Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

Tentang

COXILITIS TUBERKULOSIS

(SIKLUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Disusun Oleh
RIRY AYUZA PUTRI, SKep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Cara Mencegah Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit
Hari / Tanggal : Rabu, 11 September 2017
Pukul : 09.00 WIB 09.35 WIB
Sasaran : Pengunjung Rawat Inap Bedah Wanita (CW)
Tempat : Koridor Rawat Inap Bedah Wanita (CW)

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan tempat perawatan dan pengobatan untuk seseorang yang
mengalami gangguan kesehatan. Pasien yang datang dengan berbagai keluhan penyakit bisa
menyebabkan tempat ini dihinggapi banyak kuman dan virus. Jika pasien, pengunjung,
bahkan petugas medis rumah sakit kurang menjaga kebersihan diri maka dikhawatirkan dapat
terkena infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita
maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection
atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya
(Soeparman, 2001).
Survey prevalensi yang dilakukan oleh WHO terhadap 55 rumah sakit di 14 negara
mewakili 14 daerah WHO (Eropa, Mediterania timur, Asia Selatan Timur, dan Pasifik
Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% pasien di rumah sakit menderita infeksi nosokomial.
Tingkat infeksi nosokomial di Asia dilaporkan lebih dari 40% (Alvarado 2000). Pasien,
petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang berisiko
mendapat infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada
petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari
petugas kepada pasien. Terlebih dengan adanya penyakit seperti MRSA dan Mers yang dapat
menginfeksi siapa saja dengan tingkat penularan melalui kontak dan udara.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada pengunjung Ruang Bedah
Wanita (CW) RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 05 September 2017, didapatkan
bahwa 8 dari 10 pengunjung tidak mengetahui tentang infeksi yang didapat dari rumah sakit
dan pencegahannya. Oleh karena itu kelompok tertarik untuk memberikan penyuluhan
tentang cara mencegah infeksi nosokomial di Rumah Sakit.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang infeksi nosokomial,
diharapkan pasien dan keluarga memahami tentang pengertian, jenis, dan cara
pencegahan infeksi nosokomial.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang infeksi nosokomial,
diharapkan pasien dan keluarga memahami:
a. Pengertian infeksi nosokomial
b. Rantai penularan infeksi
c. Cara mencegah infeksi nosokomial

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
Cara pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit
2. Sasaran dan Target
Sasaran : Semua pengunjung yang datang ke Ruang Rawat Inap Bedah Wanita
RSUP Dr.M.Djamil Padang
Target : Keluarga pasien yang dirawat di Ruang Rawat Bedah Wanita RSUP
Dr.M.Djamil Padang
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
4. Media dan Alat
a. Leaflet
b. Laptop
c. Infocus
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Rabu, 11 September 2017
Waktu : 09.00 WIB 09.35 WIB
Tempat : Koridor Ruang Rawat Inap Bedah Wanita RSUP Dr.M.Djamil
Padang

6. Pengorganisasian
a. Penanggung Jawab : M. Ridwan, S.Kep
b. Moderator : Nurul Arvina, S.Kep
c. Pemateri : M. Ridwan, S.Kep
d. Observer : Riry Ayuza Putri, S.Kep
e. Fasilitator : Rahmi Rahayu Putri, S.Kep
e. Fasilitator : Hayati Umar, S.Kep
e. Fasilitator : Puti Kulindam Suto, S.Kep
7. Uraian Tugas
a. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
b. Moderator
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa dan pembimbing
3) Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
4) Menjelaskan kontrak waktu
5) Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
6) Mengarahkan alur diskusi
7) Memimpin jalannya penyuluhan
8) Meyimpulkan penyuluhan
9) Menutup acara
c. Fasilitator
1) Memotivasi peserta agar berperan aktif
2) Membuat absensi penyuluhan
3) Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan
penyuluhan
d. Observer
1) Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
2) Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
8. Setting Tempat

Keterangan :

: Presenter : Moderator

: Pembimbing : Audien

: Fasilitator : Observer
D. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan salam
Memperkenalkan anggota Mendengarkan
kelompok dan pembimbing
Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
penyuluhan
Menyebutkan materi yang akan Memperhatikan
diberikan
Membuat kontrak waktu Menyetujui kontrak
2. 20 menit Pelaksanaan :
Menggali pengetahuan Mengajukan
peserta tentang pengertian pendapat
infeksi nosokomial
Memberikan reinforcement Mendengar dan
positif atas pendapat peserta memperhatikan
Menjelaskan tentang Mendengarkan dan
pengertian infeksinosokomial memperhatikan
Menggali pengetahuan Mengajukan
peserta tentang rantai pendapat
penularan infeksi
Memberikan reinforcement Mendengarkan dan
positif atas pendapat peserta memperhatikan
Menjelaskan tentang rantai Mengajukan
penularan infeksi pendapat
Menggali pengetahuan Mendengarkan dan
peserta tentang cara memperhatikan
mencegah infeksi nosokomial
Memberikan reinforcement Mendengar
positif atas pendapat peserta
Mendengarkan dan
Menjelaskan tentang cara
mencegah infeksi nosokomial memperhatikan
Mendemonstrasikan cara Mendengarkan dan
mencuci tangan yang benar memperhatikan
Mengajak peserta untuk ikut Ikut serta
serta mendemonstrasikan mendemonstrasikan
cara mencuci tangan yang mencuci tangan
benar yang benar
3. 10 menit Evaluasi :
Memberi kesempatan peserta Mengajukan
untuk memberikan pertanyaan
pertanyaan
Memberikan reinforcement Mendengarkan
pada peserta yang
mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan peserta
Mendengarkan
Moderator melakukan
Mengajukan
evaluasi tentang:
pendapat
- Pengertian infeksi
nosokomial
- Rantai penularan infeksi
- Cara pencegahan infeksi
nosokomial
Mendengarkan
Moderator menyimpulkan
materi penyuluhan
Moderator memberikan
Menjawab salam
salam

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Mahasiswa dan audien berada pada posisi yang sudah direncanakan
b. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
c. Pre Planning telah disetujui
d. 75% audiens menghadiri penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. 70% audiens mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai
d. 70% audiens berperan aktif selama kegiatan berjalan
3. Evaluasi Hasil
Sesuai dengan TIK, diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu
menyebutkan :
a. Pengertian infeksi nosokomial
b. Rantai penularan infeksi
c. Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial
d. Peserta mampu mencobakan cara mencuci tangan dengan benar
Lampiran Materi Penyuluhan

INFEKSI NOSOKOMIAL

A. Pengertian
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang
tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu
dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial (Harrison, 2001).

B. Rantai Penularan Infeksi


Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata
rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan adalah:
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah Mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri , virus, ricketsia, jamur dan parasit.
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang
biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik
lainnya. Pada manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus
dan vagina
3. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan dari mana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta
cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi
dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu :
a. Kontak (contact transmission):
1) Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab secara
fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasen
2) Indirect/Tidak langsung : kontak melalui objek (benda/alat) perantara:
jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci
b. Droplet : partikel droplet > 5 m melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar
pendek, tidak bertahan lama di udara, paling banyak pada mukosa bibir,
hidung, mulut.
c. Airborne : partikel kecil ukuran < 5 m, bertahan lama di udara, jarak
penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus
campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
d. Melalui Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan
kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada
pejamu yang rentan. Contoh: air, darah, tinja, makana
e. Melalui Vektor : Serangga atau binatang lain yang dapat menularkan kuman
penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun kuman
penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk, lalat,
pinjal/kutu, binatang pengerat.
5. Port of entry (Pintu masuk) adalah Tempat dimana agen infeksi memasuki
pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan, saluran
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh
(luka).

6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh
yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit.
Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis,
luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan. Sedangkan faktor lain yang
mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi,
gaya hidup, pekerjaan dan herediter. Anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun
adalah yang paling rentan terinfeksi nosokomial. Oleh sebab itu anak-anak
dilarang membesuk orang yang sedang dirawat inap di rumah sakit. Anak-anak
usia ini daya tahan tubuhnya masih rendah dan belum sempurna.
C. Pencegahan terjadinya Infeksi Nosokomial
Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi,
monitoring dan program yang termasuk:
1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan pasien kamar tersendiri
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu
pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit
yang penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan MRSA, yang
mengakibatkan kontaminasi berat. MRSA dan Staph lain bisa menyebabkan
infeksi dengan memasuki tubuh lewat kulit terbuka atau arus darah. Orang
yang mempunyai masalah kesehatan seperti kencing manis atau sistem
ketahanan buruk atau yang kulitnya terbuka karena luka, baru dioperasi atau
penyakit kulit, lebih cenderung terkena infeksi Staph. MRSA bisa
menyebabkan infeksi kulit seperti bisul, infeksi di bawah kulit, serta infeksi
yang lebih parah pada tulang, darah, paru-paru dan bagian tubuh lainnya.
Sedangkan penularan yang melibatkan virus, contohnya HIV. Biasanya,
pasien yang mempunyai resistensi rendah eperti leukimia dan pengguna obat
immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi. Tetapi
menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang
isolasi juga sangat penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan
ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu
ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita
melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa
selama mereka menderita penyakit yang sama (Suwarni, 2001)
b. Batasi kontak saat memindahkan pasien
c. Mencuci tangan
Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan
mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Kepatuhan
terhadap kebersihan tangan merupakan pilar pengendalian infeksi. Teknik
yang digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai
antiseptik, dan air mengalir atau handrub berbasis alkohol. Kebersihan tangan
merupakan prosedur terpenting untuk mencegah transmisi penyebab infeksi
(orang ke orang;objek ke orang). Banyak penelitian menunjukkan bahwa cuci
tangan menunjang penurunan insiden MRSA .
Waktu mencuci tangan :
Segera setelah tiba di rumah sakit
Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien
Sebelum dan sesudah kontak pasien atau benda yang terkontaminasi
cairan tubuh pasien
Diantara kontak pasien satu dengan yang lain
Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
Sesudah ke kamar kecil
Sesudah kontak darah atau cairan tubuh lainnya
Bila tangan kotor
Sebelum meninggalkan rumah sakit
Segera setelah melepaskan sarung tangan
Segera setelah membersihkan sekresi hidung
Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
Cara mencuci tangan 6 langkah :
Buka semua perhiasan, basuh tangan dengan air, tuangkan sabun atau
cairan antiseptic ke telapak tangan, lalu gosok dengan cara memutar
berlawanan dengan arah jarum jam
Gosok punggung tangan kiri dan sela-sela jari tangan kiri dengan
tangan kanan. Dan lakukan sebaliknya
Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jariJari-jari sisi dalam kedua
tangan saling mengunci dan saling digosokkan
Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling
digosokkan
Gosok ibu jari tangan kiri dengan gerakan memutar dalam genggaman
tangan kanan. Dan lakukan sebaliknya
Gosokkan ujung-ujung kuku tangan kanan pada telapak tangan kiri
dengan cara memutar. Dan lakukan sebaliknya. Bilas tangan denga air
mengalir. Keringkan dengan tisu sekali pakai, gunakan tisu bekas
untuk menutup keran
2. Kewaspadaan transmisi udara
a. Menggunakan Masker
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara.
Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka harus
menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita. Begitu juga dengan
pengunjung, pengunjung disarankan menggunakan masker sebagai cara untuk
mencegah terhadap infeksi atau penularan selama di rumah sakit.
b. Etika Batuk
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup
hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak menyebar ke
udara dan tidak menular ke orang lain
Etika batuk :
Bila merasa akan batuk atau bersin, segeralah berpaling/menjauh sedikit dari
orang-orang disekitar
Kemudian tutuplah hidung dan mulut dengan menggunakan tissue /
saputangan atau lengan dalam baju
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah
Cucilah tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau gel
pembersih tangan
Bila perlu gunakan masker

D. Penilaian yang digunakan untuk infesi nosokomial


Infeks nosokomial disebut juga dengan hospital acquired infection apabila
memenuhi batasan atau kriteria sebagai berikut:
i. Pada waktu penderita mulai dirawat dirumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda
klinik dari infeksi tersebut
ii. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak didalam masa inkubasi dari infeksi
tersebut.
iii. Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3x24 jam sejak
mulai dirawat
iv. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya
(Hasbullah T, 1992)
DAFTAR PUSTAKA
Babb, JR. Liffe, AJ. Pocket Reference to Hospital Acquired infection. Science Press
limited, Cleveland Street, London; 1995
Depkes RI bekerjasama dengan Perdalin. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No
382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes RI
Depkes RI. 2006. Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Pelayanan Kesehatan.
Depkes RI: Ditjen Bina Yan Med_____. 2007. Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK
Menkes No 270/MENKES/2007.Jakarta: Depkes RI
Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd edition.
World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and
Response; 2002
Notoatmodjo S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta
Siegel JD et al. and HICPAC CDC. 2007. Guideline for Isolation Precaution: Preventing
Transmission of Infectious Agent in Healthcare Setting. CDC hal 1-92
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001
Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan
Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus:
Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi
DIY Tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta; 2001
Wenzel. Infection control in the hospital,in International society for infectious diseases,
second ed, Boston; 2002

Anda mungkin juga menyukai