STRIKTUR URETRA
DI SUSUN OLEH :
Hendry Wahyudi (P27220018…)
M. Ichwan Rijani (P27220018…)
Nicky Putri Capindo (P27220018…)
Roisatul Husniyah (P27220018209)
B. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2010), penyebab striktur uretra yaitu:
1. Kongenital
Striktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan anomaly
saluran kemih yang lain
2. Didapat
Cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi transurethral,
kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi)
Cedera akibat peregangan
Cedera akibat kecelakaan
Uretritis gonorrheal yang tidak ditangani
Spasmus otot
Tekanan dari luar misalnya pertumbuhan tumor
3. Post operasi
Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra seperti
operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi
4. Infeksi
Merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti infeksi
kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non
gonorrhoika, kebanyakan striktur ini terletak di pars membranasea, walaupun
juga terdapat pada tempat lain. Infeksi chlamidia sekarang merupakan penyebab
utama tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Marilynn (2010), manifestasi klinis dari striktur uretra adalah yaitu:
1. Sulit memulai buang air kecil
2. Sakit saat buang air kecil (dysuria)
3. Infeksi saluran kandung kemih
4. Retensi urin
5. Kandung kemih tidak benar-benar kosong
6. Aliran kencing lemah
7. Kencing dengan tetesan kecil
8. Darah dalam urin (hematuria)
9. Darah dalam air mani
10. Nyeri panggul
11. Kemampuan ejakulasi berkurang
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Purnomo (2011) Trauma yang menyebabkan striktura uretra adalah
trauma tumpul pada selangkangan (straddle injury) dan fraktur tulang pelvis. Proses
radang akibat trauma atau infeksi pada uretra akan menyebabkan terbentuknya
jaringan sikatriks pada uretra. Jaringan sikatriks pada lumen uretra menimbulkan
hambatan aliran urine hingga retensi urine. Aliran urine yang terhambat mencari
jalan keluar di tempat lain (di sebelah proksimal striktura) dan akhirnya mengumpul
di rongga periuretra. Jika terinfeksi menimbulkan abses periuretra yang kemudian
pecah membentuk fistula uretrokutan. Pada keadaan tertentu banyak dijumpai
fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling. Tindakan yang kurang hati-hati
pada pemasangan kateter dapat menimbulkan salah jalan (false route) yang
menimbulkan kerusakan uretra dan menyisakan strikture dikemudian hari. Demikian
pula fiksasi kateter yang tidak benar pada pemakaian kateter menetap yang
menyebabkan penekanan kateter pada perbatasan uretra bulbo-pendulare yang
mengakibatkan penekanan uretra terus menerus, menimbulkan hipoksia uretra
daerah itu, yang pada akhirnya menimbulkan fistula atau strikur uretra.
Keterangan: Mekanisme trauma tumpul pada uretra anterior.(A) Ilustrasi
straddle injury menekan uretra bulbaris yang akan melawan simfisis pubis (B)
mengakibatkan gangguan pada uretra dengan perdarahan di sepanjang fascia
Colles. Fascia Buck juga terganggu
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis: warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, PH
7 atau lebih, bacteria (+)
2. Kultur urin: adanya staphylokokus aureus, proteus, klebsiella, pseudomonas, e.coli
3. BUN/Kreatinin: meningkat
4. Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui
panjangnya penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto) uretrografi.
5. Uroflowmetri: untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi
6. Uretroskopi: untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra
(Purnomo, 2011)
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016) Tujuan dari pengobatan striktur uretra adalah
kesembuhan permanen, tidak hanya sembuh sementara. Pengobatan terhadap
striktur uretra tergantung pada lokasi striktur, panjang/pendek striktur, dan
kedaruratannya. Jika lokasi striktur di uretra pars bulbosa dimana terdapat korpus
spongiosum yang lebih tebal daripada di uretra pars pedularis, maka angka
kesuksesan prosedur uretrotomi akan lebih baik jika dikerjakan di daerah tersebut.
Penanganan konvensional seperti uretrotomi atau dilatasi masih tetap dilakukan,
walaupun pengobatan ini rentan menimbulkan kekambuhan. Pemasangan stent
adalah alternatif bagi pasien yang sering mengalami rekurensi striktur. Namun tidak
menutup kemungkinan untuk terjadi komplikasi seperti hiperplasia jaringan uretra
sehingga menimbulkan obstruksi sekunder. Beberapa pilihan terapi untuk striktur
uretra adalah sebagai berikut:
1. Dilatasi uretra
Dilatasi dilakukan dengan menggunakan balon kateter atau busi logam dimasukan
hati-hati ke dalam uretra untuk membuka daerah yang menyempit.
2. Uretrotomi interna
Teknik bedah dengan derajat invasive minim, dimana dilakukan tindakan insisi
pada jaringan radang untuk membuka striktur. Insisi menggunakan pisau otis atau
sasche. Otis dikerjakan jika belum terjadi striktur total, sedangkan pada striktur
lebih berat pemotongan dikerjakan secara visual menggunakan kamera fiberoptik
dengan pisau sasche. Tujuan uretrotomi interna adalah membuat jaringan epitel
uretra yang tumbuh kembali di tempat yang sbelumnya terdapat jaringan parut.
3. Pemasangan stent
Stent adalah benda kecil, elastis yang dimasukan pada daerah striktur. Stent
biasanya dipasang setelah dilatasi atau uretrotomi interna. Ada dua jenis stent
yang tersedia, stent sementara dan permanen. Stent permanen cocok untuk
striktur uretra pars bulbosa dengan minimal spongiofibrosis. Biasanya digunakan
oleh orang tua, yang tidak fit menjalani prosedur operasi.
4. Uretroplasti
Uretroplasti adalah rekonstruksi uretra terbuka berupa pemotongan jaringan
fibrosis. Ada dua jenis uretroplasti yaitu uretroplasti anastomosis dan substitusi.
Uretroplasti anastomosis dilakukan dengan eksisi bagian striktur kemudian uretra
diperbaiki dengan mencangkok jaringan atau flap dari jaringan sekitar. Teknik ini
sangat tepat untuk striktur uretra pars bulbosa dengan panjang striktur 1-2 cm.
Uretroplasti substitusi adalah mencangkok jaringan striktur yang dibedah dengan
jaringan mukosa bibir, mukosa kelamin, atau preputium. Ini dilakukan dengan
graft, yaitu pemindahan organ atau jaringan ke bagian tubuh lain, dimana sangat
bergantung dari suplai darah pasien untuk dapat bertahan.
5. Prosedur rekonstruksi multiple Adalah
Merupakan suatu tindakan bedah dengan membuat saluran uretra di perineum.
G. KOMPLIKASI
Striktur uretra menyebabkan retensi urin di dalam kandung kemih. Penumpukan
urin dalam kantung kemih beresiko tinggi untuk terjadinya infeksi, yang dapat
menyebar ke kandung kemih, prostat, dan ginjal. Abses di atas lokasi striktur juga
dapat terjadi, sehingga menyebabkan kerusakan uretra dan jaringan di bawahnya.
Selain itu, resiko terjadinya batu kandung kemih juga meningkat, timbul gejala sulit
ejakulasi, fistula uretrokutaneus (hubungan abnormal antara uretra dengan kulit), dan
gagal ginjal (Nurarif dan Kusuma, 2016)
H. PATHWAY
Jaringan parut
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik
2. Gangguan eliminasi urin b/d obstruksi uretra
3. Risiko infeksi b/d agen biologis
4. Retensi urin b/d peningkatan tekanan vesika urinaria
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer and Bare. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Vol:1.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Indikator Diagnostik). Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta
C. INTERVENSI KEPERAWATAN