Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN BENCANA

Disaster Management Cycle Phase III Response

OLEH KELOMPOK 3:

1. I NENGAH ALIT TUADI (18089014001)


2. KETUT ALUS PARYASTINI (18089014002)
3. NI KADEK DIAN ARTA MELANI (18089014014)
4. NI KOMANG DEVI (18089014017)
5. KADEK DEWI TIRTA ADRIYANI BUKIAN (18089014018)
6. I KADEK ERMAN PURWADI (18089014023)
7. KOMANG MANIASIH (18089014033)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Disaster
Management Cycle Phase III Response” Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Bencana.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan oleh penyusun demi sempurnanya tugas ini. 

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
.

Singaraja, 4 September 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................3
BAB III PEMBAHASAN...................................................................4
3.1 Pengertian Disaster Management..................................................4
3.2 Tujuan dan Kegiatan Respon Bencana..........................................7
3.3 Metode yang digunakan dalam Respon Bencana..........................19
3.4 Kegiatan Disaster Response...........................................................22
BAB IV PENUTUP.............................................................................24
4.1 Kesimpulan....................................................................................24
4.2 Saran..............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia tidak bisa lepas dari bencana alam karena memiliki letak
geografis yang rawan bencana. bencana sebagai “peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis”.
Dari hasil penilaian cepat kesehatan kejadian bencana atau Rapid Health
Assessment (RHA) sangat diperlukan dalam kondisi bencana, dimana bencana
merupakan kejadian yang sering terjadi akibat pengaruh alam yang dapat
menimpa kehidupan manusia dan mengancam lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan mengakibatkan dampak fisik pada manusia
seperti kesakitan dan kematian serta dampak lingkungan yaitu kerusakan
infrastruktur, kerusakan area pertanian serta menyebabkan gangguan
kesehatan. Abu vulkanik yang dikeluarkan oleh Gunung Kelud
mengakibatkan terkontaminasinya air bersih, tersumbatnya saluran air, serta
rusaknya fasilitas air bersih. Dampak terhadap gangguan kesehatan secara
umum abu vulkanik menyebabkan masalah kesehatan khususnya
menyebabkan iritasi pada paru-paru, kulit dan mata.
Keperawatan bencana bertujuan untuk memastikan bahwa perawat mampu
untuk mengidentifikasi, mengadvokasi dan merawat dampak dari semua fase
bencana termasuk didalamnya adalah berpartisipasi aktif dalam perencanaan
dan kesiapsiagaan bencana. Perawat harus mempunyai ketrampilan teknis dan
pengetahui tentang epidemiologi, fisiologi, farmakologi, struktur budaya dan
social serta masalah psikososial sehingga dapat membantu dalam
kesiapsiagaan bencana dan selama bencana sampai dengan tahap pemulihan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian disaster management cycle phases III Response?
1.2.2 Bagaimanakah Tujuan dan kegiatan dari respon bencana?
1.2.3 Bagaimana metode yang digunakan dalam respon bencana?
1.2.4 Apa saja kegiatan disaster response?
1.3 Tujuan
1.3.1 Memahami disaster management cycle phases III response.
1.3.2 Memahami tujuan dan kegiatan dari respon bencana.
1.3.3 Memahami metode yang digunakan dalam respon bencana.
1.3.4 Memahami kegiatan disaster response.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini agar dapat mudah
memahami tentang disaster management cycle phases III response dan
untuk menambah wawasan mengenai Keperawatan Bencana.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Siklus Penanggulangan Bencana mengintegrasikan upaya-


upaya terisolasi dari berbagai pihak, pemerintah dan nonpemerintah,
menuju pengurangan kerentanan atau mitigasi bencana, dalam lingkupnya
domain penanggulangan bencana, sebagai tahapan yang terjadi dalam
periode waktu yang berbeda dalam kontinum penanggulangan bencana. Ini
telah memfasilitasi pendekatan terencana untuk manajemen bencana dalam
pemulihan pascabencana dan pra-bencana perencanaan mitigasi dianggap
sebagai kegiatan yang terintegrasi/terkait (SCORE)
Bencana adalah peristiwa bencana yang memiliki dampak
modifikasi yang parah. Konsekuensi bersifat fisik dan sosial/manusia.
Respon Bencana harus mengatasi semua tantangan yang disebutkan di
atas. Respons bencana membutuhkan pemulihan fasilitas fisik, rehabilitasi
penduduk yang terkena dampak, pemulihan mata pencaharian yang hilang
dan rekonstruksi upaya pemulihan infrastruktur yang hilang atau rusak.
Ada pelajaran penting yang melekat untuk dipelajari tanggap bencana.
Secara retrospektif, ini mengungkap kekurangan dalam upaya yang
berkaitan dengan kebijakan dan perencanaan bersama sehubungan dengan
lokasi dan jenis infrastruktur dan skema sosial untuk meningkatkan posisi
sosial di bawah yang memiliki hak istimewa, terutama yang terkait dengan
akses ke sumber daya yang kurang mampu. Bencana setelahnya adalah
evaluasi waktu untuk pengaturan administrasi dalam tanggap bencana itu
memperlihatkan kelemahan sistem. Bencana adalah yang terakhir uji
efisiensi administrasi, dalam arti dampak positif terhadap lingkungan,
kesiapsiagaan, procedural kesederhanaan, logistik, kecepatan dan keahlian.

3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Disaster Management
Manajemen bencana adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bencana
beserta segala aspek yang berkaitan dengan bencana, terutama risiko bencana
dan bagaimana menghindari risiko bencana. Manajemen bencana merupakan
proses dinamis tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen yang kita kenal
selama ini misalnya fungsi planning, organizing, actuating, dan controling.
Cara bekerja manajemen bencana adalah melalui kegiatan-kegiatan yang ada
pada tiap kuadran atau siklus atau bidang kerja yaitu pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan, tanggap darurat, serta pemulihan.
Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi tiga
tahapan dengan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra
bencana, pada saat tanggap darurat dan pasca bencana. Gambar dan penjelasan
dapat dilihat di bawah ini.

4
Adapun proses manajemen bencana adalah sebagai berikut. Menurut
Nurjanah (2012:47), secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi
dalam tiga kegiatan utama, yaitu:
a. Tahap Pra Bencana 
Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini. Kegiatan pada tahap pra bencana ini
sangat penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini
merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca bencana.
Pemerintah bersama masyarakat maupun swasta sangat sedikit
memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang
perlu dilakukan di dalam menghadapi bencana atau bagaimana
memperkecil dampak bencana. Hal yang dapat di lakukan pada tahap pra
bencana yaitu:
1. Pencegahan (prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika
mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya Melarang
pembakaran hutan dalam perladangan, Melarang penambangan batu di
daerah yang curam, dan Melarang membuang sampah sembarangan.
2. Mitigasi Bencana (Mitigation).
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan mitigasi dapat
dilakukan melalui:
a. Pelaksanaan penataan ruang, pengaturan pembangunan,
pembangunan infrastruktur, tata bangunan, dan
b. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik
secara konvensional maupun modern. 
3. Kesiapsiagaan (Preparedness).
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna. 

5
4. Peringatan Dini (Early Warning).
Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang atau upaya
untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan
akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini harus menjangkau
masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak
membingungkan (coherent), bersifat resmi (official).
b. Tahap Saat Terjadi Bencana 
Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap
darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti search and
rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian. Kegiatan yang dilakukan
segera pada saat kejadian bencana. Untuk menanggulangi dampak yang
ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda,
evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari
pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya
bencana biasanya banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan
tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya
bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang
harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat
guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan efisien.
c. Tahap Pasca Bencana 
Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan,
rehabilitasi, dan rekonstruksi. Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi
proses perbaikian kondisi masyarakat yang tekena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana 16 dan sarana pada keadaan semula.
Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan
rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah
kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi
perlu juga diperhatikan rehabilitasi psikis yang tejadi seperti ketakutan,
trauma atau depresi.

6
1. Pemulihan (recovery)
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan
melakukan upaya rehabilitasi.
2. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana. 
3. Rekonstruksi (reconstruction)
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-
langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk
membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan
sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun
masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala
aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Lingkup
pelaksanaan rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi fisik dan
program rekonstruksi non fisik.

3.2 Tujuan dan kegiatan dari respon bencana


3.2.1 Tujuan
Tanggap Darurat adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan segera
sesudah kejadian bencana oleh lembaga pemerintah atau non pemerintah.
Tujuan umum dari tanggap darurat adalah:
1. Memastikan keselamatan sebanyak mungkin korban dan menjaga
mereka dalam kondisi kesehatan sebaik mungkin.

7
2. Menyediakan kembali kecukupan diri dan pelayanan-pelayanan
dasar secepat mungkin bagi semua kelompok populasi, dengan
perhatian khusus bagi mereka yang paling membutuhkan yaitu
kelompok paling rentan baik dari sisi umur, jenis kelamin dan
keadaan fisiknya.
3. Memperbaiki infrastruktur yang rusak atau hilang dan
menggerakkan kembali aktivitas ekonomi yang paling mudah.
4. Dalam situasi konflik kekerasan, tujuannya adalah melindungi dan
membantu masyarakat sipil dengan memahami bentuk kekerasan
yang mungkin manifestasinya berbeda bagi korban lelaki,
perempuan dan anak-anak. Kekerasan dalam situasi konflik yang
dialami perempuan seperti kekerasan seksual tak selalu mudah
terungkap terutama jika kaum lelaki dari kelompok korban
menyembunyikan fakta itu untuk menjaga harga diri kelompok.
5. Dalam kasus pengungsian, tujuannya adalah mencari solusi-solusi
yang bertahan lama secepat mungkin.

3.2.2 Kegiatan dari respon bencana


Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi.
Kegiatan pada tahap tanggap darurat yang secara umum berlaku pada
semua jenis bencana antara lain:
1. Menyelamatkan diri dan orang terdekat.
2. Jangan panik.
3. Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi
selamat.
4. Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa
barang-barang apa pun.
5. Lindungi diri dari benda-benda yang mungkin melukai diri.
Adapun kegiatan atau langkah-langkah tanggap darurat yang dilakukan
yaitu sebagai berikut:

8
1. Tanggap Darurat (response).
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana. Secara umum proses tanggap darurat meliputi:
a) Siaga Darurat
Setelah ada peringatan maka aktivitas yang pertama kali
dilakukan adalah siaga darurat. Peringatan mengacu pada
informasi yang berkaitan dengan jenis ancaman dan
karakteristik yang diasosiasikan dengan ancaman tersebut.
Peringatan harus disebarkan dengan cepat kepada institusi-
institusi pemerintah, lembaga-lembaga, dan masyarakat yang
berada di wilayah yang berisiko sehingga tindakan-tindakan
yang tepat dapat diambil, baik mengevakuasi atau
menyelamatkan properti/aset dan mencegah kerusakan lebih
lanjut. Peringatan dapat disebarkan melalui radio, televisi,
media massa tulis (internet), telepon, dan telepon genggam.
b) Pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya
Tujuan utama pengkajian adalah menyediakan gambaran
situasi paska bencana yang jelas dan akurat. Dengan
pengkajian itu dapat diidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan
seketika serta dapat mengembangkan strategi penyelamatan
jiwa dan pemulihan dini. Oleh karena itu tools pengkajian
cepat ini harus responsif pada kebutuhan korban yang beragam
dari sisi umur, gender dan keadaan fisik dan kebutuhan
khususnya. Sebab pengkajian menentukan pilihan-pilihan

9
bantuan kemanusiaan, bagaimana menggunakan sumber daya
sebaik-baiknya, atau mengembangkan permintaan/proposal
bantuan berikutnya. Kaji cepat dialkukan pada umumnya
dengan menggunakan beberapa indikator diantaranya adalah :
 Jumlah korban meninggal dunia dan luka-luka
 Tingkat kerusakan infrastruktur
 Tingkat ketidakberfungsian pelayanan-pelayanan dasar
 Cakupan wilayah bencana
 Kapasitas pemerintah setempat dalam merespon
bencana tersebut
c) Penentuan status keadaan darurat bencana
Penentuan status kedaruratan dilakukan setelah pengkajian
cepat dilakukan. Penentuan status dilakukan oleh pemerintah
setelah berkoordinasi dengan tim pengkaji. Penentuan status
dilakukan sesuai dengan skala bencana, dan status kedaruratan
dibagi menjadi tiga:
 Darurat nasional
 Darurat provinsi
 Darurat kabupaten/kota
Saat status kedaruratan ditetapkan, tindakan yang
dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana adalah
membentuk satuan komando tanggap darurat yang dipimpin
kepala BNPB atau BPBD. Memberikan kemudahan akses
dalam pengerahan sumber daya manusia, pengerahan
peralatan, pengerahan logistik, imigrasi-cukai-karantina, izin
operasi, pengadaan barang dan jasa, pengelolaan bantuan,
pengelolaan informasi, pengelolaan keuangan, penyelamatan,
komando terhadap sektor-sektor terkait.
d) Search and Rescue (SAR)

10
Search and rescue (SAR) adalah proses
mengidentifikasikan lokasi korban bencana yang terjebak atau
terisolasi dan membawa mereka kembali pada kondisi aman
serta pemberian perawatan medis. Dalam situasi banjir, SAR
biasanya mencari korban yang terkepung oleh banjir dan
terancam oleh naiknya debit air. SAR dilakukan baik dengan
membawa mereka ke tempat aman atau memberikan makanan
dan pertolongan pertama lebih dahulu hingga mereka dapat
dievakuasi. Dalam kasus setelah gempa bumi, SAR biasanya
terfokus pada orang-orang yang terjebak atau terluka di dalam
bangunan yang roboh.
e) Pencarian, Penyelamatan dan Evakuasi (PPE)
Evakuasi melibatkan pemindahan warga/masyarakat dari
zona berisiko bencana ke lokasi yang lebih aman. Perhatian
utama adalah perlindungan kehidupan masyarakat dan
perawatan segera bagi mereka yang cedera. Evakuasi sering
berlangsung dalam kejadian seperti banjir, tsunami, konflik
kekerasan, atau longsor (yang bisa juga diawali oleh gempa
bumi). Evakuasi yang efektif dapat dilakukan jika ada:
 Sistem peringatan yang tepat waktu dan akurat.
 Identifikasi jalur evakuasi yang jelas dan aman.
 Identifikasi data dasar tentang penduduk.
 Kebijakan/peraturan yang memerintahkan semua orang
melakukan evakuasi ketika perintah diberikan.
 Program pendidikan publik yang membuat masyarakat
sadar tentang rencana evakuasi.
Dalam kasus bencana yang terjadi perlahan-lahan
seperti kekeringan parah, perpindahan orang dari wilayah
berisiko ke tempat yang lebih aman, proses evakuasi ini
disebut sebagai migrasi akibat krisis. Perpindahan ini biasanya
tidak terorganisasi dan dikoordinasi oleh otoritas tetapi respon

11
spontan dari para migran untuk mencari jalan keluar di tempat
lain.
f) pemenuhan kebutuhan dasar;
g) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
h) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
2. Bantuan Darurat (relief).
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar berupa: Pangan, Sandang, Tempat
tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih. Response and
relief harus berlangsung sesegera mungkin; penundaan tidak bisa
dilakukan dalam situasi ini. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memiliki rencana kontinjensi sebelumnya. Relief adalah pengadaan
bantuan kemanusiaan berupa material dan perawatan medis yang
dibutuhkan untuk menyelamatkan dan menjaga keberlangsungan
hidup. Relief juga memampukan keluarga-keluarga untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, pakaian, air,
makanan, dan medis. Perhatikan kebutuhan khusus bagi bayi,
perempuan yang baru melahirkan/sedang mentsruasi atau perempuan
manula. Kebutuhan dasar juga harus mempertimbangkan hal-hal yang
terkait dengan keamanan dan kenyamanan. Penyediaan bantuan atau
layanan biasanya bersifat gratis pada hari-hari atau minggu-minggu
sesudah terjadinya bencana. Dalam situasi darurat yang perlahan-
lahan namun sangat merusak dan meningkatkan pengungsian
populasi, masa pemberian bantuan darurat dapat diperpanjang
- Langkah-Langkah Dalam Menghadapi Bencana
1. Gempa Bumi
Bencana yang dapat ditimbulkan oleh gempa bumi ialah berupa
kerusakan atau kehancuran bangunan dan kontruksi prasarana serta
bencana sekunder yaitu kebakaran dan korban akibat timbulnya kepanikan,
hal yang harus dilakukan pada saat terjadi gempa bumi :
a. Di dalam rumah

12
Masuklah ke bawah meja yang kokoh untuk melindungi tubuh anda dari
jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala
anda dengan bantal.

b. Di kantor
Berlindunglah di bawah meja, lindungi kepala, leher dan mata. Hindari
pembatas kaca, jendela, lemari dan barang-barang yang belum
diamankan. Jaga posisi hingga guncangan berhenti.
c. Di sekolah
Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau
buku, jangan panik, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai
dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang, jangan berdiri
dekat gedung, tiang dan pohon
d. Di luar rumah
Lindungi kepada anda dan hindari benda-benda berbahaya.
e. Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika
anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka
tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat
keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi
manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.
f. Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan
terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak.
g. Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda
mobil anda gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan
susah mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda
di kiri jalan dan berhentilah, tapi janganlah berhenti di bawah jembatan.
Matikan mesin dan gunakan rem tangan. Ikuti instruksi dari radio

13
mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil
tak terkunci.
h. Di gunung/pantai
Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah
langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari
tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak,
cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
i. Beri pertolongan
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat
terjadi gempa bumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah
sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian, maka
bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang
berada di tempat terjadinya bencana.
j. Dengarkan informasi
Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya.
Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang
dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat
memperoleh informasi yag benar dari pihak yang berwenang atau
polisi. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas.
2. Tsunami
Tsunami adalah gelombang pasang yang timbul akibat terjadinya gempa
bumi di laut, letusan gunung api bawah laut atau longsoran di laut.
Namun tidak semua fenomena tersebut dapat memicu terjadinya
tsunami. Syarat utama timbulnya tsunami adalah adanya deformasi
(perubahan bentuk yang berupa pengangkatan atau penurunan blok batuan
yang terjadi secara tiba-tiba dalam skala yang luas) di bawah laut.
1. Penyelamatan Diri Saat Terjadi Tsunami
a. jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempa bumi, air
laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat,
segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau
bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain

14
b. Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta
mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan
mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut. Jika gelombang pertama
telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang
rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang. Jika
gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama
pada korban.
Terdapat empat faktor pada gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami,
yaitu:

1. Letusan Gunung Api


Pada letusan gunung api, bencana dapat ditimbulkan oleh
jatuhan material letusan, awan panas, aliran lava, gas beracun, abu
gunung api, dan bencana sekunder berupa aliran Iahar. Luas
daerah rawan bencana gunung api di seluruh Indonesia sekitar
17.000 km2 dengan jumlah penduduk yang bermukim di kawasan
rawan bencana gunung api sebanyak kurang lebih 5,5 juta jiwa.
Berdasarkan data frekuensi letusan gunung api, diperkirakan tiap
tahun terdapat sekitar 585.000 orang terancam bencana letusan
gunung api.
Persiapan Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi diantaranya :
a. Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat
yang aman untuk mengungsi.
b. Membuat perencanaan penanganan bencana.
c. Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
d. Mempersiapkan kebutuhan dasar
Saat terjadi letusan gunung berapi yang perlu dilakukan adalah :
a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung,
lembah dan daerah aliran lahar.
b. Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.

15
c. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju
lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
d. Jangan memakai lensa kontak.
e. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
f. Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah
dengan dua belah tangan
SetelahTerjadi Letusan Gunung Berapi adalah :
a. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
b. Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa
merusak atau meruntuhkan atap bangunan. Hindari mengendarai
mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak
mesin.
2. Banjir
Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia
terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi
sungai, kondisi daerah hulu, kondisi daerah budidaya dan pasang surut
air laut. Potensi terjadinya ancaman bencana banjir dan tanah longsor
saat Ini disebabkan keadaan badan sungai rusak, kerusakan daerah
tangkapan air, pelanggaran ruang wilayah, pelanggaran hukum
meningkat, perencanaan pembangunan kurang terpadu, dan disiplin
masyarakat yang rendah.
Yang harus dilakukan sebelum banjir tiba sebagai berikut :
a. bersihkan lingkungan sekitar Anda, terutama pada saluran air atau
selokan dari timbunan sampah.
b. Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi lengkap
dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih
melalui koordinasi dengan aparat terkait, bersama pengurus RT/RW
di lingkungan Anda.
c. Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk tim
penanggulangan banjir ditingkat warga , seperti pengangkatan
Penanggung Jawab Posko Banjir.

16
d. Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat, dan LSM
untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet dan pelampung guna
evakuasi.
e. Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna
memudahkan mencari informasi, meminta bantuan atau melakukan
konfirmasi.

Yang harus dilakukan saat banjir adalah :


a. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana,
b. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air
masih memungkinkan untuk diseberangi.
c. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret
arus banjir. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat
yang lebih tinggi
d. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun
Camat.
Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir adalah :
a. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya
tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman
penyakit. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkit-nya
penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.
b. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan
lipan, atau binatang penyebar penyakit seperti tikus , kecoa , lalat ,
dan nyamuk.
c. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.
3. Tanah Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng

17
akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun
lereng tersebut. Pemicu dari terjadinya gerakan tanah ini adalah curah
hujan yang tinggi serta kelerengan tebing. Bencana tanah longsor
sering terjadi di Indonesia yang mengakibatkan kerugian jiwa dan
harta benda. Untuk itu perlu ditingkatkan kesiapsiagaan dalam
menghadapi jenis bencana ini
Strategi dan upaya penanggulangan bencana tanah longsor diantaranya :
A. Prabencana
1. Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah.
Perhatikan fungsi drainase untuk menjauhkan air dari lereng,
menghindari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam
lereng ke luar lereng. Jadi, drainase harus dijaga agar jangan sampai
tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah.
2. Membuat bangunan penahan, jangkar (anchor), dan pilling untuk tanah
longsor. Kemudian, hindarkan daerah rawan bencana untuk
pembangunan pemukiman dan fasilitas utama lainnya.
3. Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada
teras-teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam
tanah).
4. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan
jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan
lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu
rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan
ringan, di bagian dasar ditanam rumput).
B. Saat Bencana
a. Segera evakuasi untuk menjauhi suara gemuruh atau arah
datangnya longsoran.
b. Apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segera
evakuasi ke arah zona evakuasi yang telah ditentukan. (Beberapa
wilayah di Indonesia telah terpasang Sistem Peringatan Dini
Longsor).

18
C. Pasca Bencana
a. Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.
b. Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor
susulan.

3.3.Metode Yang Digunakan Dalam Respon Bencana


Banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada saat
keadaan bencana, terutama pada saat tanggap darurat, termasuk pencarian,
penyelamatan, dan evakuasi korban bencana khususnya penyandang
disabilitas. Berfokus pada korban luka/cedera dikarenakan berisiko
mengalami disabilitas sementara ataupun permanen
1 Tindakan Keselamatan
Tindakan penyelamatan diterapkan untuk memberi perlindungan
kepada korban, tim penolong dan masyarakat yang terekspos dari segala
risiko yang mungkin terjadi dan dari risiko potensial yang diperkirakan
dapat terjadi (perluasan bencana, kemacetan lalu lintas, material
berbahaya, dan lain-lain).
Langkah-langkah penyelamatan yang dilakukan, antara lain:
1. Aksi langsung yang dilakukan untuk mengurangi risiko seperti
dengan memadamkan kebakaran, isolasi material berbahaya,
penggunaan pakaian pelindung, dan evakuasi masyarakat yang
terpapar oleh bencana.
2. Aksi pencegahan yang mencakup penetapan area larangan
berupa:
a Daerah pusat bencana—terbatas hanya untuk tim
penolong profesional yang dilengkapi dengan peralatan
memadai.
b Area sekunder—hanya diperuntukkan bagi petugas yang
ditugaskan untuk operasi penyelamatan korban,
perawatan, komando dan kontrol, komunikasi,
keamanan/keselamatan, pos komando, pos medis

19
lanjutan, pusat evakuasi dan tempat parkir bagi
kendaraan yang dipergunakan untuk evakuasi dan
keperluan teknis.
c . Area tersier—media massa diijinkan untuk berada di
area ini, area juga berfungsi sebagai “penahan” untuk
mencegah masyarakat memasuki daerah berbahaya. Luas
dan bentuk area larangan ini bergantung pada jenis
bencana yang terjadi (gas beracun, material berbahaya,
kebakaran, kemungkinan terjadinya ledakan), arah angin
dan topografi
2 Langkah Pengamanan
Langkah pengamanan diterapkan dengan tujuan untuk mencegah
campur tangan pihak luar dengan tim penolong dalam melakukan upaya
penyelamatan korban. Akses ke setiap area penyelamatan dibatasi
dengan melakukan kontrol lalu lintas dan keramaian. Langkah
penyelamatan ini memengaruhi penyelamatan dengan cara:
1. Melindungi tim penolong dari campur tangan pihak luar.
2. Mencegah terjadinya kemacetan dalam alur evakuasi korban dan
mobilisasi sumber daya.
3. Melindungi masyarakat dari kemungkinan risiko terpapar oleh
kecelakaan yang terjadi. Faktor keamanan ini dilaksanakan oleh
Kepolisian, unit khusus (Angkatan Bersenjata), petugas
keamanan sipil, petugas keamanan bandar udara, petugas
keamanan Rumah Sakit, dan lain-lain
3 Pencarian dan Penyelamatan
Kegiatan pencarian dan penyelamatan terutama dilakukan oleh Tim
Rescue (Basarnas, Basarda) dan dapat berasal dari tenaga suka rela bila
dibutuhkan. Tim ini akan:
1 Melokalisasi korban.
2 Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat
pengumpulan / penampungan jika diperlukan.

20
3 Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian).
4 Memberi pertolongan pertama jika diperlukan.
5 Memindahkan korban ke pos medis lanjutan jika diperlukan.
Bergantung pada situasi yang dihadapi (gas beracun, material
berbahaya), tim ini akan menggunakan pakaian pelindung dan
peralatan khusus. Jika tim ini bekerja di bawah kondisi yang
sangat berat, penggantian anggota tim dengan tim pendukung
harus lebih sering dilakukan
4 Triase
1. Triase di Tempat
Triase di tempat dilakukan di “tempat korban ditemukan” atau
pada tempat penampungan yang dilakukan oleh tim Pertolongan
Pertama atau Tenaga Medis Gawat Darurat. Triase di tempat
mencakup pemeriksaan, klasifikasi, pemberian tanda dan
pemindahan korban ke pos medis lanjutan.
2. Triase Medik
Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan
oleh tenaga medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari
dokter yang bekerja di Unit Gawat Darurat, kemudian ahli
anestesi dan terakhir oleh dokter bedah). Tujuan triase medik
adalah menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh
korban.
3. Triase Evakuasi
Triase ini ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan ke
Rumah Sakit yang telah siap menerima korban bencana massal.
Jika pos medis lanjutan dapat berfungsi efektif, jumlah korban dalam
status “merah” akan berkurang, dan akan diperlukan pengelompokan
korban kembali sebelum evakuasi dilaksanakan.Tenaga medis di pos
medis lanjutan dengan berkonsultasi dengan Pos Komando dan
Rumah Sakit tujuan berdasarkan kondisi korban akan membuat
keputusan korban mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu,

21
Rumah Sakit tujuan, jenis kendaraan dan pengawalan yang akan
dipergunakan.
5 Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama dilakukan oleh para sukarelawan, petugas
Pemadam Kebakaran, Polisi, tenaga dari unit khusus, Tim Medis Gawat
Darurat dan Tenaga Perawat Gawat Darurat Terlatih. Pertolongan
pertama dapat diberikan di lokasi seperti berikut:
1 Lokasi bencana, sebelum korban dipindahkan
2 Tempat penampungan sementara
3 Pada “tempat hijau” dari pos medis lanjutan
4 Dalam ambulans saat korban dipindahkan ke fasilitas
Pertolongan pertama yang diberikan pada korban dapat berupa
kontrol jalan napas, fungsi pernapasan dan jantung, pengawasan
posisi korban, kontrol perdarahan, imobilisasi fraktur,
pembalutan dan usaha-usaha untuk membuat korban merasa
lebih nyaman. Harus selalu diingat bahwa, bila korban masih
berada di lokasi yang paling penting adalah memindahkan
korban sesegera mungkin, membawa korban gawat darurat ke
pos medis lanjutan sambil melakukan usaha pertolongan
pertama utama, seperti mempertahankan jalan napas, dan
kontrol perdarahan. Resusitasi Kardiopulmoner tidak boleh
dilakukan di lokasi kecelakaan pada bencana massal karena
membutuhkan waktu dan tenaga.

3.4.Kegiatan Disaster Response


Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi kegiatan yang dapat dilakukan
diantaranya:
1. Peringatan dini, yaitu kegiatan yang memberikan tanda atau isyarat
terjadinya bencana pada kesempatan pertama dan paling awal.

22
Peringatan dini ini diperlukan bagi penduduk yang bertempat tinggal
didaerah rawan bencana agar mereka mempunyai kesempatan untuk
menyelamatkan diri.
2. Penyelamatan dan pencarian, yaitu kegiatan yang meliputi pemberian
pertolongan dan bantuan kepada penduduk yang mengalami bencana.
Kegiatan ini meliputi mencari, menyeleksi dan memilah penduduk
yang meninggal, luka berat, luka ringan serta menyelamatkan
penduduk yang masih hidup.
3. Pengungsian, yaitu kegiatan memindahkan penduduk yang sehat, luka
ringan dan luka berat ketempat pengungsian (evakuasi) yang lebih
aman dan terlindung dari resiko dan ancaman bencana.

23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Manajemen bencana menurut Nurjanah (2012:42) adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari bencana beserta segala aspek yang berkaitan
dengan bencana, terutama risiko bencana dan bagaimana menghindari risiko
bencana. Tujuan: Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
bencana, Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada,
Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada saat terjadi bencana adalah siaga
darurat, pengkajian cepat dan tepat, penentuan status keadaan darurat bencana,
search and rescue, Pencarian, Penyelamatan dan Evakuasi (PPE), pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan terhadap kelompok rentan, pemulihan dengan
segera prasarana dan sarana vital, dan bantuan darurat.
Kegiatan disaster respon lainnya yang dapat dilakukan yaitu peringatan
dini, penyelamatan dan pencarian dan pengungsian.
4.2 Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu penulisan
memohon kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini, makalah
ini dapat diajdikan sebagai acuan untuk pembelajaran mengenai bagaimana
menghadapi bencana dilingkungan sekitar yang terjadi seperti: banjir, tsunami,
gempa bumi dll.

24
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. (2013). Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tentang.

Fillah, A. S., & Fedryansyah, M. (n.d.). PROGRAM PENANGGULANGAN


BENCANA OLEH DISASTER MANAGEMENT CENTER ( DMC ) DOMPET
DHUAFA.

Pusat pendidikan dan pelatihan sumber daya air dan konstruksi. (2017). Modul
manajemen penanggulangan bencana pelatihan penanggulangan bencana
banjir 2017. Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan
Kontruksi, 77.

Sujanto, B. A. (2017). Efektivitas Peran Relawan Penanggulangan Bencana pada


Tanggap Darurat Banjir Jakarta Timur dalam Rangka Penyelamatan Korban
Manusia (Studi di Kelurahan Kampung Melayu Tahun 2014). The
Effectiveness of Disaster Management Volunteer Role in East Jakarta Flood
Emergency Response in Terms of Human Victims Rescue (Study At Kampung
Melayu in 2014), 3(2), 1–22. http://jurnalprodi.idu.ac.id

SCORE, GS. 30 Disaster Management. 2016, p. 5, www.iasscore.in.

25

Anda mungkin juga menyukai