Anda di halaman 1dari 10

LBM 4 UROGENITAL

STEP 7
HASIL BELAJAR
1.
2.
3.
4.

Mengapa bila kencing ujung penisnya menggelembung?


Mengapa terasa nyeri seiring bertambahnya ukuran gelembungnya?
Kenapa semakin lama semakin membesar?
Kenapa dokter menyarankan pasien tersebut untuk dilakaukan

sikumsisi?
5. Obat apa yang diberikan kepada pasien?
6. Apa saja kelainan bawaan saluran kemih?
7. Kalo dari sekenario DDnya apa?
FIMOSIS
DEFINISI:
Preputium penis tidak dapat ditarik ke corona glandis.
( Dasar Dasar Urologi, Basuki B. Purnomo )
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI:
MANIFESTASI KLINIK:

Sulit kencing

Pancaran urin mengecil

Menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi

Retensi urin

( Dasar Dasar Urologi, Basuki B. Purnomo )


DIAGNOSIS:
PENATALAKSANAAN:
a. Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan
pada fimosis, karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada
ujung prepusium sebagai fimosis sekunder.
b. Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba
diberikan salep deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali.

Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu. prepusium dapat


diretraksi spontan.
c. Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya
ujung prepusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan
infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi.
Tentunya pada balanitis atau psostitis harus diberi antibiotika
sebelum sirkumsisi.
d. Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan
pada fimosis bs luka dan terbentuk sikatriks pada ujung
prepusium sbg fimosis sekunder
e. Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans diberikan salep
deksametasone 0,1 % yang dioleskan 3 atau 4 kali, stlh 6 minggu
dharapkan prepusium dapat diretraksi spontan
f. Sirkumsisi fimosis dgn keluhan miksi, menggelembung ujung
prepusium pd saat miksi, atau fimosis disertai infeksi postitis ( pd
balanitis atau postitis hrs diberi antibiotika dulu sblm sirkumsisi )
( Dasar Dasar Urologi, Basuki B. Purnomo )

PROGNOSIS:
KOMPLIKASI:
Parafimosis
DEFINISI:
Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksi sampai di
sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula
dan timbul jeratan pada penis dibelakang koronarius. Menarik
(retraksi) prepusium ke proksimal biasanya dilakukan pada
bersanggama/masturbasi atau sehabis pemasangan kateter. Jika
prepusium tidak secepatnya dikembalikan ke tempat semula,
menyebabkan gangguan aliran balik vena superfisial sedangkan
aliran arteri tetap berjalan normal. Hal ini menyebabkan edema
glans penis dirasakan nyeri. Jika dibiarkan bagian penis di
sebelah distal jeratan makin membengkak yang akhirnya bisa
mengalami nekrosis glans penis.

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo


ETIOLOGI:

Saat bersenggama
Masturasi
Saat pemasangan kateter

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo


KLASIFIKASI:
PATOGENESIS:
PATOFISIOLOGI:
MANIFESTASI KLINIK:

Edema

penis

karena

prepusium

tdk

secptnya

dikembalikan ke tempat semula gangguan aliran balik


vena superficial sdgkan arteri tetap berjln normal
edema penis )

Nyeri

( Dasar Dasar Urologi, Basuki B. Purnomo )

DIAGNOSIS:
TINDAKAN
Prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik
memijat glans selama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara
perlahan-lahan prepusium dikembalikan pada tempatnya. Jika usaha ini tidak
berhasil, dilakukan dorsum insisi pada jeratan sehingga prepusium dapat
dikembalikan

pada

tempatnya.

Setelah

edema

dan

menghilang pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi.


(Dasar-dasar Urologi Basuki B Purnomo)
Hipospadia
DEFINISI

proses

inflamasi

Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang


terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung
penis. Letak meatus uretra bisa terletak glandular hingga
perineal. Angka kejadian hipospadia adalah 3,2 dari 1000
kelahiran hidup.
Pada hipospadia tidak didapatkan prepusium ventral sehingga
prepusium dorsal menjadi berlebihan (dorsal hood) dan sering
disertai dengan korde (penis angulasi ke ventral). Kadang-kadang
didapatkan stenosis meatus uretra, dan anomali bawaan berupa
maldesensus atau. hernia inguinalis. Kejadian seluruh hipospadia
yang bersamaan dengan kriporkismus adalah 9%, tetapi pada
hipospadia posterior sebesar 32%.
Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo
PENATALAKSANAAN
Tujuan fungsional operasi :
Kosmetik penis shg fungsi miksi dan fungsi seksual normal
( ereksi lurus dan pancaran ejakulasi kuat )
Penis dapat tumbuh dgn normal
Tahapan rekonstruksi :
Koreksi korde ( ortoplasti )
Membuat neouretra dari kulit penis ( uretroplasti )
Membuat glans
( Dasar Dasar Urologi, Basuki B. Purnomo )

ETIOLOGI
Epispadia

Definisi
Mura uretra eksternum terdapat pada dorsum penis

Embriologi Kedokeran Langman, Edisi ke-7, T.W. Saddler, EGC

Etiologi

Tuberkulum genital yang seharusnya berkembang pada tepi


kranial membrana kloakalis, malah terbentuk di daerah septum
urorektal. Oleh karena itu sebagian membrana kloakalis sebagian
ditemukan di sebelah kranial TG dan apabila selaput ini pecah,
maka lubang keluar sinus urogenitalis terletakpd permukaan
kranial penis
Embriologi Kedokeran Langman, Edisi ke-7, T.W. Saddler, EGC
STRIKTURA URETRA
1. Definisi
Striktura uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada
dindingnya. Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalami
fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus
spongiosum.
2. Etiologi
a. Striktura uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada
uretra, dan kelainan bawaan. Infeksi yang paling sering menimbulkan
striktura uretra adalah infeksi oleh kuman gonokokus yang telah
menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya. Keadaan ini sekarang
jarang

dijumpai

karena

banyak

pemakaian

antibiotika

untuk

memberantas uretritis.
b. Trauma yang menyebabkan striktura uretra adalah trauma tumpul pada
selangkangan (straddle injury), fraktur tulang pelvis, dan instrumentasi
atau tindakan transuretra uretra yang kurang hati-hati.
3. Patoflsiologi
Proses radang akibat tramua atau infeksi pada uretra akan menyebabkan
terbentuknya jaringan sikatrilk pada uretra. Jaringan sikatriks pada lumen
uretra menimbulkan hambatan aliran urine hingga retensi urine. Aliran
urine yang terhambat mencari jalan keluar di tempat lain (di sebelah
proksimal striktura) dan akhimya mengumpul di rongga periuretra. Jika
terinfeksi menimbulkan abses periuretra yang kemudian pecah membentuk
fistula uretrokutan. Pada keadan tertentu dijumpai banyak sekali fistula
sehingga disebut sebagai fistula seruling
4. Derajat Penyempitan Uretra

Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktura uretra dibagi


menjadi 3 tingkatan, yaitu derajat:
a. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen
uretra.
b. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan 1/2diameter lumen
uretra
c. Berat: jika terdapat oklusi lebih besar dari 1/2diameter lumen
uretra.
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di
korpus spongiosum, yang dikenal dengan spongiofibrosis.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Untuk mengetahui pola pancaran urine secara obyektif, dapat diukur
dengan cara sederhana atau dengan memakai alat uroflometri.
Derasnya pancaran dapat diukur dengan membagi volume urine yang
dikeluarkan pada saat miksi dibagi dengan lama proses miksi.
Kecepatan pancaran pria normal adalah 20 ml/detik. Jika kecepatan
pancaran kurang dari 10 ml/detik menandakan ada obstruksi.
b. Untuk melihat letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra
dibuat foto uretrografi. Lebih lengkap lagi mengenai panjang striktura
adalah dengan membuat foto bipolar sistourtrografi dengan cara
memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara
retrograd dari uretra.
c. Melihat

pembuntuan

uretra

secara

langsung

dilakukan

melalui

uretroskopi yaitu melihat striktura transuretra. Jika diketemukan


striktura langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu
memotong jaringan fibrotik dengan memakai pisau sachse.
6. Terapi
a. Jika pasien data karena retensi urine, secepatnya dilakukan sistostomi
suprapubik untuk mengeluarkan urine. Jika dijumpai abses periuretra
dilakukan insisi dan pemberian antibiotika.
b. Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktura uretra adalah:
Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hatihati. Tindakan yang kasar tambah akan merusak uretra sehingga
menimbulkan luka baru yang pada akhirnya menimbulkan striktura

lagi yang lebih berat. Tindakan ini dapat menimbulkan salah jalan
(false route)
Uretrotomi interna: yaitu memotong jaringan sikatriks uretra
dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse. Otis dikerjakan jika
belum. terjadi striktura totaL sedangkan pada striktura yang lebih
berat, pernotongan striktura dikerjakan secara visual dengan
memakai'pisau sachse
Uretrotomi eksterna adalah tindakan operasi terbuka berupa
pemotongan jaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis di
antara jaringan uretra yang masib sehat.
7. Penyulit
Obstruksi uretra yang lama menimbulkan stasis urine dan menimbulkan
berbagai penyulit di antaranya adalah: infeksi saluran kemih, terbentuknya
divertikel uretra/buli-buli, abses periuretra, batu uretra, fistel uretrokutan, dan karsinoma uretra.
8. Prognosis
Striktura uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering
menjalani pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan
sembuh jika setelah dilakukan observasi selama 1 tahun tidak menunjukkan
tanda-tanda kekambuhan.
9. Kontrol berkala
Setiap kontrol dilakukan pemeriksaan pancaran urine yang langsung dilihat
oleh dokter atau dengan rekaman uroflometri. Untuk mencegah timbulnya
kekambuhan, sering kali pasien harus menjalani beberapa tindakan, antara
lain:

dilatasi berkala dengan busi

dan kateterisasi bersih mandiri berkala (KBMB) atau CIC (clean


intermitten catheterization) yaitu pasien dianjurkan untuk melakukan
kateterisasi secara periodik pada waktu tertentu dengan kateter yang
bersih (tidak perlu steril) guna mencegah timbulnya kekambuhan
striktura.

PRIAPISMUS
1. Definisi

Priapismus adalah ereksi penis yang berkepanjangan tanpa diikuti dengan


hasrat seksual sering disertai dengan rasa nyeri. Istilah priapismus berasal
dari kata. Yunani priapus yaitu sama dewa kejantanan pada Yunani kuno.
Priapismus merupakan salah satu kedaruratan di bidang urologi karena jika
tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan kecacatan yang
menetap berupa disfungsi ereksi.
2. Etiologi
Menurut etiologinya priapismus dibedakan dalam 2 macam yaitu : priapismus
primer atau idiopatik yang belum jelas penyebabnya sebanyak 60% dan
priapismus sekunder.
Priapismus sekunder dapat disebabkan
a. Kelainan pembekuan darah (anemi bulan sabit,lekemi, dan emboli
lemak).
b. Trauma para perineum atau genitalia
c. Gangguan neurogen (pada saat menjalani anestesi regionalatau pada
penderita paraplegia),
d. Penyakit keganasan,
e. Pemakaian

obat-

obat

tertentu

(alkohol,

psikotropik,

dan

antihipertensi)
f. Pasca injeksi intrakavernosa dengan zat vasoaktif.
3. Klasifikasi
Ereksi penis yang berkepanjangan ada priapismus dapat terjadi karena: (1)
gangguan mekanisme outflow (veno-oklusi) sehingga darah tidak dapat keluar
dari jaringan erektil, atau (2) adanya peningkatan inflow aliran darah arteriel
yang masuk ke jaringan erektil. Oleh karena itu secara hemodinamik,
priapismus dibedakan menjadi (1) priapismus tipe venookIusif atau low flow
dan (2) priapismus tipe arteriel atau high flow. Kedua jenis itu dapat
dibedakan

dengan

memperhatikan

gambaran

klinis,

laboratorium,

dan

pemeriksaan pencitraan utrarasonografi color doppller dan arteriografi.


1. Priapismus jenis iskemik ditandai dengan adanya iskemia atau anoksia pada
otot polos kavernosa. Semakin lama ereksi, iskemia semakin berat, dan
setelah 3-4 jam, ereksi dirasakan sangat sakit. Setelah 12 jam terjadi
edema interstisial dan kerusakan endotelium sinusoid. Nekrosis otot polos
kavernosa terjadi setelah 24-48 jam. Setelah lebih dari 48 jam terjadi
pembekuan darah dalam kaverne dan terjadi destruksi endotel sehingga
jaringan-jaringan trabekel kehilangan daya elastisitasnya.

a. Jika tidak diterapi, detumesensi terjadi setelah 2-4 minggu dan


otot polos yang mengalami nekrosis diganti oleh jaringan fibrusa
sehingga kehilangan kemampuan untuk mempertahankan ereksi
maksimal.
2. Jenis non iskemik banyak terjadi setelah mengalami suatu trauma pada
daerah perineum atau setelah operasi rekonstruksi arteri pada disfungsi
ereksi. Prognosisnya lebih baik daripada jenis iskemik dan ereksi dapat
kembali seperti sediakala.
Tabel 10-1. Perbedaan Priapismus Iskemik dan Non Iskemik
Low flow (statik/iskemik)-Veno oklusif High flow (non iskemik)-Arteriel

Onset

Pada saat tidur

Setelah trauma

Nyeri

Mula-mula ringan menjadi sangat nyeri

Ringan sampai sedang

Ketegangan penis

Sangat tegang

Tidak terIalu tegang

Darah kavernosa
Warna

Hitam

Merah

pO2

<30 mm Hg

>50 mm Hg

pCO2

>80 mmHg

<50 mmHg

pH

<7,25

>7,5

Color doppler

Tidak ada aliran

Arteriografi

Ada aliran, dan fistula

Pembuluh darah utuh

Malformasi arterio-vena

3. Diagnosis
Anamnesis

dan

pemeriksaan

yang

teliti

diharapkan

dapat

mengungkapkan etiologi priapismus. Pada pemeriksaan lokal didapatkan


batang penis yang tegang tanpa diikuti oleh ketegangan pada glans
penis. Ultrasonografi Doppler yang dapat mendeteksi adanya pulsasi
arteri

vernosa dan analisis gas darah yang diambill intrakavernosa

dapat membedakan priapismus jenis ischemic atau non ischemic.


4. Terapi
a. Pada prinsipnya terapi priapismus adalah secepatnya mengembalikan aliran
darah pada korpora kavernosa yang dicapai dengan cara medikamentosa

maupun operatif. Sebelum tindakan yang agresif, pasien diminta untuk


melakukan latihan dengan melompat-lompat dengan harapan terjadi diversi
aliran darah dari kavernosa ke otot gluteus. Pemberian kompres air es
pada penis atau enema larutan garam fisiologi dingin dapat merangsang
aktivitas simpatik sehingga memperbaiki aliran darah kavernosa. Selain itu
pemberian hidrasi yang baik dan anestesi regional pada beberapa kasus
dapat

menolong.

Jika

tindakan

di

atas

tidak

berhasil

mungkin

membutuhkan aspirasi, irigasi, atau operasi.


b. Aspirasi

dan

Irigasi

Intrakavernosa.

Aspirasi

darah

kavernosa

diindikasikan pada priapismus non iskemik atau priapismus iskemik yang


masih baru saja terjadi. Priapismus iskemik derajat berat yang sudah
terjadi beberapa hari tidak memberikan respon aspirasi dan irigasi obat
ke dalam intrakavernosa; untuk itu perlu tindakan operasi. Aspirasi
dkerjakan dengan memakai jarum scalp vein no 21. Aspirasi sebanyak
darah intrakavernosa, kemudian dilakukan instilasi 10-20 g epinefrin atau
100-200 g fenilefrin yang dilarutkan dalam 1 ml larutan garam fisiologis
setiap 5 menit hingga penis mengalami detumesensi. Aka dilakukan
sebelum 24 jam setelah serangan, hampir semua kasus dapat sembuh
dengan cara ini. Selain obat-obatan tersebut, dapat pula dipakai instilasi
streptokinase pada priapismus yang telah berlangsung 14 hari yang
sebelumnya telah gagal dengan instilasi adrenergik.
c. Jalan pintas (shunting) keluar dari korpora kavernosa Tindakan ini haras
dipikirk-an, terutama pada priapismus veno-oklusi atau yang gagal-setelah
terapi medikamentosa; hal ini untuk mencegah timbuInya sindroma
kompartemen yang dapat menekan arteria kavernosa dan berakibat
iskemia korpora kavernosa.

Anda mungkin juga menyukai