Gejala Gejalanya berupa: Pembengkakan skrotum

penis keluar nanah

disuria) ejakulasi

Semen mengandung darah. Diagnosa Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan dan pembengkakan testis yang terkena. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan adalah:

PENGOBATAN Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotic Selain itu juga diberikan obat pereda nyeri dan anti peradangan Jika penyebabnya adalah virus, hanya diberikan obat pereda nyeri Penderita sebaiknya menjalani tirah baring, skrotumnya diangkat dan dikompres dengan air es.

Torsio Testis Dinisief Torsio Testis adalah terpuntir/melilitnya korda spermatika, yang menyebabkan terputusnya aliran darah ke testis (buah zakar) dan struktur jaringan di dalam skrotum (kantung zakar).

Etiologi

Torsio testis terjadi akibat perkembangan abnormal dari korda spermatika atau selaput yang membungkus testis. Torsio testis bisa terjadi setelah testis mengalami trauma, seorang pria melakukan aktivitas yang sangat berat atau bisa juga terjadi tanpa alasan yang jelas. Gejala Segera terjadi nyeri yang hebat dan pembengkakan di dalam skrotum disertai mual dan muntah. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

semen.

Diagnosa Daerah testis jika diraba sangat nyeri dan tampak membesar, lebih sering terjadi pada testis kanan. Testis yang terkena letaknya tampak lebih tinggi. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

PENGOBATAN Korda yang terpuntir menyebabkan terputusnya aliran darah ke testis. Karena itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan testis adalah pembedahan untuk melepaskan puntiran. Pembedahan harus dilakukan sesegera mungkin.

Anda mungkin juga menyukai