Anda di halaman 1dari 28

SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN

PNEUMONIA
DI RUANG ICU RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Disusun Oleh:
Oktapianti, S.Kep NIM. 131723143024
M. Anis Taslim, S. Kep NIM. 131723143025
Amira Aulia, S.Kep. NIM. 131723143026
Dwi Hartini, S.Kep NIM. 131723143027
Baiq Selly S, S. Kep. NIM. 131723143028
Kholidatul Azizah, S.Kep. NIM. 131723143029
Nur Sayyid J.R S.Kep NIM. 131723143030
Harry Budiarto S.Kep NIM. 131723143031

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Keperawatan Kritis


Tema : Pneumonia
Sasaran : Keluarga Pasien
Tempat : Ruang ICU RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Waktu : 30 menit
Hari/Tanggal/jam : Jum’at, 31 Agustus 2018/jam 15.00-15.35 (35 menit)

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan pembelajaran diharapkan peserta dapat mengetahui
dan memahami tentang kemoterapi serta dapat mengaplikasikan cara mengatasi
efek samping dari kemoterapi.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan (health education), peserta mampu
menyebutkan dan mengaplikasikan:
a. Pengertian Pneumonia
b. Penyebab Pneumonia
c. Tanda Dan Gejala Pneumonia
d. Pemeriksaan Pneumonia
e. Faktor Resiko Terserang Pneumonia
f. Cara Pencegahan Pneumonia

Pengobatan Pneumonia
III. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab/ diskusi
IV. Media
LCD dan leaflet
V. Materi
a. Pengertian Pneumonia
b. Penyebab Pneumonia
c. Tanda Dan Gejala Pneumonia
d. Pemeriksaan Pneumonia
e. Faktor Resiko Terserang Pneumonia
f. Cara Pencegahan Pneumonia
g. Pengobatan Pneumonia
VI. Pelaksanaan
KEGIATAN
NO. WAKTU KEGIATAN PESERTA
PENYULUHAN
1. 5 menit Pra-interaksi
1. Menyiapkan alat 1. Alat dan media siap
atau media SAP sebelum penyuluhan
2. Menyiapkan mental 2. Mahasiswa siap mental dan
dan fisik mahasiswa fisik
yang melakukan
penyuluhan
3. Menyiapkan 3. Masyarakat berkumpul
masyarakat sebagai untuk pelaksanaan
peserta penyuluhan penyuluhan
2. 5 menit Orientasi
1. Mengucapkan salam 1. Membalas salam
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan penjelasan
diri
3. Menyampaikan 3. Mendengarkan penjelasan
maksud dan tujuan
4. Menentukan waktu 4. Setuju dengan kontrak
dan materi sebelum waktu dan materi
penyuluhan
3. 15 menit Kerja
1. Menggali 1. Mendengarkan penjelasan
pengetahuan peserta
mengenai
kemoterapi
2. Menjelaskan 2. Mendengarkan penjelasan
pengertian dan
manfaat peserta
mengenai
kemoterapi
4. 10 menit Terminasi
1.Mengevaluasi peserta 1. Mendengarkan dan
dengan menanyakan menjawab
kembali materi yang
telah disampaikan
2.Memberikan 2. Peserta antusias dan siap
reinforcement positif mengaplikasikan
terhadap peserta pendidikan kesehatan yang
telah disampaikan
3.Memberikan
kesimpulan dan 3. Mendengarkan
menegaskan kembali
kepada peserta
mengenai kemoterapi
4.Mengucapkan salam
4. Membalas salam penutup

VII. Pengorganisasian
1. Moderator : Baiq Selly S S.Kep
2. Penyuluh : Harry Budiarto S.Kep
3. Fasilitator : - Dwi Hartini S.Kep
- Amira Aulia S.Kep
Oktapianti S.Kep
Nur Sayyid J.R S.Kep

4. Observer : - Kholidatul Azizah S.Kep


5. Notulen : M.Anis Taslim S.Kep

VIII. Setting Tempat


IX. Uraian Tugas
a. Protokol/Pembawa Acara
1. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
2. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
3. Menutup acara penyuluhan.
b. Penyuluh / Pengajar
1. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyampaian materi penyuluhan.
2. Menyampaikan / menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
3. Memotivasi peserta untuk bertanya.

c. Fasilitator
1. Ikut bergabung dan duduk di antara peserta.
2. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
3. Memotivasi peserta untuk bertanya materi penyuluhan yang belum jelas.
4. Menginterupsi penyuluh tentang istilah / hal-hal yang kurang jelas atau
mengena bagi peserta.
c. Observer
1. Mencatat nama, alamat, dan jumlah peserta yang dating serta
menempatkan diri ke tempat yang memungkinkan dapat mengawasi
jalannya proses penyuluhan

2. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta


3. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan
4. Menyampaikan evaluasi langsung secara tertulis pada penyuluh tentang
hal yang dirasa tidak sesuai dengan rencana penyuluhan
X. Evaluasi
a. Evaluasi Stuktur
1. Kesiapan materi, kesiapan SAP
2. Penyelenggaraan dilakukan oleh mahasiswa. Tim penyuluh kesehatan
lengkap dengan jumlah 6 orang, terdiri atas :
(1) Penyuluh (1) Pembawa acara
(3) Fasilitator (1) Observer.
3. Tim penyuluh kesehatan menguasai materi penyuluhan dengan konsep yang
sama
4. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang ICU RSUD Dr. Soetomo.
Lingkungan/ruang penyuluhan cukup luas untuk peserta penyuluhan,
suasana cukup tenang.
5. Peralatan : powerpoint dan leaflet menarik dan jelas dibaca.
6. 100 % peserta yang diundang datang pada acara penyuluhan.
b. Evaluasi proses
1. Pembawa acara, fasilitator, observer, penyuluh menjalankan fungsinya
sesuai dengan uraian tugas.
2. Penyuluh menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan
suasana yang rileks.
3. 100 % peserta mengikuti secara aktif acara penyuluhan dari awal sampai
akhir.
4. 100 % peserta bertanya tentang materi penyuluhan.
c. Evaluasi Hasil
Setelah proses penyuluhan diharapkan :
1. 100 % peserta dapat menyebutkan pengertian kemoterapi
2. 100 % peserta dapat menyebutkan tujuan kemoterapi
3. 100 % peserta dapat menyebutkan cara kerja kemoterapi
4. 100 % peserta dapat menyebutkan jenis kemoterapi
5. 100 % peserta dapat menyebutkan cara pemberian kemoterapi
6. 100% peserta dapat menyebutkan syarat pemberian kemoterapi
7. 100 % peserta dapat menyebutkan efek samping kemoterapi dan
penanganannya
8. 100 % peserta dapat menyebutkan makanan untuk pasien kemoterapi
MATERI PENYULUHAN
PNEUMONIA

1. PENGERTIAN PNEUMONIA
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas
setempat. (Zul, 2001)
2. PENYEBAB PNEUMONIA
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
3. TANDA DAN GEJALA PNEUMONIA
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
· Nyeri pleuritik
· Nafas dangkal dan mendengkur
· Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
· Mengecil, kemudian menjadi hilang
· Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
e. Diaforesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
· Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
i. Gelisah
j. Cyanosis
· Area sirkumoral
· Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

4. PEMERIKSAAN PNEUMONIA
a. Pemeriksaan Radiologi (chest X-Ray)
Teridentifikasi adanya penyebaran (misalnya lobus dan bronchial), menunjukkan
multiple abses dan infiltrasi (bacterial), penyebaran extensivenodul infiltrat
(viral)
b. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri dan menentukan diagnosis
secara spesifik. LED biasanya meningkat.
Elektrolit: Sodium dan klorida menurun, bilirubin biasanya meningkat.
c. Analisis Gas Darah dan Pulse Oximetry
Menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
d. Pewarnaan gram/ cultur sputum dan darah untuk mengetahui organisme
Penyebabnya.
e. Pemeriksaan fungsi paru-paru
Volume paru-paru mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat, kapasitas
pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.
5. FAKTOR RESIKO TERSERANG PNEUMONIA
a. Orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah seperti penderita
HIV/AIDS, penyakit kronis jantung dan DM, orang yang rutin menjalani
kemoterapi, dan orang yang rutin meminum obat golongan immunosupresan dalam
waktu yang lama.
b. Perokok dan peminum alkohol
Pada perokok berat dapat mengalami iritasi pada saluran pernapasan (bronchial)
yang akhirnya menimbulkan sekresi mukus (dahak). Bila dahak mengandung
bakteri maka dapat menyebabkan pneumonia. Alkohol berdampak buruk terhadap
sel-sel darah putih sehingga daya tahan tubuh dalam melawan suatu infeksi menjadi
lemah.
c. Pasien yang berada di ruang perawatan intensif
Pasien yang dilakukan tindakan ventilaror (alat bantu nafas) endotracheal tube
sangat beresiko terkena pneumonia. Saat mereka batuk akan mengeluarkan tekanan
balik isi lambung ke tenggorokan,. Bila hal itu mengandung bakteri dan berpindah
ke rongga nafas, ia sangat berpotensi terkena pneumonia.
d. Menghirup udara yang tercemar polusi zat kimia
Resiko tinggi dihadapi petani apabila mnyemprotkan tanaman dengan zat kimia
tanpa memakai masker adalah terjadinya iritasi dan menimbulkan peradangan pada
paru-paru dan selanjutnya rentan terserang pneumonia.
e. Pasien yang lama berbaring
Orang yang menjalani istirahat baring lama memiliki resiko tinggi terkena
pneumonia karena saat tidur berbaring sangat mungkin riak berkumpul di rongga
paru-paru dan menjadi media berkembangnya bakteri
6. CARA PENCEGAHAN
· Berhenti merokok.
· Hindari orang-orang yang memiliki infeksi yang kadang-kadang
menyebabkan pneumonia.
· Tinggal jauh dari orang-orang yang sedang flu atau sedang terserang infeksi
saluran pernafasan lainnya.
· Jika anda belum mengalami campak atau cacar dan belum mendapatkan
vaksin terhadap penyakit ini, hindari orang-orang tersebut.
· Cuci tangan sesering mungkin untuk mencegah penyebarab virus dan bakteri
yang dapat menyebabkan pneumonia.
· Vaksinasi
7. PENGOBATAN PNEUMONIA
Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun, yang
dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
a. Antibiotik yang biasanya menjadi pilihan sebagai terapi awal adalah amoxilin,
clarithromycin atau erithromycin untuk beberapa pasien CAP (Community
Acquired Pneumonia).
b. Pada kasus pneumonia CAP yang disebabkan oleh bakteri atypical, antibiotik
yang menjadi pilihan peratama penderita adalah dari golongan makrolida seperti
azithromycin dan clarithromycin, fluoroquinolol, dan doxycycline.
c. Antibiotik untuk pneumonia HCAP (Hospital Acquired pneumonia) adalah
chepalosporin generasi ketiga dan keempat, carbapenem, fluoroquinolol,
aminoglikosida dan vancomycin.
Terapi suportif umum
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasar
pemeriksaan AGD
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif
terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila
terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy
distress dan respiratory arrest
g. Drainase empiema bila ada
MATERI PENYULUHAN
VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR)

A. Pengertian
Ventilasi mekanik merupakan alat bantu nafas secara mekanik yang
menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan nafas pasien untuk
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama.
Indikasi penggunaannya adalah pada pasien dengan kondisi gagal nafas yangtidak
bisa diperbaiki dengan bantuan nafas biasa. Gagal nafas sendiri dapat diartikan
sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan pH 7,35-7,45, PaO2 <50 mmHg,
PaCO2 >50 mmHg (Purnawan, 2010).

B. Tujuan Ventilator
Tujuan pemasagan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan
ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolisme,
kebutuhan oksigen, dan memaksimal pertukaran oksigen dengan pengeluaran
karbondioksida (Feliciano et al, 2008).
C. Indikasi
Indikasi pemasangan ventilator, dilakukan pada beberapa kondisi penyakit
berikut ini (Mbaubedari, 2011) :
1. Pasien dengan respiratory failure (gagal nafas);
2. Respiratory arrest;
3. Pasien dengan post operasi besar (open heart, trepanasi, transplantasi organ,
operasi kembar siam)
Indikasi Klinik (Tanjung, 2003) :
1. Kegagalan Ventilasi
a. Neuromuscular Disease
b. Central Nervous System disease
c. Depresi system saraf pusat
d. Musculosceletal disease
e. Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
2.Kegagalan pertukaran gas
a. Gagal nafas akut
b. Gagal nafas kronik
c. Henti jantung
d. Penyakit paru-gangguan difusi
e. Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch

D. Asuhan keperawatan pada pasien dengan ventilasi mekanik membutuhkan


teknik dan keterampilan interpersonal yang unik, antara lain (Tanjung, 2003)
:
1. Meningkatkan pertukaran gas
Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan
pertukaran gas dengan mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman oksigen.
Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang mendasari atau
factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari mesin dengan pasien.
Tim perawatan kesehatan, termasuk perawat, dokter, dan ahli terapi pernafasan,
secara kontinu mengkaji pasien terhadap pertukaran gas yang adekuat, tanda dan
gejala hipoksia, dan respon terhadap tindakan .
Pertukaran gas yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan faktor-faktor
yang sangat beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan cairan, nyeri insisi,
atau penyakit primer seperti pneumonia. Pengisapan jalan nafas bawah disertai
fisioterapi dada ( perkusi,fibrasi ) adalah strategi lain untuk membersihkan jalan
nafas dari kelebihan sekresi karena cukup bukti tentang kerusakan intima pohon
trakeobronkial. Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat
ventilasi mekanik yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri. Perawat
sering menjadi orang pertama yang mengetahui perubahan dalam temuan
pengkajian fisik atau kecenderungan signifikan dalam gas darah yang menandakan
terjadinya masalah (pneumotoraks, perubahan letak selang, emboli pulmonal).
2. Penatalaksanaan jalan nafas
Ventilasi tekanan positif kontinu meningkatkan pembentukan sekresi apapun
kondisi pasien yang mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya sekresi
dengan auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam. Tindakan untuk membersihakn jalan
nafas termasuk pengisapan, fisioterapi dada, perubahan posisi yang sering, dan
peningkatan mobilitas secepat mungkin. Humidifikasi dengan cara ventilator
dipertahankan untuk membantu pengenceran sekresi sehingga sekresi lebih
mudahdikeluarkan. Bronkodilator baik intravena maupun inhalasi, diberikan sesuai
dengan resep untuk mendilatasi bronkiolus.
3. Mencegah trauma dan infeksi
Penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup pemeliharaan selang endotrakea
atau trakeostomi. Selang ventilator diposisikan sedemikian rupa sehingga hanya
sedikit kemungkinan tertarik atau penyimpangan selang dalam trakea. Perawatan
trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika diindikasikan karena
peningkatan resiko infeksi. Higiene oral sering dilakukan karena rongga oral
merupakan sumber utama kontaminasi paru-paru pada pasien yang diintubasi pada
pasien lemah. Adanya selang nasogastrik dan penggunaan antasida pada pasien
dengan ventilasi mekanik juga telah mempredisposisikan pasien pada pneumonia
nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga diposisikan dengan kepala dinaikkan lebih
tinggi dari perut sedapat mungkin untuk mengurangi potensial aspirasi isi lambung.
4. Peningkatan tingkat mobilitas optimal
Mobilitas pasien terbatas karena dihubungkan dengan ventilator. Mobilitas dan
aktivitas otot sangat bermanfaat karena menstimuli pernafasan dan memperbaiki
mental. Latihan rentang gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam untuk mencegah
atrofi otot, kontraktur dan statis vena.
5. Meningkatkan komunikasi optimal
Metode komunikasi alternatif harus dikembangkan untuk pasien dengan
ventilasi mekanik. Bila keterbatasan pasien diketahui, perawat menggunakan
pendekatan komunikasi; membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan pensil,
bahasa gerak tubuh, papan komunikasi, papan pengumuman. Ahli terapi bahasa
dapat membantu dalam menentuka metode yang paling sesuai untuk pasien.
6. Meningkatkan kemampuan koping.
Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
mengenai ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat
bermanfaat. Memberikan penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk
mengurangi ansietas dan membiasakan klien dengan rutinitas rumah sakit. Klien
mungkin menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik terutama jika
berkepanjangan akibatnya perawat harus menginformasikan tentang kemajuannya
pada klien, bila memungkinkan pengalihan perhatian seperti menonton TV,
bermain musik atau berjalan-jalan jika sesuai dan memungkinkan dilakukan.
Teknik penurunan stress (pijatan punggung, tindakan relaksasi) membantu
melepaskan ketegangan dan memampukan klien untuk menghadapi ansietas dan
ketakutan akan kondisi dan ketergantungan pada ventilator.

E. Peran Keluarga
Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2004) merupakan
bantuan/sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga
lainnya dalam rangka menjalankan fungsi - fungsi yang terdapat di dalam sebuah
keluarga. Keberhasilan perawatan di rumah sakit yakni pemberian obat akan
menjadi sia-sia apabila tidak ditunjang oleh peran serta dukungan keluarga.
Penelitian yang dilakukan oleh Jenkins, dkk (2006) menunjukkan bahwa family
caregivers adalah sumber yang sangat potensial untuk menunjangdalam perawatan
pasien dengan ventilator, diantaranya :
a. Keluarga memanfaatkan waktu jam kunjung untuk turut memberi motivasi pada
pasien untuk semangat dalam menjalani perawatan di ICU
b. Laporkan kepada petugas apabila saat berkunjung pasien : sesak nafas, gelisah,
keluar keringat banyak dan pasien berontak
c. Keluarga bersikap tenang pada saat berkunjung
d. Keluarga turut memberikan dukungan sosial dan spiritual kepada pasien
e. Keluarga diharapkan menjaga kenyamanan di ruangan ICU
f. Keluarga dilarang menyentuh tombol pada alat-alat di sekitar pasien

F. Perawatan pasien ICU


a. Mengeluarkan lendir yang mengahalangi jalan nafas dengan pengisapan yang
didahului dengan nebulizer dan fisioterapi nafas yaitu, clapping (ditepuk-tepuk),
fibrating (digetarkan) dan postural drainage (dirubah posisi sesuai kebutuhan)
b. Menjaga kebersihan mulut pasien (oral hygiene) dengan clorhexidin
c. Memberikan latihan gerak untuk mencegah atropi (pengecilan otot) dan
kontraktur (kekakuan otot)
d. Memberikan nutrisi dengan kebutuhan melalui selang NGT
e. Melakukan perubahan posisi yaitu miring kanan dan miring kiri setiap 2 jam
f. Menjaga kebersihan diri pasien (memandikan, membersihkan BAB dan BAK)
g. Memberikan pengobatan dan cairan sesuai advice dokter
h. Memenuhi kebutuhan psikososial dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA
Feliciano DV, Dkk. 2008. Trauma Sixth Edition New York: McGraw Hill
Purnawan,I.,at.all.2010, Mengelola pasien dengan ventilator mekanik, Reka Tama,
Jakarta, hal.21
Tanjung, Dudut.2003.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ventilasi Mekanik. Diakses
dari http://library.usu.ac.id/ pada tanggal 6 Januari 2016 diakses Pukul: 09:04 WIB
Mbaubedari, Sokrates. 2011. Formula Penilaian Resiko Operasional Ventilator Mekanik
Bagi Perawat. Diakses dari http://lontar.ui.ac.id/ pada tanggal 6 Januari
2016 diakses Pukul: 09:15 WIB
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN

Tempat : Ruang Tunggu ICU RSUD.Dr. Soetomo Surabaya


Hari/tanggal : Jum’at, 31 Agustus 2018
Jam/Waktu : 15.00-15.35 (35 menit)

No Nama peserta Alamat TTD


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
PROGRAM PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kriteria Stuktur √ Kriteria Proses √ Kritera Hasil √


a. Kontrak waktu dan Pembukaan: a. Peserta hadir
tempat diberikan a. Mengucapkan salam dan b. Acara dimulai
satu hari sebelum memperkenalkan diri tepat waktu
acara dilakukan b. Menyampaikan tujuan dan maksud c. Peserta mengikuti
b. Pengumpulan SAP penyuluhan acara sesuai
dilakukan satu hari c. Menjelaskan kontrak waktu dan dengan aturan
sebelum mekanisme yang disepakati
pelaksanaan d. Menyebutkan materi penyuluhan d. Peserta
penyuluhan memahami materi
c. Peserta hadir pada Pelaksanaan: yang telah
tempat yang telah a. Menggali pengetahuan dan disampaikan dan
ditentukan Pengalaman sasaran penyuluhan menjawab
d. Pengorganisasian tentang Pneumonia. pertanyaan
penyelenggaraan b. Menjelaskan materi penyuluhan dengan benar
penyuluhan berupa :
dilakukan sebelum 1.Pengertian Pneumonia
dan saat penyuluhan 2.Penyebab Pneumonia
dilaksanakan 3.Tanda Dan Gejala Pneumonia
4.Pengobatan Pneumonia
5.Faktor resiko terserang
Pneumonia
6. Cara Pencegahan Pneumonia
7. Pengobatan Pneumonia
c. Memberikan kesempatan kepada
sasaran penyuluhan untuk
mengajukan pertanyaan mengenai
materi yang disampaikan
d. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peserta penyuluhan
e. Peserta antusias dalam mengikuti
penyuluhan
f. Peserta mendengarkan dan
memperhatikan penyuluhan
dengan seksama

Catatan Evaluasi :

Surabaya, 31 Agustus 2018


Observer

(..................................................)
LEMBAR NOTULEN

Kegiatan : Penyuluhan Pneumonia


Topik : Pneumonia
Hari, Tanggal : Jum’at, 31 Agustus 2018
Tempat : Ruang Tunggu ICU RSUD.Dr. Soetomo Surabaya
Waktu : 30 menit

Kegiatan Diskusi

1. Nama Penanya
................................................................................................................................................
Pertanyaan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Jawaban
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
2. Nama Penanya
................................................................................................................................................
Pertanyaan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Jawaban
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
3. Nama Penanya
................................................................................................................................................
Pertanyaan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Jawaban
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

Surabaya, 31 Agustus 2018


Notulen

(..................................................)
MATERI PENYULUHAN
VAP (VENTILATOR ASOSIATED PNEUMONIA)

1.Definisi
VAP (Ventilator asosiated pneumonia) didefinisikan sebagai pneumonia
nosokomial yang terjadi setelah 48 jam pada pasien dengan bantuan ventilasi
mekanik baik itu melalui pipa endotrakeal maupun pipa trakeostomi. (Rozaliyani dan
Swidharmoko, 2010).
Sedangkan American College of Chest Physicians mendefinisikan VAP
sebagai suatu keadaan dimana terdapat gambaran infiltrat baru dan menetap padafoto
toraks disertai salah satu tanda yaitu, hasil biakan darah atau pleura sama
denganmikroorganisme yang ditemukan di sputum maupun aspirasi trakea, kavitasi
pada fototorak, gejala pneumonia atau terdapat dua dari tiga gejala berikut yaitu
demam,leukositosis dan sekret purulen (Marik & Varon, 2001; dikutip Rozaliyani
danSwidharmoko, 2010).
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada
paru(Pneumonia) yang disebabkan oleh pemakaian ventilator dalam jangka waktu yang
lama pada pasien (Smeltzer & Bare, 2001; dikutip Yolanda 2013).
Jadi Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah pneumonia akibat
infeksinosokomial pada pasien ICU yang menggunakan ventilator baik melalui pipa
endotrakeal maupun pipa trakeostomi yang terjadi setelah 48 jam menggunakan
ventilator disertai hasil biakan darah atau pleura sama dengan mikroorganisme yang
ditemukan di sputum maupun aspirasi trakea, kavitasi pada fototorak,
Gejala pneumonia atau terdapat dua dari tiga gejala berikut yaitu
demam,leukositosis dan sekret purulen (Marik & Varon, 2001; dikutip Rozaliyani
danSwidharmoko, 2010). merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) yang
disebabkan oleh pemakaian ventilator dalam jangka waktu yang lama pada pasien
(Smeltzer & Bare, 2001; dikutip Yolanda 2013).
2. Etiologi
Beberapa kuman di duga sebagai penyebab VAP. Berdasarkan hasil isolasi
kuman pada pasien dengan diagnosis VAP, bakteri gram negatif sangat sering
ditemukan, namun hasil isolasi dengan bakteri gram positif telah mengalami
peningkatan dalam beberapatahun terakhir, terutama pada neonates ( Afjeh dkk, 2010).
Bakteri penyebab VAP dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan onset
ataulamanya pola kuman. Bakteri penyebab VAP pada kelompok I adalah kuman
gramnegatif (Enterobacter spp, Escherichia coli, Klebsiella spp, Proteus spp,
Serrataimarcescens), Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, dan
Methicillin Sensitif ,Staphylococcus Aureus (MSSA).
Bakteri kelompok II adalah bakteri penyebab kelompok I ditambah kuman
anaerob, Legionella pneumophilia dan Methicillin ResistanStaphylococcus Aureus
(MRSA). Bakteri penyebab kelompok III adalah Pseudomonasaeruginosa,
Acetinobacter spp, dan MRSA (Wiryana, 2007).Beberapa penelitian memberikan hasil
yang bervariasi tentang kuman penyebab VAP,seperti terlihat pada tabel di bawah
ini (Vincent, dkk 201

3. Patofisiologi
Patofisiologi dari VAP , adalah melibatkan dua proses utama yaitu kolonisasi
padasaluran pernafasan dan saluran pencernaan serta aspirasi sekret dari jalan nafas
atas dan bawah.
Kolonisasi bakteri mengacu pada keberadaan bakteri tanpa adanya gejala.Kol
onisasi bakteri pada paru-paru dapat disebabkan oleh penyebaran organisme
dari berbagai sumber, termasuk orofaring, rongga sinus, nares, plak gigi, aluran pence
rnaan,kontak pasien, dan sirkuit ventilator. Inhalasi bakteri dari salah satu sumber ini
dapatmenyebabkan timbulnya gejala, dan akhirnya terjadi VAP (Wiryana, 2007).
Kolonisasi mikroorganisme patogen dalam sekret akan membentuk biofilm
dalamsaluran pernapasan. Mulai pada awal 12 jam setelah intubasi, biofilm
mengandungsejumlah besar bakteri yang dapat disebarluaskan ke dalam paru-paru
melalui ventilator.Pada keadaan seperti ini, biofilm dapat terlepas oleh cairan ke dalam
selang endotrakeal, suction, batuk, atau reposisi dari selang endotrakeal (Niederman
dkk, 2005).
Selang endotrakeal menyebabkan gangguan abnormal antara saluran napas
bagianatas dan trakea, melewati struktur dalam saluran napas bagian atas dan
memberikan bakteri jalan langsung ke saluran napas bagian bawah.
Karena saluran napas bagian ataskehilangan fungsi karena terpasang selang
endotrakeal, kemampuan tubuh untukmenyaring dan melembabkan udara mengalami
penurunan. Selain itu, refleks batuksering mengalami penurunan bahkan hilang akibat
pemasangan selang endotrakeal dankebersihan mukosasilier bisa terganggu karena
cedera mukosa selama intubasi. Selangendotrakeal menjadi tempat bagi bakteri untuk
melekat di trakea, keadaan ini dapatmeningkatkan produksi dan sekresi lender ebih
lanjut. Penurunan mekanisme pertahanandiri alami tersebut meningkatkan
kemungkinan kolonisasi bakteri dan aspirasiPneumonia akibat pemasangan ventilator
(VAP ) adalah umum di unit perawatanintensif ( ICU ). VAP dikaitkan dengan
peningkatan morbiditas dan kematian, lama tinggaldi rumah sakit, dan biaya. Tingkat
kematian yang timbul dari VAP adalah 27% danmencapai 43% saat agen penyebab
adalah resisten antibiotik. Lama tinggal
diunit perawatan intensif meningkat sebesar 5 sampai 7 hari dan memperpanjang lam
a perawatan di rumah sakit 2 sampai 3 kali lipat pada pasien dengan VAP . Biaya
perawatan VAP diperkirakan bertambah $ 40000 per pasien dan sekitar $ 1,2 miliar
per tahun
4. Manifestasi Klinis
a.Demam
b.Leukositosisc.
c.Secret purulentd.
d.kavitasi pada foto torak
e.nilai oksigenasi PaO2/ FiO2 mmHg ≤ 240 dan tidak terdapat ARDS
5. Diagnosa
Diagnosis VAP ditegakkan setelah menyingkirkan adanya pneumonia sebelumnya,
terutama pneumonia komunitas (Community Acquired Pneumonia). Bila dari awal
pasien masuk ICU sudah menunjukkan gejala klinis pneumonia maka diagnosis VAP
disingkirkan, namun jika gejala klinis dan biakan kuman didapatkan setelah 48
jam dengan ventilasi mekanik serta nilai total CPIS > atau = 6, maka diagnosis VAP
dapat ditegakkan, jika nilai total CPIS <6 maka diagnosis VAP disingkirkan. (Luna
,2003)
Spesifisitas diagnosis klinis dapat ditingkatkan dengan menghitung
clinical pulmonary infection score (CPIS) yang menggabungkan data klinis,
laboratorium, perbandingan tekanan oksigen dengan fraksi oksigen (PaO2/FiO2) dan
foto toraks (Tabel5). Skor <6 menyingkirkan diagnosis VAP sedangkan skor lebih
tinggi mengindikasikankecurigaan VAP. Penghitungan CPIS sederhana tetapi
sensitivitas dan spesifisitasnya bervariasi. (Fartoukh,2003 ; Torres , 2004; Ioanas,
2001).
6. Patofisiologi
Patofisiologi dari VAP, adalah melibatkan dua proses utama yaitu kolonisasi
padasaluran pernafasan dan saluran pencernaan serta aspirasi sekret dari jalan nafas
atasdan bawah. Kolonisasi bakteri mengacu pada keberadaan bakteri tanpa adanya gej
ala. Kolonisasi bakteri pada paru-paru dapat disebabkan oleh penyebaran
organismedari berbagai sumber, termasuk orofaring, rongga sinus, nares, plak gigi, al
uran pencernaan,kontak pasien, dan sirkuit ventilator. Inhalasi bakteri dari salah satu
sumber ini dapatmenyebabkan timbulnya gejala, dan akhirnya terjadi VAP
(Wiryana, 2007).Kolonisasi mikroorganisme patogen dalam sekret akan membentuk
biofilm dalamsaluran pernapasan. Mulai pada awal 12 jam setelah intubasi, biofilm
mengandungsejumlah besar bakteri yang dapat disebarluaskan ke dalam paru-paru
melalui ventilator.Pada keadaan seperti ini, biofilm dapat terlepas oleh cairan ke dalam
selang endotrakeal,suction, batuk, atau reposisi dari selang endotrakeal (Niederman
dkk, 2005).
Selang endotrakeal menyebabkan gangguan abnormal antara saluran napas
bagianatas dan trakea, melewati struktur dalam saluran napas bagian atas dan
memberikan bakter jalan langsung ke saluran napas bagian bawah.
Karena saluran napas bagian ataskehilangan fungsi karena terpasang selang
endotrakeal,kemampuan tubuh untukmenyaring dan melembabkan udara mengalami
penurunan. Selain itu, refleks batuksering mengalami penurunan bahkan hilang akibat
pemasangan selang endotrakeal dankebersihan mukosasilier bisa terganggu karena
cedera mukosa selama intubasi. Selangendotrakeal menjadi tempat bagi bakteri untuk
melekat di trakea, keadaan ini dapatmeningkatkan produksi dan sekresi lender ebih
lanjut. Penurunan mekanisme pertahanandiri alami tersebut meningkatkan
kemungkinan kolonisasi bakteri dan aspirasiPneumonia akibat pemasangan ventilator
(VAP ) adalah umum di unit perawatanintensif ( ICU ).VAP dikaitkan dengan
peningkatan morbiditas dan kematian, lama tinggaldi rumah sakit, dan biaya. Tingkat
kematian yang timbul dari VAP adalah 27% danmencapai 43% saat agen penyebab
adalah resisten antibiotik. Lama tinggal
diunit perawatan intensif meningkat sebesar 5 sampai 7 hari dan memperpanjang
lama perawatan di rumah sakit 2 sampai 3 kali lipat pada pasien dengan VAP

7.Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan fungsi paru paru: volume makin menurun ( kongesti dan kolapsalveolar)
: tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udaramenurun,
hipoksemia.
b.Analisis gas darah ( analysis blood gasses – ABGS) dan pulse oximetry :
Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru– paru.
c.Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan absesluas/inf
iltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi(bakterial); atau
penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus).

8. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Intervensi dengan tujuan mencegah kolonisasi saluran cerna:
a.Mencegah penggunaan antibiotik yang tidak perlu
b.Membatasi profilaksis stress ulcer pada penderita risiko tinggi
c.Menggunakan sukralfat sebagai profilaksis stress ulcer
d.Menggunakan antibiotik untuk dekontaminasie. saluran cerna secara selektiff.
Dekontaminasi dan menjaga kebersihan mulut Menggunakan antibiotik yang
sesuai pada penderita risiko tinggig.
Selalu mencuci tangan sebelum kontak dengan penderitah.
Mengisolasi penderita risiko tinggi dengan kasus MDR2) Intervensi dengan tujuan
utama mencegah aspirasi:
a.Menghentikan penggunaan pipa nasogastrik atau pipa endotrakeal segera mungkin
b. Posisi penderita semirecumbent atau setengah duduk
c. Menghindari distensi lambung berlebihan
d.Intubasi oral atau non-nasal
e.Pengaliran subglotik
f.Pengaliran sirkuit ventilator
g.Menghindari reintubasi dan pemindahan penderita jika tidak diperlukan
h.Ventilasi masker noninvasif untuk mencegah intubasi trakea
i.Menghindari penggunaan sedasi jika tidak diperlukan

9.Komplikasi
Keputusan untuk memasang ventilator harus dipertimbangkan secara
matang.Sebanyak 75% yang dipasang ventilator umumnya memerlukan alat
tersebutlebih dari 48 jam.
Bila seseorang terpasang ventilator lebih dari 48 jam, maka kemungkinan dia
tetap hidup keluar dari rumah sakit (bukan saja lepas dari ventilator) jadi lebih kecil.
Secara statistik angka survival
berhubungan sekali dengan diagnosis utama, usia, dan jumlah organ yang gagal.
Pasien asma bronkial lebih dari 90% survive sedangkan pasien kankerkurang dari 10%.
Usia diatas 65 tahun kemungkinan survive kurang dari 50%.
Sebagian penyebab rendahnyasurvival pasien terpasang ventilator ini adalah akibat
komplikasi pemakaian ventilator sendiri, terutama tipe tekanan positif (Sudoyo, 2010).
Akibat Merugikan dari ventilasi mekanik :
1) Pengaruh pada paru-paruBarotrauma mengakibatkan emfisema,
pneumomediastinum,pneumoperitoneum, pneumotoraks, dan tension pneumotoraks.
Puncak tekanan pengisian paru yang tinggi (lebih besar dari 40 cmH2O) berhubungan
dengan peningkatan insiden barotrauma.Disfungsi sel alveolar timbul akibat tekanan
jalan napas yang tinggi. Pengurangan lapisansurfaktan mengakibatkan atelektasis,
yang mengakibatkan peningkatan tekanan jalannapas lebih lanjut.
Tekanan jalan napas yang tinggi juga mengakibatkan
distensi berlebihan alveolar (velotrauma), meningkatkan permeabilitas mikrovaskular
dankerusakan parenkim. Konsentrasi oksigen inspirasi yang tinggi (FiO2 lebih besar
dari0,5) mengakibatkan pembentukan radikal bebas dan kerusakan sel sekunder.
Konsentrasioksigen yang tinggi ini dapat mengakibatkan hilangnya nitrogen alveolar
dan atelektasissekunder (Sudoyo, 2010).
2) Pengaruh pada kardiovaskularPernapasan spontan atau dengan bantuan ventilasi
mekanik dapat mempengaruhikerja jantung.
Pada pernapasan spontan, ini ditandai oleh pulsus paradoksus.
Sedangkan pemberian tekanan positif dan atau volume saat ventilasi mekanik untuk
membukaalveoli sebagai terapi gagal napas mengakibatkan peningkatan tekanan
intratorakal yangdapat mengganggu kerja jantung yang bertanggung jawab terhadap
menurunnya fungsisirkulasi. Hasilnya berupa penurunan curah jantung sehingga aliran
balik vena ke jantungkanan menurun, disfungsi ventrikal kanan, dan pembesaran
jantung kiri.

Penurunan curah jantung akibat Preload ventrikel kanan kurang, banyak


dijumpai pada pasien hipovolemikdan memberikan reaksi pada penambahan volume
cairan.Menurunnya fungsi jantung
pasien kritis saat ventilasi mekanik dapat memperburuk pasokan O2 ke jaringan,
mengganggu fungsi organ yang berakibat meningkatnya morbiditas dan mortalitas

3) Pengaruh pada ginjal, hati, dan saluran cerna.

Tekanan ventilasi positif bertanggung jawab pada keseluruhan penurunan


fungsiginjal dengan penurunan volume urine dan eksresi natrium. Fungsi hati
mendapat pengaruh buruk dari penurunan curah jantung, meningkatnya resistensi
pembuluh darahhati, dan peningkatan tekanan saluran empedu. Iskemia mukosa
lambung dan perdarahansekunder mungkin terjadi akibat penurunan curah jantung dan
peningkatan tekanan venalambung (Sudoyo, 2010).

10. Prognosis

Klasifikasi VAP adalah VAP awitan dini (terjadi dalam empat hari
pertama pemberian ventilasi mekanis) dan awitan lambat (terjadi 5 hari atau lebih set
elah pemberian ventilasi mekanis). Pasien VAP awitan dini prognosisnya lebih baik k
arena biasanya kuman masih sensitif terhadap antibiotik sedangkan VAP awitan
lambat kondisisakit pasien tampak lebih berat dan prognosisnya lebih buruk karena ada
kuman pathogen multidrug-resistant (MDR). Pasien VAP awitan dini dan pernah
mendapat antibiotikdalam 90 hari sebelumnya, berisiko tinggi mengalami kolonisasi
dan infeksi kuman MDRhingga terapinya harus dianggap sama dengan pasien VAP
awitan lambat. (Kollef dkk 2005).

Anda mungkin juga menyukai