Anda di halaman 1dari 11

PRAKTEK PROFESI NERS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


Tentang
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR MANDIBULA

DISUSUN OLEH :
RAHMI RAHAYU PUTRI
1741312052
Kelompok V17

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR MANDIBULA

A. Landasan Teoritis Penyakit


1. Defenisi

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma


atau tenaga fisik. Kekuatan otot dan sudut dari tenaga tersebut,
keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap
(Price dan Wilson, 2016).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2001).
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan,
baik yang bersifat total maupun sebagian (Muttaqin, Arif, 2008).
Ma n d i b u l a a d a l a h t u l a n g r a h a n g b a w a h , t u l a n g y
a n g t i d a k t e r a t u r d a n merupakan satu-satunya tulang kepala yang
dapat bergerak (Watson, 2002).
Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibula yang
dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.
2. Etiologi
Klasifikasi Fraktur (Chairuddin, 2003)
Klasifikasi etiologis
1. Trauma langsung :
Benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.
2. Trauma tidak langsung :
Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area
benturan.
3. Fraktur patologis :
Fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma.
Contoh fraktur patologis : osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi
tulang dan tumor tulang.
Klasifikasi klinis
1. Fraktur tertutup, merupakan fraktur tidak menyebabkan robek pada
kulit.
2. Fraktur terbuka, merupakan dengan luka pada kulit atau robek dan
ujung tulang menonjol sampai menembus kulit.
3. Fraktur komplit, merupakan patah pada seluruh garis tengah tulang
dan biasanya mengalami pergeseran.
4. Fraktur tidak komplit, merupakan patah hanya terjadi pada sebagian
dari garis tengah tulang.

Klasifikasi radiologis

1. Lokalisasi/letak fraktur seperti diafisis, metafisis, intra-artikular.


2. Konfigurasi/sudut patah dari fraktur :
Fraktur trans6ersal
Fraktur oblik
Fraktur spiral
Fraktur kominutif
Fraktur segmental
Fraktur impaksi/kompresi
3. Menurut ekstensi:
Fraktur total
Fraktur tidak total (fracture crack)
Fraktur buckle/torus
Fraktur garis rambut
Fraktur greenstick
Fraktur avulse
Fraktur sendi
4. Berhubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya yaitu tidak
bergeser dan bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi,
overiding, impaksi)

Menurut R. Gustino fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat yaitu:

Derajat 1 :

Luka <1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan
Kontaminasi minimal

Derajat II :

Laserasi >1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi
Fraktur kominutif sedang
Kontaminasi sedang

Derajat III :

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit,


otot.
3. M a n i f e s t a s i K l i n i
Tidak dapat menggunakan anggota gerak
Nyeri pembengkakan
Terdapat trauma
Gangguan fungsi anggota gerak
Deformitas
Kelainan gerak

4. Pemeriksaan Penunjang
X.Ray
Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
Arteriogram : Dilakukan bila ada kerusakan vaskuler
CCT kalau banyak kerusakan otot

5. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat
kedaruratan seperti jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi
darah termasuk penanganan syok (circulation), penanganan luka jaringan
lunak dan imobilisasi sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan
cedera otak. Tahap kedua adalah penanganan fraktur secara definitif yaitu
reduksi/reposisi fragmen fraktur (secara tertutup (close reduction) dan
secara terbuka (open reduction)), fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi,
sehingga fragmen tulang yang telah dikembalikan tidak bergerak sampai
fase penyambungan dan penyembuhan tulang selesai.
1. Terapi medis
Teknik dari reduksi secara tertutup dan fiksasi dari fraktur
mandibula memiliki berbagai variasi. Penempatan Ivy loop menggunakan
kawat 24-gauge antara 2 gigi yang stabil, dengan penggunaan kawat yang
lebih kecil untuk memberikan fiksasi maxillomandibular (MMF) antara
loop Ivy, telah berhasil. Arch bar dengan kabel 24 dan 26-gauge yang
fleksibel dan sering digunakan. Pada edentulous mandibula, gigi palsu
dapat ditranfer ke rahang dengan kabel circummandibular. Gigi tiruan
rahang atas dapat ditempelkan ke langit-langit. (Setiap screw dari
maxillofacial set dapat digunakan sebagai lag screw.) Arch bar dapat
ditempatkan dan intermaxillary fixation (IMF) dapat tercapai. Gunning
Splints juga telah digunakan pada kasus ini karena memberikan fiksasi dan
dapat diberikan asupan makanan. Pada kasus fraktur kominitif,
rekonstruksi mandibula mungkin diperlukan untuk mengembalikan posisi
anatomis dan fungsi.
Luka pada dentoalveolar harus dievaluasi dan diobati bersamaan
dengan pengobatan fraktur mandibula. Gigi di garis fraktur harus
dievaluasi dan jika perlu diektraksi. Penggunaan antibiotik preoperatif dan
postoperative dalam pengobatan fraktur mandibula dapat mengurangi
resiko infeksi.
Fraktur yang diobati dengan fiksasi maxillomandibular (MMF)
selama 4 minggu atau dengan reduksi terbuka (open reduction). Pada
sebuah penelitian menemukan bahwa 13,7% dari gigi yang di extraksi
pada garis fraktur mengalami komplikasi, sementara, 16,1% mengalami
komplikasi dari gigi yang tetap pada garis fraktur. Hal ini menyimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah komplikasi
pada gigi di extraksi dan gigi di tahan pada garis fraktur. Beberapa
literatur lain menyatakan pemberian antibiotik yang adekuat pada gigi non
infeksius pada garis fraktur dapat dipertahankan. Setelah tinjauan
literature, Shetty dan Freymiller68 membuat rekomendasi berikut
mengenai gigi di garis fraktur mandibula:
Gigi yang utuh dalam garis fraktur harus dibiarkan jika tidak
menunjukkan bukti melonggar atau terjadi proses inflamasi.
Gigi dengan akar retak harus dihilangkan.
Lakukan ekstraksi primer ketika ada kerusakan periodontal luas.
2. Terapi bedah
Gunakan cara paling sederhana yang paling mungkin untuk
mengurangi komplikasi dan menangani fraktur mandibula. Karena reduksi
secara terbuka (open reduction) meningkatkan resiko morbiditas, reduksi
secara tertutup digunakan pada kondisi kondisi sebagai berikut :
Fraktur non displace
Fraktur kommunitive yang sangat nyata
Edentulous fraktur (menggunakan prostesis mandibula)
Fraktur pada anak dalam masa pertumbuhan gigi
Fraktur coronoid dan fraktur condilar
Indikasi untuk reduksi secara terbuka8:
Displace yang tidak baik pada angle, body, atau fraktur
parasimfisis
Fraktur multiple pada wajah
Fraktur Condylar Bilateral
Fraktur pada edentulous mandibula

Iimobilisasi fraktur mandibula secara interdental :

1. Menggunakan kawat
kawat dibuat seperti mata, kemudian mata tadi dipasang disekitar
dua buah gigi atau geraham dirahang atas ataupun bawah. Rahang
bawah yang patah difiksasi pada rahang atas melalui mata di kawat
atas dan bawah, Jika perlu ikatan kawat ini dipasang di berbagai
tempat untuk memperoleh fiksasi yang kuat
2. Imobilisasi fraktur mandibula dengan batang lengkung karet
Menggunakan batang lengkung dan karet : batang lengkung dipasang
pada gigi maxilla dan juga pada semua gigi mandibula yang patah.
Mandibula ditambatkan seluruhnya pada maxilla dengan karet pada
kait di batang lengkungan atas dan bawah.
Prosedur penanganan fraktur mandibula :
1. Fraktur yang tidak ter-displace dapat ditangani dengan jalan
reduksi tertutup dan fiksasi intermaxilla.
2. Fraktur dikembalikan ke posisi yang sebenarnya dengan jalan
reduksi tertutup dan arch bar dipasang ke mandibula dan maxilla
3. Kawat dapat dipasang pada gigi di kedua sisi fraktur untuk
menyatukan fraktur
4. Fraktur yang hanya ditangani dengan jalan reduksi tertutup
dipertahankan selama 4-6 minggu dalam posisi fraktur intermaxilla
5. Kepada pasien dapat tidak dilakukan fiksasi intermaxilla apabila
dilakukan reduksi terbuka, kemudian dipasangkan plat and screw
3. Tindak lanjut postaoperasi
Berikan analgetik pada periode postoperasi. Serta berikan
antibiotic spectrum luas pada pasien fraktur terbuka dan re evaluasi
kebutuhan nutrisi8. pantau intermaxilla fixation (IMF) selama 4-6 minggu.
Kencangkan kabel setiap 2 minggu.

6. Komplikasi
1. Malunion :
Tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya
2. Delayed union :
Proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang
lebih lambat dari keadaan normal
3. Non union :
Tulang yang tidak menyambung kembali
B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian primer :
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi/aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera
Cailary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
Kelemahan
d. Kenyamanan
Nyeri tiba-tiba saat cidera
Spasme/kram otot
e. Keamanan
Laserasi kulit
Perdarahan
Perubahan warna
Pembengkakan lokal
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8.
Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC
Nurarif Amih Huda, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jakarta : EGC
Price S. A dan Wilson, Lorraine M. C, 2006. Patofisiologi Clinical Concepts of
Desiase Process, Edisi 6, Vol. 2, Alih bahasa Brahm U. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai