PNEUMONIA
DI RUANG ICU RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Disusun Oleh:
Oktapianti, S.Kep NIM. 131723143024
M. Anis Taslim, S. Kep NIM. 131723143025
Amira Aulia, S.Kep. NIM. 131723143026
Dwi Hartini, S.Kep NIM. 131723143027
Baiq Selly S, S. Kep. NIM. 131723143028
Kholidatul Azizah, S.Kep. NIM. 131723143029
Nur Sayyid J.R S.Kep NIM. 131723143030
Harry Budiarto S.Kep NIM. 131723143031
Pengobatan Pneumonia
III. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab/ diskusi
IV. Media
LCD dan leaflet
V. Materi
a. Pengertian Pneumonia
b. Penyebab Pneumonia
c. Tanda Dan Gejala Pneumonia
d. Pemeriksaan Pneumonia
e. Faktor Resiko Terserang Pneumonia
f. Cara Pencegahan Pneumonia
g. Pengobatan Pneumonia
VI. Pelaksanaan
KEGIATAN
NO. WAKTU KEGIATAN PESERTA
PENYULUHAN
1. 5 menit Pra-interaksi
1. Menyiapkan alat 1. Alat dan media siap
atau media SAP sebelum penyuluhan
2. Menyiapkan mental 2. Mahasiswa siap mental dan
dan fisik mahasiswa fisik
yang melakukan
penyuluhan
3. Menyiapkan 3. Masyarakat berkumpul
masyarakat sebagai untuk pelaksanaan
peserta penyuluhan penyuluhan
2. 5 menit Orientasi
1. Mengucapkan salam 1. Membalas salam
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan penjelasan
diri
3. Menyampaikan 3. Mendengarkan penjelasan
maksud dan tujuan
4. Menentukan waktu 4. Setuju dengan kontrak
dan materi sebelum waktu dan materi
penyuluhan
3. 15 menit Kerja
1. Menggali 1. Mendengarkan penjelasan
pengetahuan peserta
mengenai
kemoterapi
2. Menjelaskan 2. Mendengarkan penjelasan
pengertian dan
manfaat peserta
mengenai
kemoterapi
4. 10 menit Terminasi
1.Mengevaluasi peserta 1. Mendengarkan dan
dengan menanyakan menjawab
kembali materi yang
telah disampaikan
2.Memberikan 2. Peserta antusias dan siap
reinforcement positif mengaplikasikan
terhadap peserta pendidikan kesehatan yang
telah disampaikan
3.Memberikan
kesimpulan dan 3. Mendengarkan
menegaskan kembali
kepada peserta
mengenai kemoterapi
4.Mengucapkan salam
4. Membalas salam penutup
VII. Pengorganisasian
1. Moderator : Baiq Selly S S.Kep
2. Penyuluh : Harry Budiarto S.Kep
3. Fasilitator : - Dwi Hartini S.Kep
- Amira Aulia S.Kep
Oktapianti S.Kep
Nur Sayyid J.R S.Kep
c. Fasilitator
1. Ikut bergabung dan duduk di antara peserta.
2. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
3. Memotivasi peserta untuk bertanya materi penyuluhan yang belum jelas.
4. Menginterupsi penyuluh tentang istilah / hal-hal yang kurang jelas atau
mengena bagi peserta.
c. Observer
1. Mencatat nama, alamat, dan jumlah peserta yang dating serta
menempatkan diri ke tempat yang memungkinkan dapat mengawasi
jalannya proses penyuluhan
1. PENGERTIAN PNEUMONIA
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas
setempat. (Zul, 2001)
2. PENYEBAB PNEUMONIA
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
3. TANDA DAN GEJALA PNEUMONIA
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
· Nyeri pleuritik
· Nafas dangkal dan mendengkur
· Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
· Mengecil, kemudian menjadi hilang
· Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
e. Diaforesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
· Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
i. Gelisah
j. Cyanosis
· Area sirkumoral
· Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
4. PEMERIKSAAN PNEUMONIA
a. Pemeriksaan Radiologi (chest X-Ray)
Teridentifikasi adanya penyebaran (misalnya lobus dan bronchial), menunjukkan
multiple abses dan infiltrasi (bacterial), penyebaran extensivenodul infiltrat
(viral)
b. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri dan menentukan diagnosis
secara spesifik. LED biasanya meningkat.
Elektrolit: Sodium dan klorida menurun, bilirubin biasanya meningkat.
c. Analisis Gas Darah dan Pulse Oximetry
Menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
d. Pewarnaan gram/ cultur sputum dan darah untuk mengetahui organisme
Penyebabnya.
e. Pemeriksaan fungsi paru-paru
Volume paru-paru mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat, kapasitas
pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.
5. FAKTOR RESIKO TERSERANG PNEUMONIA
a. Orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah seperti penderita
HIV/AIDS, penyakit kronis jantung dan DM, orang yang rutin menjalani
kemoterapi, dan orang yang rutin meminum obat golongan immunosupresan dalam
waktu yang lama.
b. Perokok dan peminum alkohol
Pada perokok berat dapat mengalami iritasi pada saluran pernapasan (bronchial)
yang akhirnya menimbulkan sekresi mukus (dahak). Bila dahak mengandung
bakteri maka dapat menyebabkan pneumonia. Alkohol berdampak buruk terhadap
sel-sel darah putih sehingga daya tahan tubuh dalam melawan suatu infeksi menjadi
lemah.
c. Pasien yang berada di ruang perawatan intensif
Pasien yang dilakukan tindakan ventilaror (alat bantu nafas) endotracheal tube
sangat beresiko terkena pneumonia. Saat mereka batuk akan mengeluarkan tekanan
balik isi lambung ke tenggorokan,. Bila hal itu mengandung bakteri dan berpindah
ke rongga nafas, ia sangat berpotensi terkena pneumonia.
d. Menghirup udara yang tercemar polusi zat kimia
Resiko tinggi dihadapi petani apabila mnyemprotkan tanaman dengan zat kimia
tanpa memakai masker adalah terjadinya iritasi dan menimbulkan peradangan pada
paru-paru dan selanjutnya rentan terserang pneumonia.
e. Pasien yang lama berbaring
Orang yang menjalani istirahat baring lama memiliki resiko tinggi terkena
pneumonia karena saat tidur berbaring sangat mungkin riak berkumpul di rongga
paru-paru dan menjadi media berkembangnya bakteri
6. CARA PENCEGAHAN
· Berhenti merokok.
· Hindari orang-orang yang memiliki infeksi yang kadang-kadang
menyebabkan pneumonia.
· Tinggal jauh dari orang-orang yang sedang flu atau sedang terserang infeksi
saluran pernafasan lainnya.
· Jika anda belum mengalami campak atau cacar dan belum mendapatkan
vaksin terhadap penyakit ini, hindari orang-orang tersebut.
· Cuci tangan sesering mungkin untuk mencegah penyebarab virus dan bakteri
yang dapat menyebabkan pneumonia.
· Vaksinasi
7. PENGOBATAN PNEUMONIA
Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun, yang
dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
a. Antibiotik yang biasanya menjadi pilihan sebagai terapi awal adalah amoxilin,
clarithromycin atau erithromycin untuk beberapa pasien CAP (Community
Acquired Pneumonia).
b. Pada kasus pneumonia CAP yang disebabkan oleh bakteri atypical, antibiotik
yang menjadi pilihan peratama penderita adalah dari golongan makrolida seperti
azithromycin dan clarithromycin, fluoroquinolol, dan doxycycline.
c. Antibiotik untuk pneumonia HCAP (Hospital Acquired pneumonia) adalah
chepalosporin generasi ketiga dan keempat, carbapenem, fluoroquinolol,
aminoglikosida dan vancomycin.
Terapi suportif umum
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasar
pemeriksaan AGD
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif
terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila
terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy
distress dan respiratory arrest
g. Drainase empiema bila ada
MATERI PENYULUHAN
VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR)
A. Pengertian
Ventilasi mekanik merupakan alat bantu nafas secara mekanik yang
menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan nafas pasien untuk
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama.
Indikasi penggunaannya adalah pada pasien dengan kondisi gagal nafas yangtidak
bisa diperbaiki dengan bantuan nafas biasa. Gagal nafas sendiri dapat diartikan
sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan pH 7,35-7,45, PaO2 <50 mmHg,
PaCO2 >50 mmHg (Purnawan, 2010).
B. Tujuan Ventilator
Tujuan pemasagan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan
ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolisme,
kebutuhan oksigen, dan memaksimal pertukaran oksigen dengan pengeluaran
karbondioksida (Feliciano et al, 2008).
C. Indikasi
Indikasi pemasangan ventilator, dilakukan pada beberapa kondisi penyakit
berikut ini (Mbaubedari, 2011) :
1. Pasien dengan respiratory failure (gagal nafas);
2. Respiratory arrest;
3. Pasien dengan post operasi besar (open heart, trepanasi, transplantasi organ,
operasi kembar siam)
Indikasi Klinik (Tanjung, 2003) :
1. Kegagalan Ventilasi
a. Neuromuscular Disease
b. Central Nervous System disease
c. Depresi system saraf pusat
d. Musculosceletal disease
e. Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
2.Kegagalan pertukaran gas
a. Gagal nafas akut
b. Gagal nafas kronik
c. Henti jantung
d. Penyakit paru-gangguan difusi
e. Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch
E. Peran Keluarga
Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2004) merupakan
bantuan/sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga
lainnya dalam rangka menjalankan fungsi - fungsi yang terdapat di dalam sebuah
keluarga. Keberhasilan perawatan di rumah sakit yakni pemberian obat akan
menjadi sia-sia apabila tidak ditunjang oleh peran serta dukungan keluarga.
Penelitian yang dilakukan oleh Jenkins, dkk (2006) menunjukkan bahwa family
caregivers adalah sumber yang sangat potensial untuk menunjangdalam perawatan
pasien dengan ventilator, diantaranya :
a. Keluarga memanfaatkan waktu jam kunjung untuk turut memberi motivasi pada
pasien untuk semangat dalam menjalani perawatan di ICU
b. Laporkan kepada petugas apabila saat berkunjung pasien : sesak nafas, gelisah,
keluar keringat banyak dan pasien berontak
c. Keluarga bersikap tenang pada saat berkunjung
d. Keluarga turut memberikan dukungan sosial dan spiritual kepada pasien
e. Keluarga diharapkan menjaga kenyamanan di ruangan ICU
f. Keluarga dilarang menyentuh tombol pada alat-alat di sekitar pasien
Catatan Evaluasi :
(..................................................)
LEMBAR NOTULEN
Kegiatan Diskusi
1. Nama Penanya
................................................................................................................................................
Pertanyaan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Jawaban
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
2. Nama Penanya
................................................................................................................................................
Pertanyaan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Jawaban
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
3. Nama Penanya
................................................................................................................................................
Pertanyaan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Jawaban
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
(..................................................)
MATERI PENYULUHAN
VAP (VENTILATOR ASOSIATED PNEUMONIA)
1.Definisi
VAP (Ventilator asosiated pneumonia) didefinisikan sebagai pneumonia
nosokomial yang terjadi setelah 48 jam pada pasien dengan bantuan ventilasi
mekanik baik itu melalui pipa endotrakeal maupun pipa trakeostomi. (Rozaliyani dan
Swidharmoko, 2010).
Sedangkan American College of Chest Physicians mendefinisikan VAP
sebagai suatu keadaan dimana terdapat gambaran infiltrat baru dan menetap padafoto
toraks disertai salah satu tanda yaitu, hasil biakan darah atau pleura sama
denganmikroorganisme yang ditemukan di sputum maupun aspirasi trakea, kavitasi
pada fototorak, gejala pneumonia atau terdapat dua dari tiga gejala berikut yaitu
demam,leukositosis dan sekret purulen (Marik & Varon, 2001; dikutip Rozaliyani
danSwidharmoko, 2010).
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada
paru(Pneumonia) yang disebabkan oleh pemakaian ventilator dalam jangka waktu yang
lama pada pasien (Smeltzer & Bare, 2001; dikutip Yolanda 2013).
Jadi Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah pneumonia akibat
infeksinosokomial pada pasien ICU yang menggunakan ventilator baik melalui pipa
endotrakeal maupun pipa trakeostomi yang terjadi setelah 48 jam menggunakan
ventilator disertai hasil biakan darah atau pleura sama dengan mikroorganisme yang
ditemukan di sputum maupun aspirasi trakea, kavitasi pada fototorak,
Gejala pneumonia atau terdapat dua dari tiga gejala berikut yaitu
demam,leukositosis dan sekret purulen (Marik & Varon, 2001; dikutip Rozaliyani
danSwidharmoko, 2010). merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) yang
disebabkan oleh pemakaian ventilator dalam jangka waktu yang lama pada pasien
(Smeltzer & Bare, 2001; dikutip Yolanda 2013).
2. Etiologi
Beberapa kuman di duga sebagai penyebab VAP. Berdasarkan hasil isolasi
kuman pada pasien dengan diagnosis VAP, bakteri gram negatif sangat sering
ditemukan, namun hasil isolasi dengan bakteri gram positif telah mengalami
peningkatan dalam beberapatahun terakhir, terutama pada neonates ( Afjeh dkk, 2010).
Bakteri penyebab VAP dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan onset
ataulamanya pola kuman. Bakteri penyebab VAP pada kelompok I adalah kuman
gramnegatif (Enterobacter spp, Escherichia coli, Klebsiella spp, Proteus spp,
Serrataimarcescens), Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, dan
Methicillin Sensitif ,Staphylococcus Aureus (MSSA).
Bakteri kelompok II adalah bakteri penyebab kelompok I ditambah kuman
anaerob, Legionella pneumophilia dan Methicillin ResistanStaphylococcus Aureus
(MRSA). Bakteri penyebab kelompok III adalah Pseudomonasaeruginosa,
Acetinobacter spp, dan MRSA (Wiryana, 2007).Beberapa penelitian memberikan hasil
yang bervariasi tentang kuman penyebab VAP,seperti terlihat pada tabel di bawah
ini (Vincent, dkk 201
3. Patofisiologi
Patofisiologi dari VAP , adalah melibatkan dua proses utama yaitu kolonisasi
padasaluran pernafasan dan saluran pencernaan serta aspirasi sekret dari jalan nafas
atas dan bawah.
Kolonisasi bakteri mengacu pada keberadaan bakteri tanpa adanya gejala.Kol
onisasi bakteri pada paru-paru dapat disebabkan oleh penyebaran organisme
dari berbagai sumber, termasuk orofaring, rongga sinus, nares, plak gigi, aluran pence
rnaan,kontak pasien, dan sirkuit ventilator. Inhalasi bakteri dari salah satu sumber ini
dapatmenyebabkan timbulnya gejala, dan akhirnya terjadi VAP (Wiryana, 2007).
Kolonisasi mikroorganisme patogen dalam sekret akan membentuk biofilm
dalamsaluran pernapasan. Mulai pada awal 12 jam setelah intubasi, biofilm
mengandungsejumlah besar bakteri yang dapat disebarluaskan ke dalam paru-paru
melalui ventilator.Pada keadaan seperti ini, biofilm dapat terlepas oleh cairan ke dalam
selang endotrakeal, suction, batuk, atau reposisi dari selang endotrakeal (Niederman
dkk, 2005).
Selang endotrakeal menyebabkan gangguan abnormal antara saluran napas
bagianatas dan trakea, melewati struktur dalam saluran napas bagian atas dan
memberikan bakteri jalan langsung ke saluran napas bagian bawah.
Karena saluran napas bagian ataskehilangan fungsi karena terpasang selang
endotrakeal, kemampuan tubuh untukmenyaring dan melembabkan udara mengalami
penurunan. Selain itu, refleks batuksering mengalami penurunan bahkan hilang akibat
pemasangan selang endotrakeal dankebersihan mukosasilier bisa terganggu karena
cedera mukosa selama intubasi. Selangendotrakeal menjadi tempat bagi bakteri untuk
melekat di trakea, keadaan ini dapatmeningkatkan produksi dan sekresi lender ebih
lanjut. Penurunan mekanisme pertahanandiri alami tersebut meningkatkan
kemungkinan kolonisasi bakteri dan aspirasiPneumonia akibat pemasangan ventilator
(VAP ) adalah umum di unit perawatanintensif ( ICU ). VAP dikaitkan dengan
peningkatan morbiditas dan kematian, lama tinggaldi rumah sakit, dan biaya. Tingkat
kematian yang timbul dari VAP adalah 27% danmencapai 43% saat agen penyebab
adalah resisten antibiotik. Lama tinggal
diunit perawatan intensif meningkat sebesar 5 sampai 7 hari dan memperpanjang lam
a perawatan di rumah sakit 2 sampai 3 kali lipat pada pasien dengan VAP . Biaya
perawatan VAP diperkirakan bertambah $ 40000 per pasien dan sekitar $ 1,2 miliar
per tahun
4. Manifestasi Klinis
a.Demam
b.Leukositosisc.
c.Secret purulentd.
d.kavitasi pada foto torak
e.nilai oksigenasi PaO2/ FiO2 mmHg ≤ 240 dan tidak terdapat ARDS
5. Diagnosa
Diagnosis VAP ditegakkan setelah menyingkirkan adanya pneumonia sebelumnya,
terutama pneumonia komunitas (Community Acquired Pneumonia). Bila dari awal
pasien masuk ICU sudah menunjukkan gejala klinis pneumonia maka diagnosis VAP
disingkirkan, namun jika gejala klinis dan biakan kuman didapatkan setelah 48
jam dengan ventilasi mekanik serta nilai total CPIS > atau = 6, maka diagnosis VAP
dapat ditegakkan, jika nilai total CPIS <6 maka diagnosis VAP disingkirkan. (Luna
,2003)
Spesifisitas diagnosis klinis dapat ditingkatkan dengan menghitung
clinical pulmonary infection score (CPIS) yang menggabungkan data klinis,
laboratorium, perbandingan tekanan oksigen dengan fraksi oksigen (PaO2/FiO2) dan
foto toraks (Tabel5). Skor <6 menyingkirkan diagnosis VAP sedangkan skor lebih
tinggi mengindikasikankecurigaan VAP. Penghitungan CPIS sederhana tetapi
sensitivitas dan spesifisitasnya bervariasi. (Fartoukh,2003 ; Torres , 2004; Ioanas,
2001).
6. Patofisiologi
Patofisiologi dari VAP, adalah melibatkan dua proses utama yaitu kolonisasi
padasaluran pernafasan dan saluran pencernaan serta aspirasi sekret dari jalan nafas
atasdan bawah. Kolonisasi bakteri mengacu pada keberadaan bakteri tanpa adanya gej
ala. Kolonisasi bakteri pada paru-paru dapat disebabkan oleh penyebaran
organismedari berbagai sumber, termasuk orofaring, rongga sinus, nares, plak gigi, al
uran pencernaan,kontak pasien, dan sirkuit ventilator. Inhalasi bakteri dari salah satu
sumber ini dapatmenyebabkan timbulnya gejala, dan akhirnya terjadi VAP
(Wiryana, 2007).Kolonisasi mikroorganisme patogen dalam sekret akan membentuk
biofilm dalamsaluran pernapasan. Mulai pada awal 12 jam setelah intubasi, biofilm
mengandungsejumlah besar bakteri yang dapat disebarluaskan ke dalam paru-paru
melalui ventilator.Pada keadaan seperti ini, biofilm dapat terlepas oleh cairan ke dalam
selang endotrakeal,suction, batuk, atau reposisi dari selang endotrakeal (Niederman
dkk, 2005).
Selang endotrakeal menyebabkan gangguan abnormal antara saluran napas
bagianatas dan trakea, melewati struktur dalam saluran napas bagian atas dan
memberikan bakter jalan langsung ke saluran napas bagian bawah.
Karena saluran napas bagian ataskehilangan fungsi karena terpasang selang
endotrakeal,kemampuan tubuh untukmenyaring dan melembabkan udara mengalami
penurunan. Selain itu, refleks batuksering mengalami penurunan bahkan hilang akibat
pemasangan selang endotrakeal dankebersihan mukosasilier bisa terganggu karena
cedera mukosa selama intubasi. Selangendotrakeal menjadi tempat bagi bakteri untuk
melekat di trakea, keadaan ini dapatmeningkatkan produksi dan sekresi lender ebih
lanjut. Penurunan mekanisme pertahanandiri alami tersebut meningkatkan
kemungkinan kolonisasi bakteri dan aspirasiPneumonia akibat pemasangan ventilator
(VAP ) adalah umum di unit perawatanintensif ( ICU ).VAP dikaitkan dengan
peningkatan morbiditas dan kematian, lama tinggaldi rumah sakit, dan biaya. Tingkat
kematian yang timbul dari VAP adalah 27% danmencapai 43% saat agen penyebab
adalah resisten antibiotik. Lama tinggal
diunit perawatan intensif meningkat sebesar 5 sampai 7 hari dan memperpanjang
lama perawatan di rumah sakit 2 sampai 3 kali lipat pada pasien dengan VAP
7.Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan fungsi paru paru: volume makin menurun ( kongesti dan kolapsalveolar)
: tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udaramenurun,
hipoksemia.
b.Analisis gas darah ( analysis blood gasses – ABGS) dan pulse oximetry :
Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru– paru.
c.Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan absesluas/inf
iltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi(bakterial); atau
penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus).
8. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Intervensi dengan tujuan mencegah kolonisasi saluran cerna:
a.Mencegah penggunaan antibiotik yang tidak perlu
b.Membatasi profilaksis stress ulcer pada penderita risiko tinggi
c.Menggunakan sukralfat sebagai profilaksis stress ulcer
d.Menggunakan antibiotik untuk dekontaminasie. saluran cerna secara selektiff.
Dekontaminasi dan menjaga kebersihan mulut Menggunakan antibiotik yang
sesuai pada penderita risiko tinggig.
Selalu mencuci tangan sebelum kontak dengan penderitah.
Mengisolasi penderita risiko tinggi dengan kasus MDR2) Intervensi dengan tujuan
utama mencegah aspirasi:
a.Menghentikan penggunaan pipa nasogastrik atau pipa endotrakeal segera mungkin
b. Posisi penderita semirecumbent atau setengah duduk
c. Menghindari distensi lambung berlebihan
d.Intubasi oral atau non-nasal
e.Pengaliran subglotik
f.Pengaliran sirkuit ventilator
g.Menghindari reintubasi dan pemindahan penderita jika tidak diperlukan
h.Ventilasi masker noninvasif untuk mencegah intubasi trakea
i.Menghindari penggunaan sedasi jika tidak diperlukan
9.Komplikasi
Keputusan untuk memasang ventilator harus dipertimbangkan secara
matang.Sebanyak 75% yang dipasang ventilator umumnya memerlukan alat
tersebutlebih dari 48 jam.
Bila seseorang terpasang ventilator lebih dari 48 jam, maka kemungkinan dia
tetap hidup keluar dari rumah sakit (bukan saja lepas dari ventilator) jadi lebih kecil.
Secara statistik angka survival
berhubungan sekali dengan diagnosis utama, usia, dan jumlah organ yang gagal.
Pasien asma bronkial lebih dari 90% survive sedangkan pasien kankerkurang dari 10%.
Usia diatas 65 tahun kemungkinan survive kurang dari 50%.
Sebagian penyebab rendahnyasurvival pasien terpasang ventilator ini adalah akibat
komplikasi pemakaian ventilator sendiri, terutama tipe tekanan positif (Sudoyo, 2010).
Akibat Merugikan dari ventilasi mekanik :
1) Pengaruh pada paru-paruBarotrauma mengakibatkan emfisema,
pneumomediastinum,pneumoperitoneum, pneumotoraks, dan tension pneumotoraks.
Puncak tekanan pengisian paru yang tinggi (lebih besar dari 40 cmH2O) berhubungan
dengan peningkatan insiden barotrauma.Disfungsi sel alveolar timbul akibat tekanan
jalan napas yang tinggi. Pengurangan lapisansurfaktan mengakibatkan atelektasis,
yang mengakibatkan peningkatan tekanan jalannapas lebih lanjut.
Tekanan jalan napas yang tinggi juga mengakibatkan
distensi berlebihan alveolar (velotrauma), meningkatkan permeabilitas mikrovaskular
dankerusakan parenkim. Konsentrasi oksigen inspirasi yang tinggi (FiO2 lebih besar
dari0,5) mengakibatkan pembentukan radikal bebas dan kerusakan sel sekunder.
Konsentrasioksigen yang tinggi ini dapat mengakibatkan hilangnya nitrogen alveolar
dan atelektasissekunder (Sudoyo, 2010).
2) Pengaruh pada kardiovaskularPernapasan spontan atau dengan bantuan ventilasi
mekanik dapat mempengaruhikerja jantung.
Pada pernapasan spontan, ini ditandai oleh pulsus paradoksus.
Sedangkan pemberian tekanan positif dan atau volume saat ventilasi mekanik untuk
membukaalveoli sebagai terapi gagal napas mengakibatkan peningkatan tekanan
intratorakal yangdapat mengganggu kerja jantung yang bertanggung jawab terhadap
menurunnya fungsisirkulasi. Hasilnya berupa penurunan curah jantung sehingga aliran
balik vena ke jantungkanan menurun, disfungsi ventrikal kanan, dan pembesaran
jantung kiri.
10. Prognosis
Klasifikasi VAP adalah VAP awitan dini (terjadi dalam empat hari
pertama pemberian ventilasi mekanis) dan awitan lambat (terjadi 5 hari atau lebih set
elah pemberian ventilasi mekanis). Pasien VAP awitan dini prognosisnya lebih baik k
arena biasanya kuman masih sensitif terhadap antibiotik sedangkan VAP awitan
lambat kondisisakit pasien tampak lebih berat dan prognosisnya lebih buruk karena ada
kuman pathogen multidrug-resistant (MDR). Pasien VAP awitan dini dan pernah
mendapat antibiotikdalam 90 hari sebelumnya, berisiko tinggi mengalami kolonisasi
dan infeksi kuman MDRhingga terapinya harus dianggap sama dengan pasien VAP
awitan lambat. (Kollef dkk 2005).